Anda di halaman 1dari 11

Nama: M Iqbal Maulana

Nim: 126208211026
Kelas: TBIO 4C
Tugas UTS Zoologi Vertebrata 2023

Topik 1:
kembangkan rencana penelitian Anda, rencana penelitian Anda harus berdasarkan artikel atau
jurnal, lalu:
- Memiliki judul & tujuan penelitian tertentu
- dalam penelitian terdapat judul, pendahuluan, metode dan daftar pustaka atau referensi

Judul:Identifikasi Pertumbuhan Biologis dari Pari kekeh (Rhynchobatus sp.) di kawasan Pantai
Utara daerah Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur
PENDAHULUAN
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Jawa, yang mempunyai hasil laut
cukup melimpah. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan Yaskun dan Sugiarto (2017), pada
tahun 2015 -2017 produksi perikanan tangkap di Perairan Lamongan meningkat hingga
mencapai 72.346 ton. Oleh karena itu, di Kabupaten lamongan dibangun pelabuhan perikanan,
salah satunya yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong yang merupakan salah satu
pelabuhan perikanan tipe B yang ada di Indonesia. Menurut Huda et al. (2015). PPN Brondong
ditetapkan menjadi kawasan minapolitan di Jawa Timur berdasarkan surat keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan nomor : 32/MEN/2010 tanggal 14 Mei 2010. Hal tersebut membuat PPN
Brondong menjadi pusat pendaratan banyak jenis ikan hasil tangkapan nelayan seperti Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis), Ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus), Ikan Kuniran
(Upeneus sulpureus), Layang (Decapterus sp.), jenis ikan demersal pun sering tertangkap seperti
contohnya ikan hiu dan pari. Pari merupakan salah satu sumberdaya perikanan berkelanjutan di
Indonesia. Di Indonesia Ikan Pari sering ditemukan di Laut Jawa dan bagian Selatan Pulau Jawa.
Lamongan merupakan penghasil Ikan Pari terbesar, produksi perikanan pari di Lamongan
khususnya yang didaratkan di PPN Brondong pada periode 2013-2017 telah mencapai 4.787 ton.
Salah satu jenis Ikan Pari yang banyak tertangkap yaitu Pari kekeh (Rhynchobatus sp.)
(Parmanto,2019). Pari kekeh adalah salah satu jenis dari pari yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Bagian dari Pari kekeh yang sering diperjual belikan ialah bagian sirip, di pasaran
memiliki harga 1,6-2 juta rupiah untuk ukuran panjang sirip 40 cm per kilogram. Sedangkan
harga terendah untuk ukuran panjang sirip antara 12-15 cm yaitu berkisar 200 sampai 400 ribu
rupiah per kilogram1. Oleh karena itu nelayan di daerah Lamongan tidak melepaskannya kembali
ke alam apabila tidak sengaja tertangkap (bycatch) dengan menggunakan daftar IUCN Red List
Threatened Spesies atau spesies yang terancam pada tanggal 17 Juli 2019 2. Hal tersebut
1
Dharmadi dan Fahmi, 2006
2
Kyne et al., 2019
dikarenakan Pari kekeh memiliki fekunditas rendah, namun aktifitas penangkapannya selalu
meningkat3.Produksi perikanan Pari kekeh (Rhynchobatus sp.) menurut data Direktorat Jendral
Perikanan Tangkap 2017, sejak 2005 hingga 2016 mengalami penurunan sebesar 80% dari
28.492 ton menjadi 7.483 ton akibat penangkapan secara besar-besaran yang terus
terjadi.Penangkapan Pari kekeh secara terus-menerus dalam jumlah yang banyak, akan
mengakibatkan populasi Pari kekeh di habitatnya menjadi terancam. Maka pengontrolan
aktivitas penangkapan perlu dilakukan. Analisis aspek biologi dapat digunakan untuk upaya
pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Hasil analisa aspek biologi dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana seharusnya ikan yang boleh ditangkap dan ikan yang
harus dikembalikan ke alam dengan asumsi apabila ikan tersebut dilepas dan dibiarkan hidup
maka akan menghasilkan keturunan baru untuk mempertahankan populasi ikan tersebut di alam.

