Anda di halaman 1dari 15

IKAN LELE

(CLARIAS GARIEPINUS)

Oleh :
Vicant Gustyanto Sinaga
1904113625
DOSEN PENGAMPU : BUDIJONO, S.Pi., M.Si

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ikhtiologi dengan judul
“Ikan lele”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
ikhtiologi kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru,11 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lele(Clariasgariepinus)merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah
dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Budidaya lele berkembang pesat karenapermintaan pasaryang tinggi,
pemeliharaanpadat tebar tinggidengan sumber air terbatas, teknologi budidaya yang
relatif mudah dipahami oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudahserta modal
usaha yang dibutuhkan relatif rendah (DKP, 2003).
Produksi lele nasional pada tahun 2010 adalah 242 ribu ton dan meningkat
menjadi 679 ribu ton pada tahun 2014. Pertumbuhan produksi lele nasional dari 2010-
2014 adalah sebesar 180,5% dengan pertumbuhan berkelanjutan per tahun sebanyak
38,9%, 30,7% , 23,3%, dan 24,9%. Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DGA) akan terus meningkatkan produksi
ikan lele. Dalam Perencanaan Desain Strategis DGA dari 2015 hingga 2019, produksi
ikan lele ditargetkan tumbuh sebanyak 1,1 juta ton pada 2015 hingga menjadi 1,8 juta
ton pada 2019. Pertumbuhan setiap tahun ditargetkan sebesar 13,8% (DGA, 2015).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan masalah
agar lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjawab
permasalahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis berikan ada
beberapa rumusan sebagai pertanyaan dalam makalah ini. Berikut rumusan masalah
dari makalah ini :
1.Bagaimana deskripsi morfologi ikan lele?
2.Bagaimana klasifikasi ikan lele?
3.Bagaimana sistem integumen ikan lele?
4.Bagaimana sistem rangka ikan lele?
5.Bagaimana sistem otot ikan lele?
6.Bagaimana sistem peredaran darah ikan lele?
7.Bagaimana sistem pernapasan ikan lele?
8.Bagaimana sistem pencernaan ikan lele?
9.Bagaimana sistem ekskresi dan osmoregulasi ikan lele?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari permasalahan ini sesuai dari rumusan masalah yang telah disampaikan.
Berikut tujuan penulisan :
1.Mendeskripsikan morfologi ikan lele
2.Memaparkan klasifikasi ikan bawal menurut ahli
3.Menjelaskan sistem integumen pada ikan lele
4.Menjelaskan sistem rangka pada ikan lele
5.Menjelaskan sistem otot pada ikan lele
6.Menjelaskan sistem peredaran darah pada ikan lele
7.Menjelaskan sistem pernapasan pada ikan lele
8.Menjelaskan sistem pencernaan pada ikan lele
9.Menjelaskan sistem ekskresi dan osmoregulasi pada ikan bawal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LITERATUR REVIEW


Dalam penelitian ini menggunakan studi terdahulu sebagai acuan.
Dalam penelitian ini menggunakan 10 jurnal internasional. 10 referensi jurnal
yang penulis jadikan sebagai pondasi pembuatan makalah ini, penulis peroleh
dari website yang ada di internet “pencarian jurnal internasional tentang
sistem-sistem yang ada pada ikan lele”. Pada kerangka teori penulis akan
menjelaskan beberapa pembahasan terkait studi terdahulu yang akan
digunakan.
2.2 KERANGKA TEORI
Kerangka teori merupakan penggambaran mengenai suatu peristiwa
yang sangat bergantung pada pendakatan yang digunakan, dan dari segi mana
kita membahasnya dan dari segi mana memandangnya lalu sebagaimana pula
yang perlu di perhatikan dan di perlihatkan lalu penulis diminta untuk
menjelaskan terkait unsur-unsur yang diungkapkan. Maka kerangka teori ini
akan sangat penting untuk dibahas lebih detail dan terperinci terkait analisis
Ikan Bawal. Adapun teori yang digunakan untuk masalah penelitian adalah
sebagai berikut:

