Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Cheria Ayuni Putri

NIM : 1904124832

JURUSAN : THP

KELAS : THP-A

MATKUL : Biokimia Hasil Perikanan

Tugas review 2 jurnal tentang karbohidrat pada perikanan

1. Review jurnal 1

JUDUL KARAKTERISTIK KITOSAN DARI KULIT UDANG


VANAME DENGAN MENGGUNAKAN SUHU DAN
WAKTU YANG BERBEDA DALAM PROSES
DEASETILASI

JURNAL Karakteristik kitosan dari kulit udang vaname, Setha et al

VOLUME 22 Nomor 3

HALAMAN 498-507

TAHUN PENERBIT 2019

PENULIS Beni Setha, Fitriani Rumata, Bernita br. Silaban

REVIEWER CHERIA AYUNI PUTRI

TANGGAL 18 Maret 2021

TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik


PENELITIAN kitosan yang diisolasi dari kulit udang vaname
menggunakan suhu dan lama waktu yang berbeda dalam
proses deasetilasi, yaitu pada suhu 100ºC dan 120ºC
selama 2 jam dan 3 jam.

SUBJEK Udang vaname (Litopenaeus vannamei).


PENELITIAN

METODE Menggunakan metode laborotorium.


PENELITIAN

RANGKUMAN Kitosan ialah produk tranformasi dari kitin yang diisolasi


JURNAL dari kulit udang. Proses menghasilkan kitosan yaitu
deproteinase (pemisahan protein), demineralisasi
(pemisahan mineral), dan dipegmentasi (penghilangan
warna) dan dilanjutkan dengan proses deasetilasi kitin
menjadi kitosan atau penghilangan gugus asetil.

Limbah kulit udang dicuci hingga bersih, lalu


dikeringkan dibawah sinar matahari selama 4 hari setelah
itu di haluskan (di blender). Tahap deproteinasi
mencampurkan 600 g serbuk limbah kulit udang dan
NaOH (3,5% w/v)sampel dipanaskan dengan hot plate
suhu 65oC selama 2 jam dan dinginkan selama 30 menit
lalu disaring, Residu yang dihasilkan dicuci
menggunakan akuades dalam keadaan tersaring hingga
pH netral, oven pada suhu 60oC selama 4 jam. Tahap
demineralisasi menggunakan sampel yang sudah
dideproteinasi dan dicampur dengan HCl (15% w/f)dan
setelah itu tahapnya sama seperti prsoses deproteinase.
Tahap depigmentasi dilakukan dengan menambahkan
aseton pada residu demineralisasi dan tahap selanjutnya
sama seprti tahap deproteinase.

Residu yang dihasilkan pada tahap ketiga dalam isolasi


kitin ditambahkan NaOH 60% dengan perbandingan 1:1,
dan dipanaskan di waterbath sesuai perlakuan suhu
deasetilasi yang diberikan, yaitu suhu 100oC selama dua
jam, suhu 100o C selama tiga jam, suhu 120oCselama dua
jam, dan suhu 120o C selama tiga jam. Setiap perlakuan
dicuci dengan air dan tersaring sampai pH netral proses
ini diulang 3 kali sampai residu terakhir di oven dengan
suhu 70oC selama 24 jam.

Hasil penelitian diperoleh rendemen kitosan 5,12-


5,63%. Rendemen kitosan terendah pada perlakuan suhu
deasetilasi 120oC selama 3 jam 5,12%, sedangkan
tertinggi pada perlakuan suhu deasetilasi 100oC selama 2
jam yaitu 5,63%. Rendemen kitosan menurunan seiring
dengan bertambahnya suhu dan waktu deasetilasi. Warna
dari proses deasetilasi adalah putih krem, disebabkan
oleh proses depigmentasi yang belum sempurna.

Derajat deasetilasi merupakan persentase gugus asetil


yang dapat dieliminasi dari senyawa kitin sehingga
dihasilkan kitosan. Derajat deasetilasi kitosan terendah
pada perlakuan suhu deasetilasi 100oC selama 2 jam
yaitu 46,63%, sedangkan tertinggi pada perlakuan suhu
deasetilasi 120oC selama 3 jam 50,39%.

Hasil penelitian diperoleh viskositas kitosan dengan


kisaran antara 2,42- 2,64 cP sedangkan berat molekul
berkisar antara 6,76×103 -7,70×103 kDa. Viskositas
terendah pada perlakuan suhu deasetikasi 100oC selama 2
jam 2,42 cP dan viskositas tertinggi pada perlakuan suhu
deasetilasi 120oC selama 3 jam yaitu 2,64 cP.