Tujuan:
1. Untuk menganalisa hubungan panjang dan berat dari Pari kekeh (Rhynchobatus
sp.) ,sehingga dapat digunakan untuk menduga sifat atau pola pertumbuhan ikan tersebut.
2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi kematangan Gonad dari Pari kekeh
(Rhynchobatus sp.)
3. Untuk mengetahui Ukuran petama kali kematangan gonad pada Pari kekeh jantan dan betina
4. Untuk mengetahui Pengaruh pola pertumbuhan & Makanan dari Pari kekeh (Rhynchobatus
sp.) terhadap Fekunditasnya

Metode:
Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Oktober- 8 Desember 2019 di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Brondong, Kab. Lamongan, Jawa Timur. Materi Penelitian berupa sampe Pari
kekeh (Rhynchobatus sp.) yang didaratkan di PPN Brondong dan yang tertangkap di Perairan
Timur Laut Jawa, Aspek yang diteliti meliputi hubungan panjang dan berat, distribusi ikan
berdasarkan panjang, distribusi ikan berdasarkan berat, nisbah kelamin, tingkat kematangan
gonad, ukuran pertama kali matang gonad dan fekunditas. Metode yang digunakan ialah metode
deskriptif yaitu meneliti hubungan satu penelitian atau lebih tetapi tidak melakukan
perbandingan dengan sampel penelitian yang berbeda. Sampling dilakukan dengan mengukur
langsung Ikan Pari kekeh segar sebanyak 160 ekor yang tersedia di pengepul dari hasil
tangkapan nelayan yang telah didaratkan di PPN Brondong Kab. Lamongan. Pengukuran
panjang dan berat Pari dilakukan dengan mengukur total length dari bagian moncong ikan
sampai ke pangkal batang ekor dan standard length diukur dari bagian moncong ikan sampai ke
bagian ujung awal ekor (Gambar 1) dengan menggunakan meteran ketelitian 1 cm. Pari kekeh
yan telah diukur panjangnya kemudian ditimbang dengan timbangan elektronik dengan ketelitian
1 kg. Cara mengidentifikasi Pari kekeh jantan dan betina menurut Kinesti dan Dewantoto (2018),
dengan cara memperhatikan alat kelamin. Pari kekeh yang memilik klasper merupakan jenis pari
jantan, sedangkan Pari betina tidak memilki klasper. Klasper terletak di bagian pangkal ekor.(5)
Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad (TKG), penentuan TKG dengan cara membedah ikan.
Kemudian melihat ciri-ciri gonadnya secara makroskopik karena telur ikan pari memiliki ukuran

3
(Parmanto, 2019).
yang cukup besar. Penentuan TKG disesuaikan dengan tabel klasifikasi TKG menurut (Eber dan
Cowley, 2009).
Analisis data yang dilakukan yaitu Perhitungan interval kelas, Data ukuran panjang dan berat
dikelompokkan ke dalam kelas-kelas panjang. Penentuan Interval kelas panjang dengan metode
interval teratur. Interval teratur yaitu dengan membagi data sedemikian rupa dengan interval
antar data memiliki nilai selisih yang sama. Cara menentukan kelas panjang dengan interval
teratur yaitu: Penentuan jumlah kelas dengan rumus Sturguess4. Hubungan panjang dan berat
ikan dihitung dengan menggunakan persamaan menurut Nurhayati et al. (2016). Analisa nisbah
kelamin ditentukan dengan menggunakan uji Chi-square (X2 ) yang berfungsi untuk mengetahui
perbandingan populasi antara ikan jantan dan betina seimbang atau tidak. Metode uji Chi-square
(X2 ) yang dikemukakan oleh (Omar et al., 2015). Ukuran pertama kali matang gonad dihitung
menggunakan kriteria yaitu kelompok ikan yang belum matang gonad (TKG I, II) dan ikan
matang gonad (TKG III), ukuran panjang yang digunakan adalah Total Length (TL), kemudian
ukuran pertma kali matang gonad dianalisis dengan persamaan berdasarkan metode Spearman –
Karber (Efendiansyah, 2018). Fekunditas dihitung secara langsung dan dikelompokkan
berdasarkan kisaran kelas panjang total. Kemudian fekunditas dihubungkan dengan panjang total
tubuh ikan dengan menggunakan analisis regresi (Effendie, 2002).

