Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science) ISSN 1693-2862

Volume 9 No.1 (2021): 68-76

Pola Pertumbuhan dan Kebiasaan Makan Belut Sawah (Monopterus


albus) dari Perairan Umum Stadion Utama Riau
Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel (Monopterus albus) from the
Common Water of the Riau Main Stadium

Radhiyah1*, Windarti1, Ridwan Manda Putra1


1
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
email:radhiyahmsp13@gmail.com

(Received: 15 Februari 2021; Accepted: 10 Maret 2021)

ABSTRAK

Belut sawah merupakan salah satu ikan air tawar yang hidup di perairan sekitar Stadion
Utama Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan, kebiasaan makan dan
untuk mengetahui jenis makanan yang ada di dalam lambung belut. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan September-Oktober 2020. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak lima kali, satu kali /
minggu dengan menggunakan pancing dan perangkap bambu. Sebanyak 52 ekor belut yang
tertangkap (TL 291-613 mm dan berat 30-132 gr). Analisis kandungan lambung menggunakan
metode volumetrik dan dihitung Preponderance Index (PI) tiap jenis makanan. Hubungan panjang-
berat menunjukkan bahwa pertumbuhan betina, interseks dan jantan adalah alometrik negatif (b =
2,40 pada betina, b = 1,56 pada interseks dan b = 2,02 pada jantan). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pakan belut sawah di perairan sekitar Stadion Utama Riau terdiri dari serangga (PI 49%),
sisa ikan (PI 32%), moluska (PI 9%), tumbuhan (PI 9%) dan bahan yang tidak teridentifikasi (1%).
Berdasarkan data yang diperoleh, ikan ini dikategorikan sebagai karnivora

Kata Kunci: Belut sawah,Allometric negatif, Isi lambung, Volumetrik

ABSTRACT
Swamp eel is one of the freshwater fish that live in the waters around the Riau Main
Stadium. This research aims to understand the growth pattern, feeding habit and to determine the
type of food present in the fish’s stomach. This research was carried out in September-October
2020. Sampling was conducted five times, once/week, using a fish rod and bamboo fish trap. There
were 52 fishes captured (TL 291-613 mm and weight 30-132 gr). The stomach content was
analyzed using a volumetric method and the Preponderance Index (PI) of each type of food was
calculated. The length-weight relationship shown that the growth of female, intersex and male was
negative allometric (b=2.40 in female, b=1,56 in intersex and b= 2,02 in male). Results showed that
the food of M. albus in the waters around the Riau Main Stadium consists of insects (PI 49%), fish
remains (PI 32%), mollusc (PI 9%), plants (PI 9%) and unidentified materials (1%). Based on data
obtained, this fish categorized.

Keyword: Swamp Eel, Negative Allometric, Stomach Content, Volumetric.

1. Pendahuluan Belut merupakan ikan bernilai ekonomis


Perairan umum sekitar Stadion Utama tinggi yang menjadi salah satu komoditas
Riau merupakan habitat bagi berbagai jenis ekspor andalan Indonesia. Selain rasanya yang
organisme, seperti ikan, tumbuhan air, lezat, daging belut juga digemari masyarakat
moluska, krustasea, dan organisme akuatik karena memiliki kandungan protein yang
lainnya. Spesies ikan air tawar yang masih tinggi dan kaya akan asam amino yang
ditemukan di Perairan Umum Stadion Utama berperan penting untuk pertumbuhan,
Riau adalah belut sawah (Monopterus albus). pembentukan otot dan peningkatan sistem
kekebalan tubuh (Affandi et al., 2003).

68 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)


Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel Radhiyah et al.

