ISSN 1978-1652
Abstrak
Ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon) merupakan salah satu spesies ikan lokal (indigenous spesies) yang dominan
ditemukan di perairan sungai Pulau Bangka. Ikan keperas memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat Desa Menduk.
Penelitian ini bertujuan mengetahui aspek reproduksi ikan keperas bulan Mei sampai Agustus 2016. Metode pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Hasil menunjukkan bahwa rasio kelamin ikan betina dan jantan adalah 1 : 1,8.
Ikan jantan berada pada TKG I sampai III dan ikan betina berada pada TKG I sampai V. fekunditas terkecil ditemukan pada
ikan TKG IV yaitu 240 butir dan fekunditas terbesar di temukan pada ikan TKG III yaitu 3660 butir. Diameter telur ikan
TKG III bekisar antara 0,04 – 0,13 dan ikan TKG IV bekisar antara 0,04- 0,14. Pola pemijahan total spowner.
Kata kunci : Keperas (Cyclocheilichthys apogon), Reproduksi, Sungai Menduk
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat Penentuan Rasio Kelamin
tangkap untuk mengumpulkan sampel Ikan Keperasyang
Penentuan jenis kelamin ikan dilakukan
terdiri dari: (1) jaring insang (gill net)yang berukuran
berdasarkan ciri seksual primer yaitu dengan cara
panjang 20 m dan tinggi 2 m dengan ukuran mata jaring ¾
membedah dan melihat perbedaan gonad antara ikan
inci, 1 inci, 1½ inci, 1¾ dan 2 inci. Bahan yang digunakan
jantan dan betina (testis dan ovarium). Rasio kelamin atau
adalah es batu dan formalin 4% untuk mengawetkan
sex ratio (SR) dihitung dengan membandingkan jumlah
sampel ikan.
ikan jantan dengan jumlah betina.
Metode Pengambilan Data Tingkat Kematangan Gonad (TKG )
Pengambilan Sampel Ikan Keperas di Sungai Menduk. Tingkat kematangan gonad (TKG) ditentukan secara
morfologis mencakup warna, bentuk dan ukuran gonad.
Pengambilan sampel Ikan Kepras dilakukan di
Perkembangan gonad ikan secara kualitatif ditentukan
perairan Sungai Menduk dengan lokasi stasiun ditentukan
dengan mengamati tingkat kematangan gonad berdasarkan
menggunakan metode purposive sampling yaitu metode
morfologi gonad seperti yang dikemukakan Siregar (1991)
penentuan lokasi pengambilan contoh yang dilakukan
dalam Sari (2007) (Tabel 1). Setelah penentuan TKG
berdasarkan pertimbangan peneliti pada lokasi penelitian
selesai dilanjutkan dengan penentuan Indeks Gonad (IG).
(Fachrul, 2006). Lokasi dipilih menjadi 3 stasiun bagian
Indeks Gonad merupakan indikator untuk mengukur
hulu, bagian tengah dan bagian hilir diharapkan dapat
kematangan seksual ikan betina. Secara kuantitatif
mewakili tempat penelitian, serta lokasi yang biasa
perkembangan gonad ikan diamati dengan menentukan
dijadikan tempat penangkapan Ikan Keperas oleh nelayan
indeks kematangan gonad (IKG) untuk setiap tingkat
setempat. Tiga stasiun penelitian dengan deskripsi lokasi
kematangan gonad yang telah ditetapkan, baik untuk ikan
sebagai berikut:
betina maupun ikan jantan. Gonad yang dikeluarkan dari
Stasiun 1, terletak di hulu dengan titik kordinat LS
rongga tubuh ditimbang bobotnya dengan ketelitian 0,01
02o09’ 36,15” dan BT 105o56’ 59,69”.
gram.
Stasiun 2, terletak di tengah Sungai Menduk dengan
titik kordinat LS 02o09’49,05” dan BT 105o52’48,71”. Fekunditas
Stasiun 3, terletak di bagian hilir Sungai Menduk
Fekunditas dihitung dengan metode gabungan dari
dengan titik kordinat LS 02o11’37,17” dan BT
metode menghitung langsung, volumetrik dan gravimetrik.
