[Reproductive Biology of Layur Fish (Trichiurus lepturus) in Kolono Bay East Kolono
Sub-district, South Konawe Regency]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2020 untuk mengkaji biologi reproduksi ikan layur di
perairan Teluk Kolono Kecamatan Kolono Timur, Kabupaten Konawe Selatan. Sampel ikan layur ditangkap
menggunakan jaring insang hanyut (drifting gill net) dengan mesh size 1¼, dengan panjang total jaring ±1105 m, panjang
setiap jaring 65 m dan tinggi setiap jaring 15 m. Pengukuran yang dilakukan yaitu sebaran frekuensi panjang, tingkat
kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, ukuran pertama kali matang gonad, dan diameter telur. Jumlah
sampel ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 329 (179 individu betina dan 150 individu jantan). Sebaran
frekuensi panjang ikan jantan berkisar 574-628 mm, sedangkan ikan betina berkisar 629-684 mm. Tingkat kematangan
gonad ikan jantan dan ikan betina didominasi TKG I. Indeks kematangan gonad menunjukkan adanya variasi pada ikan
layur betina dan jantan, dengan rata-rata IKG betina lebih besar dibandingkan jantan. Fekunditas ikan layur berkisar
6.539-97.210 butir serta tidak ada hubungan fekunditas dengan panjang maupun berat ikan. Ukuran pertama kali matang
gonad ikan layur di perairan Teluk Kolono pada ikan jantan 354-407 mm dan betina 481-517 mm. Diameter telur ikan
layur betina berkisar 0,54-0,63 mm, dimana ukuran diameter telur ikan layur dijelaskan sebagai ikan parsial spawner
yaitu spesies ikan yang mengeluarkan telur matang secara bertahap pada satu kali periode pemijahan.
Abstract
This research was conducted in the waters of Kolono Bay, East Kolono Sub-district, South Konawe Regency from
February to May 2020, to study the reproductive biology of layur fish. Layur fish samples were caught using drifting gill
nets with a mesh size of 1¼, with a total net length of ±1105 m, where a length of each net of 65 m and 15 m height of
each net. Distribution of length frequency, gonad maturity level, gonadal maturity index, fecundity, size of first gonad
maturity, and egg diameter of layur fish were among the measured parameters. The layur fish samples used during this
study were 329 individuals (179 females and 150 males). The frequency distribution of male fish length ranged from 574-
628 mm, while female fish ranged from 629-684 mm. The gonadal maturity level (GML) of male and female fish was
both dominated by GML II. The gonadal maturity index GMI) was variedin female and male fish with an average female
IKG was greater than males. The fecundity of Layur fish ranged from 6,539-97,210 eggs, and there was no relationship
found between fecundity with body length and body weight. The size of the first gonad maturity of layur in Kolono Bay
waters was found to be 354-407 mm in males and 481-517 mm in females. The diameter of eggs of the female layur was
obtained at sizes ranging from 0.54 to 0.63 mm. Conclusively, the eggs diameter of the layur fish was described as a
partial spawner fish is a fish species that releases mature eggs gradually in one spawning period.
21
Karau dkk.,
salah satunya yaitu ikan layur (Trichiurus 2013; Vianita et al., 2014; Prihatiningsih dan
lepturus) merupakan salah satu organisme Nurulludin, 2014; Novianingrum et al., 2017;
yang dominan ditemukan di Perairan Teluk Islamiati et al., 2018); kebiasaan makanan
Kolono, serta pada perairan dangkal atau (Wulan, 2008; Arif et al., 2018); Analisis
dalam yang menyediakan sumber kebutuhan bioekonomi penangkapan (Putri et al., 2012);
bagi organisme. model pertumbuhan (Ahmad, 2008); Mutu
Ikan layur akan terus mengalami (Sipahuta et al., 2018). Namun penelitian
proses penurunan jika sumber daya tidak biologi reproduksi ikan layur di Perairan
dapat diolah secara optimal, maka sumber Teluk Kolono, hingga saat ini belum banyak
daya tersebut lama-kelamaan akan dilakukan. Berdasarkan data dan informasi
mengalami kepunahan (Vianita et al., 2014). tersebut maka perlu dilakukan penelitian
Aspek biologi merupakan salah satu tentang biologi reproduksi ikan layur di
informasi yang dapat digunakan sebagai Perairan Teluk Kolono.