Referensi:
Abubakar, S. B. (2015). Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari Total (Neotrygon Kuhlii) di Perairan Selat
Sunda, 6(2): 129-138.

Azidha Lara, I. (2021). Aspek Biologi Pari Kekeh (Rhynchobatus sp) (Rhinidae:Chondrichthyes) Studi Kasus
di PPN Brondong, Lamongan. 10.

Candramila, W. &. (2012). Komposisi,Keanekaragaman dan Rasio Kelamin Ikan Elasmobranchii Asal
Sungai Kakap Kaliman Barat, 1(2):41-46.

Efendiansyah. (2018). Hubungan Panjang Berat Ikan Keperes (Cyclocheilichtyhys apagon) di Sungai Telang
Desa Bakam Kabupaten Bangka. 12(1): 1-9.

Fahmi, D. &. (2006). Tingkat Kematengan Kelamin dan Frekuensi Panjang Pari Gitar (Rhinobatus sp.1 dan
Rhinobatus sp.2), 1(1):31-35.

Nurhayati, F. &. (2016). Hubungan Panjang Berat dan Pola Pertumbuhan Ikan di Muara Sungai Musi
Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, 8(2):111-118.

Omar, S. N. (2015). Nisbah Kelamin dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Enemik Pirik (Lagusia
micracanthus Bleeker, 1860) di Sungai Pattunuang, Kabupaten Maros,dan Sungai
Sanrego,Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Hal 73-81.

Parmanto. (2019). The Sustanability Status Analysis of Pari Kembang ( Dayatis kuhlii) Related to Cantrang
Fishing Results with Rapfish Method in Lamongan of East Java,Indonesia, 5(89):148-156.

4
Efendiansyah, 2018
Safarani, D. &. (2017). Kematangan Gonad dan Potensi Reproduksi Ikan Banyar (Ratrellinger kanagurta,
Cuvier 1817), 1(1):11-16.