105o53’3,55”.
Caranya terlebih dahulu membedah ikan guna
Pengukuran Panjang dan Berat Tubuh Ikan mendapatkan gonadnya. Setelah gonad didapatkan, gonad
ditimbang menggunakan timbangan digital yang kemudian
Setiap sampel ikan diukur panjang dan beratnya.
dinyatakan sebagai gonad utuh. Gonad utuh dipotong
Panjang total (mm) diukur mulai dari bagian mulut hingga
menjadi 3 bagian yaitu anterior, tengah dan posterior.
bagian ekor dengan menggunakan penggaris. Berat tubuh
Salah satu gonad diambil dari potongan tersebut, lalu
(gram) ikan diukur dengan menggunakan timbangan
ditimbang dan dinyatakan sebagai gonad contoh. Gonad
digital.
contoh yang telah ditimbang diencerkan ke dalam 10 ml
aquades. Satu ml dari cairan tersebut setelah dikocok
dihitung jumlah telurnya.
Table 1. Tingkat Kematangan Gonad Ikan kapiek (Puntius schwanefeldi Bleeker) Sumber : Siregar (1991) dalam Sari
(2007)
Tingkat Kematangan Gonad Betina Jantan
I Gonad ovarium seperti sepasang benang yang memanjang Gonad (testes) berupa sepasang benang tetapi jauh
(ikan muda) pada sisi lateral rongga peritoneum bagian depan , lebih pendek dari pada ovarium dan bewarna jernih
bewarna bening dan permukaan licin
II (tahap perkembangan) Ovarium berukuran lebih besar , berwarna putih Testis berukuran lebih besar dari TKG I dan berwarna
kekuningan, telur- telur belum bisa dilihat satu-persatu putih susu
dengan mata telanjang
III Ovarium hampir mengisi setangah rongga Testis mengisi hampir setengah rongga peritoneum ,
(dewasa) peritoneum,bewarna kuning kehijauan ltelur-telur mulai bewarna putih susu dan mengisi sebagian besar
terlihat dengan mata telanjang berupa butiran halus peritoneum
IV Ovarium mengisi sebagian besar ruang peritoneum, Testis makin besar dan pejal berwarna putih susu dan
(matang) warna menjadi hijau kecoklatan dan lebih gelap. telur padat serta mengisi sebagian besar rongga peritoneum.
telah terlihat dengan butiran-butiran yang jauh lebih besar
dari TKG III
V Ovarium masih terlihat seperti TKG IV, namun bagian Testis bagian anal telah kosong dan lebih lembut.
(salin) tertentu telah mengempis karena telur telah dikeluarkan
pada saat pemijahan
jantan lebih banyak jumlahnya dari pada ikan betina pada maka perkembangan populasi ikan akan terhambat
perairan sungai tersebut. Nilai rasio kelamin sebesar 1,8:1 (Nasution, 2008 ). Populasi ikan jantan lebih banyak
antara jantan dan betina dalam penelitian selama 4 bulan jumlahnya dari ikan betina maka akan dapat
ini belum dapat disebutkan sebagai suatu masalah karena membahayakan suatu populasi ikan (Pramadika, 2014).
perbandingan ini hanya dihitung 4 bulan penelitian saja. Rasio ikan jantan tinggi dalam suatu populasi dapat
Berdasarkan penelitiaan Sari (2007) rasio kelamin ikan mengganggu kelestarian spesies. . Saat rasio jantan lebih
Keperas di Sungai Musi 1 :1.1 menyatakan keadaan banyak tetapi telur yang dihasilkan betina sedikit meski
seimbang. Berbeda dengan Lambert 2001 dalam Sari keberadaan sel sperma melimpah di perairan karena
(2007) perbandingan rasio kelamin ikan Keperas jantan jumlah betina sedikit maka akan menghasilkan anakan
dan betina di Kamboja adalah 1: 10 atau keturunan yang sedikit. Perbedaan jumlah Ikan jantan
Nisbah kelamin pada ikan penting diketahui dan betina yang tertangkap diduga karena perbedaan
terhadap kestabilan populasi ikan tersebut di alam. Dalam tingkah laku, penyebaran Ikan jantan betina tidak merata
suatu populasi apabila nisbah kelaminnya tidak seimbang, serta faktor penangkapan.
