Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN STOK CUMI-CUMI (loligo sp) BERBASIS PANJANG BERAT

YANG DIDARATKAN DI DAERAH KAWAL PANTAI PROVINSI


KEPULAUAN RIAU

Mey Krisselni Sitompul


Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, mcherisselny@gmail.com

Andi Zulfikar
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, andizulfikar@rocketmail.com

Tengku Said Raza’I


Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, saidumrah@yahoo.com

ABSTRAK

Cumi-cumi merupakan salah satu hewan laut yang banyak ditemukan di


Perairan Pulau Bintan, khususnya di Perairan Kawal Pantai dan menjadi makanan
yang mengandung gizi.Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji stok cumi-cumi
dan faktor biologinya, selain itu juga untuk mengetahui kondisi eksisting cumi-cumi
di perairan Kawal dari bulan Mei sampai Juni 2014. Total sampel yang dianalisa
selama penelitian yaitu 900 ekor dengan kisaran panjang total mantel cumi-cumi
adalah 3,5 – 23,6 cm menghasilkan tiga kelompok umur yang dipisahkan
menggunakan metode Bhattacarya dengan bantuan software FISAT II dengan nilai
rata-rata panjang total mantel yaitu: 3,851 cm (279 ekor), 9,562 cm (598 ekor) dan
14,302 cm (23 ekor). Persamaan pertumbuhan dari cumi-cumi adalah Lt =32(1-e[-
0.223(t+4.516]
). Pola pertumbuhan allometrik negatif dengan persamaan pertumbuhan W
= 0.3399*L2.622. Laju mortalitas total (Z) cumi-cumi 1,251 per tahun dengan laju
mortalitas alami (M) 0,525 per tahun dan laju mortalitas penangkapan (F) 0,73 per
tahun sehingga diperoleh laju eksploitasi 0,58. Nilai Nilai laju eksploitasi diperairan
Kawal Pantai dikategorikan tingkat eksploitasi berimbang karena berada di angka
0,58 per tahun.

Kata kunci: Cumi-cumi, Kawal pantai, pertumbuhan, mortalitas dan eksploitasi

1
KAJIAN STOK CUMI-CUMI (loligo sp) BERBASIS PANJANG BERAT
YANG DIDARATKAN DI DAERAH KAWAL PANTAI PROVINSI
KEPULAUAN RIAU

Mey Krisselni Sitompul


Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, mcherisselny@gmail.com

Andi Zulfikar
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, andizulfikar@rocketmail.com

Tengku Said Raza’I


Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, saidumrah@yahoo.com

ABSTRACT

The squid is one of the many marine animals are found in the waters of
Bintan Island, especially the Coast Guard Beach and into foods containing
gizi.Tujuan of this study is to examine the stock of squid and their biological factor,
but it is also to determine the existing condition of the squid Guard in waters from
May to June 2014 total samples analyzed during the study that is 900 long tail with a
total range of squid mantle is from 3.5 to 23.6 cm resulted in three age groups were
separated using the method with the help of software Bhaṭṭācārya FISAT II with an
average value of the total length of the coat: 3.851 cm (279 in number), 9.562 cm
(598 in number) and 14,302 cm (23 in number). Equation growth of the squid is Lt =
32 (1-e [-0223 (t + 4,516]). Negative allometric growth pattern with growth equation
W = 0.3399 * L2.622. Total mortality rate (Z) squid 1.251 per year at a rate of
natural mortality (M) and the rate of 0.525 per year fishing mortality (F) 0.73 per
year in order to obtain the rate of exploitation of 0.58. exploitation rate of Value
Value Coast Guard in waters classified as impartial exploitation rate stands at 0.58
per years.