dasar dalam pengelolaan dan pemanfaatan
Metode Penelitian
sumberdaya ikan layur. Beberapa aspek
Penelitian ini dilakukan yaitu pada
biologi organisme di antaranya sebaran
bulan Februari sampai Mei 2020. Lokasi
frekuensi panjang dan berat, tingkat
penelitian di perairan Teluk Kolono,
kematangan gonad (TKG), indeks
Kecamatan Kolono Timur, Kabupaten
kematangan gonad (IKG), fekunditas, ukuran
Konawe Selatan (Gambar 1) dengan Lokasi I
pertama kali matang gonad dan diameter
: Berada pada sekitar koordinat -4ᵒ23,8923,5”
telur. Penelitian mengenai aspek biologi ikan
LS dan 122ᵒ45,2906,8” BT. Hingga -
layur perlu dilakukan agar pemanfaatan
4ᵒ24,3011,3” LS dan 122ᵒ44,996,8” BT.
sumber daya ikan layur dapat berkelanjutan.
Lokasi II: Berada di sekitar titik koordinat -
Penelitian tentang ikan layur sejauh
4ᵒ24,6271,7” LS dan 122ᵒ45,1661,7” BT
ini sudah banyak dilakukan di beberapa
hingga -4ᵒ24,3650,2” LS dan 122ᵒ45,6445,3”
lokasi dengan aspek yang berbeda-beda
BT.
seperti: biologi reproduksi (Vianika, 2008:
Zakiyah, 2010; Muchlis dan Prihatiningsih,
245
Karau dkk.,
Analisis Data
1. Sebaran Frekuensi Panjang 4. Fekunditas
Analisis sebaran frekuensi panjang Fekunditas dihitung secara
ikan diketahui dengan cara yaitu pembagian gravimetri dengan rumus Holden dan Raitt,
selang kelas ukuran panjang dilakukan (1974):
dengan cara 1 + 3,3 Log N, sedangkan untuk F=
lebar selang (Pmaksimum-Pminimun) dibagi
dengan jumlah selang kelas yang sudah Keterangan:
diperoleh sebelumnya (Sudjana, 1996). F = jumlah fekunditas(butir)
2. Tingkat Kematangan Gonad N = jumlah telur dari sebagian gonad yang
Tingkat kematangan gonad pada ikan diambil (butir)
betina dan jantan diamati secara morfologi G = berat gonad (g)
yang mengacu pada skema kematangan g = berat gonad yang diambil (g)
gonad ikan T. lepturus modifikasi Vianika
(2008) (Tabel 1).
Tabel 1. Tingkat kematangan gonad ikan layur berdasarkan hasil pengamatan secara morfologis
(Vianika, 2008).
TKG Betina Jantan
I Gonad (ovarium) berupa sepasang benang, Testes seperti benang tetapi jauh
memanjang kecil berwarna bening dan lebih pendek dibandingkan ovarium
permukaan licin, mudah terputus antara kedua ikan betina pada stadia yang sama
gonad. (TKG I) berwarna jernih, halus, dan
mudah terputus
II Ovari berukuran lebih besar dari TKG I dalam Testes berukuran lebih besar
keadaan segar berwarna kuning sedikit daripada TKG I, berwarna putih susu
kemerahan, telur belum terlihat jelas. jernih, bentuknya pun lebih jelas dari
TKG I
III Ovari berwarna kuning sedikit kemerahan, ovari Testes berwarna makin putih
makin besar butiran telur suadah dapat terlihat berukuran lebih besar dari TKG II
jelas dengan mata telanjang gonad tidak mengisi sebagian besar peritoneum.
bercabang karena gonad terisi penuh dengan
butiran telur. Ukuran gonad lebih besar daripada
TKG II gonad telah mengisi 1/3 dari rongga
perut.
