Pengaruh Perbedaan Suhu Pemeliharaan terhadap Histopatologi Insang dan Kulit Ikan
Komet (Carassius auratus)
The Effects of Different Cultivation Temperature Against Histopathology of Gill and Skin on
Carp (Carassius auratus)
ABSTRACT
The research is aimed to know the effects of different temperature against of histopathology of gill
and skin on carp (Carassius auratus). The research used 30 samples of carp that is divided into 3
treatments. The treatments are different cultication temperature, these were 25.0 oC, 28.5 oC and
32.0 oC. The research showed histopathology on gill and skin of carp at treatment of 32 oC. Skin
histopathology was necrose of epidermis. Gill histopathology were epithelium erosion, hiperplasia
of primary lamella, and hiperplasia of secondary lamella.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pemeliharaan berbeda terhadap
histopatologi insang dan kulit ikan Komet (Carassius auratus). Penelitian ini menggunakan 30
sampel ikan Komet yang dibagi menjadi tiga perlakuan suhu pemeliharaan, yaitu 25,0 0C, 28,50C,
dan 32,0 0C. Hasil penelitian memperlihatkan kerusakan jaringan pada kulit dan insang ikan komet
pada perlakuan 320C. Kerusakan pada jaringan kulit berupa nekrosis epidermis. Kerusakan
jaringan insang berupa terlepasnya epitelium, hiperplasia lamella primer, dan hiperplasia lamella
sekunder.
Asep Sumantri, Mulyana dan Fia Sri Mumpuni. 2017. Pengaruh Perbedaan Suhu Pemeliharaan
terhadap Histopatologi Insang dan Kulit Ikan Komet (Carassius auratus). Jurnal Mina Sains 3(1):
1-7.
oleh rendahnya kandungan oksigen terlarut sampel (gunting dan pisau), pinset, oven, kaca
dalam air (Harper dan Jeffrey 2008). tutup, pemanas air (heater), 3 buah akuarium
Suhu merupakan faktor yang sangat berukuran 30cm x 30cm x 30 cm, kaca objek,
penting di dalam air karena bersama-sama mikroskop binokuler, dan mikrotom.
dengan zat yang ada didalamnya akan
Metode Penelitian
menentukan densitas air, kejenuhan air, Tiga puluh ekor ikan Komet yang
mempercepat reaksi kimia air, dan berukuran 4-5 cm yang berasal dari toko ikan
mempengaruhi kandungan oksigen terlarut hias yang berada di Kecamatan Ciampea,
dalam air (Irianto 2005). Perubahan temperatur Kabupaten Bogor, digunakan sebagai sampel
air sebesar 5° C di atas normal bisa dalam penelitian ini. Kemudian dibawa ke
menyebabkan ikan stres bahkan kerusakan Laboratorium Perikanan Universitas Djuanda
jaringan (histopatologi) dan kematian (Irianto Bogor untuk diadaptasi selama 3 hari.
2005). Kulit merupakan lapisan terluar yang Pemeliharaan ikan memmpergunakan sistem
terdapat di bagian luar tubuh ikan, berfungsi air tidak mengalir dan suhu air relatif stabil.
menutupi dan melindungi permukaan tubuh Percobaan ini terdiri atas 3 perlakuan.
dari gangguan lingkungan, pathogen, limbah Perlakuan I adalah dengan suhu air 25° C,
atau racun yang ada di dalam perairan. Oleh perlakuan II 28,5° C, dan perlakuan III 32° C
karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap dan pada setiap perlakuan, jumlah ikan yang
pengaruh gangguan suhu terhadap jaringan berada dalam akuarium perlakuan bsebanyak
insang dan kulit pada ikan Komet. 10 ekor. Perlakuan dilakukan selama 6 jam
Tujuan mulai dari Jam 07.00 -13.00 WIB, selama
Penelitian ini bertujuan untuk perlakuan dalam kurun waktu 6 jam pada jam
mengetahui histopatologi kulit dan insang ikan 07.15, 07.45, 08.00, 10.00, 13.00 ikan diambil
Komet (Carassius auratus) yang dipelihara contohnya sebanyak 2 ekor dari setiap
pada suhu yang berbeda. perlakuan untuk dijadikan preparat jaringan
insang dan kulit. Pemeriksaan histologi
Hipotesis
dilakukan menurut prosedur sebagai berikut.:
Suhu pemeliharan yang berbeda dapat
(1) Fiksasi jaringan otot dan kulit dalam
memicu stress dan berpengaruh terhadap
larutan BNF selama 24 jam
perubahan jaringan kulit dan insang ikan
(2) Dehidrasi dengan ethanol 70% selama 1-2
Komet (Carassiuss auratus).