Topik 2: Buatlah narasi tentang keunikan tunicata, hiu atau ikan pari dengan memilih satu jenis
atau satu hewan. Berdasarkan sumber literatur jurnal atau artikel 5 tahun terakhir!
“KEUNIKAN BERBAGAI JENIS CHORDRICHTHYES YANG DILINDUNGI OLEH
CITES”
A. Paus Orca, hal yang menarik dari Paus Orca ini adalah bisa menjadi sahabat manusia ,sama
seperti lumba-lumba.Orca ini memiliki Keunikan saat berburu.contohnya saat Orca berburu
Anjing laut,Gerombolan orca bekerjasama dengan cerdik dengan memunculkan kepala Orca
untuk memperkirakan jarak.kemudian setelah jarak dipastikan,orca akan bergerak menjauh dan
dengan kecepatan yang terukur mereka akan membuat gelombang arus Ombak untuk menyapu
anjing laut dari atas Es yang mengapung.Ketika Orca berburu ikan,Kelompok Orca akan
berenang berputar-putar disekitar kawanan ikan,mereka akan mengeluarkan suara berfrekuensi
rendah yang mengetarkan swim bladder kawanan ikan yang berdampak membingungkan
ikan.Lalu orca akan meniup gelembung sembari menepuk-nepuk ekornya di air untuk
mengangkat ikan ke permukaan,dimana ikan akan dapat dimangsa secara massal.Keunikan
selanjutnya adalah cara Orca berkomunikasi,untuk membuat rentetan suara komunikasi,orca
mengambil nafas dari tekanan air dan aliran gelembung udara kemudian dihembuskan keluar
melalui blowhole yang terletak diatas kepala mereka.ini akan menyebabkan dua flap yang
disebut phonic lips atau bibir phonic mengepak bersama,getaran klik tersebut kemudian
ditransfer ke dahi bulat mereka yang disebut melon,yaitu organ yang terdiri dari lemak khusus
yang membantu menyebarkan suara.suara kemudian dipancarkan keluar sebagai serangkaian
klik yang berfrekuensi tinggi dan menyebar.setiap suara berlangsung kurang dari 1 ms dengan
frekuensi yang berkisar antara 20 hingga 60 KHz.Jika gelombang suara mengenai suatu
benda,maka akan memantul kembali ke orca dalam bentuk gema.jaringan lemak khusus di
daerah rahang mereka akan menangkap pantulan tersebut dan saraf pendengarannya akan
mengantarkan ke telinga dan otak yang kemudian digambarkan menjadi keadaan disekitar
Orca.Hal ini yang dimanfaatkan orca untuk dapat bergerak walaupun ditempat yang gelap di
dasar laut.Yang paling unik dari orca adalah menciptakan tradisi khusus seperti berburu target
tertentu dengan strategi yang cangih .contohnya pada tahun 1985 di Argentina para peneliti
menyaksikan Orca menuju ke pantai yang saat itu ada singa laut dan dimangsa dengan sengaja
mendamparkan diri.Teknik ini dinamakan Beaching dan ada teknik lain yang memuluskan
jalannya teknik berburu ini,ketika orca mendarat mereka melengkungkan tubuhnya dengan
kepala dan ekor yang terangkat serta memposisikan tubuhnya agak miring dari garis
pantai.Postur ini akan secara natural mensejajarkan tubuhnya dengan pantai dan ketika
gelombang berikutnya datang itu akan membantu beratnya dari dasar pantai.orca kemudian
dapat dengan mudah berenang kembali ke air yang lebih dalam Teknik Beaching ini adalah
manuver yang rumit dan bahaya.Jika salah perhitungan,mereka akan terjebak di pantai dan ini
akan fatal.Hanya 13 Jenis orca yang menguasai teknik beaching ini dengan baik.Faktor
keberhasilan Teknik beaching ini juga didukung oleh Orca yang cerdas karena memiliki otak
yang besar.Peneliti telah membuktikan bahwa EQ atau kecerdasan Orca mencapai 4,5 dan
manusia mempunyai EQ rata-rata 7.Otak orca memiliki kerutan yang sangat menonjol di kortek
Selebral yang disebut gyrification berfungsi meningkatkan jumlah total jaringan saraf kortikal
yang memproses informasi.ini artinya otak dengan lebih banyak kerutan dan lipatan,akan
mampu menangani/menangkap lebih banyak data dan memprosesnya dengan cepat.fakta
lainnya adalah jika mata kanan paus orca terbuka, berarti otak kirinya sedang terjaga dan otak
kanannya sedang tertidur. Hal ini berlaku sebaliknya, karena paus pembunuh hanya tidur
dengan setengah otaknya.Binatang ini Berukuran Jumbo yang memiliki berat tubuh hingga
10.000 kilogram dan panjang hingga 9,8 meter. Umumnya paus orca jantan memiliki ukuran
tubuh yang jauh lebih besar dibandingkan dengan betina. Keunikan paus orca selanjutnya
adalah saat tidur hanya menggunakan satu mata tertutup. Posisi mata paus orca hampir sama
dengan mata lumba-lumba, paus orca tetap terlindungi meskipun sedang tidur. Paus orca tidak
bisa tidur secara maksimal karena sesering mungkin mereka harus naik ke permukaan laut untuk
bernapas.
Kekuatan dari Rahang Orca ini lebih dari 131 Mega Pascal,sementara kekuatan hiu putih
Raksasa diperkirakan hanya mencapai 27,5 Mega pascal.Jadi dari segi ukuran,kecepatan,dan
kekuatan rahang yang menakutkan sudah lebih dari cukup untuk menempatkan Orca di puncak
Rantai makanan di lautan Tubuhnya berwarna hitam putih.Seperti yang kita tahu,kebanyakan
predator berburu untuk makan,tapi orca berbeda karena Orca berburu untuk bersenang-senang
bahkan Orca tidak memakan habis hasil buruan dan hanya mengincar bagian yang spesifik
bernutrisi paling tinggi dari mangsanya.Kisah evolusi Orca ini tidak langsung terjadi di laut,50
Juta tahun yang lalu makhluk yang bernamaa Pakicetus tinggal di darat mencari makan di
sepanjang tepi laut yang dangkal,delapan juta tahun kemudian beberapa dari garis keturunannya
perlahan menjadi nyaman dan menjelajah lebih dalam perairan laut dan akhirnya memodifikasi
kakinya menjadi sirip.sisa-sisa evolusi ini dapat ditemukan di sirip depan dimana terdapat
tulang pergelangan tangan dan tulang jari yang dulu mereka gunakan .Keunikan dari cara Orca
memburu mangsa adalah dalam kasus memburu Hiu putih raksasa,Orca akan mengejar Hiu
Putih dalam kelompok dan akan menabrak sisi badannya,tabrakan tersebut akan mengejutkan
Hiu Putih sehingga Orca akan mudah untuk membalikkan Hiu Putih Raksasa dan
memangsanya.