Tabel 2. Rasio Kelamin Ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon) Betina dan Jantan pada Bulan Mei – Agustus 2016.
Jenis Kelamin
BULAN Jantan Betina Rasio Kelamin
Mei 10 0 1:0
Juni 22 12 1.8 : 1
Juli 30 22 1.3 : 1
Agustus 10 5 2:1
Total 72 39 1.8 : 1
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) berwarna coklat muda,butir telur belum dapat dilihat
secara kasat mata. TKG III ovarium berukuran lebih besar
Tingkat kematangan gonad adalah tahapan tertentu
dari TKG II dan hampir mengisi setengah rongga perut.
perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu
Butiran telur mulaikelihatan dengan mata telanjang. TKG
memijah. Gambar 2 memperlihatkan bahwa ikan Keperas
IV ditandai dengan ovarium telah mengisi dua pertiga
jantan pada TKG I ditandai dengan testis agak transparan,
rongga perut, usus terdesak keluar, warna menjadi kuning
bentuk seperti benang bewarna agak bening. TKG II
kecoklatan dan lebih gelap. Telur telah terlihat jelas dan
ditandai testis yang semakin besar dan bewarna putih.
lebih besar dari TKG III. TKG V ditandai dengan ovarium
TKG III ditandai dengan testis lebih pejal dari TKG I dan
masih terlihat seperti TKG IV, namun bagian tertentu telah
II, bewarna agak putih.Gambar 3 gonad Ikan Keperas
mengempis karena telur telah dikeluarkan pada saat
betina pada TKG I ditandai dengan ovarium berbentuk
pemijahan.
sepasang benang kasar bewarna bening kecoklatan. TKG
II ditandai ovarium berukuran lebih besar dari TKG I,
TKG I TKG II
Gambar 2. Morfologi Gonad Ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon)Jantan
Hasil penelitian selama empat bulan dari bulan Mei waktu pertama kali matang gonad tidak sama ukurannya.
sampai dengan Agustus menunjukkan bahwa gonad Ikan Demikian juga spesies yang sama.
Keperas mengalami perkembangan pada bulan Juni. Secara umum, ikan yang memiliki ukuran
Berdasarkan pengamatan, tidak ditemukan Ikan Keperas maksimum kecil dan jangka waktu yang pendekakan
ber- TKG III dan TKG IV baik pada jenis jantan dan mencapai kedewasaan pada umur yang lebih muda dari
betina pada Bulan Mei dan Juli dapat dilihat pada pada ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar.
Gambar 4 dan 5. Pada TKG II Ikan Keperas betina juga Dalam perkembangannya menuju kematangan, testis kian
tidak ditemukan. Perkembangan gonad ikan selama besar dan bertambah berat. Bobot testis yang sudah
penelitian di pengaruhi oleh suhu. Burhanuddin (2010 ) matang atau yang siap memijah dapat mencapai 12% atau
menyebutkan faktor yang mempengaruhi reproduksi ikan lebih dari bobot tubuhnya sementara bobot ovarium dapat
terdiri atas beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor mencapai puluhan persen dari bobot tubuhnya.
eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, Kebanyakan testis bewarna putih susu dan mempunyai
tumbuhan dan beberapa ikan jantan. Faktor internal lapisan yang halus, sementara itu ovarium yang matang
meliputi kondisi dan adanya hormone reproduksi yang gonad bewarna kekuningan dan menampakkan butiran
cukup untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi telur (Rahadjo et al., 2011 dalam Nur, 2015).
