Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA FILLET IKAN GURAMI


(Osphronemus gouramy) DARI HABITAT BERBEDA

OLEH :

MUHAMMAD FIKRI SYAHPUTRA

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA FILLET IKAN GURAMI
(Osphronemus gouramy) DARI HABITAT BERBEDA

Oleh :

), ), )
Email: putramuhammad012@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dilaksanakannya penelitian untuk mengetahui perbedaan karakteristik


fisikokimia fillet ikan gurami pada habitat berbeda. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimental perbandingan dengan rancangan uji T yang terdiri
dari 2 perlakuan yaitu ikan gurami habitat keramba (ke) dan ikan gurami habitat kolam (ko).
Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali setiap perlakuannya, Sehingga jumlah satuan
percobaan adalah 6 unit. Parameter yang di ukur dalam penelitian ini adalah analisis sensoris
kenampakan, bau, tektur, analisis analisis fisiko ediple portion, dressing percentage, water
holding capacity dan analisis proksimat protein, lemak, air dan abu. Hasil analisis
menunjukkan habitat berbeda pada karakteristik fisikokimia berpengaruh nyata terhadap
penampakan, tekstur, ediple portion, dressing percentage, dan water holding capacity
sedangkan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai bau. Hasil analisis proksimat habitat (ke)
dengan rata-rata tertinggi protein 13,45% , abu5,02% dan nilai rata-rata tertinggi habitat
kolam (ko) yakni lemak 2,86% dan air 79,2%.

Kata Kunci : Habitat berbeda, Ikan gurami dan Karakteristik Fisikokimia,


1
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
PHYSICOCHEMICAL CHARACTERISTICS OF CARP
(Osphronemus gouramy) FILLETS FROM DIFFERENT HABITATS

By:

), ), )
Email: putramuhammad012@gmail.com

ABSTRACT

The aim of the research was to determine the differences in physicochemical


characteristic carp fillet from different habitats. The research method used in this study was a
comparative experimental method with the T-test design, consisting of 2 treatments, namely
carp from cages (ke) and carp from a pond (ko) with 3 replicated. So, there were 6 units of
experimental units. The parameters measured in this study were sensory analysis
(appearance, odor, and texture), physical analysis (edible portion, dressing percentage, and
water holding capacity) and proximate analysis (protein, fat, water and ash content). The
results of the analysis showed that different habitats on physicochemical characteristics had a
significant effect on appearance, texture, edible portion, dressing percentage and water-
holding capacity, while the odor values were not significantly affected. Based on the
proximate analysis that ke treatment higher in protein content 13.45%, and ash content
5.02%, meanwhile, ko treatment higher in fat content 2.86% and water content 79.20%.

Keywords: carp, different habitats, physicochemical characteristics


1
Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences Universitas Riau
2
Lecturer at Faculty of Fisheries and Marine Science Universitas of Riau
1

PENDAHULUAN mencakup komponen biotik seperti


tumbuhan dan hewan serta komponen
Dalam kehidupannya, ikan abiotik seperti batu, pasir dan air. Dalam
menempati habitat yang berbeda beda dan kehidupannya, ikan menempati habitat
masing-masing habitat juga mempunyai yang berbeda-beda dan masing-masing
karakteristik khusus yang dapat menjadikan habitat juga mempunyai karakteristik
suatu spesies ikan mendiami habitat khusus yang dapat menjadikan suatu
tersebut. Persyaratan di dalam sebuah spesies ikan mendiami habitat tersebut.
habitat ikan khususnya interaksi yang Persyaratan di dalam sebuah habitat ikan
terjalin antara satu spesies ikan dengan khususnya interaksi yang terjalin antara
spesies lainnya di setiap kawasan berbeda- satu spesies ikan dengan spesies lainnya di
beda. (Brown 2001) setiap kawasan berbeda-beda. (Brown
Ikan gurami (Osphronemus 2001)
gouramy) merupakan salah satu jenis ikan Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
yang dibudidaya dengan pesat oleh beberapa faktor antara lain ukuran ikan,
masyarakat. Hal ini dikarenakan ikan umur ikan, kualitas protein, kandungan
gurami memiliki potensi yang bagus energi, pakan, suhu air dan tingkat
sebagai hasil perikanan yang mulai banyak pemberiaan pakan. Setiap spesies ikan
dikonsumsi oleh masyarakat khususnya di berbeda kebutuhannya terhadap protein,
daerah Riau. Biasanya ikan ini diperoleh energi, dan pakan yang kandungan gizinya
dari hasil tangkapan di alam, namun tidak baik menimbulkan malnutrisi atau
belakangan ini budidaya ikan gurami ini kekurangan gizi pada ikan. (Suhendra et
telah dikembangkan baik didalam kolam al., 2005)
maupun didalam keramba. Penelitian ini bertujuan untuk
Dialam aslinya ikan gurami mengetahui perbedaan karakteristik
termasuk ikan yang mendiami daerah fisikokimia fillet ikan gurami pada habitat
perairan yang tenang dan tergenang, seperti berbeda, sedangkan manfaat penelitian ini
rawa, waduk, situ dan danau. Temperatur diharapkan dapat memberikan informasi
yang ideal untuk pertumbuhan ikan gurami mengenai karakteristik secara fisikokimia
adalah 24-28°C, pH 7-8. Biasanya ikan fillet ikan gurami habitat gurami.
gurami ini diperoleh dari hasil tangkapan di
alam, namun belakangan ini budidaya ikan METODE PENELITIAN
gurami ini telah dikembangkan baik Waktu dan Tempat
didalam kolam maupun didalam keramba.
(Puspowardoyo dan Djarijah 1992) Penelitian ini telah dilaksanakan
Ikan gurami ini juga dapat pada bulan September sampai November
dibudidayakan didaerah dataran rendah 2018 di Laboratorium Pengolahan Hasil
dekat pantai, perairan yang optimal untuk Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan
budidaya dengan ketinggian 5-400 meter Universitas Riau, dan Laboratorium Kimia
diatas permukaan laut. Namun ada Terpadu Fakultas Perikann dan Ilmu
beberapa jenis ikan gurami yang bias Kelautan Universitas Riau.
mentolerir untuk hidup sampai pada
ketinggian 600 meter diatas permukaan laut Bahan dan Alat
dengan rata-rata suhu idealnya 24-28 °C.
(Sitanggang dan Sarwono, 2006) Bahan baku yang digunakan pada
Habitat ikan merupakan komponen penelitian ini adalah ikan gurami yang
penting bagi kehidupan ikan dan akan diperoleh dari habitat yang berbeda yaitu
mempengaruhi proses kehidupan seperti habitat keramba (ke) dan habitat kolam
mencari makan, tempat tinggal, reproduksi (ko). Bahan lain yang digunakan selama
dan migrasi. Interaksi dalam habitat penelitian ini adalah bahan-bahan kimia
2

