Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 3 Nomor 1, April 2017 1

Pengaruh Perbedaan Suhu Pemeliharaan terhadap Histopatologi Insang dan Kulit Ikan
Komet (Carassius auratus)

The Effects of Different Cultivation Temperature Against Histopathology of Gill and Skin on
Carp (Carassius auratus)

Asep Sumantri, Mulyana and Fia Sri Mumpuni

ABSTRACT
The research is aimed to know the effects of different temperature against of histopathology of gill
and skin on carp (Carassius auratus). The research used 30 samples of carp that is divided into 3
treatments. The treatments are different cultication temperature, these were 25.0 oC, 28.5 oC and
32.0 oC. The research showed histopathology on gill and skin of carp at treatment of 32 oC. Skin
histopathology was necrose of epidermis. Gill histopathology were epithelium erosion, hiperplasia
of primary lamella, and hiperplasia of secondary lamella.

Key words : Comet fish, Gill, Histopathology, Skin.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pemeliharaan berbeda terhadap
histopatologi insang dan kulit ikan Komet (Carassius auratus). Penelitian ini menggunakan 30
sampel ikan Komet yang dibagi menjadi tiga perlakuan suhu pemeliharaan, yaitu 25,0 0C, 28,50C,
dan 32,0 0C. Hasil penelitian memperlihatkan kerusakan jaringan pada kulit dan insang ikan komet
pada perlakuan 320C. Kerusakan pada jaringan kulit berupa nekrosis epidermis. Kerusakan
jaringan insang berupa terlepasnya epitelium, hiperplasia lamella primer, dan hiperplasia lamella
sekunder.

Kata Kunci : Histopatologi, Ikan Komet, Insang, Kulit.

Asep Sumantri, Mulyana dan Fia Sri Mumpuni. 2017. Pengaruh Perbedaan Suhu Pemeliharaan
terhadap Histopatologi Insang dan Kulit Ikan Komet (Carassius auratus). Jurnal Mina Sains 3(1):
1-7.

PENDAHULUAN Komet mempunyai imunitas tubuh yang lebih


baik daripada ikan mas Koki (Ardi 2008).
Latar Belakang
Faktor lingkungan dapat menjadi salah
Indonesia yang beriklim tropis
satu faktor yang menyebabkan ikan menjadi
mempunyai potensi ikan hias mencapai 300
stres. Faktor lingkungan tersebut bisa berupa
juta ekor/tahun yang terdiri dari 240 jenis ikan
faktor fisika, kimia, dan biologis. Stres karena
hias laut dan 226 jenis ikan hias air tawar
lingkungan yang buruk dapat berdampak pada
(Lingga dan Susanto 2003). Beberapa jenis
keadaan jaringan dan menimbulkan efek
ikan hias air tawar telah sukses dikultur, salah
patologis pada organ ikan. Stres dapat
satunya ialah ikan Komet. Ikan Komet
berdampak pada keadaan jaringan dan
merupakan salah satu strain dari ikan mas koki
menimbulkan efek patologis misalnya pada
yang kebanyakan merupakan hasil kawin
hati, limpa, dan insang. Hal ini disebabkan
silang antara beberapa jenis ikan karper. Ikan
2 Asep et al. Pengaruh Perbedaan Suhu