dan pemijahan. Penelitian selama 4 bulan dari bulan Mei sampai
dengan Agustus dapat dilihat bahwa gonad jantan dan
Berdasarkan kelompok ukuran panjang, diduga betina mengalami peningkatan pada bulan Juni dan
pertama kali ikan Keperas jantan dan betina pertama kali Agustus saja. Burhanuddin (2010) menyebutkan faktor
matang gonad pada kelompok ukuran 14-20 cm. ukuran yang mempengaruhi reproduksi ikan terdiri atas beberapa
pertama kali matang gonad berbeda untuk spesies jenis faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal meliputi
ikan, bahkan pada spesies yang sama dengan habitat yang curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan beberapa
berbeda(posisi lintang dan bujurnya) dapat matang gonad ikan jantan. Faktor internal meliputi kondisi dan adanya
pada ukuran berbeda ( Effendie,2002). Affandi dan Tang hormone reproduksi yang cukup untuk memacu
(2002) juga menyatakan bahwa tiap-tiap spesies ikan pada kematangan gonad diikuti ovulasi dan pemijahan.
JANTAN
BETINA
100%
100%
presentase (Y)
persentase(Y)
50%
50%
0% 0%
MEI JUNI JULI AGUSTUS MEI JUNI JULI AGUSTUS
Bulan (X) bulan ( X )
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V
Gambar 4 dan 5. Tingkat Kematangan Gonad ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon)Jantan dan Betina Berdasarkan
Bulan Pengamatan.
Suhu Perairan Sungai Menduk pada bulan Mei yaitu 29 oC sangat panas,intensitas cahaya matahari yang masuk
pada saat itu pengambilan data cuaca dalam keadaan kedalam perairan sangat tinggi. Ikan Keperas betina tidak
ditemukan yang tertangkap, dominanIkan jantan. Hasil penelitian selama empat bulan terhadap 111
Pengambilan contoh ikan di bulan Juni saat itu pada cuaca ikan Keperas di Sungai Menduk Kabupaten Bangka
hujan, suhu perairan 27oC dimana air sungai pada saat itu diperoleh rata-rata IKG 0.019441173% pada ikan betina
sedang berada dalam keadaan air tinggi.Bulan Agustus dan 0.015957575% pada ikan jantan dapat disajikan pada
pengambilan data kondisi sungai berada dalam keadaan Tabel 3. Ikan betina lebih sedikit tertangkap dibandingkan
kering dengan suhu perairan 28oC. Menurut Aida et al., dengan ikan jantan,tetapi nilai rata-rata IKG betina lebih
(1991) dalam Zairin (2003) bahwa pada proses besar dibandingkan jantan. Nilai IKG betina terkecil
pematangan gonad, sinyal lingkungan seperti perubahan ditemukan pada ukuran bobot berat tubuh 21,9 gram dan
suhu, diterima oleh sistem saraf pusat dan diteruskan ke panjang 12 cm dengan berat gonad 0,1 gram. nilai IKG
hipotalamus. Hal ini menunjukkan suhu dan makanan betina terbesar ditemukan pada ukuran bobot berat tubuh
mempengaruhi tingkat kematangan gonad seperti yang 46,7 gram dan panjang 15 dengan berat gonad 2,9 gram.
dikemukakan oleh Burhanuddin 2010. Boyd (1988) Sedangkan nilai IKG jantan terkecil ditemukan pada ikan
menyatakan suhu optimal bagi ikan dan organisme akuatik yang bobot berat tubuh 40 gram dan panjang 13,8 cm
lainnya adalah berkisar antara 25-30 oC. Tatangindatu et al dengan berat gonad 0,1 gram. Nilai IKG jantan tertinggi
2013 kisaran yang baik untuk menunjang pertumbuhan berada pada ukuran bobot berat tubuh ikan paling terkecil
optimal adalah 28 – 32 oC. yaitu dengan berat tubuh 2 gram dan panjang 5,5 cm.
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
0,05 0,06
0,04
0,04
IKG %
IKG % 0,03
0,02 0,02
0,01 IKG IKG
0 0
0 5 10 15 20 0 5 10 15 20
Panjang ikan betina Panjang ikan jantan
Gambar 6 dan 7.Hubungan antara IKG (%) dengan Panjang Total ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon)Betina dan
Jantan.