1. Teori Sistem Integumen Menurut Djuhanda (1981), sistem integument


terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya. Yang termasuk derivat kulit adalah
sisik, jari-jari sirip, skut, keel, kelenjar lendir, dan kelenjar racun. Sistem
integumen berfungsi untuk memberikan pewarnaan pada organisme agar dapat
menjadi indah, selain itu Sistem Integumen atau kulit pada hewan vertebrata
secara umum hampir sama yaitu terdiri dari epidermis turunan dari ektoderm
dan dermis turunan dari Mesoderm 2 pola warna pada ikan disebabkan oleh
tiga hal yaitu karena konfigurasi Fisik. Lebih lanjut di nyatakan bahwa sistem
integument adalah bagian tubuh yang
berada pada bagian teluar. Sistem integumen terdiri dari kulit dan
derivatderivatnya yang termasuk derivat kulit adalah sisik, jari-jari, sirip, skut,
kill, kelenjar lendir dan kelenjar laven (Bond, 1979). Struktur ini dapat berupa
struktur yang lunak seperti kelenjar ekresi tetapi dapat juga berupa struktur
keras, dari kulit ini dinamakan eksoskelet sehubungan dengan bervariasinya
sistem integumen seperti pada ikan maka fungsinya juga mempunyai ciri yang
terdiri dari sisik, kulit, dan lendir/kelenjar lendir, epidermis, dermis,
chomataphore dan otot. Fungsi Integumen yakni membantu mencirikan corak
atau pewarnaan pana kulit ikan (sisik) agar dapat memberikan keindahan pada
ikan, selain itu Integumen juga perlu di mengerti karena bertujuanuntuk
mengetahui sistim yang berhubungan dengan darifat kulit dan pola warna ikan
(Alamsjah, 1974)

2. Teori Sistem Rangka Menurut Ehariani (2011) sistem rangka (tulang)


adalah tempat melekatnya otot, perlindungan organ-organ dalam, dan
penegak tubuh. Adapun fungsi system rangka pada ikan yaitu menegakkan
tubuh, menunjang/menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ tubuh,
dan membantu pembentukan butir darah merah, system rangka pada ikan
terdiri dari : tulang rawan, jaringan pengikat, sisik (squama),
komponenkomponen gigi, jari-jari sirip, dan penyokong sel pada system
saraf. Secara tidak langsung, bentuk rangka menentukan bentuk tubuh ikan
yang beraneka ragam. Bentuk tubuh ikan merupakan interaksi antara sistem
rangka dengan sistem otot serta evolusi dalam adaptasi kedua sistem tersebut
terhadap lingkungannya. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari
tulang rawan dan atau tulang sejati (Agriefishery, 2010).

3. Teori Sistem Otot Sistem otot atau urat daging adalah sekumpulan blok
daging yang mendapatkan energi melalui pembuluh darah dan berfungsi untuk
mengatur
pergerakan pada ikan dibantu oleh sistem rangka. Fungsi lain disamping
mengatur gerak, otot juga berperan memberikan bentuk tubuh ikan. Secara
umum urat daging berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tertentu dari
tubuh ikan hingga ikan mampu berenang. Ikan bisa berenang karena otot-otot
yang berkontraksi dari sisi ke sisi, depan belakang. Tubuh ikan akan menekan
tekanan air dan bergerak ke depan. Sistem otot ikan dibagi atas tiga macam,
yaitu: otot halus (smooth muscle), otot bergaris (striated muscle) dan otot
jantung (cardiac muscle).
4. Teori Sistem Peredaran Darah Jantung pada ikan terdiri atas 4 ruang,
dengan 2 ruang utama yang terletak berurutan. SINUS VENOSUS,
merupakan ruang jantung pertama yang paling belakang, sebagai ruang
penerima pertama darah dari seluruh tubuh. Didepannya dinamakan
ATRIUM, sebagai ruang jantung kedua dengan dinding lebih tebal dari sinus
venosus dan mempunyai katup pada bagian depannya untuk menjaga agar
darah yang sudah keluar dari ruang tersebut tidak kembali. Ruang ini
berfungsi sebagai ruang penampungan/tandon. Ruang jantung ketiga adalah
VENTRICLE, berdinding paling tebal dan kuat yang selalu berdenyut
memompa darah ke seluruh tubuh. Mempunyai katup di depannya untuk
mencegah darah yang telah dipompakan tidak kembali. Ruang jantung
keempat terletak didepan ventricle, pada ikan Lamprey dan Teleostei, ruang
ini berdinding tebal dan disebut BULBUS ARTERIOSIS. Sedangkan pada
Elasmobranchi ruang ini berdinding tipis yang disebut CORPUS
ARTERIOSUS. Didalamnya terdapat beberapa katup yang berfungsi untuk
mencegah sama sekali darah yang telah dipompakan kembali ke ventricle
(Alx, 2011). Darah dipompa dari ventrikel melalui konus arteriosus ke
insang. Konus arteriosus seperti aorta pada spesies lain. Di insang, darah
menerima oksigen dan menghilangkan karbon dioksida. Darah kemudian
pindah ke organ-organ tubuh, di mana nutrisi, gas, dan limbah dipertukarkan.
Tidak ada pembagian sirkulasi antara insang dan tubuh. Artinya, darah
perjalanan
dari jantung ke insang, dan kemudian langsung ke tubuh sebelum
kembali ke atrium melalui sinus venosus untuk diedarkan lagi. Tingkat
jantung jatuh ikan dalam berbagai 60-240 denyut per menit, tergantung pada
spesies dan suhu air. Detak jantung ikan akan lebih lambat pada suhu yang
lebih rendah (Peteducation, 2011).