Keywords: squid, Guard beach, growth, mortality and exploitation

2
I. PENDAHULUAN pertimbangan dalam pengelolaan cumi-cumi

Para nelayan dari desa Kawal dan dapat menjadi bahan informasi untuk

menangkap ikan di perairan sekitar Pulau penelitian lebih lanjut serta untuk mengetahui

Cengom, Teluk Bakau, Malang Buruk, Pulau stok cumi-cumi yang didaratkan di Daerah

Ledang, Pulau Sentot, Tanjung Kelun, Beruan, Kawal Pantai Provinsi Kepulauan Riau.

dan Pulau Nikkoi. Hasil tangkapan cumi-cumi


II. TINJAUAN PUSTAKA
nelayan di Kawal lebih rendah dari tangkapan
nelayan di daerah lainnya (Mujiyani dan Cumi-cumi adalah kelompok hewan
Nagib, 2007). Hal tersebut karena wilayah Cephalopoda atau jenis moluska yang hidup di
tangkap terbatas dan nelayan yang melakukan laut. Nama Cephalopoda dalam bahasa
penangkapan di wilayah tersebut semakin Yunani berarti kaki kepala, hal ini karena
banyak. Salah satu kendala yang dihadapi kakinya yang terpisah menjadi sejumlah
banyak nelayan di lokasi kajian adalah sarana tangan yang melingkari kepala. Seperti semua
dan alat tangkap yang dimiliki masih relatif Cephalopoda, cumi-cumi dipisahkan dengan
sederhana alat tangkap yang digunakan memiliki kepala yang berbeda.
nelayan yaitu kelong, pancing, jaring dan (Sarwojo,2005).
tangkul. Sebagian nelayan dari luar wilayah Suatu stok adalah sub gugus dari
tersebut memiliki sarana dan alat tangkap suatu “spesies” yang umumnya dianggap
yang jauh lebih memadai (Dinas Kelautan dan sebagai unit taksonomi dasar. Prasyarat untuk
Perikanan Provinsi Kepulauan Riau, 2013). indentifikasi stok adalah kemampuan untuk
Kondisi tersebut tentunya memisahkan spesies yang berbeda. Karena
berpengaruh terhadap kondisi stok cumi-cumi sangat banyaknya spesies ikan yang
dialam, hingga kajian mengenai kondisi stok ditemukan di perairan tropis dan sering mirip
eksisting cumi-cumi dialam perlu dilakukan satu sama lain, identifikasinya dapat
agar potensi tersebut dapat dikelola secara menimbulkan masalah. Karena itu, ilmuan
berkelanjutan. Model kajian stok ikan yang perikanan harus menguasai teknik-teknik
digunakan penelitian ini adalah model dengan identifikasi spesies jika harus menghasilkan
menggunakan metode analitik (kajian berbasis pengkajian stok yang bermanfaat dari data
spesies, panjang, berat dan konversi panjang yang dikumpulkan. (Sparre an Venema,
ke umur ikan dan lain-lain). 1999).
Tujuan dari penelitian ini adalah model analitik yang dapat digunakan
mengkaji stok cumi-cumi, menentukan laju seperti yang dikembangkan antara lain oleh
mortalitas dan eksploitasi cumi-cumi yang Baranov (1914), Thompson & Bell (1934) dan
didaratkan di Daerah Kawal Pantai Provinsi Beverton & holt (1956) dalam sparre dan
Kepulauan Riau venema (1999) adalah bahwa model tersebut
Manfaat dari hasil penelitian ini memerlukan diketahuinya komposisi umur
diharapkan dapat dijadikan bahan hasil tangkapan. Konsep dasar dalam model