Belut merupakan organisme yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup


memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. dan akan mempengaruhi pola pertumbuhan-
Belut mampu hidup di perairan yang keruh nya.
dan mengandung lumpur. Kemampuan ini Penelitian mengenai pertumbuhan dan
didapat karena belut memiliki alat pernapasan kebiasaan makan belut di perairan umum
tambahan berupa kulit tipis berlendir yang Stadion Utama Riau belum pernah dilakukan
terdapat di rongga mulut yang berfungsi untuk sebelumnya, padahal, kajian mengenai
mengambil oksigen langsung dari udara. pertumbuhan dan kebiasaan makan
Perairan umum sekitar Stadion Utama merupakan dasar upaya pengelolaan
Riau memiliki kondisi yang cukup tenang, sumberdaya ikan di perairan. Oleh sebab itu,
tidak terlalu luas dengan kedalaman perairan berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan
yang relatif dangkal. Keberadaan air di penelitian tentang pertumbuhan dan kebiasaan
perairan ini berfluktuasi sepanjang tahunnya, makan belut sawah dari perairan umum
hal ini terkait dengan siklus hidrologi Stadion Utama Riau.
perairan. Pada saat terjadi hujan, kedalaman Penelitian ini bertujuan untuk
perairan sekitar Stadion Utama Riau akan mengetahui pola pertumbuhan dan kebiasaan
meningkat, sedangkan saat musim kemarau makan belut sawah yang hidup di perairan
kedalaman perairan akan berkurang. umum Stadion Utama Riau.
Perubahan kondisi air tersebut dapat
mempengaruhi kondisi organisme yang ada di 2. Metode Penelitian
perairan. 2.1. Waktu dan Tempat
Di sekitar perairan umum Stadion Utama Penelitian ini telah dilaksanakan pada
Riau, terdapat berbagai aktivitas masyarakat bulan September-Oktober 2020. Lokasi
seperti pemukiman, lokasi rekreasi dan pengambilan sampel bertempat di perairan
olahraga, serta tempat berjualan bagi umum Stadion Utama Riau (Gambar 1.)
Pedagang Kaki Lima (PKL). Berbagai Analisis data mengenai pertumbuhan dan
aktivitas tersebut akan menghasilkan polutan kebiasaan makan belut sawah dilakukan di
yang dapat mempengaruhi kualitas perairan. Laboratorium Biologi Perairan Fakultas
Apabila kualitas perairan terganggu, maka Perikanan dan Kelautan Universitas Riau,
akan berdampak juga pada ketersediaan sedangkan pengukuran kualitas air dilakukan
makanan di perairan tersebut. Kurangnya langsung di lapangan tempat pengambilan
sumber makanan akan menyebabkan ikan sampel.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

2.2. Metode Penelitian sebagai lokasi penelitian dan belut sawah


Metode yang digunakan dalam dijadikan sebagai objek penelitian. Belut
penelitian ini adalah metode survei dimana diperoleh dari hasil tangkapan yang dibantu
perairan umum Stadion Utama Riau dijadikan oleh nelayan menggunakan alat tangkap

69 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)


Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel Radhiyah et al.