oleh rendahnya kandungan oksigen terlarut sampel (gunting dan pisau), pinset, oven, kaca
dalam air (Harper dan Jeffrey 2008). tutup, pemanas air (heater), 3 buah akuarium
Suhu merupakan faktor yang sangat berukuran 30cm x 30cm x 30 cm, kaca objek,
penting di dalam air karena bersama-sama mikroskop binokuler, dan mikrotom.
dengan zat yang ada didalamnya akan
Metode Penelitian
menentukan densitas air, kejenuhan air, Tiga puluh ekor ikan Komet yang
mempercepat reaksi kimia air, dan berukuran 4-5 cm yang berasal dari toko ikan
mempengaruhi kandungan oksigen terlarut hias yang berada di Kecamatan Ciampea,
dalam air (Irianto 2005). Perubahan temperatur Kabupaten Bogor, digunakan sebagai sampel
air sebesar 5° C di atas normal bisa dalam penelitian ini. Kemudian dibawa ke
menyebabkan ikan stres bahkan kerusakan Laboratorium Perikanan Universitas Djuanda
jaringan (histopatologi) dan kematian (Irianto Bogor untuk diadaptasi selama 3 hari.
2005). Kulit merupakan lapisan terluar yang Pemeliharaan ikan memmpergunakan sistem
terdapat di bagian luar tubuh ikan, berfungsi air tidak mengalir dan suhu air relatif stabil.
menutupi dan melindungi permukaan tubuh Percobaan ini terdiri atas 3 perlakuan.
dari gangguan lingkungan, pathogen, limbah Perlakuan I adalah dengan suhu air 25° C,
atau racun yang ada di dalam perairan. Oleh perlakuan II 28,5° C, dan perlakuan III 32° C
karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap dan pada setiap perlakuan, jumlah ikan yang
pengaruh gangguan suhu terhadap jaringan berada dalam akuarium perlakuan bsebanyak
insang dan kulit pada ikan Komet. 10 ekor. Perlakuan dilakukan selama 6 jam
Tujuan mulai dari Jam 07.00 -13.00 WIB, selama
Penelitian ini bertujuan untuk perlakuan dalam kurun waktu 6 jam pada jam
mengetahui histopatologi kulit dan insang ikan 07.15, 07.45, 08.00, 10.00, 13.00 ikan diambil
Komet (Carassius auratus) yang dipelihara contohnya sebanyak 2 ekor dari setiap
pada suhu yang berbeda. perlakuan untuk dijadikan preparat jaringan
insang dan kulit. Pemeriksaan histologi
Hipotesis
dilakukan menurut prosedur sebagai berikut.:
Suhu pemeliharan yang berbeda dapat
(1) Fiksasi jaringan otot dan kulit dalam
memicu stress dan berpengaruh terhadap
larutan BNF selama 24 jam
perubahan jaringan kulit dan insang ikan
(2) Dehidrasi dengan ethanol 70% selama 1-2
Komet (Carassiuss auratus).
hari, ethanol 80% selama 2 jam, ethanol
90% selama 2 jam, ethanol 95% selama 2
BAHAN DAN METODE
jam, ethanol 95% selama 2 jam, dan
Waktu dan Tempat Penelitian ethanol absolut selama 12 jam
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan (3) Clearing menggunakan ethanol
September 2015 hingga bulan April 2016. absolute:xylol dengan perbandingan 1:1
Penelitian ini menggunakan metode sampling. selama 0,5 jam, xylol I selama 0,5 jam,
Proses analisis dan pemeriksaan jaringan xylol II selama 0,5 jam, xylol III selama
insang dan kulit pada sampel ikan dilakukan di 0,5 jam, dan xylol:paraffin dengan
Laboratorium Perikanan Universitas Djuanda perbandingan 1:1 yang dilakukan di dalam
Bogor. oven pada suhu 58oC selama 0,75 jam
Bahan dan Alat (4) Embedding menggunakan paraffin I dalam
Bahan yang dibutuhkan ialah ikan komet oven pada suhu 58oC selama 0,75 jam,
sebagai objek penelitian yang dibeli dari toko paraffin II dalam oven pada suhu 58oC
ikan hias di Kecamatan Ciampea, Kabupaten selama 0,75 jam, paraffin III dalam oven
Bogor sebanyak 50 ekor, larutan BNF, ethanol pada suhu 58oC selama 0,75 jam,
70 %, ethanol 80 %, ethanol 90 %, ethanol kemudian dicetak dalam paraffin
95 % dan ethanol absolut, xylol, paraffin, (5) Sayatlah jaringan dalam blok paraffin
hematoksilin, eosin, entelan dan botol sampel. dengan ketebalan 5 mikron
Peralatan yang dipergunakan dalam (6) Deparaffinasi dengan xylol I selama 3
penelitian percobaan ini ialah alat bedah menit dan xylol II selama 3 menit
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 3 Nomor 1, April 2017 3