Kelarutan kitosan diuji dengan menambahkan air,


metanol dan etanol ke dalam sampel yang telah
ditimbang, dan diputar menggunakan batu stire dan
dilakukan pengamatan dengan menghitung rendemen
yang tersisa. Kelarutan kitosan yang dihasilkan
penelitian ini 0,09%-0,18%. Kelarutan kitosan yang
terendah (0,09%) pada perlakuan suhu deasetilasi 100oC
selama 2 jam yang ditambahkan metanol, yang tertinggi
(0,18%) pada perlakuan suhu deasetilasi 100oC selama 2
jam yang ditambahkan air. Kelarutan yang dihasilkan
dalam penelitian ini tidak dapat mencapai 100%, karena
sampel yang dianalisis merupakan kitosan. Larutan yang
baik dalam melarutkan kitosan yaitu asam formiat, asam
sitrat dan asam asetat 2%.

Kandungan kitosan tertinggi terdapat pada perlakuan


suhu 100oC selama 2 jam, sedangkan derajat deasetilasi,
viskositas dan berat molekul pada perlakuan suhu 120oC
selama 3 jam.

Sumber jurnal 1 : https://journal.ipb.ac.id

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi/article/view/29317/19128&ved=
2ahUKEwiMxcLZ4LbvAhUBfSsKHVX5AVYQFjABegQIFBAC&usg=AOvVaw2aqm5ZtxBzJ-
yT3cy8zd34&cshid=1615964867685
2. Review Jurnal ke 2

JUDUL PEMBUATAN KITOSAN DARI SISIK IKAN KAKAP


MERAH

JURNAL Journal Of Chemical Process Engineering

VOLUME 03, No.01

HALAMAN 47-50

TAHUN PENERBIT Mei, 2018

PENULIS La Ifa, Andi Artiningsih, Julniar, Suhaldin

REVIEWER CHERIA AYUNI PUTRI

TANGGAL 19 Maret 2021

TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi


PENELITIAN operasi optimum proses deasetilasi kitin serta
mempelajari pengaruh derajat deasetilasi terhadap
kitosan.

SUBJEK SISIK IKAN KAKAP MERAH


PENELITIAN

METODE Metode Fourier Transform Infra Red (FTIR).


PENELITIAN

RANGKUMAN Sisik ikan kakap merah adalah limbah dari pengolahan


JURNAL rumah tangga ataupun daro olahan lainnya. Limbah dari
sisik ikan kakap merah mengandung kitin dan beberaoa
logam esensial yang merupakan bahan mentah dari
kitosan yang dapat diolah menjadi bioplastik. Kitosan
dapat terbentuk dari kitin tersebut.

Kitosan merupakan biopolimer alami dengan kelimpahan


terbesar kedua setelah selulosa, merupakan produk
deasetilasi kitin baik melalui proses reaksi kimia maupun
reaksi enzimatis. Kitosan senyawa yang berbentuk
padatan amorf bewarna putih kekuningan.

Prosedurnya sisik dicuci bersih dan dikeringkan setelah


itu dihaluskan. Kemudian dilakuan 2 tahap yaitu
deproteinase dan deminerslisasi. Setelah melewati 2
tahap itu kitin yang dihasilkan bewarna putih. Kitin yang
telah dikeringkan kemudian dimasukkan kedalam larutan
NaOH dengan variabel konsentrasi yaitu NaOH 40%,
NaOH 50%, dan NaOH 60%, dan dipanaskan [ada suhu
121oC selama 1 jam dengan perbandingan solid : pelarut
= 1 : 10. Setelah itu disaring sampai pH netral, dan
dikeringkan (kitosan). Kitosan ini dibaca derajat
asetilasinya menggunakan alat spektrofotometer FTIR.

Proses terbentuknya kitin ini pada tahap deproteinase


kehilanggan banyak massa karena penghilangan kadar
protein. Dan tahap demineralisasi pemisahan mineral.

Adanya kitin dapat dibuktikan dengan reaksi warna Van


Wesslink yaitu dengan mereaksikan kitin dengan I2–KI
yang memberikan warna coklat, yang akan berubah
menjadi violet apabila ditambahkan dengan asam sulfat.
Perubahan warna dari coklat menjadi violet
menunjukkan adanya kitin. Pada penelitian ini dihasilkan
sisik ikan kakap merah yang telah dikonversi menjadi
kitosan memiliki derajat deasetilasi maksimum sebesar
73,40% pada konsentrasi NaOH 60%.

Sumber jurnal 2 :
https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JCPE/article/download/195/167

Anda mungkin juga menyukai