3
struktur umur adalah suatu “kohort”. Secara III. METODE
sederhana, suatu kohort ikan adalah Penelitian ini dilaksanakan pada
sekelompok ikan yang semuanya berumur bulan Mei hingga Juni 2014 yang berlokasi di
sama dan berasal dari stok yang sama. Daerah Kawal Pantai Kelurahan Kawal
Metode Bhattacharya (1967) dalam Provinsi Kepulauan Riau.
sparre dan venema (1999), yang berguna Tabel 1. Bahan atau Materi yang
Digunakan Dalam Penelitian
untuk pemisahan suatu distribusi komposit ke
No. Bahan Kegunaan
dalam distribusi-distribusi normal yang 1 Cumi-cumi Untuk Pengumpulan
terpisah, yakni bila sejumlah kelompok umur Data L-W dan
Sebagai Objek
(kohort) ikan terdapat dalam sampel.
Dalam Penelitian
Mortalitas adalah jumlah individu yang hilang 2 Data Sheet Untuk Mengolah
selama satu interval waktu (Ricker, 1975). data kuantitatif
Model pertumbuhan Von Bartalanffy di mana 3 Formulir Untuk mengajukan
panjang badan sebagai fungsi dari umur, Kuisioner pertanyaan kepada
responden
karena sulitnya pembacaan umur langsung
4 Literatur- Untuk pedoman
untuk ikan tropis, metode ini harus diubah literatur dalam penulisan
kedalam versi di mana data masukannya yang
mendukung
adalah komposisi panjang. Ini memungkinkan
penelitian
jika tersedia parameter pertumbuhan sehingga
panjang ikan dapat diubah menjadi umur ikan Tabel 2. Alat/Instrumen yang Digunakan
Dalam Penelitian
dengan menggunakan inverse persamaan Von No. Alat Kegunaan
Bertalanffy. 1 Timbangan Mengukur berat
Menurut Effendie (1997), faktor Digital dari objek
kondisi menunjukkan keadaan baik dari ikan ketelitian 1 gr penelitian
dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival 2 Penggaris 30 Mengukur panjang
dan reproduksi. Effendie (1997) menyatakan cm ketelitian 1 cumi-cumi
bahwa jika panjang dan berat diplotkan dalam cm
suatu gambar maka akan didapatkan 3 Camera Mengambil
b
persamaan W = aL , dimana W=berat, Digital dokumentasi dari
L=panjang, a dan b adalah suatu konstanta. objek penelitian
Analisis frekuensi panjang digunakan untuk 4 Alat Tulis Mencatat data
menentukan kelompok umur serta ukuran penelitian
cumi-cumi yang didasarkan kepada anggapan
atau pendapat bahwa frekuensi panjang
Metode yang digunakan dalam
individu dalam suatu spesies dengan
penelitian ini adalah metode survey yaitu
kelompok umur yang sama akan bervariasi
pengamatan langsung kelokasi penelitian yaitu
mengikuti sebaran normal (Effendie, 1997).
perairan Kawal Pantai Provinsi Kepulauan

4
Riau. Data yang digunakan dalam penelitian cumi-cumi dengan menggunakan timbangan
ini terdiri dari data primer dan data sekunder. digital dengan tingkat ketelitian 1 gram.
Data primer diperoleh dari sampel cumi-cumi
A. Analisis Data
dan hasil wawancara menggunakan kuesioner
Data-data hasil pengukuran panjang
terhadap nelayan pengumpul cumi-cumi.
dan berat seluruh cumi-cumi akan dimasukkan
Sedangkan data sekunder diperoleh dari
ke dalam tabel dan akan dihitung jumlah
instansi terkait yang berhubungan dengan data
frekuensi yang muncul dari hasil pengukuran
yang diperlukan, serta ditambahkan melalui
tersebut, kemudian dianalisis menggunakan
studi pustaka dari buku-buku, jurnal dan
bantuan software FISAT II Ver 1.1.0 yang
literature lainnya.
dikeluarkan oleh FAO-ICLARM dan secara
Data primer diperoleh dari manual. Adapun analisis data yang dilakukan
pengambilan contoh yang dilakukan dengan mencakup sebagai berikut :
metode random sampling atau biasa dikenal
1. Distribusi Frekuensi Panjang
dengan metode acak berdasarkan ketersediaan
populasi, sehingga dapat mewakili ukuran- Distribusi frekuensi panjang yang

ukuran cumi-cumi dominan yang tertangkap telah ditentukan dengan selang kelas yang

di perairan Kawal Pantai Provinsi Kepulaun sama kemudian di plotkan dalam sebuah

Riau. Pengukuran dilakukan 9 kali selama grafik. Dari grafik tersebut dapat dilihat

kurang lebih dua bulan dengan cara mengukur pergeseran distribusi kelas panjang setiap

panjang mantel dan menimbang berat cumi- bulannya. Pergeseran distribusi frekuensi