hari, ethanol 80% selama 2 jam, ethanol
90% selama 2 jam, ethanol 95% selama 2
BAHAN DAN METODE
jam, ethanol 95% selama 2 jam, dan
Waktu dan Tempat Penelitian ethanol absolut selama 12 jam
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan (3) Clearing menggunakan ethanol
September 2015 hingga bulan April 2016. absolute:xylol dengan perbandingan 1:1
Penelitian ini menggunakan metode sampling. selama 0,5 jam, xylol I selama 0,5 jam,
Proses analisis dan pemeriksaan jaringan xylol II selama 0,5 jam, xylol III selama
insang dan kulit pada sampel ikan dilakukan di 0,5 jam, dan xylol:paraffin dengan
Laboratorium Perikanan Universitas Djuanda perbandingan 1:1 yang dilakukan di dalam
Bogor. oven pada suhu 58oC selama 0,75 jam
Bahan dan Alat (4) Embedding menggunakan paraffin I dalam
Bahan yang dibutuhkan ialah ikan komet oven pada suhu 58oC selama 0,75 jam,
sebagai objek penelitian yang dibeli dari toko paraffin II dalam oven pada suhu 58oC
ikan hias di Kecamatan Ciampea, Kabupaten selama 0,75 jam, paraffin III dalam oven
Bogor sebanyak 50 ekor, larutan BNF, ethanol pada suhu 58oC selama 0,75 jam,
70 %, ethanol 80 %, ethanol 90 %, ethanol kemudian dicetak dalam paraffin
95 % dan ethanol absolut, xylol, paraffin, (5) Sayatlah jaringan dalam blok paraffin
hematoksilin, eosin, entelan dan botol sampel. dengan ketebalan 5 mikron
Peralatan yang dipergunakan dalam (6) Deparaffinasi dengan xylol I selama 3
penelitian percobaan ini ialah alat bedah menit dan xylol II selama 3 menit
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 3 Nomor 1, April 2017 3
Kualitas air selama perlakuan dengan ini selain suhu, seperti DO dan pH dikatakan
suhu pemeliharaan yang berbeda dalam kurun layak dan tidak berpengaruh pada tingkat stres
waktu 6 jam (Tabel 2) dan tidak mengalami ikan dan perubahan stuktur jaringan dan insang
fluktuasi suhu. Faktor–faktor yang dapat ikan Komet.
mempengaruhi kehidupan ikan pada penelitian
Perlakuan
Kisaran optimal
Parameter
A B C (Wicaksono 2005)
250C 28,50C 320C
Suhu (oC) 250C 28,50C 320C 18 – 28
DO (ppm) 4,3 – 4,4 4,1 – 4,2 4,0 – 4,1 3,0
pH 6,8 – 69, 6,8 – 6,9 6,7 – 6,8 6,7 – 8,6
Kerusakan Struktur Jaringan Pada Insang hiperplasia lamella sekunder dan hiperplasia
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lamella primer pada insang ikan Nila
perbedaan suhu pemeliharaan yang berbeda (Oreochromis nilocticus). Saber (2011)
dapat berpengaruh terhadap histopatologi menambahkan bahwa lendir berfungsi untuk
insang ikan Komet dan menyebabkan lepasnya melindungi lamella insang dari gangguan
epithelium, hiperplasia lamella primer dan lingkungan, gangguan pada lingkungan atau
hiperplasia lamella sekunder sampel perubahan suhu dapat mengakibatkan
histopatologi insang yang mengalami perubahan struktur jaringan insang, seperti
perubahan atau kerusakan terjadi pada sampel hiperplasia lamella primer, hiperplasia lamella
perlakuan C (320C). Suhu merupakan salah sekunder edema dan lepasnya lapisan
satu indikator yang penting dalam perairan, epithelium. Suhu air yang tinggi dan rendah
perubahan suhu atau perbedaan suhu dengan menyebabkan ikan akan bekerja lebih
habitat asli ikan dapat memberi pengaruh maksimal untuk memompakan air lebih cepat
terhadap jaringan insang dikarenakan insang ke dalam permukaan insang untuk proses
merupakan salah satu organ yang sangat pernapasan (Reebs 2009). Kerusakan kecil bisa
sensitif jika terjadi perubahan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi insang
gangguan pada lingkungan perairan. sebagai pengatur tekanan osmosis dan ikan
Terlepasnya sel epitel pada lamela primer dan akan sulit bernafas. Perubahan temperatur
lamela sekunder yang terjadi dikarenakan sebesar 5°C di atas normal bisat menyebabkan
insang mengeluarkan mukus sebagai bentuk ikan menjadi stress, bahkan menimbulkan
pertahanan diri insang terhadap perubahan kerusakan pada jaringan dan kematian pada
lingkungan. Lapisan epitel insang yang tipis ikan (Kordi 2000).