pancing dan bubu. Sampel belut yang 2.3.2. Pengambilan Sampel Belut Sawah
diperoleh diamati pola pertumbuhannya Pengambilan sampel belut sawah
mengacu pada petunjuk Effendie (1979). dilakukan sebanyak lima kali, yakni satu kali
Metode yang digunakan untuk analisis saluran pengambilan dalam interval waktu satu
pencernaan ikan mengacu pada petunjuk minggu. Belut sawah yang diambil dalam
Windarti (2020) yaitu metode volumetrik kondisi segar dan utuh dengan ukuran yang
dengan mikroskop dissecting dan millimeter bervariasi mulai dari yang terkecil hingga
block. Untuk penentuan indeks bagian yang terbesar.
terbesar menggunakan metode IP (Index of Belut yang tertangkap kemudian
Preponderance) menurut Natarajan dan dimasukkan ke dalam cool box yang sudah
Jhingran (1961) diberi es batu. Setelah itu, sampel dibawa ke
Laboratorium Biologi Perairan untuk
2.3. Prosedur Penelitian dibekukan atau disimpan di dalam freezer
2.3.1. Penentuan Lokasi Pengambilan untuk kemudian diukur, dibedah dan
Sampel dianalisis saluran pencernaannya.
Penentuan stasiun diasumsikan dapat
mewakili perairan umum Stadion Utama Riau 2.3.3. Pengukuran Sampel Belut Sawah
secara keseluruhan, sehingga ditetapkan tiga Pengukuran sampel belut dilakukan di
stasiun penelitian yaitu: Laboratorium Biologi Perairan Fakultas
Stasiun I: Secara geografis, Stasiun I Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
terletak pada titik koordinat 0o29’8.88” LU Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
dan 101o23’9.86” BT. Stasiun ini merupakan penggaris. Ikan sampel diukur panjang total
aliran masukan air yang berasal dari Waduk (TL), yaitu panjang yang diukur mulai dari
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas ujung mulut sampai ke ujung sirip ekor
Riau. Di sepanjang aliran ini banyak terdapat dengan satuan millimeter (mm). Berat ikan
vegetasi berupa rerumputan dan pohon-pohon sampel ditimbang menggunakan timbangan
besar sehingga stasiun ini terlindung. digital dengan ketelitian 1 g.
Kedalaman perairan relatif dangkal, sedikit
berarus dengan substrat dasar berupa pasir 2.3.4. Pengambilan Saluran Pencernaan
halus. Tidak terdapat aktivitas penangkapan. dan Pengamatan Jenis Makanan
Stasiun II: Stasiun II terletak pada titik Belut Sawah
koordinat 0o29’12.13” LU dan 101o23’18.65” Saluran pencernaan belut sawah
BT. Stasiun ini mengalir di bawah jembatan diambil dengan cara: belut dibedah dengan
Stadion Utama Riau. Di stasiun ini banyak menggunakan gunting bedah, pada bagian
terdapat vegetasi berupa rerumputan dan abdominal yaitu mulai dari anus ke arah
beberapa pohon besar. Perairan cukup keruh, vertebrae hingga ke tulang operculum.
kedalamannya dapat mencapai 70 cm dengan Saluran pencernaan diambil mulai dari
substrat dasar berupa pasir halus dan lumpur. esophagus hingga anus, tetapi untuk analisis
Sedikit aktivitas penangkapan. jenis makanan yang diambil hanya bagian
Stasiun III: Stasiun III terletak pada lambung dan usus dengan menggunakan
titik koordinat 0o29’13.81” LU dan pinset. Setelah itu lambung dan usus belut
101o23’24.98” BT. Stasiun ini berupa sawah dimasukkan ke dalam botol sampel
genangan air yang memiliki luasan cukup yang diberi label sesuai waktu pengambilan
besar. Kondisi tenang, terdapat vegetasi di sampel untuk kemudian diamati lebih lanjut
tepian perairan. Kedalaman berkisar antara 1- jenis-jenis makanannya.
1,5 meter dengan substrat dasar berupa pasir Untuk pengamatan jenis-jenis makanan,
halus dan lumpur. Stasiun ini terletak paling mengacu pada petunjuk Windarti (2020),
dekat dengan lokasi olahraga dan rekreasi dimana sampel yang dianalisis hanya belut
masyarakat serta tempat berjualan bagi dengan isi lambung minimum 25%.
Pedangang Kaki Lima (PKL). Banyak Pengamatan jenis makanan belut sawah
aktivitas penangkapan. menggunakan metode volumetrik, dengan
mikroskop dissecting dan millimeter block
yakni dengan cara sebagai berikut:

70 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)


Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel Radhiyah et al.