cumi secara langsung, dengan menggunakan panjang menggambarkan jumlah kelompok

mistar dan timbangan. umur (kohort) yang ada. Bila terjadi


pergeseran modus distribusi frekuensi panjang
Dalam pengambilan sampel cumi- berarti terdapat lebih dari satu kohort (syakila,
cumi, panjang yang digunakan dalam 2009).
pengukuran yaitu panjang mantel (Sparre dan
Venema, 1999). Dimana panjang cumi-cumi 2. Identifikasi Kelompok Ukuran
tersebut diukur dari sisi kiri ke sisi kanan batas Pemisahan kelompok-kelompok
panjang mantel. Pengukuran panjang mantel umur berdasarkan ukuran panjang yang dipilih
dan berat basah cumi-cumi dilakukan untuk dalam penelitian ini menggunakan metode
membandingkan ukuran minimum dan Bhattacharya dalam speare dan venema (1999)
maximum tubuh cumi-cumi berdasarkan digunakan untuk pemisahan suatu distribusi
kelompok ukuran panjang kelas. Pengukuran komposit ke dalam distribusi-distribusi normal
panjang total dilakukan dengan cara mengukur yang terpisah, bila sejumlah kelompok umur
panjang mantel dari tubuh cumi dengan (kohort) ikan terdapat dalam objek penelitan.
menggunakan penggaris dengan tingkat Pemisahan distribusi normal dengan metode
ketelitian 1 cm, sedangkan penibangan berat Bhattacharya ini dilakukan dengan paket

5
program FiSAT II Versi 1.2.2 (Sparre dan Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3
Venema, 1999). dilakukan uji-t (uji parsial), dengan hipotesis :

3. Parameter Pertumbuhan (L∞, K, t0) H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat


adalah isometrik.
Untuk mengetahui parameter
H1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat
pertumbuhan digunakan model pertumbuhan
adalah allometrik, dimana:
Von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999)
 Allometrik positif, jika b>3
adalah sebagai berikut :
(pertambahan berat lebih cepat daripada

Lt = L∞ ( 1 – e [– K ( t-t0)]) pertambahan panjang) dan,


 Allometrik negatif, jika b<3
Untuk menduga umur teoritis (to) (Pertambahan panjang lebih cepat daripada
erosa sama dengan 0 (nol), digunakan pertambahan berat).
persamaan empiris Pauly (1983) dalam t
hitung = | |
(Sparre danVenema,1999) sebagai berikut:
2. Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Log (-t0) = 0,3922 – 0,2752 (Log L∞) – 1,038
Koefisien kematian total diduga dengan
(Log K)
menggunakan kurva hasil tangkapan konversi
4. Hubungan Panjang Berat panjang (length-converted catch curve) Pauly
(1999) dengan persamaan sebagai berikut:
Hubungan panjang berat memiliki
ln M = -0.0152 – 0.279 * ln L∞ + 0.6543 * ln
nilai praktis yang memungkinkan K + 0.463 * ln TM = e(ln M)
mengkonversi nilai panjang kedalam berat
Laju mortalitas penangkapan (F)
atau sebaliknya. Berat cumi-cumi dapat ditentukan dengan :

dianggap sebagai suatu fungsi dari


F = Z-M
panjangnya, dan hubungan panjang berat ini
Untuk menentukan laju eksploitasi
mengikuti hukum kubik yang dinyatakan
(tingkat pemanfaatan) stok dapat diduga
dengan rumus : dengan rumus (Pauly 1984) dalam sparre dan
venema (1999) :
W = a Lb

Untuk mendapatkan parameter a dan b,


digunakan analisis regresi dengan ln W
Laju mortalitas penangkapan (F) atau
sebagai y dan Ln L sebagai x, maka
laju eksploitasi optimum menurut Gulland
didapatkan persamaan regresi :
(1971) adalah :