(7) Rehidrasi dengan ethanol absolut I selama Analisis Data


3 menit, ethanol absolut II selama 3 menit, Data yang diperoleh kemudian
ethanol 95% selama 3 menit, ethanol 90% dianalisa secara deskriptif berdasarkan hasil
selama 3 menit, ethanol 80% selama 3 histopatologi insang dan kulit ikan Komet dari
menit, ethanol 70% selama 3 menit, tiap-tiap sampel yang diamati.
ethanol 50% selama 3 menit, kemudian
dicuci dengan akuades HASIL DAN PEMBAHASAN
(8) Warnai dengan hematoksilin selama 7
Hasil
menit, pencucian dengan air selama 3 Berdasarkan hasil pemeriksaan selama
detik, eosin selama 3 detik, dan pencucian proses penelitian, didapat kerusakan pada
dengan air selama 3 detik jaringan kulit dan insang ikan Komet yang
(9) Dehidrasi dengan ethanol 50% selama 2 diberi perlakuan suhu pemeliharan berbeda
menit, ethanol 70% selama 2 menit, dalam kurun waktu 6 jam. Hasil pemeriksaan
ethanol 85% selama 2 menit, ethanol 90% didapat kerusakan pada jaringan kulit ikan
selama 2 menit, ethanol absolut I selama 2 Komet pada perlakuan C (320C) yaitu terjadi
menit, ethanol absolut II selama 2 menit, kerusakan pada jaringan epidermis dan hasil
xylol I selama 2 menit, dan xylol II selama dari pengamatan sampel jaringan insang ikan
2 menit Komet yang diberi perlakuan suhu
(10) Mounting menggunakan zat perekat pemeliharan berbeda, terdapat kerusakan pada
enthelan, ini dibiarkan selama semalam sampel pelakuan C (320C), insang mengalami
agar kering dan tidak ada udara antara hiperplasia lamella sekunder dan hiperplasia
kaca tutup dan kaca obyek. Jaringan otot lamella primer serta epitelium pada lamella
dan kulit ikan Komet yang sudah diwarnai terlepas. Sedangkan pada perlakuan A (250C)
ini akan diamati di bawah mikroskop dan B (28,50C) tidak terjadi perubahanan
binokuler dengan perbesaran 100 kali, maupun kerusakan struktur jaringan kulit dan
kemudian dibuat foto jaringannya. insang ikan Komet (Carassius auratus).
Parameter yang Diamati Kerusakan jaringan pada kulit dan insang ikan
Parameter yang diamati pada penelitian Komet disajikan pada Tabel 1, Gambar 1,
ini yaitu kerusakan pada jaringan insang dan Gambar 2, dan Gambar 3.
kulit ikan Komet pada pemeliharaan suhu yang
berbeda.

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Histopatologi Kulit dan Insang Ikan Komet


Perlakuan
Perubahan Histopatologi
Kulit dan insang ikan Komet A B C
Kerusakan epidermis - - +
Epithelium lepas - - +
Hiperplasia lamella primer - - +
Hiperplasia lamella sekunder - - +
Keterangan : (-) Tidak terjadi kerusakan pada jaringan kulit atau insang
(+) Terjadi kerusakan pada jaringan kulit dan insang
4 Asep et al. Pengaruh Perbedaan Suhu

(A. Insang) (B. Kulit)


Gambar 1 Histopatologi (A) insang dan (B) kulit Ikan Komet (Perlakuan A. 250C)

(A. Insang) (B. Kulit)


Gambar 2 Histopatologi (A) insang dan (B) kulit Ikan Komet (Perlakuan 28,50C)