untuk analisa proksimat ( 98%, tertinggi dalam menentukan nilai score


2%, NaOH 50%, Hcl (0,1M), Cu sheet
kompleks, Dietil Eter, indikator pp dan
indikator campuran. Prosedur Penelitian
Alat-alat yang akan digunakan
adalah spectro visual and flame (Smart Sampel yang digunakan dalam
Spectro), erlemeyer, nampan, hotplate, penelitian ini adalah ikan gurami yang
gelas piala, labu takar, labu lemak, labu diperoleh dari hasil tangkapan budidaya
kjeldahl, pisau stainles steel, gelas ukur, keramba (ke) dan juga kolam (ko) dari
homogenezier, oven, timbangan, neraca habitat berbeda, ikan gurami terlebih
analitik, desikator, tanur listrik, kondensor, dahulu dipisahkan menurut habitat hasil
destruktor, buret, destilator, pemanas tangkapnya kemudian ikan tersebut di
listrik, soklet, pipet tetes, cawan porselen, bersihkan dengan air mengalir sambil
termometer, dan peralatan gelas lainnya. dikeluarkan isi perut, tulang, kepala,
insang, kemudian untuk isi perut, kepala,
Metode Penelitian sirip dan tulang ditimbang untuk pengujian
dressing percentage.
Metode yang digunakan dalam Selanjutnya fillet ikan gurami
penelitian ini adalah metode eksperimental tersebut ditimbang dan di lakukan
perbandingan (Comparative experimental), pengujian untuk analisis organoleptik
untuk perlakuan habitat berbeda dengan uji berupa kenampakan, tekstur, bau lalu
T terdiri dari 2 perlakuan yaitu ikan gurami analisis fisiko yaitu edible portion, dan
habitat keramba (ke), ikan gurami habitat water holding capacity dari ikan gurami
kolam (ko) dengan 3 kali ulangan, sehingga habitat berbeda. Analisis selanjutnya yaitu
jumlah percobaan adalah 6 unit. proksimat fillet ikan gurami yang meliputi
Adapun uji T berdasarkan Steel dan perhitungan kadar air, kadar abu, kadar
Torrie (1989) dengan rumus sebagai lemak, kadar protein.
berikut:
Sd2 = ∑ D2 – (∑ D)2 /n HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bahan Baku Dan Fillet
n-1 Ikan Gurami
Sd = √ Sd2/n Ikan gurami atau adalah sejenis ikan
air tawar yang biasanya diperoleh dari
Thitung = D habitat keramba dan kolam. Ikan gurami
Sd
memiliki tubuh agak panjang, tinggi dan
pipih ke samping dengan ukuran mulutnya
Dimana :
kecil, miring, dan dapat disembulkan.
D = Rata-rata selisih variabel
Daging fillet ikan gurami pada
Sd2 =Rata-rata standar deviasi keramba
habitat keramba (ke) memiliki warna
(ke) dan kolam (ko)
kuning kemerahan sedangkan fillet ikan
N = Jumlah ulangan
gurami habitat kolam (ko) memiliki warna
Pada analisis organoleptik ini
yang lebih putih. Warna kuning kemerahan
dilakukan oleh panelis tidak terlatih dengan
disebabkan oleh adanya darah dan
jumlah 25 orang panelis dengan
pembuluh darah yang mengandung pigmen
menggunakan score sheet terhadap nilai
darah hemoglobin dalam setiap daging
kenampakan, bau dan tekstur dari fillet ikan
ikan. Warna putih segar juga karena belum
gurami segar pada habitat berbeda Setiap
terjadinya perubahan biokimia lebih lanjut
tanggapan yang disajikan diberi skala 1
yang dapat menyebabkan tumbuhnya
sebagai nilai terendah dan 9 untuk nilai
mikroba yang dapat mengubah warna.
3