IV Ovari berukuran makin besar telur berwarna Testes berukuran makin besar dan
orange kemerahan telur sudah jelas terlihat pejal berwarna putih susu, mengisi
gonad mengisi sebagian besar rongga tubuh dan sebagian besar rongga tubuh
menempati 1/2 rongga tubuh gonad terlihat
sangat padat dan tidak bercabang
245
Biologi Reproduksi Ikan Layur
Hasil
5. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Jumlah ikan layur yang tertangkap
Metode yang digunakan untuk
diperairan Teluk Kolono selama penelitian
mengetahui ukuran pertama kali matang
berjumlah 329 ekor yang terdiri dari 150 ekor
gonad adalah Metode Spearman-Karber.
jantan dan 179 ekor betina. Data tersebut
Menurut Udupa (1986), logaritma ukuran
dihitung menggunakan variabel-variabel
ikan pertama kali matang gonad dihitung
yang telah ditentukan yaitu variabel sebaran
menggunakan rumus sebagai berikut.
frekuensi panjang, tingkat kematangan
gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas,
ukuran pertama kali matang gonad dan
diameter telur.
Keterangan :
m = log ukuran ikan saat pertama matang 1. Sebaran Frekuensi Panjang
ovarium Hasil sebaran frekuensi panjang
Xk = log ukuran ikan dimana 100% ikan ikan layur pada bulan Februari, Maret, April,
sampel sudah matang dan Mei 353-858 mm. Ikan layur jantan dan
X = selang log ukuran (log size inc betina pada bulan Februari masing-masing
rement) didominasi selang kelas ukuran 685-739 mm
Pi = proporsi ikan matang pada kelompok dan 740-794 mm. Bulan Maret masing-
ke-i Rata-rata ukuran ikan pertama masing didominasi selang kelas ukuran 519-
matang ovarium diperoleh dari nilai 573 mm dan 629-684 mm. Pada bulan April
anti log (m). masing-masing didominasi selang kelas
6. Diameter Telur ukuran 574-628 mm dan 629-684 mm serta
Diameter telur dihitung pada bulan Mei masing-masing selang kelas
menggunakan rumus menurut (Rao dan Rao, ukuran 574-628 mm dan 685-739 mm (Tabel
2001). 2).
Ds = 2. Tingkat Kematangan Gonad
Keterangan: Berdasarkan hasil analisis tingkat
Ds = diameter telur sebenarnya (mm) kematangan gonad yang didapatkan selama
D = diameter telur terbesar (mm) penelitian berada pada TKG I, II, III dan IV
d = diameter telur terkecil (mm) (Gambar 2). Tingkat kematangan gonad ikan
layur jantan yang ditemukan berada pada
TKG I, II dan III serta tingkat kematangan
gonad ikan betina yang ditemukan berada
pada TKG I, II, III dan IV.
246
Karau dkk.,
Gambar 2. Tingkat kematangan gonad ikan jantan dan betina ikan layur di Perairan
Teluk Kolono
3. Indeks Kematangan Gonad tinggi pada bulan April dengan nilai rata-rata
Berdasarkan hasil analisis indeks ikan jantan 1,72%, sedangkan ikan betina
kematangan gonad selama penelitian dengan rata-rata 6,28%. Hasil analisis dapat
menunjukkan IKG ikan jantan dan betina dilihat pada Tabel 3.