Langkah awal kertas millimeter block dengan menggunakan indeks bagian terbesar
yang sudah dilaminating dengan ukuran (Index of Preponderance) dari Natarajan dan
sebesar cawan petri diletakkan di bawah Jhingran (1961) yang merupakan gabungan
mikroskop dissecting. Millimeter block ini dari metode frekuensi kejadian (kualitatif) dan
akan digunakan sebagai alat pengukur isi metode volumetrik (kuantitatif) dengan rumus
lambung ikan. Lambung ikan diambil dan sebagai berikut:
dilihat indeks kepenuhannya. Selanjutnya
lambung ikan dibedah dan diambil isinya IP = 100
untuk kemudian diukur volume totalnya.
Setelah itu, isi lambung diletakkan di Keterangan :
dalam cawan petri, kemudian makanan yang IP = Indeks bagian terbesar (Index of
didapat dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya Preponderance)
dengan menggunakan mikroskop dissecting Vi = Volume jenis makanan ke – i
dan jarum bertangkai. Millimeter block yang Oi = Occurrence (kemunculan jenis
sudah dilaminating diletakkan di meja benda makanan ke – i)
pada dissecting mikroskop. Cawan petri berisi ∑ Vi = Jumlah total isi lambung
lambung diletakkan di atas kertas millimeter
block. 3. Hasil dan Pembahasan
Posisi masing-masing sampel isi 3.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
lambung diatur sehingga dapat diukur panjang Stadion Utama Riau terletak di Jalan
dan lebarnya dengan menggunakan millimeter Naga Sakti, Panam, Pekanbaru dan masih
block. Untuk mengukur tinggi sampel, sampel berada dalam kawasan Universitas Riau. Luas
digulingkan hingga tingginya bisa diukur. Bila lokasi stadion ini ± 66,4 ha. Stadion Utama
tidak memungkinkan untuk menggulingkan Riau memiliki batas-batas kelurahan, dimana
sampel, maka tinggi sampel diperkirakan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
dengan cara membandingkan dengan diameter Kampar, Kelurahan Rimbo Panjang. Sebelah
jarum bengkok. Pada sampel yang berupa Timur berbatasan dengan Kelurahan Delima.
materi yang hancur, tinggi tumpukan sampel Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan HR.
diukur dengan cara menyetarakan tingginya Soebrantas/ Kelurahan Tuah Karya dan
dengan diameter ujung jarum bengkok (teaser sebelah Utara berbatasan dengan Payung
needle curved). Diameter jarum tersebut Sekaki.
adalah 1 mm. Jika tinggi tumpukan isi Area Stadion Utama Riau memiliki
lambung sudah sama/ rata dengan diameter beberapa bagian utama yaitu lokasi olahraga,
jarum tersebut berarti tinggi tumpukan isi lapangan parkir, ruang terbuka umum dan
lambung adalah 1 mm. Hasil pengukuran isi perairan yang mengalir di sepanjang bagian
lambung dicatat pada tabel. depan bangunan, tepatnya di bawah jembatan
utama stadion. Perairan umum Stadion Utama
2.4. Parameter yang Diamati Riau memiliki kondisi yang tenang, tidak
2.4.1. Pola Pertumbuhan Belut Sawah terlalu luas, kedalaman perairan yang relatif
Analisa hubungan panjang-berat dangkal dengan substrat berupa pasir dan
bertujuan untuk mengetahui pola lumpur. Keberadaan air di perairan ini
pertumbuhan ikan dengan menggunakan berfluktuasi sepanjang tahunnya, hal ini
parameter panjang dan berat (bobot). Adapun terkait dengan siklus hidrologi perairan. Pada
hubungan antara berat (W) dengan panjang saat terjadi hujan, kedalaman perairan sekitar
total (L) secara umum yaitu: Stadion Utama Riau akan meningkat,
sedangkan saat musim kemarau, kedalaman
W = aLb
perairan akan berkurang.
Di sepanjang sisi perairan banyak
Jika ditransformasikan ke dalam
terdapat vegetasi seperti pohon-pohon besar,
logaritma maka didapatkan persamaan, yaitu:
rerumputan hijau, ilalang (Imperata cylindrica
Log W = log a + b log L L.), senduduk (Melastoma malabathricum L.)
dan putri malu (Mimosa pudica L.). Selain
2.4.2. Indexs of Preponderance dikelilingi tumbuhan, di perairan umum
Metode yang digunakan untuk stadion Utama Riau juga dapat ditemukan
mengetahui kebiasaan makan belut sawah berbagai jenis udang dan ikan air tawar seperti

71 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)


Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel Radhiyah et al.