IKG 0,06
0,06 0,05
0,04
IKG %
0,04
IKG %
0,03
0,02 0,02 IKG
IKG 0,01
0 0
0 50 100 0 50 100
Berat ikan betina Berat ikan jantan
Gambar 8 dan 9. Hubungan antara IKG (%) dengan Berat Tubuh(gram) ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon)Betina
dan Jantan.
IG ( Indeks Gonad ) gonad berada dalam TKG III, IV dan ada juga yang
mengalami TKG V. Bulan Juni memiliki keseluruhan
Nilai IG didapat dari 13 ikan Betina yang matang
Fekunditas 5.160 dan Agustus 11670, sedangkan bulan
gonad adalah sebesar 0,33. Indeks Gonad (IG) diperoleh
Mei dan Juli tidak ditemukan Ikan dengan TKG III dan
IG sebesar 0,33 yang artinya 0,30< IG<0,50. Ikan Keperas
IV.Dari analisis fekunditas menunjukkan bahwa jumlah
yang berada di Sungai menduk pada bulan Mei sampai
telur yang akan dihasilkan Ikan Keperas memiliki potensi
dengan Agustus sedang mengalami proses pematangan
jumlah individu yang cukup tinggi. Menurut Effendi (1997
gonad. Dilihat dari TKG yang ditemukan dan jumlah ikan
) perhitungan fekunditas harus terhadap gonad yang akan
betina yang tertangkap dengan jaring. Pola pertumbuhan
diperkirakan akan segera memijah.Perhitungan pun dapat
ikan Keperas yaitu Allometrik, yang mana jika nilai b ≠ 3
dilakukan terhadap ikan yang gonadnya belum matang
maka termasuk kedalam Allometrik positif yaitu
benar tetapi butir telur ikan tersebut harus sudah dapat
pertumbuhan berat tubuh lebih dominan dari panjang
dipisahkan.
tubuhnya.
Tabel 4.Fekunditas ikan Keperas (Cyclocheilichthys
Fekunditas
apogon )Betina.
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum
No Panjang Berat TKG Fekunditas
dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Terdapat 13 ekor
(cm) (gram) (Butir)
Ikan Keperas betina yang memiliki TKG III dan IV,
masing-masing 6 dan 7 ekor. Jumlah telur minimum 1 14,4 39,8 III 450
ditemui pada TKG IV sebanyak 240 butir telur dengan 2 15,3 42,9 III 510
3 14 36,2 III 330
panjang tubuh 15 mm. Sedangkan jumlah telur maksimum
4 13,8 36,2 III 3660
ditemukan pada TKG III sebanyak 3660 butir telur dengan
5 14 33,8 III 3390
panjang tubuh 13.8 mm, dapat dilihat di Tabel 4.