Setiap ikan memiliki kadar hemoglobin bergizi tinggi. Pada penelitian De Man
yang berbeda, sehingga memiliki warna (1997) dapat dilihat kenampakan ikan
yang berbeda pula. gurami yang ditangkap di keramba (ke)
memiliki nilai kenampakan lebih tinggi,
Analisis Mutu Sensoris perbedaan ini disebabkan oleh pakan ikan,
lingkungan tempat dimana ikan di dapatkan
Nilai kenampakan, bau dan tekstur sehingga mempengaruhi ukuran dan
fillet ikan gurami yang ditangkap dihabitat kenampakan.
keramba (ke) dan kolam (ko) disajikan
pada Table 1. Nilai kenampakan fillet ikan Nilai bau
gurami berturut turut 7,22, 6,97, nilai bau Dalam industri pengolahan dan
6,89, 6,81, dan tekstur 6,78, 7,07. Ketiga industri pangan, nilai terhadap bau sangat
atribut sensoris tersebut cenderung penting karena cepat dalam memberikan
menurun pada fillet ikan gurami habitat penilaian terhadap hasil produk yang
keramba (ke), sedangkan nilai rata-rata sedang di teliti, apakah produk tersebut
gurami habitat kolam (ko) cenderung memiliki nilai mutu yang sangat baik atau
meningkat. bahkan sebaliknya. Adapun nilai rata-rata
bau ikan gurami dari habitat berbeda seperti
Tabel 1.Nilai rata-rata analisis sensoris. yang disajikan pada Tabel.1
ke ko Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa
bau fillet ikan gurami dengan rata-rata
Kenampakan 7,22 6,97
tertinggi perlakuan ikan gurami pada
Bau 6,89 6,81
habitat keramba (ke) yaitu 6,89 dengan bau
Tekstur 6,78 7,07 khas ikan segar sedangkan rata rata
terendah terdapat pada perlakuan ikan
Nilai kenampakan gurami habitat kolam (ko) yaitu 6,81.
Kenampakan adalah salah satu Untuk hasil analisa uji-t menunjukan
parameter penting karena merupakan faktor bahwa nilai bau fillet ikan gurami dari
yang pertama kali dilihat oleh konsumen habitat berbeda, dimana t-hitung 2,84 < t-
terhadap produk. Adapun nilai rata-rata tabel 2,92 pada tingkat kepercayaan 95%,
kenampakan terhadap fillet ikan gurami sehingga diterima dan tidak berbeda
dari habitat berbeda seperti yang disajikan nyata. Dari hasil analisis sensoris
pada Tabel 1. menunjukkan bau fillet ikan gurami dari
Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa habitat berbeda tidak memberikan pengaruh
kenampakan fillet ikan gurami dengan rata nyata terhadap bau yang dihasilkan pada
rata tertinggi terdapat pada perlakuan ikan tingkat kepercayaan 95%.
gurami habitat keramba (ke) yaitu 7,22 dan Hasil dari penelitian ini
diikuti pada perlakuan ikan gurami habitat menunjukkan nilai bau fillet ikan gurami
kolam (ko) yaitu 6,97. Untuk hasil analisa segar pada habitat keramba (ke) dan kolam
uji-t menunjukan bahwa nilai kenampakan (ko) tidak memiliki perbedaan dikarenakan
fillet ikan gurami pada habitat berbeda, kedua bahan baku masih sama-sama dalam
dimana t-hitung 3,75 > t-tabel 2,92 pada keadaan segar dan belum terjadi proses
tingkat kepercayaan 95%, sehingga H0 oksidasi pada ikan. Perubahan bau yang
ditolak dan berbeda nyata. siginfikan biasanya dipengaruhi oleh
Menurut Winarno (2004) bumbu dan rempah-rempah yang
kenampakan ataupun rupa lebih banyak ditambahkan ke dalam adonan. Menurut
melibatkan indera penglihatan dan Lewis (1984), bau yang muncul juga
merupakan salah satu indikator untuk disebabkan oleh bumbu-bumbu seperti
menentukan bahwa bahan pangan tersebut bawang putih yang memberikan bau yang
memiliki mutu yang berkualitas baik dan kuat yang mengandung komponen sulfur,
4