ikan pantau (Rasbora sp.), julung-julung ekor yang terdiri dari 4 ekor betina, 1 ekor
(Hemirhampus sp.), selincah (Belontia sp.), transisi dan 1 ekor jantan, dari Stasiun II yakni
(sepat (Trichogaster sp.) dan gabus (Channa 21 ekor yang terdiri dari 11 ekor betina, 4
sp.). Dikarenakan memiliki potensi perikanan ekor transisi dan 6 ekor jantan, sedangkan dari
yang cukup baik, perairan ini juga Stasiun III didapat 25 ekor yang terdiri dari 12
dimanfaatkan oleh warga sekitar dan nelayan ekor betina, 9 ekor transisi dan 4 ekor jantan.
untuk melakukan kegiatan penangkapan. Saat kegiatan penangkapan, jumlah belut
betina lebih banyak didapat daripada belut
3.2. Hasil Tangkapan Belut Sawah transisi dan jantan, dengan perbandingan
Jumlah total sampel belut sawah yang betina 27 ekor (52%), transisi 14 ekor (27%)
berhasil dikumpulkan selama penelitian dan jantan 11 ekor (21%) (Gambar 2).
adalah 52 ekor, yakni di Stasiun I sebanyak 6

(a) (b)

(c)
Gambar 2. Hasil Tangkapan Belut Sawah pada setiap stasiun
Keterangan: (a) Stasiun I, (b) Stasiun II, dan (c) Stasiun III

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat lumpur yang mengandung bahan organik


bahwa hasil tangkapan belut pada Stasiun II merupakan tempat yang cukup subur untuk
dan III lebih banyak, sedangkan pada Stasiun kehidupan hewan renik seperti
I jumlah hasil tangkapan jauh lebih sedikit, makrozoobenthos yang dapat dikonsumsi
hal ini diduga karena kondisi perairan Stasiun belut (Damanik et al., 2019).
I yang memiliki substrat dasar berupa pasir
halus sehingga lokasi ini kurang disukai belut. 3.3. Morfologi dan Pola Pertumbuhan
Berbeda dengan Stasiun II dan Stasiun III Belut sawah
yang substrat dasarnya mengandung lebih Berdasarkan hasil penelitian yang
banyak lumpur sehingga dapat menunjang dilakukan, belut sawah yang hidup di perairan
kehidupan belut dan biota-biota yang menjadi umum Stadion Utama Riau memiliki ciri-ciri
makanan alami bagi belut. morfologi sebagai berikut: memiliki bentuk
Hal ini sesuai dengan pendapat Taufik tubuh bulat memanjang/anguilliform, tidak
dan Saparinto (2013) yang menyatakan bahwa bersisik, mata kecil hampir tertutup oleh kulit
belut sawah di habitat aslinya berkembang dan memiliki bentuk gigi yang kecil-kerucut
dengan baik di perairan dangkal dan dengan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di
berlumpur tebal/ lumpur berpasir. Substrat sekitar mulutnya.

72 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)


Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel Radhiyah et al.