(A. Insang) (B. Kulit)

EL :Epithelium lepas ER = Kerusakan Epidermis


LP : Hiperplasia Lamela sekunder
LS: Hiperplasia Lamela primer
Gambar 3 Histopatologi Insang (A) dan Kulit (B) Ikan Komet (Perlakuan C.320C)
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 3 Nomor 1, April 2017 5

Kualitas air selama perlakuan dengan ini selain suhu, seperti DO dan pH dikatakan
suhu pemeliharaan yang berbeda dalam kurun layak dan tidak berpengaruh pada tingkat stres
waktu 6 jam (Tabel 2) dan tidak mengalami ikan dan perubahan stuktur jaringan dan insang
fluktuasi suhu. Faktor–faktor yang dapat ikan Komet.
mempengaruhi kehidupan ikan pada penelitian

Tabel 2 Kualitas Air Selama Penelitian

Perlakuan
Kisaran optimal
Parameter
A B C (Wicaksono 2005)
250C 28,50C 320C
Suhu (oC) 250C 28,50C 320C 18 – 28
DO (ppm) 4,3 – 4,4 4,1 – 4,2 4,0 – 4,1 3,0
pH 6,8 – 69, 6,8 – 6,9 6,7 – 6,8 6,7 – 8,6

Pembahasan dikarenakan perubahan suhu yang tinggi


sehingga ikan mensekresi mukus berlebih.
Kerusakan Struktur Jaringan pada Kulit
Kejadian ini sama dengan hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013)
dilakukan dengan menggunakan sampel uji
menyatakan bahwa ektoparasit Argulus
ikan Komet sebanyak tiga puluh ekor yang
japonicus memasukkan stylet ke dalam
diperoleh dari kios ikan di Kecamatan
epidermis sampai lapisan jaringan dibawahnya
Ciampea Kabupaten Bogor, didapat kerusakan
hal ini berpotensi mengakibatkan kerusakan
struktur jaringan kulit ikan Komet yang
jaringan epidermis karena penetrasi stylet
disebabkan oleh pengaruh suhu yang berbeda
menembus lapisan epidermis dengan cara
selama 6 jam pemeliharaan. Sampel uji yang
menusuk sehingga mengakibatkan pengikisan
mengalami kerusakan oleh pengaruh suhu
epitel epidermis. Saber (2011) menambahkan
terjadi pada C (320C).
bahwa kerusakan kulit dan jaringan yang
Kulit merupakan bagian organ terluar
terjadi berkaitan dengan perubahan lingkungan
pada ikan serta kulit juga merupakan organ
atau perubahan temperatur yang tinggi
yang paling luas, permukaan yang
dikarenakan ikan yang mensekresi mukus dan
membungkus seluruh bagian luar tubuh ikan
tidak bisa mempertahankan diri dari perubahan
sehingga kulit juga berperan sebagai pelindung
lingkungan, sehingga sangat rentan mengalami
tubuh terhadap ganguan lingkungan bila ikan
kerusakan pada jaringan kulit epidermis.
terpapar lingkungan yang kurang
Kerusakan struktur jaringan kulit epidermis
menguntungkan, kemungkinan pada jaringan
disebabkan ikan akan mensekresikan mukus
kulit akan terjadi pengelupasan epidermis,
sebagai upaya untuk mempertahankan diri dari
jaringan kulit epidermis berada paling luar
lingkungan, semakin jauh perbedaan antara
pada struktur jaringan kulit, serta paling
suhu tubuh dan lingkungan maka ikan akan
rentan mengalami kerusakan karena jaringan
melakukan upaya adaptasi untuk
kulit epidermis sangat tipis dan memungkinkan
mempertahankan diri dari lingkungan
terjadi kerusakan apabila terjadi serangan pada
(osmoregulasi) (Fujaya 2008). Mukus
ikan yang disebabkan oleh gangguan
merupakan glikoprotein yang bersifat basa atau
lingkungan atau perubahan suhu. Jika
netral yang berfungsi sebagai perlindungan
lingkungan perairan terganggu ikan akan
atau proteksi, menurunkan terjadinya friksi
mempertahankan diri dengan mengeluarkan
atau gesekan, antipatogen, membantu
mukus (lendir) sebagai pertahanan pertama
pertukaran ion, membantu pertukaran gas dan
saat lingkungan mengalami gangguan seperti
air (Shephard 1994).
perubahan suhu. Kerusakan pada jaringan kulit
epidermis disebabkan ikan mengalami iritasi
6 Asep et al. Pengaruh Perbedaan Suhu