B. Hiu Paus (Rhincodon typus)


Rhincodon typus umumnya memiliki panjang hingga 120 centimeter, namun kemungkinan juga
hingga 180 centimeter5. Ukuran hiu paus yang biasa ditemukan di perairan Indonesia berkisar
antara dua puluh hingga tujuh puluh centimeter, berdasarkan hasil pengamatan terhadap

5
Compagno, 1984; 1998; White et al., 2006
keberadaan hiu paus di Teluk Cenderawasih, Papua dan Talisayan, Kalimantan Timur 6.ikan ini
memiliki bentuk kepala yang pipih melebar dan mulut yang cukup besar di bagian depan.
Tubuhnya ditutupi oleh kulit yang tebal dengan gurat-gurat menonjol di sepanjang sisi
tubuhnya, dan memiliki corak warna abu-abu dengan totol-totol berwarna putih atau
kekuningan7.Sirip hiu paus agak sama dengan sirip pari kupu-kupu (Rhina ancylostoma), karena
sama-sama memiliki warna kelabu dan totol-totol putih. Namun, sebenarnya sirip kedua jenis
ini sangat mudah dibedakan, terutama dari ukurannya. Tinggi sirip pari kupu-kupu umumnya
berukuran kurang dari 30 cm, sedangkan sirip hiu paus umumnya jauh lebih besar yaitu lebih
dari 30 cm. Selain itu, totol-totol pada hiu paus umumnya lebih rapi membentuk garis dan agak
memiliki jarak, sedangkan totol-totol pada pari kupu-kupu relatif tidak beraturan dan lebih
rapat. Jumlah sirip pari kuku-kupu yang diperjual belikan juga umumnya hanya terdiri dari tiga
buah sirip dalam satu setnya, yaitu dua buah sirip punggung dan satu sirip ekor utuh.(Gambar 1)