dan bawang merah yang memberikan portion, dressing percentage dan water
wangi yang khas. holding capacity fillet ikan gurami habitat
keramba (ke) dan kolam (ko) disajikan
Nilai tekstur pada Tabel 2.
Penilaian tekstur dapat berupa
tingkat elastisitas, ataupun kekenyalan Tabel 2.Nilai rata-rata analisis fisiko.
bahan baku fillet ikan gurami dari habitat Analisis ke ko
berbeda. Berikut adalah hasil sensoris dari
Edible portion 48,73 53,2
nilai tekstur fillet ikan gurami dari habitat
berbeda yang disajikan pada Tabel.1 Dressing percentage 35,88 37
Tekstur ikan gurami dengan rata- Water holding capacity 20,63 18,3
rata tertinggi terdapat pada perlakuan ikan
gurami habitat kolam (ko) yaitu 6,78
sedangkan rata-rata yang terdapat pada Edible portion
perlakuan ikan gurami habitat keramba (ke) Edible portion merupakan bagian
yaitu 7,07. Untuk hasil analisa uji-t bagian atau persentase dari banyaknya
menunjukan bahwa nilai tekstur fillet ikan daging yang bisa dikonsumsi khalayak
gurami dari habitat berbeda, dimana t- ramai. Hasil penelitian terhadap nilai edible
hitung 25,21 > t-tabel 2,92 pada tingkat portion fillet ikan gurami dapat dilihat pada
kepercayaan 95%, sehingga ditolak dan Tabel 2.
berbeda nyata. Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa
Menurut De Man (1997) tekstur nilai edible portion fillet ikan gurami
adalah pengindraan yang dihubungkan dengan rata rata tertinggi terdapat pada
dengan rabaan atau sentuhan, ciri yang perlakuan ikan gurami habitat kolam (ko)
selalu dijadikan sebagai indikator adalah yaitu 51,59% sedangkan rata-rata yang
kekerasan, kohesif, dan kandungan air terdapat pada perlakuan ikan gurami habitat
Tekstur merupakan suatu kelompok sifat keramba (ke) adalah 48,73% . Hasil analisa
fisik yang ditimbulkan oleh elemen uji-t menunjukan bahwa nilai edible
struktural bahan pangan yang dapat yang portion fillet ikan gurami pada habitat
dirasakan oleh alat peraba. (Purnomo, berbeda, dimana t-hitung 36,66 > t-tabel
1995) 2,92 pada tingkat kepercayaan 95%,
Tekstur pada fillet ikan gurami ini sehingga ditolak dan berbeda nyata.
sangat dipengaruhi oleh kadar air, kadar Dari bentuk fisiknya bagian tubuh
lemak, dan protein yang terkadung didalam ikan yang dapat dimakan (edible portion)
tubuh ikan gurami baik dari habitat adalah dagingnya, sedangkan bagian tubuh
keramba (ke) maupun kolam (ko). Menurut lainnya seperti kepala, insang, isi perut,
Fellows (2000), tekstur produk makanan kulit, sirip dan tulang merupakan bagian
yang kebanyakan ditentukan oleh yang tidak dapat dimakan meskipun pada
kandungan air yang terkandung pada beberapa jenis ikan tertentu bagian ini
produk makanan tersebut. Menurut Rompis merupakan produk perikanan eksklusif
(1998), Kemampuan protein untuk yang mahal harganya setelah mendapatkan
menyerap dan menahan air mempunyai perlakuan pengolahan/ penanganan khusus.
peranan penting dalam pembentukan (Zaitsev et al., 1969)
tekstur dari suatu makanan Menurut Hadiwiyoto (1993)
Rendemen fillet ikan tersebut cenderung
Analisis Fisiko meningkat pada daging ikan yang
Analisis fisiko merupakan analisis ditangkap dialam. Peningkatan nilai
fisik yang diantarnya edible portion, rendemen fillet ikan tersebut diduga relatif
dressing percentage dan water holding dipengaruhi oleh ukuran daging dan tulang
capacity. Adapun nilai rata-rata edible yang semakin besar dan pola pertumbuhan
5

ikan Selain itu hal ini juga tidak terlepas dengan semakin besar ukuran dari ikan
kaitannya terhadap makanan serta tersebut. (Hasan, 2007)
habitatnya yang berbeda-beda.
Menurut Hadiwiyoto (1993), edible Water holding capacity (whc)
portion ikan sangat berhubungan dengan Daya ikat air oleh protein daging
pertumbuhan ikan tersebut. Adapun atau water holding capacity adalah
pertumbuhan pada ikan dipengaruhi oleh kemampuan daging untuk mempertahankan
beberapa faktor diantaranya, jenis ikan, ataupun menjaga kandungan air (bebas).
jenis kelamin, fishing ground, umur ikan, Nilai rata-rata water holding capacity fillet
musim, dan jenis makanan yang tersedia. ikan gurami dari habitat berbeda dapat
Edible portion digunakan untuk dilihat pada Tabel 2.
menentukan berapa bagian ikan yang dapat Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa
dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Nilai nilai rata-rata water holding capacity fillet
ekonomis dan efektifitas suatu produk atau ikan gurami segar dengan rata-rata tertinggi
bahan pangan sangat dipengaruhi oleh hasil terdapat pada perlakuan gurami habitat
rendemen produk atau produk pangan keramba (ke) yaitu 20,63 sedangkan rata-
tersebut. rata yang terdapat pada perlakuan ikan
gurami habitat kolam (ko) adalah 18,3.
Dressing percentage Hasil analisa uji-t menunjukan bahwa nilai
Hasil penelitian terhadap nilai water holding capacity fillet ikan gurami
dressing percentage (bagian yang tidak segar pada habitat berbeda, dimana t-hitung
bisa dimakan) pada fillet ikan gurami dari 6,38 > t-tabel 2,92 pada tingkat
habitat berbeda dapat dilihat pada Tabel 2 kepercayaan 95%, sehingga ditolak dan
Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa berbeda nyata.
nilai dressing percentage fillet ikan gurami Daya ikat air (water holding
dengan rata rata tertinggi terdapat pada capacity) pada ikan gurami lebih tinggi
perlakuan ikan gurami habitat kolam (ko) pada fillet ikan gurami habitat keramba (ke)
yaitu 35,88 % sedangkan rata-rata yang sesuai dengan nilai uji proksimat untuk
terdapat pada perlakuan ikan gurami kadar protein fillet ikan gurami, nilai
(Osphronemus gouramy) habitat keramba protein fillet ikan gurami lebih tinggi pada
(ke) adalah 34,08. Hasil analisa uji-t fillet ikan gurami habitat keramba, hal ini
menunjukan bahwa nilai dressing sesuai dengan pendapat. (Novinatari et al.,
percentage ikan gurami habitat berbeda, 2012)
dimana t-hitung 2,97 > t-tabel 2,92 pada Daya ikat air oleh daging
tingkat kepercayaan 95%, sehingga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
ditolak dan berbeda nyata. faktor ph, perlakuan, pemasakan atau
Persentase bagian ikan yang tidak pemanasan, biologik seperti jenis otot, jenis
dapat dimakan akan meningkat pada daging ikan, jenis kelamin dan umur ikan.
ikan yang di habitat budidaya kolam Denaturasi protein juga mempengaruhi
dikarenakan isi perut dari ikan yang di perubahan molekul pada lapisan bagian
hasilkan dari budidaya kolam (ko) lebih dalam fillet sedangkan kondisi air bebas
banyak sedangkan ikan-ikan tangkapan yang berada diantara protein akan menurun
keramba (ke) memiliki kepala yang lebih pada saat protein daging mengalami
besar dan isi perut yang lebih besar. denaturasi.
Presentase bagian daging ikan yang Menurut Lawrie (1995), hampir
tidak dimakan presentasenya sama dengan semua yang terdapat pada urat daging
daging ikan dibuat dari ukuran sedang dan ditahan oleh tenaga kapiler diantara filamen
yang dibuat dari ikan yang berukuran besar tebal dan tipis. Ruang interfilamen sebagian
dan presentase dressing percentage bagian besar menentukan daya mengikat air dari
yang tidak dimakan akan semakin menurun myofibril. Semakin tinggi pH semakin
6