y = a + bx Foptimum = M dan Eoptimum = 0.5

6
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Sebaran Frekuensi Panjang
A. Keadaan umum wilayah Cumi-cumi yang diamati berjumlah
A.1 Lokasi Pengambilan Data 900 ekor, masing-masing 400 ekor pada bulan
Jumlah penduduk di kelurahan Kawal Mei dan 500 ekor pada bulan Juni, dengan
menurut data yang diperoleh dari kantor interval waktu pengambilan sampel data 7 hari
kelurahan pada tahun 2013 sebanyak 5472 sekali sebanyak 100 ekor per pengambilan
jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 2871 sampel dengan frekuensi panjang yang
Jiwa dan Perempuan 2601 Jiwa dengan bervariasi. Panjang minimum dan panjang
2
kepadatan penduduk 46 orang/Km . maximum cumi-cumi yang didaratkan pada
1. Sebelah Utara : Desa Teluk Bakau tempat pendaratan cumi-cumi secara
2. Sebelah Selatan : Desa Gunung Kijang kesuluruhan adalah 3,5 – 23,6 cm.
3. Sebelah Barat : Kelurahan Toapaya Asri 150
MEI

frekuensi (ekor)
4. Sebelah Timur : Laut 100

50

A.2 Kondisi Umum Perikanan 0

7 8 9 10 11 12 13 14
Peneliti mengambil sampel kepada selang kelas panjang (cm)
nelayan sebanyak 10 orang dengan melakukan 100
JUNI
frekuensi (ekor)

wawancara langsung. Setelah dilakukan servei 80

60
lapangan, nelayan di daerah ini bermata 40

pencaharian sebagai nelayan penuh. Biaya 20

0
operasi penangkapan yang berisi perbekalan 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
selang kelas panjang (cm)
yaitu rokok, makanan dan minuman sebanyak
Gambar 4. Sebaran frekuensi Panjang
Rp.450.000-Rp.500.000,- dalam sekali melaut. Cumi-cumi (Loligo sp) secara Total
Alat tangkap yang digunakan nelayan cumi-
Gambar 4 menunjukkan bahwa
cumi yaitu, pancing dan rawai. Penangkapan
jumlah keberagaman cumi-cumi yang
selama melaut dilakukan 3-5 hari dengan
tertangkap di perairan Kawal Pantai paling
daerah penangkapan 30-40 mil dari pantai.
banyak didominasi adalah pada bulan Juni.
Jumlah dari hasil tangkapan nelayan hanya 2-5
Kg dan mereka menjual hasil tangkapan C. Parameter Pertumbuhan (L∞,K, t0)
tersebut kepada pengumpul / tokeh dengan Parameter pertumbuhan dengan
harga Rp.20.000 – Rp. 30.000 /Kg. Dari hasil menggunakan model von Bertalanffy (K dan
wawancara, nelayan Kelurahan Kawal L∞) diketahui dengan metode Plot Ford-
mengatakan bahwa bulan yang baik untuk Walford. Hasil pemisahan kelompok ukuran
melakukan penangkapan cumi-cumi yaitu dengan menggunakan metode Bhattacharya
pada bulan Agustus – November. Sedangkan menunjukkan bahwa cumi-cumi contoh terdiri
penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juni atas 3 kelompok ukuran cumi-cumi yaitu
dimana jumlah cumi-cumi yang didapat panjang rata-rata, jumlah populasi dan indeks
nelayan Kawal Pantai tidak banyak. separasi masing-masing kelompok ukuran.

7
Tabel 4. Hasil Pemisahan Ukuran Cumi- perairan Kawal Pantai semakin menurun
cumi
seiring bertambahnya umur sampai mencapai
Hasil Pemisahan Ukuran Ikan panjang asimptotnya dimana cumi-cumi
Jumlah Indeks
N LN Populasi SN Separasi(I) tersebut tidak akan bertambah panjang lagi.
1 3.851 279 2.492 -
2 9.562 598 1.440 2.905 KURVA PERTUMBUHAN CUMI-CUMI
3 14.302 23 0.650 4.534