Gambar 1. Sirip dada dan ekor pari kupu-kupu, Rhina ancylostoma. Foto: Fahmi 2018
C. Hiu Penjemur (Cetorhinus maximus),Basking shark atau hiu penjemur sebenarnya sangat
jarang ditemukan di perairan Indonesia. Jenis hiu ini pertama kali ditemukan terdampar di
pantai Gilimanuk Bali pada bulan Juli 2013 (Fahmi & White, 2015). Temuan kedua dari jenis
ini tercatat pada bulan Oktober 2016, ketika tertangkap di Lamakera, Alor. Cetorhinus maximus
merupakan jenis hiu kedua terbesar setelah hiu paus. Panjang tubuh maksimumnya mencapai
9,8 meter namun kemungkinan dapat mencapai hingga 15 meter8. Sama halnya dengan hiu paus,
jenis hiu ini juga merupakan pemakan plankton (filter feeder) yang dicirikan dengan bentuk
mulutnya yang besar tapi bergigi kecil-kecil. Namun kulit hiu penjemur terlihat tidak setebal
kulit hiu paus dan tidak memiliki gurat-gurat serta berwarna kelabu polos. Selain itu, jenis hiu
ini juga memiliki celah insang yang relatif sangat besar dibandingkan jenis hiu lainnya (Gambar
2). Ukuran siripnya besar dengan bentuk sirip dada berupa segitiga yang tegak dan tinggi,
sedangkan sirip dada berbentuk memanjang dengan ujung yang meruncing.

Gambar 2. Hiu penjemur (Cetorhinus maximus) yang ditemukan di Lamakera (Foto


dari W. White).

D. Hiu Putih (Carcharodon carcharias).Hiu putih termasuk ke dalam kelompok hiu


Lamniformes yang memiliki lunas pada pangkal ekornya, yang merupakan ciri utama dari tipe
6
Himawan et al., 2015; Yusma et al., 2016
7
White et al., 2006; Fahmi & Dharmadi, 2013a).
8
Compagno, 2001
ikan perenang cepat. Ikan hiu tersebut juga merupakan ikan hiu terbesar yang bukan pemakan
plankton atau dalam artian merupakan predator sejati. Ukuran tubuhnya dapat mencapai 7,2
meter, namun umumnya ditemukan dengan ukuran maksimum antara lima hingga enam meter9.
Hiu putih sangat jarang ditemukan di perairan Indonesia, karena sebenarnya jenis hiu ini lebih
menyukai hidup di perairan yang dingin dan hanya sesekali terlihat di perairan 10.Hiu putih
pertama kali tercatat didaratkan di tempat pendaratan ikan Tanjungluar Lombok pada Bulan Juli
2013 dengan ukuran tubuh diperkirakan mencapai enam meter 11. Karena besarnya, tubuhnya
dipotong hingga lima bagian agar dapat mudah diangkat dan dibawa ke tempat pelelangan ikan.
Jenis hiu ini juga pernah terlihat di perairan Sabah, Malaysia pada tahun 1981 (Duffy, 2016).
Bagian tubuh hiu putih dapat diidentifikasi terutama dari ukurannya yang relatif lebih besar dari
jenis hiu lainnya. Bentuk sirip punggungnya segitiga tegak dengan ujung meruncing, sama
halnya dengan bagian sirip dadanya (Gambar 4b). Sedangkan giginya juga sering dijadikan
aksesoris karena bentuknya yang segitiga hampir simetris dan relatif besar (Gambar 3).

Gambar 3. Gigi Hiu putih yang didaratkan di Tanjungluar Lombok tahun 2013 (Fahmi &
Dharmadi, 2014).

E. Hiu Koboy (Carcharinus longimanus),merupakan jenis hiu oseanik yang umumnya


ditemukan di perairan lepas pantai12. Hiu ini mudah dikenali karena bentuk ujung siripnya yang
membulat dan berwarna putih, terutama pada bagian sirip punggung, dada dan ujung ekornya 13.
Namun, untuk anakan (juvenile) hiu koboy, warna putih pada ujung siripnya kadang belum
nampak dan terkadang juga terdapat warna hitam pada ujung siripnya (Gambar 4).