6 12 23,6 III 2520
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa Ikan Keperas yang tertangkap pada bulan Mei dan 7 15 46,7 IV 2100
Juli rata-rata belum berkembang atau matang Gonad.Pada 8 16 48,8 IV 600
9 18,8 55,1 IV 900
bulan Mei dan Juli ikan yang tertangkap ukurannya kecil
10 14,8 41,2 IV 390
dengan ukuran berat berkisar 2,4 – 21,9 gram dan panjang
11 17 71,2 IV 1050
tubuh 6 – 12 cm, sehingga memungkinkan ikan belum
12 15 42,2 IV 240
mengalami matang gonad.Pada bulan Juni dan
Agustusditemukan ikan yang mengalami kematangan 13 15 43,1 IV 690
Effendie ( 2002 ) menjelaskan fekunditas suatu Berdasarkan penelitian selama 4 bulan dari bulan
jenis ikan berkaitan erat dengan lingkungannya Mei sampai dengan Agustus. Kisaran suhu antara 27 – 29
o
diantaranya suhu air, kedalaman air dan oksigen C dapat dilihaat di tabel 6, suhu tertinggi di Sungai
terlarut.Suhu air di sungai menduk relatif hampir sama Menduk terjadi pada bulan Mei dikarenakan pada bulan
pada setiap stasiunnya, hanya kedalaman sungai yang mei kondisi cuaca berada dalam panas yang tinggi,
berbeda. Oksigen terlarut di Sungai Menduk bekisar 2 – sehingga intensitas cahaya matahari yang masuk ke
3,8 mg/l. Faktor alat tangkap juga mempengaruhi hasil perairan tinggi. Suhu terendah pada bulan Juni dan Juli
tangkapan. Alat yang digunakan padawaktu pengambilan yaitu 27 oC dimana kondisi perairan pada bulan juni saat
ikan contoh adalah jaring dengan ukuran ¾ inci,1 inci, pengambilan data kondisinya hujan. Bulan Agustus suhu
1,1/2 inci,1,3/4 inci,1,1/4 inci dan 2 inci, sehingga ikan naik menjadi 28 oC pada saat pengambilan cuaca pada saat
yang masih dalam masa pertumbuhan (14-20 cm). itu sedang mendung. Boyd (1988) menyatakan suhu
optimal bagi ikan dan organisme akuatik lainnya adalah
Diameter Telur
berkisar antara 25 - 30oC. Tatangindatu et al 2013 kisaran
Hasil pengukuran Diameter telur Ikan yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal adalah
Keperas(Cyclocheilichthys apogon) menunjukkan 28 – 32 oC.
diameter telur ikan Keperas bervariasi antara 0,04 – 0,14
Potensial Hidrogen (pH)
cm. Diameter tebesar terdapat pada ikan yang ber TKG IV
dimanabutir telur pada TKG IV lebih besar dengan TKG Berdasarkan hasil pengamatan pengukuran
III,dapat dilihat di Tabel 5.Jumlah ikan yang diamati pada parameter perairan didapatkan pH disetiap bulan
ikan betina ber TKG III dan TKG IV yaitu 13ekor. pengambilan data pH nya rendahatau asam yaitu pH nya
Sebaran diameter telur Ikan Keperas yang diamati 5. pH asam ini diduga terjadi akibat dampak dari
bervariasi antara 0,04 – 0,14 cm. Ikan ber TKG III yang penambangan timah. Sifat asam terbentuk dari proses
diamati berjumlah 6 ekor dengan diameter bekisar antar oksidasi batuan/mineral sulfide seperti pirit (FeS2) dari
0,04 - 0,13 cm, diameter telur TKG IV yang diamati dari 7 mine tailing, batuan buangan tambang atau dinding batuan
ekor ikan bekisar antara 0.04 – 0,14 cm. Berdasarkan yang diikuti oleh oksidasi besi ferrous [Fe (II)]
analisis diameter telur, ikan Keperas di Sungai Menduk melepaskan ion hydrogen dan sulfat yang bereaksi
melakukan pemijahan secara serempak (total spowner). membentuk asam sulfat (Protano dan Riccobono,2002;
Selaras dengan Penelitian Sari (2007) di Sungai Musi Concas et al .,2006; Luis et al ., 2011; dalam Muslih et al.,
Sumatera Selatan berdasarkan diameter telur bekisar 0,300 2014). Effendie (2003) menyatakan sebagian besar biota
– 1,209 mm, tipe pemijahan ikan Keperas di Sungai Musi akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai pH
Sumatera Selatan adalah total spowner. Artinya pemijahan antara 7 – 8,5. Sementara itu biota perairan tawar
ikan Keperas dilakukan mengeluarkan telur masak secara umumnya memiliki pH ideal adalah antara 6,8 – 8,5 (
keseluruhan pada satu waktu pemijahan ( siklus reproduksi Tatangindatu et al. 2013). Sastrawidjaya (1991)
) dan akan melakukan pemijahan kembali pada musim menyatakan bahwa pH air turut mempengaruhi kehidupan
pemijahan berikutnya. dari ikan, pH air yang ideal bagi kehidupan ikan berkisar
antara 6,5 – 7,5.