Berdasarkan pengamatan, warna kulit Hubungan panjang berat belut sawah


belut terlihat berkilau dengan gurat sisi yang betina, transisi dan jantan di Perairan Umum
terlihat jelas yang berfungsi untuk menjaga Stadion Utama Riau menunjukkan nilai
keseimbangan. Sirip anus telah mengalami koefisien relasi (r) masing-masing yaitu 0,94;
perubahan bentuk menyerupai lipatan kulit 0,89; dan 0,93. Hasil tersebut menunjukkan
tanpa adanya penyangga jari-jari keras atau bahwa terdapat keeratan antara panjang total
lemah. Sirip dada dan sirip punggung hanya dengan berat. Hal ini sesuai dengan
berbentuk semacam guratan kulit yang halus pernyataan Syafriadiman (2006) yang
serta memiliki ekor yang pendek dan tirus. menyatakan jika nilai r=0 berarti tidak ada
Ciri khas dari belut adalah badannya yang hubungan, 0-0,5 berarti korelasi lemah, 0,5-
licin karena adanya lendir yang diproduksi 0,8 berarti korelasi sedang, 0,8-1 berarti
kelenjar mukosa. korelasi kuat atau erat.
Jenis kelamin belut dapat dilihat dengan Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat
dengan dua cara yaitu mengamati ciri seksual bahwa nilai b dari persamaan hubungan
primer dan seksual sekunder pada belut. Jika panjang berat dari masing-masing belut
dilihat secara seksual primer, betina memiliki betina, transisi dan jantan yaitu 2,4008;
gonad berupa ovari yang berwarna 1,5575; dan 2,0233. Hal ini menunjukkan
kekuningan dan belut jantan memiliki gonad bahwa belut betina, transisi maupun jantan
berupa testes yang berwarna putih seperti susu cenderung memiliki kesamaan pola
(Muktini, 2011). Sedangkan untuk belut pertumbuhan, dimana nilai b yang didapatkan
transisi tidak memiliki organ reproduksi. Jika kurang dari 3, artinya pertumbuhan atau
dilihat secara seksual sekunder, belut betina pertambahan berat ikan ini adalah allometrik
memiliki bentuk kepala dan ekor yang agak negatif, dimana pertambahan panjang lebih
meruncing, badan memanjang dan warna cepat dibandingkan pertambahan berat.
permukaan kulit lebih cerah dari jantan.
Sedangkan belut jantan dan transisi memiliki 3.4. Jenis-Jenis Makanan Belut Sawah
bentuk kepala dan ekor yang tumpul, badan Belut sawah yang didapatkan dari hasil
memanjang dan warna permukaan kulit lebih tangkapan selama penelitian yaitu sebanyak
gelap. 52 ekor. Dari seluruh sampel yang didapat,
Belut sawah yang diperoleh dari Perairan hanya ikan dengan Indeks Kepenuhan
Umum Stadion Utama Riau terdiri dari 27 Lambung (IKL) minimum 25% yang
ekor belut betina dengan kisaran panjang total dianalisis lebih lanjut (Windarti, 2020). Dari
291-451 mm dan berat 30-84 gram, 14 ekor total 52 ikan sampel yang diperoleh, hanya 41
belut transisi dengan kisaran panjang total ikan sampel yang dapat diamati jenis
333-487 mm dan berat 38-76 gram, 11 ekor makanannya, sedangkan sisanya yaitu 4 ekor
belut jantan dengan kisaran panjang total 431- ikan memiliki IKL <25% dan 7 ekor lainnya
613 mm dan berat 62-132 gram. Hubungan dalam keadaan lambung kosong.
panjang total dengan berat belut betina, Berdasarkan hasil pengamatan, dapat
transisi dan jantan dapat dilihat pada Gambar dilihat bahwa komposisi jenis makanan yang
3. terdapat di lambung belut bervariasi yang
terdiri dari golongan hewan (insekta, ikan dan
moluska) dan golongan tumbuhan. Selain itu,
ditemukan pula materi yang tidak dapat
diidentifikasi jenisnya. Materi yang tidak
teridentifikasi juga dapat digolongkan sebagai
hewan jika ditinjau berdasarkan bentuk sisa
makanan.
Belut sawah dari perairan umum Stadion
utama Riau dapat digolongkan sebagai ikan
karnivora karena sebagian besar jenis
Gambar 3. Grafik Pola Pertumbuhan Belut makanan yang ditemukan dalam lambung
Sawah Betina, Transisi dan berkategori hewan. Adapun jenis dan
Jantan komposisi makanan belut dari perairan umum

73 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)


Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel Radhiyah et al.

Stadion Utama Riau dapat dilihat pada Tabel terbesar. Kelompok ukuran terkecil belut
1. memiliki kisaran PT 291-344 mm dan
Untuk mengetahui komposisi jenis kelompok ukuran terbesar memiliki kisaran
makanan yang dimakan belut pada setiap PT 561-614 mm. Pengelompokan sampel
ukuran, maka ikan sampel dikelompokkan belut berdasakan kelas ukuran dapat dilihat
berdasarkan interval kelas dari kisaran pada Tabel 2.
panjang total (PT) terkecil hingga yang

Tabel 1. Jenis dan Komposisi Makanan Belut Sawah


No Kelompok Makanan Komposisi Makanan
1 Insekta Serangga dan potongan serangga
2 Ikan Potongan ikan, tulang, sirip, sisik
3 Moluska Sisa cangkang
4 Tumbuhan Potongan daun dan ranting dari tumbuhan
5 Materi tidak teridentifikasi Sisa makanan berupa potongan hewan yang telah hancur