Panjang (cm)
Total 900 40,000
REGRESI X Y
3.851 9.562 20,000
9.562 14.302
0,000
Pada Tabel 4, nilai indeks separasi 1 4 7 1013161922252831343740434649525558
Bulan
dari hasil analisis pemisahan kelompok ukuran
Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Cumi-
cumi-cumi sebesar 2,905 dan 4,534. Hal ini cumi (Loligo sp)
menunjukkan bahwa hasil pemisahan
Berdasarkan kurva pertumbuhan
kelompok ukuran cumi-cumi dapat diterima
spesifik diatas menunjukkan bahwa
dan digunakan untuk analisis selanjutnya.
pertambahan panjang cumi-cumi (Loligo sp)
yang cepat terjadi pada waktu umur muda
Tabel 5. Parameter Pertumbuhan
Berdasarkan Model Von yaitu 1-15 bulan dan semakin lambat seiring
Bertalanffy (K, L∞, t0) cumi- dengan bertambahnya umur sampai mencapai
cumi (Mei dan Juni 2014)
panjang asimptotnya dimana cumi-cumi tidak
LOG(-
a B K L∞ t0) -t0 t0 bertambah panjang lagi yaitu pada simulasi
6.366 0.8 0.223 32 0.65 4.516 -4.516 15-59 bulan dengan panjang L∞ 32 cm.

Dari hasil jumlah nilai rata-rata cumi-cumi yang berumur muda

panjang total mantel ini menunjukkan bahwa terjadi karena energi yang didapatkan dari

total cumi-cumi contoh (nilai teoritis) yang makanan sebagian besar digunakan untuk

diamati di perairan Kawal Pantai Provinsi pertumbuhan. Pada cumi-cumi tua energi yang

Kepulauan Riau adalah sebanyak 900 ekor didapatkan dari makanan tidak lagi digunakan

selama kurang lebih dua bulan. Pada tabel 4 untuk pertumbuhannya, tetapi hanya

dilihat mengenai parameter pertumbuhan digunakan untuk mempertahankan dirinya dan

berdasarkan persamaan pertumbuhan von mengganti sel–sel yang rusak (Sudirman dan

Bertalanffy yang terbentuk untuk cumi-cumi Mallawa, 2004).

adalah Lt =32(1-e[-0.223(t+4.516]). Panjang total


D. Hubungan Panjang Berat
maximum cumi-cumi yang tertangkap dari
perairan Kawal adalah 32 cm. Koefisien Analisis hubungan panjang berat

pertumbuhan (K) cumi-cumi di perairan menggunakan data panjang total mantel dan

Kawal adalah 0,223 per tahun, sedangkan nilai berat basah cumi-cumi contoh untuk melihat

to diperoleh dengan menggunakan rumus pola pertumbuhan individu cumi-cumi dari

Pauly (1980) yaitu sebesar -4,516 per tahun. perairan Kawal Pantai. Hubungan panjang
berat dilihat pada gambar 6.
Pertambahan pajang cumi-cumi (Loligo sp) di

8
Berat (gram) 6,000
HUBUNGAN PANJANG BERAT Laju mortalitas total (Z) di analisis
5,000
dengan menggunakan metode Beverton dan
4,000

3,000 Holt (Sparre dkk, 1999). diperoleh nilai


2,000 y = 2,1201x - 1,0799
1,000 R² = 0,8927 dugaan untuk mortalitas total (Z) untuk cumi-
0,000