5. Teori Sistem Respirasi/Pernapasan Ikan bernapas menggunakan insang.


Insang berbentuk lembaranlembaran tipis berwarna merah muda dan selalu
lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian
dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan
tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi
keluar. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan
tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan
(Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas
dengan insang, ada pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung
udara (pulmosis), yaitu ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi
sebagai alat pernapasan, tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam-
garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator.

6. Teori Sistem Pencernaan Sistem pencernaan Saluran pencernaan pada ikan


dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut terdapat
gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada
dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir,
tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk
ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang. Esofagus
berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak dilalui
makanan lumennya menyempit.
Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada
umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis
ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan makanan.
Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-
kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus (Ensiklofauna, 2011).
Menurut Zaldi (2010), saluran pencernaan mulai dari muka ke
belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, rongga mulut,
farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.

7. Teori Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi Sistem Ekskresi adalah sistem


pembuangan proses metabolisme tubuh berupa gas, cairan, dan padatan
melalui kulit, ginjal, dan saluran pencernaan. Osmoregulasi adalah upaya atau
kemampuan untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam
tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis.
Homeostasis adalah kemampuan diri untuk penyesuaian atau adaptasi terhadap
ancaman yang berlangsung secara konstan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 DESKRIPSI MORFOLOGI IKAN LELE