sedikit perubahan daya mengikat air. berbeda, dimana t-hitung 12,490 > t-tabel
Tingkat penurunan pH posmortem 2,92 pada tingkat kepercayaan 95%,
merupakan suatu penentu dari whc. sehingga ditolak dan berbeda nyata.
Menurut Hassan (1988) dalam Menurut Martinez et al., (2016) secara
Pratama et al., (2014), kehilangan kadar umum ikan yang berbeda populasi
lemak dan air dapat terjadi karena adanya memiliki perbedaan dalam nutrisi maupun
denaturasi protein pada jaringan dalam komposisi kimianya meskipun dalam
tingkatan yang dapat menyebabkan spesies yang sama. Variasi kandungan
penurunan daya ikat air dan sifat nutrisi dan komposisi kimia pada populasi
emulsifikasi protein. Adanya lemak dan ikan yang berbeda dipengaruhi oleh
minyak pada produk ekstrusi akan beberapa faktor di antaranya yaitu
mengubah terkstur, rasa dan flavor produk. konsumsi energi, kebiasaan makan,
ketersediaan makanan, daerah penangkapan
Analisis Proksimat dan teknologi budidaya. Namun demikian,
Analisis kimia secara proksimat lingkungan bukan penyebab utama.
yang dilakukan pada penelitian ini Beberapa penelitian mengkonfirmasi
bertujuan untuk mengetahui kandungan bahwa faktor utama penyebab perbedaan
protein, lemak, air, abu fillet ikan gurami komposisi kimia pada ikan adalah
dari habitat berbeda. Adapun nilai rata-rata perbedaan komposisi pakan. (Alasalvar, et
analisis proksimat fillet ikan gurami dapat al .,2002)
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Nilai rata-rata analisis proksimat.


Analisis ke ko
Kadar protein (%bb) 12,33 13,45
Kadar lemak (%bk) 2,67 2,86
Kadar air (%bk) 79,2 77,77
Kadar abu (%bk) 4,87 5,02
Kadar karbohidrat by difference (%bk) 0,93 0,9

Kadar protein (Winarno, 2004) menyatakan


Kandungan protein dalam bahan protein merupakan suatu zat makanan yang
pangan merupakan pertimbangan tersendiri amat penting bagi tubuh karena zat ini
bagi masyarakat yang hendak berfungsi sebagai zat pembangun dan zat
mengkonsumsinya atau sekedar ingin pengatur. Menurut Sutardi (2009), yang
mendapatkan mutu dan gizi dari berbagai menyatakan bahwa protein merupakan
produk olahan. Dari pengujian kadar komponen penting yang terdapat dalam
protein didapatkan nilai rata-rata kadar makanan.
protein fillet ikan gurami dari habitat Menurut (Beamish dan Medland,
berbeda yang kemudian disajikan disajikan 1986), kandungan protein dalam pakan
pada Tabel 3. harus berada dalam jumlah optimum
Kadar protein fillet ikan gurami dengan susunan asam amino yang
dengan rata rata tertinggi terdapat pada seimbang yang dapat mendukung
perlakuan ikan gurami yang berhabitat penggunaannya secara maksimum untuk
keramba (ke) yaitu 13,45 sedangkan rata- pertumbuhan ikan karena itu petani ikan
rata yang terdapat pada perlakuan ikan lebih memilih menggunakan pakan yang
gurami habitat kolam (ko) yaitu 12,33. lebih banyak mengandung lemak untuk
Hasil analisa uji-t menunjukan bahwa nilai mempercepat pertumbuhan ikan dan
kadar protein ikan gurami pada habitat harganya lebih murah.
7