Kerusakan Struktur Jaringan Pada Insang hiperplasia lamella sekunder dan hiperplasia
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lamella primer pada insang ikan Nila
perbedaan suhu pemeliharaan yang berbeda (Oreochromis nilocticus). Saber (2011)
dapat berpengaruh terhadap histopatologi menambahkan bahwa lendir berfungsi untuk
insang ikan Komet dan menyebabkan lepasnya melindungi lamella insang dari gangguan
epithelium, hiperplasia lamella primer dan lingkungan, gangguan pada lingkungan atau
hiperplasia lamella sekunder sampel perubahan suhu dapat mengakibatkan
histopatologi insang yang mengalami perubahan struktur jaringan insang, seperti
perubahan atau kerusakan terjadi pada sampel hiperplasia lamella primer, hiperplasia lamella
perlakuan C (320C). Suhu merupakan salah sekunder edema dan lepasnya lapisan
satu indikator yang penting dalam perairan, epithelium. Suhu air yang tinggi dan rendah
perubahan suhu atau perbedaan suhu dengan menyebabkan ikan akan bekerja lebih
habitat asli ikan dapat memberi pengaruh maksimal untuk memompakan air lebih cepat
terhadap jaringan insang dikarenakan insang ke dalam permukaan insang untuk proses
merupakan salah satu organ yang sangat pernapasan (Reebs 2009). Kerusakan kecil bisa
sensitif jika terjadi perubahan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi insang
gangguan pada lingkungan perairan. sebagai pengatur tekanan osmosis dan ikan
Terlepasnya sel epitel pada lamela primer dan akan sulit bernafas. Perubahan temperatur
lamela sekunder yang terjadi dikarenakan sebesar 5°C di atas normal bisat menyebabkan
insang mengeluarkan mukus sebagai bentuk ikan menjadi stress, bahkan menimbulkan
pertahanan diri insang terhadap perubahan kerusakan pada jaringan dan kematian pada
lingkungan. Lapisan epitel insang yang tipis ikan (Kordi 2000).
dan berhubungan langsung dengan lingkungan
luar menyebabkan berpeluang besar Kualitas Air
mengalami perubahan atau kerusakan. Kualitas air selama proses penelitian
Epithelium lepas disebabkan oleh pelepasan selain suhu sebagai perlakuan relatif berada
sel-sel dari jaringan penyokongnya (membran pada kisaran normal yaitu DO pada perlakuan
basal) dikarenakan perubahan suhu yang tinggi A yaitu 4,3 – 4,4, perlakuan B berkisar 4,1 –
sehingga mempengaruhi sistem kerja insang. 4,2 sedangkan pada perlakuan C 4,0 – 4,1 dan
Sel-sel lamella sangat berperan penting pH pada perlakuan A dan B berkisar 6,8 – 6,9
dalam proses respirasi terutama untuk difusi O2 sedangkan pada perlakuan C pH 6,7 – 6,8.
dari dalam air, ketika keadaan fisika (suhu) Kelangsungan hidup ikan dapat dipengaruhi
perairan tidak dalam kondisi baik maka sel-sel oleh dua faktor, faktor internal meliputi
lamella juga akan terganggu. Hiperplasia pada genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor
insang ikan disebabkan oleh pengaruh suhu eksternal yang berhubungan denganlingkungan
yang berbeda dengan habitatnya dan (suhu). Suhu merupakan salah satu faktor
menyebabkan berubahnya struktur sel klorida, fisika yang sangat penting di dalam air karena
serta diikuti oleh lepasnya epitel dari lamela bersama-sama dengan zat/unsur yang
sekunder yang dapat menyebabkan terkandung didalamnya akan menentukan
terganggunya fungsi epitel sebagai penangkap massa jenis air, densitas air dan kejenuhan air.
gas terlarut. Perubahan suhu mengakibatkan Hasil dari penelitian bahwa perubahan suhu
insang mengalami iritasi dan mengeluarkan yang tinggi dapat memberi pengaruh terhadap
lendir sebagai perlindung terhadap perubahan kehidupan ikan, serta dapat merusak struktur
lingkungan. Hiperplasia lamella primer dan jaringan dan fungsi insang serta kulit sebagai
hiperplasia lamella sekunder dapat terjadi pada organ yang sensitif terhadap perubahan
insang ikan diawali dengan beberapa kejadian lingkungan.
diantaranya edema, kematian sel dan lepasnya
KESIMPULAN DAN SARAN
sel-sel epithelium pada lamella insang.
Kejadian ini sesuai dengan penelitian yang Kesimpulan
telah dilakukan oleh Sipahutar et al. (2013) Pengaruh perbedaan suhu pemeliharaan
yang menyatakan pada suhu 30 0C – 32 0C, ini berpengaruh terhadap histopatologi kulit
terlepasnya epithelium pada lamella, dan insang ikan Komet (Carassius auratus).
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 3 Nomor 1, April 2017 7