Tabel 2. Pengelompokkan Kelas Ukuran Belut Sawah


Kelas Panjang Kelas (mm) Jumlah (ekor)
I 291-344 mm 13
II 345-398 mm 9
III 399-452 mm 9
IV 453-506 mm 5
V 507-560 mm 4
VI 561-614 mm 1
Total 41

3.5. Index of Preponderance Belut Sawah dapat diketahui jenis makanan utama,
Nilai indeks bagian terbesar atau Index of makanan tambahan serta makanan pelengkap
Preponderance (IP) digunakan untuk pada ikan tersebut. Nilai Index of
mengetahui jenis makanan terbanyak yang Preponderance (IP) belut sawah dapat dilihat
dijumpai pada lambung ikan. Dengan begitu pada Gambar 4.

Gambar 4. Index of Preponderance Belut Gambar 5. Nilai Index of Preponderance Belut


Sawah berdasarkan Kelas Ukuran

Gambar 6. Nilai Index of Preponderance Belut berdasarkan Jenis Kelamin

74 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)


Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel Radhiyah et al.

Berdasarkan hasil pengamatan jenis tumbuhan, sedangkan makanan pelengkap


makanan belut sawah dari perairan umum adalah moluska dan materi yang tidak dapat
Stadion Utama Riau, dapat dilihat bahwa diidentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan
makanan dalam lambung belut bervariasi yang bahwa seiring bertambahnya ukuran, proporsi
terdiri dari golongan hewan (insekta, ikan, jenis makanan berupa tumbuhan semakin
moluska dan materi yang tidak dapat berkurang, bahkan tidak ditemukan sama
diidentifikasi) dan golongan tumbuhan. sekali pada kelas ukuran IV-VI. Selain itu,
Berdasarkan spesialisasi dari makanannya, pada kelompok ukuran besar, proporsi jenis
belut dapat digolongkan sebagai euriphagus, makanan berupa ikan lebih banyak ditemukan
yaitu ikan yang mengkonsumsi bermacam- dibandingkan kelas ukuran I-III. Pada kelas
macam atau campuran jenis makanan. ukuran VI tidak lagi ditemukan jenis makanan
Dari kelima jenis makanan tersebut, insekta.
insekta merupakan jenis makanan yang paling Hasil penelitian menunjukkan bahwa
banyak dijumpai dengan nilai IP sebesar 49% pada belut betina dan transisi ditemukan lebih
sehingga digolongkan sebagai makanan banyak jenis makanan berupa insekta dengan
utama, kemudian pada urutan kedua adalah nilai IP masing-masing 59% dan 44%,
ikan dengan nilai IP sebesar 32% sehingga sedangkan belut jantan lebih banyak
digolongkan sebagai makanan tambahan. mengkonsumsi jenis makanan berupa ikan
Jenis makanan lain yang ditemukan adalah dengan nilai IP 43%. Mudjiman (1995)
moluska, tumbuhan dan materi yang tidak menyatakan bahwa, jenis makanan yang
dapat diidentifikasi dengan nilai IP masing- disukai ikan tergantung dari ukuran tubuh dan
masing jenis yaitu 9%, 9% dan 1% sehingga umurnya (Gambar 6).
digolongkan sebagai makanan pelengkap.
Gambar 5, dapat dilihat bahwa secara 3.6. Kualitas Air
keseluruhan, perbedaan kelas ukuran tidak Pengukuran kualitas air pada penelitian
mempengaruhi belut untuk mengkonsumsi ini dilakukan di tiap-tiap stasiun penelitian
satu jenis makanan tertentu. Komposisi yang telah ditentukan. Parameter yang diamati
makanan belut pada setiap kelas ukuran relatif yaitu parameter fisika (suhu dan kedalaman)
sama, yang membedakan adalah proporsi dan parameter kimia (pH dan oksigen
makanan yang ditemukan. Pada kelas ukuran terlarut). Data kualitas air di perairan umum
I-III, makanan utama belut adalah insekta, Stadion Utama Riau dapat dilihat pada Tabel
makanan tambahan terdiri dari ikan dan 3.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian
Stasiun
Parameter Satuan Baku Mutu*
I II III
Fisika
0
Suhu C 24 26 27
Kedalaman cm 25 50 110
Kimia
pH - 5 6 6 6-9
O2 Terlarut mg/L 5,3 4,6 4,1 4
Keterangan :*PP No. 82 Tahun 2001 untuk kelas II