Menurunnya kadar protein pada ikan berlemak rendah kurang dari 2%, ikan
fillet ikan gurami habitat kolam disebabkan berlemak sedang 2-5% dan ikan berlemak
karena kandungan protein didalam tubuh tinggi 6-20%, dan ikan gurami termasuk
fillet ikan gurami diibangi dengan ikan yang berlemak sedang. Peningkatan
kandungan lemak. Adanya penyimpanan kadar lemak pada setiap perlakuan yang
lemak tubuh yang tinggi dan penyimpanan berbeda hal ini sesuia pendapat (Anonim,
protein pada batas tertentu sesuai 2015) yaitu ikan gurami merupakan salah
kemampuan ikan untuk mensintesis protein satu hasil perikanan yang memiliki kadar
tubuh, maka akan menyebabkan kandungan lemak sekitar 2,2%.
protein tubuh ikan cenderung menurun. Menurut Suprayudi et al., (1994)
(Dwi Septian Putri, 2011) pada ikan umur dewasa dan ukuran yang
lebih besar, kandungan lemak ikan
Kadar lemak cenderung meningkat. Hal ini disebabkan
Pengujian kadar lemak didapatkan karena pada ikan yang lebih muda sedang
nilai rata-rata kadar protein fillet ikan dalam masa pertumbuhan, sehingga
gurami dari habitat berbeda yang kemudian pemanfaatan pakan yang digunakan untuk
disajikan disajikan pada Tabel 3. energi jauh lebih besar daripada jurnlah
Kadar lemak fillet ikan gurami lemak yang disimpan dalam tubuh.
dengan rata rata tertinggi terdapat pada Kadar lemak pada ikan gurami
perlakuan ikan gurami habitat keramba (ke) budidaya kolam lebih tinggi disebabkan
yaitu 2,86 sedangkan rata-rata yang oleh asupan makanan (pakan) yang
terdapat pada perlakuan ikan gurami habitat diberikan petani lebih intens, bersifat
kolam (ko) adalah 2,67. Hasil analisa uji-t menetap dan disebabkan perairan kolam
(Lampiran 12) menunjukan bahwa nilai merupakan perairan yang tidak mengalir
kadar lemak fillet ikan gurami pada habitat berbeda dengan makanan yang terdapat
berbeda, dimana t-hitung 4,41 > t-tabel pada keramba yang memiliki arus.
2,92 pada tingkat kepercayaan 95%, Lemak merupakan sumber energi
sehingga ditolak dan berbeda nyata. yang lebih murah daripada protein. Oleh
Lemak termasuk komponen penting yang karena itu, penggunaan jumlah maksimum
mempengaruhi cita rasa, dan merupakan lemak dalam pakan yang dapat
sumber kalori dominan pada tubuh ikan. mempercepat pertumbuhan ikan dan
Namun kadar lemak akan bervariasi antara terjadinya protein sparing effect akan
jenisnya. Penyebab utamanya adalah mengurangi biaya produksi (Beamish dan
makanan, lingkungan hidup dan cara Medland, 1986). Kandungan lemak pada
deposit lemak dalam tubuhnya (Suwetja, daging ikan berwarna merah lebih tinggi
2011). dari pada daging ikan berwarna putih,
Menurut Suprayudi et al., (1994) tetapi pada daging ikan berwarna merah
pada ikan umur dewasa dan ukuran yang kandungan proteinnya lebih sedikit
lebih besar, kandungan lemak ikan dibandingkan dengan ikan berwarna putih.
cenderung meningkat. Hal ini disebabkan (Samsundari, 2007)
karena pada ikan yang lebih muda sedang
dalam masa pertumbuhan, sehingga Kadar air
pemanfaatan pakan yang digunakan Pengukuran kadar air suatu produk
untuk energi jauh lebih besar daripada pengolahan merupakan acuan dari tinggi
jumlah lemak yang disimpan dalam rendahnya kandungan air dalam bahan
tubuh. pangan yang nantinya menentukan
Komponen penting dari komposisi ketahanan dari suatu produk tersebut,
kimia ikan adalah protein dan lemak. termasuk gurami Dari pengujian kadar air
Berdasarkan kandungan lemaknya Winarno didapatkan nilai rata-rata kadar air fillet
(1993) membagi tiga kelompok ikan, yaitu
8