Tabel 5.Diameter Telur ikan Keperas (Cyclocheilichthys
apogon) Betina. Oksigen Terlarut ( DO)
No Panjang Berat TKG Diameter Oksigen terlarut adalah konsentrasi oksigen yang
(cm) (gram) Telur terlarut dalam air. Oksigen terlarut tertinggi di Sungai
(cm) Menduk terjadi pada bulan Mei yaitu 3,8 mg/l pada stasiun
1 14,4 39,8 III 0,12 2 dapatdilihatdi table 6. Nilai BOD tertinggi juga terdapat
2 15,3 42,9 III 0,13 pada stasiun 2 di bulan Mei yaitu 1,8 mg/l. Tingginya
3 14 36,2 III 0,04 oksigen terlarut pada bulan Mei pada stasiun 2 diduga
4 13,8 36,2 III 0,1 disebabkan oleh aktfitas fotosintesis oleh tumbuhan yang
5 14 33,8 III 0,1 berklorofil dan rendahnya oksigen terlarut pada bulan Juli
6 12 23,6 III 0,1 dan Agustus dikarenakan banyaknya bahan-bahan organic
7 15 46,7 IV 0,11 yang mencemari badan air sehingga mikroba banyak
8 16 48,8 IV 0.11 menggunakan oksigen untuk oksidasi bahan organik.
9 18,8 55,1 IV 0,14 Salmin (2005) menyatakan bahwa sumber oksigen dalam
10 14,8 41,2 IV 0,07 suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara
11 17 71,2 IV 0,11 bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam
12 15 42,2 IV 0,04 perairan tersebut. Sementara itu, hilangnya oksigen di
13 15 43,1 IV 0,05 perairan selain akibat respirasi hewan dan tumbuhan,
disebabkan juga oleh mikroba yang menggunakan oksigen
Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Perairan untuk oksidasi bahan organic ( Boyd, 1988).
Suhu
Palimanan dengan Metode Multi Soil Layering Pramadika, I.C. 2014.Kajian Biologi Reproduksi Ikan
(MSL). Jurnal Sains dan Teknologi INOVASI. Swanggi ( Priacanthus tayenus Richardson, 1846).
8(@): 131-141 Di Perairan Selat Sunda Yang Di Daratkan di PPP
Juwita. 2015. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Labuan, Banter.[ SKRIPSI]. Departemen
Lelabi Bangka Barat {SKRIPSI}. Balunijuk. Manajemen Sumberdaya Perairan, Fkultas
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian, Perikanan Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
dan Biologi Universitas Bangka Belitung. Bangka Bogor. III + 36 Hal.
Belitung. Prasada L. 2015. Aspek Reproduksi Ikan Kurisi (
Kottelat M, Kartikasari SN, Whitten AJ, Wirjoatmodjo S. Nemipterus furcosus) yang di Daratkan di
1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Pelabuhan Perikanan Nusantara [Skripsi]. Fakultas
Sulawesi. Ed. Dua bahasa. Jakarta (ID): Periplus Pertanian Perikanan dan biologi, Universitas
Editions Limited. 221 h. Bangka Belitung.
Lagler KF, Bardach JE, Miller RH, and Passino RM. Rachmatika I, Munim A, and Dewantoro GW. 2006. Fish
1977. Ichthyology. John Wiley & Sons. Inc. diversity in the Tesso Nilo area, Riau with notes on
Toronto, Canada rare, Cryptic spesies. Treubia 34:59-74
Lamberts, D. 2001. a Case study on floodplain gillnet Rainboth, W.J., 1996. Fishes of the Cambodian Mekong.
fisheries in Siem Reap. Tonle Sap Fisheries. FAO Species Identification Field Guide for Fishery
http://www.fao.org/.htm. [19 September 2014]. Purposes. FAO, Rome, 265 p.