Berdasarkan data primer yang diperoleh, 4. Kesimpulan dan Saran


dapat disimpulkan bahwa kualitas perairan Berdasarkan hasil penelitian, pola
umum Stadion Utama Riau masih tergolong pertumbuhan belut sawah dari perairan umum
baik dan ideal bagi kelangsungan hidup belut. Stadion Utama Riau bersifat allometrik
Dimarjati (2016) mengatakan bahwa kondisi negatif, artinya pertambahan panjang lebih
biotik dan abiotik lingkungan perairan sangat cepat dibandingkan pertambahan berat. Belut
mempengaruhi ketersediaan makanan alami sawah tergolong ikan karnivora dengan jenis
ikan di habitatnya. Faktor ketersediaan makanan yang dimakan terdiri dari insekta
makanan akan mempengaruhi pula komposisi sebagai makanan utama (IP 49%), ikan
jenis makanan yang dapat menunjang sebagai makanan tambahan (IP 32%),
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. sedangkan makanan pelengkap yaitu moluska

75 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)


Growth Patterns and Food Habits of Swamp Eel Radhiyah et al.

(IP 9%), tumbuhan (IP 9%) dan materi yang Jurnal Online Mahasiswa Bidang
tidak dapat diidentifikasi (IP 1%). Hasil Perikanan dan Kelautan Universitas
pengukuran kualitas perairan menunjukkan Riau, 6: 1-12
bahwa kondisi perairan umum Stadion Utama Dimarjati, P.T. (2016). Pusat Studi
Riau masih tergolong baik dan dapat Pengembangan Belut di Sleman.
mendukung kehidupan belut sawah. Skripsi. Universitas Atma Jaya.
Penelitian ini merupakan data awal Yogyakarta.
mengenai pola pertumbuhan dan kebiasaan Effendie, M.I. (1997). Biologi Perikanan.
makan belut sawah (M. albus) dari perairan Yayasan Pustaka Nusatama.
umum Stadion Utama Riau. Oleh karena itu, Yogyakarta. 163 hlm.
untuk mendapatkan informasi yang lebih Mudjiman, A. (1995). Makanan Ikan. Penebar
lengkap disarankan untuk melakukan Swadaya. Jakarta
penelitian lanjutan mengenai aspek biologi Muktiani. 2011. Menggeluti Bisnis Belut (Seri
belut lainnya, seperti biologi reproduksi, pola Perikanan Modern). Pustaka Baru.
lingkaran pertumbuhan otolith dan Yogyakarta.
sebagainya. Natarajan, A. V dan A.G. Jhingran. (1961).
Index of Preponderance Method of
Daftar Pustaka Grading the Food Elements in the
Affandi, R., Y. Ernawati, dan S. Wahyudi. Stomach Analysis of Fishes. Indian
(2003). Studi Bio-Ekologi Belut Sawah Journal of Fisheries, 8(1): 54-59.
(Monopterus albus) pada Berbagai Syafriadiman. (2016). Teknik Pengolahan
Ketinggian Tempat di Kabupaten Data Statistik untuk Pengolahan Data
Subang, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan, Pertanian, Teknik, Ekonomi,
Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Pendidikan, dan Sebagainya.
Bogor Pekanbaru: Mina Mandiri
Damanik, S.A., D. Efizon, dan Efawani. Taufik, A., dan C. Saparinto. (2013). Usaha
(2019). Pola lingkaran pertumbuhan Pembesaran Belut. Jakarta: Penebar
pada otolith belut (Monopterus albus Swadaya. 96 hlm
Zuiew) di Rawa Desa Sawah Windarti. (2020). Keterampilan Dasar Biologi
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Perikanan. Oceanum Press. Pekanbaru

76 Jurnal Ilmu Perairan (Aquatic Science)

Anda mungkin juga menyukai