Kepala ikan lele yang panjang , hamper mencapai seperempat
dari panjang tubuhnya dengan bentuk kepala pipih ke bawah
(depressed ). Pada bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh
tulang pelat , Tulang ini membentuk ruangan rongga di atas insang.
Mulut ikan lele dilengkapi oleh gigi , gigi nyata, atau hanya berupa
permukaan yang kasar dimulut bagian depan. Lele juga memiliki 4
pasang sungut yang terletak di sekitar mulut , Sepasang sungut hidung,
sepasang sungut mandibular luar , sepasang sungut mandibular dalam,
dan sepasang sungut maxilar. Ikan lele ini mempunyai alat olfaktori
dideket sungut yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta
penglihatan pada ikan lele yang kurang berfungsi baik. Pada bagian
mata ikan lele berbentuk kecil dengan tepi orbital yang bebas. Tubuh
ikan lele berbentuk memanjang , dengan agak bulat ,dan tidak
mempunyai sisik. Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai
bentuk yang membulat , sementara bagian belakang tubuhnya
berbentuk pipih kesamping (compressed ). Sepasang sirip ekor ikan
lele berbentuk membulat dan tidak bergabung dengan sirip punggung
maupun sirip anal, sirip perut membulat dan panjangnya mencapai
sirip dubur. Pada bagian sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam
yang umumnya disebut dengan nama patil Warna ikan lele umunya
lele berwarna hitam, coklat walau adapula yang berbentuk merah muda
dan albino terganung jenisnya.
3.2 KLASIFIKASI IKAN LELE
Kingdom : Animalia
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Genus : Clarias
Species : Clarias Gariepinus
3.3 SISTEM INTEGUMEN IKAN LELE
Menurut Djuhanda (1981), sistem integument terdiri dari kulit
dan derivat-derivatnya. Yang termasuk derivat kulit adalah sisik, jari-
jari sirip, skut, keel, kelenjar lendir, dan kelenjar racun. Sistem
integumen berfungsi untuk memberikan pewarnaan pada organisme
agar dapat menjadi indah, selain itu Sistem Integumen atau kulit pada
hewan vertebrata secara umum hampir sama yaitu terdiri dari
epidermis turunan dari ektoderm dan dermis turunan dari Mesoderm 2
pola warna pada ikan disebabkan oleh tiga hal yaitu karena konfigurasi
Fisik. Lebih lanjut di nyatakan bahwa sistem integument adalah bagian
tubuh yang berada pada bagian teluar.
Sistem integumen terdiri dari kulit dan derivatderivatnya yang
termasuk derivat kulit adalah sisik, jari-jari, sirip, skut, kill, kelenjar
lendir dan kelenjar laven (Bond, 1979). Struktur ini dapat berupa
struktur yang lunak seperti kelenjar ekresi tetapi dapat juga berupa
struktur keras, dari kulit ini dinamakan eksoskelet sehubungan dengan
bervariasinya sistem integumen seperti pada ikan maka fungsinya juga
mempunyai ciri yang terdiri dari sisik, kulit, dan lendir/kelenjar lendir,
epidermis, dermis, chomataphore dan otot. Fungsi Integumen yakni
membantu mencirikan corak atau pewarnaan pana kulit ikan (sisik)
agar dapat memberikan keindahan pada ikan, selain itu Integumen juga
perlu di mengerti karena bertujuanuntuk mengetahui sistim yang
berhubungan dengan darifat kulit dan pola warna ikan (Alamsjah,
1974).
3.4 SISTEM RANGKA IKAN LELE
Ikan lele mempunyai sirip punggung atau dorsal sirip lemah
sebanyak lima puluh empat buah. pada sirip dada terdapat keras satu
buah dan sirip lemah lima buah
lalu pada sirip perut terdapat keras lima buah, sirip lemah meneras lima
buah, dan sirip lemah enam buah. pada sirip caudal atau ekor terdapat
delapan belas buah
lalu pada sirip anus atau anal terdapat sirip lemah empat puluh delapan
buah
Kepala lele pipih ke bawah (depressed). Bagian atas dan bawah
kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini membentuk
ruangan rongga di atas insang. Sirip ekor lele membulat dan tidak
bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip ekor
berfungsi untuk bergerak maju. Sementara itu, sirip perut membulat
danpanjangnya mencapai sirip anal. Sirip dada lele dilengkapi
sepasang duri tajam yang umumnya disebut patil. Selain untuk
membela diri dari pengaruh luar yang mengganggunya, patil ini juga
digunakan ikan lele untuk melompat keluar dari air dan melarikan diri.
Dengan menggunakan patil, lele dapat berjalan di darat tanpa air cukup
lama dan cukup jauh. Lele tidak bersisik.
3.5 SISTEM OTOT IKAN BAWAL
Ikan lele dapat berenang dengan bantuan sistem jaringan otot.
Kerangka Ikan lele sangkuriang dapat diklasifikasikan ke dalam dua
tipe: kerangka utama dan kerangka pendukung. Dikendalikan oleh
sistem saraf, jaringan otot melekat dengan kerangka (tulang) dan
membuat kontraksi dan aktivitas otot sehingga Ikan lele dapat bergerak
dan berenang.
3.6 SISTEM PEREDARAN DARAH IKAN LELE
Aktivitas kehidupan Ikan lele diwujudkan melalui sel-sel
dengan fungsinya sendiri-sendiri. Nutrisi dan oksigen yang diserap
serta limbah dan karbondioksida yang dibuang merupakan bagian dari
tanggung jawab sistem sirkulasi. Jantung tersusun oleh satu atrium dan
satu bilik. Terletak di dekat hubungan antara tubuh dan kepala, jantung
sebagai kekuatan utama dalam sistem sirkulasi berada di dalam rongga
perikardial. Darah membuat sirkulasi berjalan dengan baik, yang
pergerakannya sendiripun diatur oleh jantung. Pembuluh darah ada tiga
tipe pada Ikan lele sangkuriang: pembuluh darah arteri, pembuluh dara
vena, dan pembuluh darah kapiler. Ketiga tipe pembuluh darah ini,
pembuluh darah kapiler sangatlah kecil. Ada banyak sekali pembuluh
darah kapiler yang tersebar di seluruh bagian tubuh Ikan lele yang
menyediakan ruang untuk pertukaran udara dan substansi. Darah pada
Ikan lele berwarna merah. Merah ini berasal dari hemoglobin yang
berfungsi untuk mengikat oksigen.
3.7 SISTEM PERNAPASAN IKAN LELE
Sistem pernafasan membantu Ikan lele untuk menghirup
oksigen dan membuang karbondioksida. Dalam sistem ini, insang
adalah organ yang memegang pernanan paling penting. Organ insang
terdapat di rongga insang di bawah opercula. Di setiap opercula
terdapat empat lengkung insang pada dua insang lamella. Insang
filamen yang penuh dengan pembuluh darah kapiler terdapat pada
insang lamella. Ketika mulut dan opercula bergerak dengan harmonis,
maka oksigen yang terlarut dalam air akan dibawa ke pembuluh darah
kapiler, air akan keluar melwati insang, sedangkan karbondioksida
dalam darah dilepaskan ke air. Selain insang ikan lele juga memiliki
organ bantu pernafasan berupak arboresen yang diselimuti lapisan tipis
dan banyak terdapat kapiler darah.
3.8 SISTEM PENCERNAAN IKAN LELE
Makanan akan diubah menjadi nutrisi oleh sistem pencernaan
dan penyerapan. Sedangkan makanan yang sudah dicerna akan
dibuang menjadi feses. Sistem pencernaan Ikan lele sangkuriang terdiri
dari mulut, faring dan laring, gigi faring, usus, kantung empedu, liver,
pankreas dan anus.
3.9 SISTEM EKSKRESI DAN OSMOREGULASI IKAN LELE
Limbah metabolisme dibuang melalui organ-organ pengeluaran
seperti ginjal, kantung kemih, dan insang. Ginjal ada dua buah organ
yang berwarna merah gelap yang terletak di bawah tulang punggung
dan melekat dekat dengan rongga tubuh bagian belakang. Organ ini
adalah ginjal yang berfungsi untuk memproduksi urin dan membuang
limbah. Kantung kemih berada di antara anus dan lubang ekskresi.
Dibelakang kantung kemih terdapat saluran kencing (uretra). Insang
sebagai alat mengeluarkan banyak sisa limbah metabolisme.
BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan makalah ini adalah :