ikan gurami habitat berbeda yang kemudian air. Peningkatan kadar air dalam olahan
disajikan disajikan pada Tabel 3. pangan menjadi indikasi penurunan mutu.
Dapat kita ketahui bahwa kadar air Sehingga, kadar air merupakan salah satu
dari fillet ikan gurami dengan rata-rata faktor penting untuk dianalisis dalam bahan
tertinggi terdapat pada perlakuan ikan pangan terutama dalam menjaga mutu dari
gurami habitat kolam (ko) yaitu 79,2 produk pangan.
sedangkan rata-rata yang terdapat pada
perlakuan ikan gurami habitat keramba (ke) Kadar abu
yaitu 77,77. Hasil analisa uji-t menunjukan Dari pengujian kadar abu
bahwa nilai kadar air fillet ikan gurami dari didapatkan nilai rata-rata kadar abu fillet
habitat berbeda, dimana t-hitung 3,75 > t- ikan gurami dari habitat berbeda yang
tabel 2,92 pada tingkat kepercayaan 95%, kemudian disajikan disajikan pada Tabel 3
sehingga ditolak dan berbeda nyata , dapat kita ketahui pada tabel 3 bahwa
Dari hasil pengamatan kadar air kadar abu dari fillet gurami dengan rata rata
fillet ikan gurami memiliki rata-rata 77,77 tertinggi terdapat pada perlakuan ikan
% kadar air dalam tubuh fillet ikan gurani, gurami habitat keramba (ke) yaitu 5,02
rata-rata ikan biasanya memiliki kadar air sedangkan rata-rata yang terdapat pada
yang sangat tinggi, sekitar 70%-80% dari perlakuan ikan gurami habitat kolam
edible portion. Hal ini disebabkan air (kolam) yaitu 4,87. Hasil analisa uji-t
merupakan unsur yang menentukan bagi menunjukan bahwa nilai kadar abu fillet
semua sel hidup, dan dalam banyak hal ikan gurami dari habitat berbeda, dimana t-
merupakan suatu zat yang istimewa. Sesuai hitung 5,50 > t-tabel 2,92 pada tingkat
dengan yang dikatakan Suzuki (1981) kepercayaan 95%, sehingga ditolak dan
bahwa semakin tinggi kadar air pada ikan berbeda nyata.
maka makin rendah kadar lemaknya. Hal Menurut Poedijadi (2010), sebagian
ini dapat dipengaruhi oleh adanya sistem besar mineral terdapat dalam tulang dan
osmoregulasi yang baik pada ikan. kurang lebih kandungan mineral tubuh ikan
Menurut Kusnandar (2010), kadar adalah 5%. Dijelaskan oleh Tsaniyatul et
air memilki pengaruh khusus dalam al., (2013) perbedaan kadar abu pada ikan
penentuan daya awet suatu bahan. Semakin tergantung pada habitat hidup ikan tersebut
tinggi kadar air dalam suatu bahan pangan, yang berhubungan langsung dengan
daya simpan serta kualitas bahan pangan mineral dan beberapa zat besi lainnya yang
tersebut semakin rendah. terdapat dalam tubuh ikan. Kadar abu
Fillet ikan gurami memiliki kadar suatu bahan pangan menunjukkan
air sekitar 77% dan akan cepat mengalami besarnya jumlah mineral yang terkandung
penurunan ketika tidak segara dilakukan dalam bahan tersebut (Winarno, 2008)
penanganan dan akan mengalami
pengunduran mutu. Menurut Winarno KESIMPULAN DAN SARAN
(2009), semua bahan makanan Kesimpulan
mengandung air dalam jumlah yang Berdasarkan hasil penelitian dapat
berbeda-beda. Kandungan air dalam bahan ditarik kesimpulan sebagai berikut :
makanan akan menentukan kesegaran dan 1. Pada analisis sensoris fillet ikan gurami
juga daya awet makanan selama proses (Osphronemus gouramy) habitat berbeda
pengolahan dan penyimpanan. tidak berpengaruh terhadap bau tetapi
Kusnandar (2010) menyatakan air berpengaruh terhadap penampakan dan
merupakan komponen kimiawi yang tekstur. Pada analisis fisiko fillet ikan
terbesar pada bahan pangan dan merupakan gurami dari habitat berbeda berpengaruh
cairan yang esensial bagi hidup (Syah, terhadap perolehan nilai ediple portion,
2012). Jumlah kandungan air dalam pangan dressing percentage, dan water holding
di dalam pangan dinyatakan sebagai kadar capacity. Selanjutnya penilaian
9

proksimat gurami habitat berbeda Beamish, F.W.H. dan Medland, T.E. 1986.
berpengaruh terhadap kadar protein, Protein sparing effects in large
lemak, air dan abu fillet ikan gurami. rainbow trout Salmo gairdneri.
2. Rata-rata hasil analisis sensoris fillet Jurnal Aquaculture 55: 35–42.
ikan gurami habitat keramba (ke) adalah
kenampakan 7,22, bau 6,89 dan tekstur Brown , 2001. Pola Larik Indukan Gurami
7,07. Sedangkan rata-rata hasil analisis yang resisten Terhadap Bakteri
sensoris dari habitat kolam (ko) adalah Aeromonas hydrophila dengan pola
kenampakan 6,97, bau 6,81 dan tekstur larik DNA sampel. UPI :
6,78. Bandung. http://repository.upi.edu.
3. Nilai rata-rata analisis fisiko fillet ikan Diakses pada: 06 April 2018.
gurami habitat keramba (ke) adalah
edible portion 49,8 %, dressing Busetto V, Kizevetter I, Makarova Thomas
percentage 34,08 % dan water holding , 2008 Fish Curing and Processing.
capacity 20,63 %. Hasil analisis fisiko Moscow: Publisher.
fillet ikan gurami segar dari habitat
keramba (ke) adalah edible portion 50,9 De Man, 1997. Petunjuk Praktikum
%, dressing percentage 35,88 % dan Penilaian Organoleptik. Jurusan
water holding capacity 18,3 %. Teknologi Pangan dan Gizi.
4. Kandungan gizi fillet ikan gurami Fakultas Teknologi Pertanian.
habitat keramba (ke) adalah protein Institut Pertanian Bogor. 89
13,45% (bk), lemak 2,66% (bk), air halaman.
77,77% (bb), dan abu 5,02% (bk). Gizi
Dwi, S. P. 2011. Pengaruh Tingkat
ikan gurami habitat kolam (ko) adalah
Subtitusi Tepung Ikan Terhadap
protein 12,33% (bk) lemak 2,86% (bk),
Komposisi Kimia Pakan dan Tubuh
air 79,2% (bb), dan abu 41,87% (bk)
Ikan Bandeng. Fakultas Ilmu
Saran Kelautan dan Perikanan. Universitas
Penulis menyarankan melakukan Hasanuddin. Makasar.
penelitian lebih lanjut mengenai
pengaplikasian fillet ikan gurami Fellow, A P. 2000. Food Procession
(Osphronemus gouramy) dari habitat Technology, Principles And Practies
keramba (ke) dan kolam (ko) sebagai 2nd Ed Woodread Pub.Lim
produk olahan hasil perikanan. Cambridge England Terjemahan
ristanto W Dan Agus Purnomo.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Pengolahan
Hasil Perikanan Jilid I. Yogyakarta:
Alasalvar, JH. Zubcov, and D. Taylor.
Liberty. 27 hal.
2002. Chemistry of Tropical Root:
Significance for Nutrition Hasan, B., 2007. Masa simpan fillat patin
Anagriculture in Pacific Asian. asin (Pangasius sutchi) yang
Canberra. diawetkan dengan cairan hasil
fermentasi rebung dan disimpan
Anonim, 2015. Kandungan Gizi Pada Ikan
pada suhu kamar. berkala Terubuk
Gurame.http://www.cahsingorojo.c
Vol. 35 (1): 1-8).
om/2015/08/ kandungan-gizi-ikan-
gurami-dan-manfaat.html. Diakses Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan.
pada tanggal 06 April 2018 pukul Jakarta: Dian Rakyat
12.15 WIB.
10