dan berhubungan langsung dengan lingkungan
luar menyebabkan berpeluang besar Kualitas Air
mengalami perubahan atau kerusakan. Kualitas air selama proses penelitian
Epithelium lepas disebabkan oleh pelepasan selain suhu sebagai perlakuan relatif berada
sel-sel dari jaringan penyokongnya (membran pada kisaran normal yaitu DO pada perlakuan
basal) dikarenakan perubahan suhu yang tinggi A yaitu 4,3 – 4,4, perlakuan B berkisar 4,1 –
sehingga mempengaruhi sistem kerja insang. 4,2 sedangkan pada perlakuan C 4,0 – 4,1 dan
Sel-sel lamella sangat berperan penting pH pada perlakuan A dan B berkisar 6,8 – 6,9
dalam proses respirasi terutama untuk difusi O2 sedangkan pada perlakuan C pH 6,7 – 6,8.
dari dalam air, ketika keadaan fisika (suhu) Kelangsungan hidup ikan dapat dipengaruhi
perairan tidak dalam kondisi baik maka sel-sel oleh dua faktor, faktor internal meliputi
lamella juga akan terganggu. Hiperplasia pada genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor
insang ikan disebabkan oleh pengaruh suhu eksternal yang berhubungan denganlingkungan
yang berbeda dengan habitatnya dan (suhu). Suhu merupakan salah satu faktor
menyebabkan berubahnya struktur sel klorida, fisika yang sangat penting di dalam air karena
serta diikuti oleh lepasnya epitel dari lamela bersama-sama dengan zat/unsur yang
sekunder yang dapat menyebabkan terkandung didalamnya akan menentukan
terganggunya fungsi epitel sebagai penangkap massa jenis air, densitas air dan kejenuhan air.
gas terlarut. Perubahan suhu mengakibatkan Hasil dari penelitian bahwa perubahan suhu
insang mengalami iritasi dan mengeluarkan yang tinggi dapat memberi pengaruh terhadap
lendir sebagai perlindung terhadap perubahan kehidupan ikan, serta dapat merusak struktur
lingkungan. Hiperplasia lamella primer dan jaringan dan fungsi insang serta kulit sebagai
hiperplasia lamella sekunder dapat terjadi pada organ yang sensitif terhadap perubahan
insang ikan diawali dengan beberapa kejadian lingkungan.
diantaranya edema, kematian sel dan lepasnya
KESIMPULAN DAN SARAN
sel-sel epithelium pada lamella insang.
Kejadian ini sesuai dengan penelitian yang Kesimpulan
telah dilakukan oleh Sipahutar et al. (2013) Pengaruh perbedaan suhu pemeliharaan
yang menyatakan pada suhu 30 0C – 32 0C, ini berpengaruh terhadap histopatologi kulit
terlepasnya epithelium pada lamella, dan insang ikan Komet (Carassius auratus).
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 3 Nomor 1, April 2017 7
Perubahan pada struktur kulit pada perlakuan Lingga P, Susanto H. 2003. Ikan Hias Air
C (320 C ) yaitu rusaknya jaringan epidermis Tawar. Jakarta: Penebar Swadaya.
dan pada struktur jaringan insang pada
perlakuan C (320 C) epithelium lepas, Reebs SG.2009. Oxygen and Fish Behavior.
hiperplasia lamela primer dan hiperplasia www.howfish behave.ca/pdf/oxygen. pdf.
lamela sekunder. pada 27 Agustus 2015.
Saran
Roberts RJ. 2001. Fish Pathology. 3rd ed. WB
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
Saunders. Toronto.
pengaruh suhu terhadap histopatologi insang
dan kulit ikan Komet, dengan perlakuan suhu
Sari RER. 2010. Perubahan Histopalogi
yang lebih tinggi untuk mengetahui tingkat
Jaringan Kulit Ikan Komet (Carassius
lanjutan kerusakan pada jaringan kulit dan
auratus auratus) Akibat Inasfestasi
insang ikan Komet (Carassius auratus).
Argulus japonicus. [Skripsi] Surabaya:
FPIK Universitas Airlangga.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi. 2008. Pembenihan Ikan Mas Komet Saber TH. 2011. Histological Adaptation to
(Carassiu s auratus auratus). On line at Thermal Changes in Gills of Common
http://www.docstoc.com/ docs/ 13480410/ Carp Fishes Cyprinus carpio L. Jou.Raf.
PEMBENIHAN - IKAN-MAS KOMET - Sci., Vol. 22, No.1 pp 46 - 55.
Carassius-auratus [diakses tanggal 06
September 2015]. Shephard KL.1994. Functions for fish mucus.
Rev.Fish Biology. Fish 4:401.
Fujaya Y. 2008. Fisiologi Ikan Dasar
Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta: Sipahutar LW, Aliza D, Winaruddin,
Rineka Cipta. Nazaruddin. 2013. Gambaran
Histopathologi Insang Ikan Nila
Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. (Oreochromis niloticus) Yang Dipelihara
Yogyakarta: Gadjah Mada University Dalam Temperatur Air Di Atas Normal.
Press. Banda Aceh: FKH Universitas Syiah
Kuala.