ukuran pertama kali matang gonad ikan layur 7. Parameter Lingkungan Perairan
jantan yaitu pada selang ukuran 354,5994 Hasil pengukuran selama periode
mm. Sedangkan ikan betina pada selang penelitian menunjukkan nilai suhu tidak
ukuran 481,4350 mm. mengalami perbedaan yang besar dan relatif
stabil. Nilai suhu yang didapatkan saat
6. Diameter Telur
melakukan pengukuran berkisar 28-30˚C
Diameter telur merupakan salah satu
(Tabel 4). Kisaran suhu tertinggi terdapat
acuan pada aspek reproduksi ikan layur
pada bulan Maret dan Mei sebesar 30˚C dan
dimana persebaran diameter telur digunakan
suhu terendah terdapat pada bulan Februari
sebagai salah satu contoh untuk menentukan
sebesar 28˚C. hasil pengukuran yang
pemijahan ikan. Pengukuran ini bertujuan
dilakukan selama penelitian bahwa nilai
untuk menentukan kualitas berhubungan
salinitas yang didapatkan tidak mengalami
dengan kuning telur yang mana telur yang
perbedaan yang segnifitkan sehingga salinitas
berukuran besar menghasilkan larva
di perairan Teluk Kolono masih sangat baik
berukuran besar begitu pun sebaliknya.
untuk organisme yang hidup di lingkungan
Diameter telur ikan layur betina yang
tersebut. Salinitas di perairan Teluk Kolono
diperoleh berkisaran antara 0,54-0,63 mm
yang didapatkan selama penelitian berkisaran
(Gambar 6).
30-33‰.
Gambar 3. Hubungan fekunditas dengan panjang total dan berat total ikan layur di
Perairan Teluk Kolono
246
Karau dkk.,
247
Biologi Reproduksi Ikan Layur
perkembangan gonad lebih signifikan memiliki fekunditas yang lebih besar. Apabila
dibandingkan ikan jantan. Effendie (1997) dalam satu tahun terdapat individu dalam
menyatakan indeks kematangan gonad ini jumlah banyak akan menyebabkan fekunditas
menunjukkan perubahan gonad terhadap rendah pada tahun yang lainnya. Fekunditas
kondisi ikan secara morfologi. Indeks sering dihubungkan dengan panjang dari pada
kematangan gonad semakin meningkat nilainya dengan berat, karena panjang penyusutannya
dan memcapai batas maksimun pada saat akan relatif kecil sekali tidak seperti berat yang dapat
terjadi pemijahan, kemudian menurun dengan berkurang dengan mudah. Royce (1972),
cepat sampai selesai pemijahan. Umumnya menyatakan fekunditas total ialah jumlah telur
pertambahan berat gonad pada ikan betina lebih yang dihasilkan ikan selama hidupnya.
besar dari ikan jantan yaitu sebesar 10-25% Sedangkan yang disebut fekunditas relatif
dari berat tubuhnya, sedangkan pada ikan adalah jumlah telur per satuan berat atau
jantan sebesar 10-15%. panjang. Fekunditas relatif sebenarnya
mewakili fekunditas individu kalau tidak
4. Fekunditas
diperhatikan berat atau panjang ikan.
Pengatahuan mengenai total butir
produksi ikan yang sangat menentukan tingkat
5. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
pemijahan ikan di suatu daerah. Penentuan
Ukuran pertama kali matang gonad
fekunditas dapat menaksirkan jumlah anak ikan
ikan layur di Perairan Teluk Kolono pada ikan
yang akan di keluarkan pada saat pemijahan.
jantan dan betina masing-masing 354,5994 mm
Dengan jumlah fakunditas yang tertinggi
dan 481,4350 mm. Hal ini menunjukkan
terdapat pada panjang 496 mm. Hal ini dapat
ukuran ikan jantan lebih kecil dibandingkan
dikatakan bahwa reproduksi ikan layur di
ikan betina saat pertama kali matang gonad.
perairan Teluk Kolono cukup tinggi. Hal ini
Beberapa penelitian di lokasi yang berbeda
sesuai dengan pernyataan Zaskiyah (2010)
menunjukkan ukuran pertama kali matang
bahwa nilai fekunditas yang diperoleh berkisar
gonad yang berbeda pula. Hal ini sesuai dengan
antara 10.523-78.620 butir dengan kisaran
pernyataan Sulistiono et al., (2012) bahwa
panjang total ikan dari 700-1175 mm.