0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 cumi (Loligo sp) diperairan Kawal Pantai
Panjang Total (cm)
1,251 per tahun, sedangkan nilai mortalitas
Gambar 6. Hubungan Panjang Berat
Cumi-cumi (Loligo sp) alami (M) sebesar 0,525 per tahun. Nilai laju
mortalitas penangkapan (F) sebesar 0,73 per
Dari hasil analisis yang disajikan pada
tahun. Dan nilai laju eksploitasi (E) diperoleh
gambar. Jika dilihat dari hubungan panjang
sebesar 0,58 per tahun.
berat cumi-cumi adalah W = 0.3399*L2.622
dengan kisaran nilai b sebesar 2,12. Dari nilai Tabel 6. Nilai Dugaan Mortalitas dan Laju
Eksploitasi Cumi-cumi (Loligo
b yang diperoleh dan setelah dilakukan uji t
sp) Di Perairan Kawal Pantai.
(a=0,3399) terhadap nilai b tersebut diketahui Parameter Populasi Nilai dugaan
bahwa cumi-cumi memiliki pola pertumbuhan ( per tahun)
Mortalitas total (Z) 1,25
alometrik negatif yaitu TOLAK H0 adalah b≠3 Mortalitas alami (M) 0,52
karena b<3 (b=2,12), artinya pertambahan MMortalitas penangkapan (F) 0,73
panjang lebih cepat dari pada pertambahan Laju eksploitasi (E) 0,58≈0.6
berat.
Nilai laju eksploitasi diperairan
E. Mortalitas dan Laju Eksploitasi Kawal Pantai dapat disimpulkan bahwa terjadi
Menurut King (1995), laju mortalitas indikasi eksploitasi tinggi (over fishing)
(Z) adalah penjumlahan laju mortalitas karena berada di angka 0,58≈0.6 per tahun,
penangkapan (F) dan laju mortalitas alami (M) meskipun belum berada pada tahap yang
sehingga ketiga jenis mortalitas tersebut perlu berbahaya namun perlu diperhatikan agar
di analisis. tingkat eksploitasi cumi-cumi di perairan
KURVA PENANGKAPAN BERBASIS PANJANG YANG kawal tidak semakin tinggi (over fishing).
DILINIERKAN
6,00
5,68
5,31
5,68
5,64
5,54 5,575,42 Dimana
5,00 5,11
5,01 5,01
4,42
4,34 4,30 berdasarkan nilai laju mortalitas total
4,00 4,06
LN(fl/dt)

3,76
3,66
3,55
3,09
(Z) dan laju mortalitas penangkapan (F), maka
3,00
2,49
2,00
laju eksploitasi dapat diduga yaitu F/Z. Secara
1,87

1,00 teoritis apabila ekploistasi E>0,5


0,00 0,00 0,00 dikategorikan tingkat eksploitasi tinggi (over
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
t(L1+L2/2) fishing), eksploitasi E=0,5 dikategorikan
Gambar 7. Kurva Hasil Tangkapan Yang
tingkat eksploitasi optimal, sedangkan
dilinierkan Berbasis data Panjang.
 : titik yang digunakan dalam analisis eksploitasi E<0,5 dikategorikan tingkat
regresi untuk menduga Z
eksploitasi rendah (under fishing) disebutkan
 : titik yang belum masuk kawasan
penangkapan dalam (Sparre & Venema, 1999).

9
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Untuk mendapatkan informasi yang lebih
lanjut dan lengkap perlu adanya
A. Kesimpulan
penelitian lanjutan tentang aspek biologi

Hasil penelitian yang telah dilakukan, Cumi-cumi (Loligo sp), misalnya

diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya frekuensi pemijahan Cumi-cumi (Loligo

populasi cumi-cumi (Loliga sp) terdiri dari sp) dalam setahun, sehingga dalam

tiga kelompok umur dengan parameter penentuan kelompok umur dapat

pertumbuhan von Bertalanffy Lt=32(1-e[- diketahui secara pasti umur Cumi-cumi


0,223(t+4.516]
). Sebaran frekuensi panjang mantel pada setiap kohortnya.

cumi-cumi dari perairan Kawal Pantai berkisar 2. Alternatif pengelolaan yang dapat

antara 3,5 – 23,6 cm. Adapun pola disarankan adalah pengaturan upaya

pertumbuhan dan hubungan panjang berat penangkapan, yaitu pengaturan waktu

cumi-cumi adalah W = 0.3399*L2.622 dengan dan ukuran tangkap, dimana sebaiknya

kisaran nilai b sebesar 2,12. Dari nilai b yang penangkapan tidak dilakukan pada saat

diperoleh dan setelah dilakukan uji t ukuran optimum cumi-cumi (loligo sp)

(a=0,3399) terhadap nilai b tersebut diketahui agar dapat melakukan reproduksi dan

bahwa cumi-cumi memiliki pola pertumbuhan tidak ditangkap pada selang ukuran

alometrik negatif yaitu TOLAK H0 adalah b≠3 panjang 10-20 cm serta tidak

karena b<3 (b=2,12), artinya pertambahan menggunakan alat tangkap yang tidak

panjang lebih cepat dari pada pertambahan ramah lingkungan.