Lim P, Lek S, Touch ST,Mao Sam-Onn, and Chhouk B. Roberts T. 1989. The freshwater fishes of Western
1999. Diversiti and spatial distribution of Borneo (Kalimantan Barat, Indonesia). California
Freshwater fish in great Lake and Tonle Sap River Academic of Science. San Francisco
( Cambodia, Southeast Asia). Aquatic Living Sa’anin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1.
Resources 12 (6): 379-386 Bogor (ID): Binacipta.
Lowe-Mc Connell RH. 1987. Ecological studies in Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan
tropical fish communities. Cambridge University Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu
Press. London Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Michael P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Oseana. 3:21 - 26
Ladang dan Laboraturium. Universitas Indonesia Sadovy YJ. 1996. Reproductive of reef fishery species.
Press. Jakarta pp: 15-19. in: Polunin NVC, and Roberts CM
Minto C, and Nolan CP. 2006. Fecundity and maturity of (Eds.). Reef fisheries. Chapman and Hall, London
orange roughy (Hoplostethus atlanticus Collett Sari, I. W.2007. Biologi Reproduksi Ikan Keperas
1889) on the Porcupine Bank, Northeast Atlantic. (Cyclocheilichthys apogon)Di Sungai Musi
Environmental Biology of Fishes 77:39–50 Sumatera Selatan. [Skripsi]. Fakultas Pertanian dan
Muslih K, Adiwilaga E M, Adiwibowo S. 2014. Ilmu Keleutan, Institut Pertanian Bogor
Karakteristik Habitat Dan Keanekaragaman Ikan Sastrawijaya, A T. 1991. Pencemaran Lingkungan.
Air Tawar Sungai Menduk yang Mendapat Rineka Cipta. Jakarta
Pengaruh Penambang Timah Di Kabupaten Sembiring, S.B.M, Andamari, R., Muzaki, A., Wardana,
Bangka.Vol 8: 1-7 I.K., Hutapea. J.H., dan Astuti,
Nasution, S.H 2008. Ekobiologi dan Dinamika Stok W.W.2014.Perkembangan Gonad Ikan Kerapu
Sebagai Dasar Pengelolaan Ikan Endemik Bonti- Sunu ( Plectropomus leopardus ) yang Di Pelihara
bonti ( Praratherinastriata aurich). Di Danau Dalam Keramba Jaring Apung. Jurnal Ilmu dan
Towuti, Sulawesi Selatan. Disertai tidak Teknologi Kelautan Tropis, 6 (1): 53:61
diterbitkan. Program Pascasarjana Institut Simanjuntak,C.P.H.2007. Reproduksi Ikan Selais (Ompok
Pertanian Bogor. 173 p. hypophthalmus ,BLEKER) Berkaitan dengan
Nikolsky GV. 1963. The Ecology of fishes. Academic Perubahan Hidromorfologi Perairan Di Rawa
Press, New York Banjiran Sungai Kampar Kiri. [Skripsi]. Sekolah
Novitriana. R. 2004. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Petek ( Leioghnathus equulus) di perairan Pantai Siregar, S.(1991). Induksi ovulasi ikan kapiek (Puntius
Mayangan, Subang, Jawa Barat. Skripsi schwanefeldi Bleeker) dengan
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas ekstrak hipofisa (EH) dan HCG (Hormon
Perikanan Ilmu Kelautan.IPB.71p Chorionic Gonadotropin). [disertasi]. Unri Press.
Nur. M. 2015. Biologi Reproduksi Ikan Endemik Pirik ( Pekanbaru.
Lagusia micracanthus BLEKER,1860). Di Sommer TD, Harrell WC, Kurth R, Feyrer F, Zeug SC,
Sulawesi Selatan.87-91. and O’Leary . 2004. Ecological pattern of early
Paugy D. 2002. Reproductive strategies of fishes in a life stages of fishes in large river-floodplain of the
tropical temporary stream of the Upper Senegal San Francisco Estuary. Am. Fish. Soc. Symp.
basin: Baoulé River in Mali. Aquatic Living 39:111-123
Resources 15: 25–35 Tatangindatu, F.,Kalesaran O, dan Rompas.R 2013. Study
Parameter Fisika Kimia Air pada Areal Budidaya