1 Nama latin ikan lele adalah Clarias.
2 Lele termasuk kedalam ikan yang memiliki rahang (Gnathostomata),
3 termasuk kedalam kelas Condrichtyes dengan ciri-ciri rangka terdiri dari
tulang rawan, tidak memiliki tutup insang, mempunyai tutup insang 5-7
pasang, memiliki rahang.
4 Lele memiliki bentuk tubuh Compressed,
5 bentuk kepala Depressed,
6 kepala tidak memiliki sisik,
7 lele memiliki 4 pasang sungut di area ujung mulutnya,
8 lele memiliki 5 sirip yang pertama sirip dada terdapat sepasang tulang duri
yang keras dan tajam yang biasa disebut patil,
9 sirip ekornya membulat,
10 sirip perutnya memanjang hampir mencapai sirip anus.
DAFTAR PUSTAKA
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2003 tentang Perizinan Usaha Penangkapan Ikan.
Jakarta: DKP.
Agriefishery. 2010. Faktor Yang Mempengaruhi Kekeruhan Air dan Pengaruhnya
Bagi Ikan. http://Zona_ik@n.blogspot.com (diakses 4 September 2016).
Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Fakultas Perikanan IPB.
Bogor
Bond, 1979. Biology of Fishes. W.R Saunders, Philadelphia, London Toronto.
Djuhanda T. 1981. Dunia Ikan. Bandung : Armico. 191 hal.
Ehariani.2011.Penuntun Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Ensiklofauna, 2011. SISTEM PENCERNAAN. http://ensiklofauna.net46.net/?
q=node/17 Diakses tanggal 10 September 2012, pukul 19.15 WIB.
Sambas, Zaldi. 2010. Manajemen Pakan Ikan (online):
https://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/20/manajemen-pakanikan/ (25 agustus
2016).
LAMPIRAN
http://jurnal.unsyiah.ac.id/AIJST/article/view/3018
https://www.researchgate.net/publication/324727796_International_Journal_of_Fisheries_a
nd_Aquatic_Studies_2016_46_11-
15_Performance_of_African_Catfish_Clarias_gariepinus_Clarridae_fry_fed_on_live_rotife
rs_Brachionus_calyciflorus_formulated_diet_and_a_
https://www.researchgate.net/publication/319527191_International_Journal_of_Aquatic_Sc
ience_Optimum_light_wavelength_and_light_intensity_for_rearing_juvenile_African_Catfi
sh_Clarias_gariepinus
http://www.fisheriesjournal.com/archives/?
year=2017&vol=5&issue=3&part=A&ArticleId=1195
https://www.neliti.com/publications/53362/removal-of-eggs-adhesiveness-of-african-
catfish-clarias-gariepinus-at-different
https://media.neliti.com/media/publications/91399-ID-performa-produksi-ikan-lele-clarias-
gari.pdf
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/sat/article/download/4199/pdf
http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jamt/article/viewFile/9805/9526
http://e-repository.unsyiah.ac.id/depik/article/download/725/684
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/bdpi/issue/download/181/2

Anda mungkin juga menyukai