berat. 3. Upaya tersebut dapat terlaksana jika


adanya kerjasama antara pemerintah dan
Berdasarkan hasil analisis hubungan masyarakat sehingga diperlukan upaya
panjang berat, mortalitas dan laju eksploitasi penyuluhan kepada masyarakat akan
diperairan Kawal Pantai dikategorikan tingkat pentingnya menjaga kelestarian
eksploitasi tinggi (over fishing) karena berada sumberdaya perikanan terutama cumi-
di angka 0,58≈0.6 per tahun, meskipun belum cumi di sekitarnya.
berada pada tahap yang berbahaya namun
perlu diperhatikan agar tingkat eksploitasi V. UCAPAN TERIMA KASIH
tinggi (over fishing) tidak semakin meningkat.
Ucapan terima kasih penulis

B. Saran sampaikan kepada semua pihak yang telah

Hasil penelitian yang berjudul Kajian memberikan bantuan, dukungan serta


Stok Cumi-cumi (Loligo sp) yang didaratkan bimbingan kepada penulis diantaranya kepada

Di Daerah Kawal Pantai Provinsi Kepulauan Andi Zulfikar, S.Pi, MP selaku dosen

Riau ini sebagai bahan masukan untuk pembimbing I, Tengku Said Raza’I, S.Pi, MP

penelitian selanjutnya, saran yang saya ajukan selaku dosen pembimbing II serta keluarga
adalah : tercinta dan teman-teman seperjuangan.

10
DAFTAR PUSTAKA Mujiyani dan Nagib, 2007, Data catatan
Bertalanffy, L,von,1934, Untersuchungen UPTD Kijang dan Gunung Kijang
uber die Gesetzlichkeiten des selama tahun 2011 (diolah).
Wachstums, I, Allgemeine Grundlagen
Ricker, W, E, 975, Computation and
der Theprie, Roux’Arch,
interpretation of biological statistic of
Entwicklungsmech, Org, 131:613-653.
fish populations, j, Fish, Res, Board
Beverton R, J, H, dan S, J, Holt, 1957, On The Can, (191):382 pp.
Dinamics of Exploited FishPopulation,
Sarwojo,2005, Serba – Serbi Dunia Molusca,
Fisheries Investigasion Series 2.19
Malang, Indonesia
Ministry of Agriculture, Fesheries and
Food, United kingdom.
Sparre, P, dan SC, Venema, 1999, Introduksi
Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku: 1
Bhattacharya, C, G, 1967, A simple method of
Manual (Edisi Terjemahan),
resolution of a distribution into
Kerjasama Organisasi Pangan,
Gaussian components, Biometrics.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan
23:115-135.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
BPS dan Bappeda Kabupaten Bintan, 2006, Perikanan, Badan Penelitian dan
Bintan Dalam Angka Tahun Pengembangan Pertanian, Jakarta, 438
2005/2006, Tanjung Pinang, BPS dan hal.
Bappeda Kab, Bintan.
Sudirman dan Mallawa, A.2004. Teknik
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Penangkapan IKan 1. Penerbit Rieka
Kepulauan Riau Copyright © 2013
`Cipta. Jakarta.

Effendie, M, I, 1997, Biologi Perikanan,


Sudjana, 1996, Metode Statistika, Tarsito,
Yayasan Pustaka Nusantara,
Bandung,120 hal.
Yogyakarta, 163 hal.
Syakila, S., 2009, Studi Dinamika Stok Ikan
Gulland, 1983, Manual of Methods For Fish
Tembang (Sardinella Fimbriata) di
Stock Assesment Part 1, Fish
Perairan Teluk Palabuhan Ratu,
Population Analysis, Fourt Additio,
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa
FAO, Rome
Barat, Skripsi, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan,
Pauly, D,,1999, On the interrelationships
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
between natural mortality, growth
Institut Pertanian Bogor, Bogor, 88.
parameters and mean environmental
temperature in 175 fish stocks, J, Cons,
CIEM, 39(2): 175-192.

11

Anda mungkin juga menyukai