ukuran pertama kali matang gonad memiliki
Dibandingkan dengan hasil penghitungan
hubungan dengan pertumbuhan dan pangaruh
fekunditas penelitian sebelumnya, dapat
lingkungan terhadap pertumbuhan serta
dikatakan bahwa potensi reproduksi ikan layur
strategi reproduksinya. Perbedaan ukuran
yang diamati di Teluk Pelabuhanratu ini cukup
pertama kali matang gonad antara ikan jantan
tinggi. Menurut Martins dan Haimovici (2000),
dengan betina bisa terjadi karena ikan tersebut
fekunditas telur ikan layur di ekosistem utama
memiliki koefisien pertumbuhan yang berbeda.
subtropis Brazil bagian selatan berkisar dari
Semakin tinggi koefisien pertumbuhan, maka
3.917 untuk ikan yang memiliki panjang total
semakin cepat ikan tersebut mencapai matang
70 cm sampai 154.216 pada ikan contoh yang
gonad (Kwok 1999). Selain itu, perbedaan
memiliki panjang total 141 cm namun jumlah
ukuran pertama kali matang gonad dapat
pemijahan pada tiap musim belum dapat
disebabkan karena variasi ukuran panjang total
ditentukan. Menurut Vianika (2008), fekunditas
yang tidak merata (Vianika, 2008).
ikan layur berkisar antara 4000 (panjang ikan
Menurut Vianita et al., (2014) bahwa
42 cm) hingga 16.000 (panjang ikan 60 cm).
ukuran pertama kali matang gonda ikan layur
Data fekunditas yang diperoleh
adalah 743 mm. Vianika (2008), menyatakan
menunjukkan adanya perbedaan di berbagai
ikan layur pertama kali matang gonad pada
daerah lokasi penelitian. Jumlah butir telur ikan
ukuran 725 mm. Berdasarkan hasil penelitian
layur yang bervariasi sesuai dengan lokasi
Ernawati dan Butet (2012), ikan layur T.
pengambilan sampel ikan. Hal tersebut dapat
lepturus jantan dan betina pertama kali matang
diduga karena adanya perbedaan ukuran
gonad pada ukuran 725 mm dan 633 mm.
panjang dan berat ikan tersebut. Zaskiyah
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi saat
(2010), menyatakan perbedaan nilai fekunditas
ikan pertama kali matang gonad, yaitu faktor
ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berbeda baik karena lokasi yang berbeda
meliputi perbedaan spesies, umur, ukuran, serta
ataupun waktu pengamatan yang berbeda.
sifat fisiologi ikan tersebut seperti kemampuan
Ukuran juga mempengaruhi fekunditas, ikan
adaptasi terhadap lingkungan dan kesediaan
layur yang berukuran lebih besar sehingga
hormon reproduksi. Faktor eksternal meliputi
248
Karau dkk.,
makanan dan perbedaan jenis kelamin (Lagler Teluk Mauritania mempunyai periode
et al., 1977). reproduksi secara partial spawning pada lapisan
Ukuran pertama kali matang gonad permukaan dimana suhu dan salinitas berperan
ikan layur di Perairan Teluk Kolono berbeda penting. Spesies ikan layur melakukan proses
dengan lokasi penelitian lainnya. Perbedaan pemijahan pada bulan Mei hingga Oktober.