Perubahan pada struktur kulit pada perlakuan Lingga P, Susanto H. 2003. Ikan Hias Air
C (320 C ) yaitu rusaknya jaringan epidermis Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya.
dan pada struktur jaringan insang pada
perlakuan C (320 C) epithelium lepas, Reebs SG.2009. Oxygen and Fish Behavior.
hiperplasia lamela primer dan hiperplasia www.howfish behave.ca/pdf/oxygen. pdf.
lamela sekunder. pada 27 Agustus 2015.
Saran
Roberts RJ. 2001. Fish Pathology. 3rd ed. WB
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
Saunders. Toronto.
pengaruh suhu terhadap histopatologi insang
dan kulit ikan Komet, dengan perlakuan suhu
Sari RER. 2010. Perubahan Histopalogi
yang lebih tinggi untuk mengetahui tingkat
Jaringan Kulit Ikan Komet (Carassius
lanjutan kerusakan pada jaringan kulit dan
auratus auratus) Akibat Inasfestasi
insang ikan Komet (Carassius auratus).
Argulus japonicus. [Skripsi] Surabaya:
FPIK Universitas Airlangga.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi. 2008. Pembenihan Ikan Mas Komet Saber TH. 2011. Histological Adaptation to
(Carassiu s auratus auratus). On line at Thermal Changes in Gills of Common
http://www.docstoc.com/ docs/ 13480410/ Carp Fishes Cyprinus carpio L. Jou.Raf.
PEMBENIHAN - IKAN-MAS KOMET - Sci., Vol. 22, No.1 pp 46 - 55.
Carassius-auratus [diakses tanggal 06
September 2015]. Shephard KL.1994. Functions for fish mucus.
Rev.Fish Biology. Fish 4:401.
Fujaya Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar
Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta: Sipahutar LW, Aliza D, Winaruddin,
Rineka Cipta. Nazaruddin. 2013. Gambaran
Histopathologi Insang Ikan Nila
Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. (Oreochromis niloticus) Yang Dipelihara
Yogyakarta: Gadjah Mada University Dalam Temperatur Air Di Atas Normal.
Press. Banda Aceh: FKH Universitas Syiah
Kuala.

Anda mungkin juga menyukai