Lawrie, R.A. 1995. Ilmu daging. Edisi ke-5. [Skripsi]. Universitas


Terjemahan Aminudin Parakasi. Muhammadiyah Malang.
Jakarta: UI Press.
Sitanggang dan Sarwono 2002) kajian
Lewis, YS. 1984. Spices and Herbs for the eksperimen penggunaan media
Food Industry. Orpington, England : pendingin ikan berupa es basah dan
Food Trade. ice pack sebagai upaya peningkatan
performance tempat penyimpanan
Maqueda Martinez et al., 2016. Freshwater ikan hasil tangkapan nelayan. Jurnal
Fish Pond Culture and Teknik Penagkapan Vol 04 No.04
Management. Publisher Proksimat Oktober 2016, Bogor.
Dalam Pembuatan Bakso Daging
Ikan Gurami . [Skripsi]. Fakultas Steel dan Torrie. 1989. Prinsip dan prosedur
pertanian Universitas Sumatera statistika. Diterjemahkan oleh
Utara. Bambang. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Noviantari. Mirna Ilza. N. Ira Sari. 2012.
Pengaruh Penambahan Ekstrak Suhendra,. Yerisel,. Sulas. 2005. Pengaruh
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Cara Kematian Ikan Dan Tahapan
Terhadap Mutu Fillet Ikan Gurami Kondisi Penurunan Ikan Terhadap
(Osphronemus goramy) Segar Kualitas Pasta Ikan Gurami (
Selama Penyimpanan Suhu Kamar. Osphronemus gouramy). Jurnal
Fakultas Perikanan dan Ilmu Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Kelautan. Universitas Riau. Perikanan. Vol: 03, No:03.

Purnomo, H. 1995. Aktifitas Air Dan Sumiati, Tintin. 2008 . Pengaruh


Perannya Dalam Pengawetan pengolahan terhadap mutu cerna
Pangan. UI. Press Jakarta. protein ikan mujair (Tilapia
mossambica). Program Studi Gizi
Puspowardoyo W, dan Djarijah. 1992. Masyarakat Dan Sumberdaya
Pengaruh Ekstrak Lidah Buaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut
(Aloe Vera) Sebagai Antioksidan Pertanian Bogor. Skripsi.
Terhadap Oksidasi Lemak Fillet
Ikan gurami (Osphronemus Suprayudi MA, Setiawati M, Mokoginta I.
gouramy) Forsk Segar Selama 1994. Pengaruh rasio protein energi
Penyimpanan Dingin. Jurnal yang berbeda terhadap pertumbuhan
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil ikan gurami (Osphronemus
Perikanan. 3 (2):11-16. gouramy) [laporan penelitian].
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Rompis, JEG. 1998. Pengaruh Kombinasi Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan Pengikat dan Bahan Pengisi
terhadap Sifat Fisiko, Kimia serta Sutardi, A. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi.
Palatabilitas Sosis Sapi. [Tesis]. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Program Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Suwetja, yusuf 2011. Pengaruh suhu
pengukusan terhadap kandungan gizi
Samsundari, S. 2007. Identifikasi ikan segar dan organoleptik abon ikan gabus
yang dipilih konsumen beserta (Ophiocephalus Strlatus) Tcknologi
kandungan gizinya pada beberapa Basil Perikanan. Universitas
pasar tradisional di kota Malang Brawijaya. Thpi Student journal, 1
(1) : 33-45.
11

Suzuki, 1981. Lada, Budidaya dan Tata


Niaganya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

. 2008. Kimia Pangan Dan


Gizi . M-Brio Press. Bogor.

Zaitzev, V.I, Lagunov. T, Makarova. I,


Minder dan V, Podsevalov. 1969.
Fish curing and processing. Mir
Pulishers. Moskow.

Anda mungkin juga menyukai