ukuran pertama kali matang gonad jantan dan Menurut Setiawan (2006), bahwa
betina juga diperoleh Kwok (1999) pada ikan belum banyak diketahui masa-masa pemijahan
T. Lepturus di laut Cina Selatan. Diperoleh ikan layur, hanya saja untuk jenis ikan layur
bahwa ikan layur jantan di perairan Laut Cina yang ada di selatan Jepang (T. lepturus), mulai
Selatan memiliki koefisien pertumbuhan yang diketahui bahwa ikan ini memijah dan telurnya
lambat daripada ikan betinanya dan ikan betina menetas pada musim semi (saat suhu berangsur
ditemukan lebih cepat matang gonad hangat). Bal dan Rao (1984), menyatakan
dibandingkan ikan jantan. Hal ini sejalan pemijahan T. lepturus hanya berlangsung sekali
dengan pendapat Effedie (1997), bahwa ukuran dalam setahun yaitu pada bulan Juni, namun
matang gonad untuk tiap spesies ikan berbeda- penelitian-penelitian lain mengindikasikan
beda. Ukuran pertama kali matang gonad pada pemijahan terjadi pada Mei-Juni dan
ikan layur juga dipengaruhi oleh kondisi suhu. November-Desember. Berbeda halnya dengan
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lagler et al., Parin (1986) menyatakan T. lepturus yang
(1977), bahwa ada dua faktor yang hidup di daerah Mediterranean memijah pada
mempengaruhi saat pertama kali ikan matang bulan Juli-Agustus. Ikan layur memijah
gonad yaitu faktor luar dan faktor dalam. sepanjang tahun pada perairan hangat, telur dan
Faktor luar yang mempengaruhinya adalah larva bersifat pelagis (Nakamura dan Parin,
suhu dan arus, sedangkan faktor dalam seperti 1993). Selama bermigrasi untuk memijah ikan
perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat- layur membentuk gerombolan besar di daerah
sifat fisiologis ikan tersebut seperti kemampuan tepi pantai (Ye dan Rosenberg, 1991).
beradaptasi dengan lingkungan. Ainun dan Prihatiningsih (2013),
6. Diameter Telur menyatakan bahwa nilai rata-rata ukuran
Pola pemijahan ikan layur yang diameter telur ikan layur TKG IV dengan
ditemukan di Perairan Teluk Kolono ditentukan kisaran 20-65 mm didominasi oleh diameter
berdasarkan analisis ukuran diameter telurnya. 39-48 mm. Berdasarkan pola penyebaran
Diameter telur ikan layur diperoleh dengan diameter telur ikan layur yang memiliki ukuran
kisaran 0,54-0,63 mm. Diameter telur ikan dengan diameter yang berbeda-beda pada setiap
layur yang berada pada TKG IV, memiliki dua tingkat kematangan gonad, maka disimpulkan
macam ukuran telur, yaitu telur yang berukuran bahwa pola pemijahan digolongkan kedalam
kecil (masih muda) dan telur berukuran besar pemijah bertahap. Ukuran diameter telur
(sudah matang) dengan modus penyebaran dua digunakan untuk melihat kuantitas telur.
kali puncak pemijahan. Hal ini Umumnya sudah dapat diduga bahwa semakin
mengindikasikan bahwa ikan layur yang meningkat tingkat kematangan gonad maka
diamati tergolong kelompok ikan yang diameter telur di dalam ovarium semakin besar
memijah dengan mengeluarkan telur sebagian- pula (Effendie 1997). Untuk menilai
sebagian (bertahap) saat melakukan pemijahan perkembangan gonad ikan betina selain dilihat
sehingga tipe pemijahannya bersifat (partial hubungan antara IKG dengan TKG, dapat pula
spawner), yaitu telur yang sudah matang gonad dihubungkan dengan perkembangan diameter
dan sudah berada dipuncak pertama matang telur yang dikandungnya hasil pengendapan
gonad akan mengeluarkan terlebih dahulu kuning telur selama proses vitellogenesis
menyusul dengan pengeluaran telur yang (Effendie 1997). Mendekati waktu pemijahan,
berada pada puncak pemijahan berikutnya. Hal diameter telur akan semakin besar seiring
ini berbeda dengan Vianika (2008) menyatakan dengan meningkatnya TKG dan mencapai
bahwa di Teluk Palabuhanratu, ikan layur T. maksimum, setelah itu cenderung menurun
lepturus tergolong kelompok ikan yang (Solihatin 2007).
memijah secara parsial (partial spawning).
Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh Simpulan
perbedaan waktu atau musim dan perbedaan Berdasarkan hasil pemelitian maka
jenis. Wojciechowski (1972), menyatakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
bahwa ikan layur T. lepturus (Trichiuroidae) di
249
Biologi Reproduksi Ikan Layur
250
Karau dkk.,
251