Gambar 4. Anakan hiu koboy (Carcharinus longimanus). Foto: Fahmi 2018

F. Hiu martil (Sphyrna spp.)


Hiu martil memiliki keunikan karena bentuk kepalanya yang sangat khas, yaitu pipih dan
berbentuk seperti kepala martil. Tiga jenis hiu martil yang masuk ke dalam daftar Apendiks II
9
Compagno, 1998; Compagno et al., 2005
10
tropis (Taylor, 1985; Cliff et al., 2000; Compagno, 2001).
11
Fahmi & Dharmadi, 2014
12
Compagno, 1998; White et al., 2006
13
White et al., 2006
CITES dapat dibedakan dari bentuk ujung kepalanya. Hiu martil jenis Sphyrna lewini, yang
merupakan jenis yang paling umum ditemukan di Indonesia, dikenali dengan bentuk ujung
kepala yang sedikit melengkung dengan adanya lekukan di bagian tengahnya, dan sisi samping
di belakang mata berbentuk cekung (Gambar 5a). Sedangkan hiu martil besar (S. mokarran)
memiliki ujung kepala yang relatif rata dengan sedikit lekukan di tengahnya, dan bagian sisi
samping di belakang mata terlihat relatif lurus (Gambar 5b). Di lain pihak, hiu martil halus (S.
zygaena) memiliki bentuk ujung kepala yang melengkung tanpa ada lekukan di bagian
tengahnya, sedangkan bagian sisi samping di belakang mata terlihat melengkung ke belakang
(Gambar 5c).

Gambar 5. Bentuk kepala hiu martil Sphyrna lewini (a), S. mokarran (b) dan S. zygaena
(c) (White et al., 2006).
Permasalahan yang sering terjadi adalah ketika jenis hiu martil ditemukan dalam kondisi yang
tidak utuh. Prosedur yang paling baku dalam mengidentifikasi sirip hiu martil adalah dengan
mengidentifikasi sirip punggungnya. Sirip punggung dapat dibedakan dengan sirip dada dengan
melihat kedua bagian sisinya. Warna sirip punggung pada kedua sisi siripnya sama, sedangkan
sirip dada memiliki warna yang berlainan. Bagian atas sirip dada berwarna serupa dengan warna
kulit tubuhnya yang lain, namun bagian bawahnya relatif berwarna putih (cerah). Sedangkan
untuk membedakan sirip dada dengan sirip ekor dengan melihat potongan di bagian dasar
siripnya. Bagian dasar sirip punggung memiliki potongan yang tidak mencapai ujung, karena
ada bagian belakang siripnya yang tidak menempel pada tubuh, sedangkan potongan dasar sirip
ekor terlihat terpotong dari depan hingga ke belakang14. Sirip punggung hiu martil dapat
dibedakan dengan sirip hiu lainnya dengan mengukur tinggi sirip dari sisi depannya hingga ke
ujung atas sirip (OA), kemudian mengukur lebar sirip pada posisi setengah tinggi sirip
punggung (W). Hasil pengukuran kemudian dikalkulasi dengan rumus: (O-A)/W, apabila
hasilnya lebih dari 2,5, maka dapat disimpulkan bahwa sirip tersebut kemungkinan besar adalah
sirip hiu martil (Gambar 6). Untuk lebih meyakinkan bahwa sirip yang diidentifikasi tersebut
adalah sirip hiu martil, selain melakukan perhitungan di atas, perlu dilihat warna siripnya dan
bentuk susunan tulang pada dasar siripnya (Abercrombie et al., 2013). Warna sirip hiu martil
cenderung kecoklatan dibandingkan dengan sirip hiu pada umumnya yang relatif berwarna
kelabu. Sedangkan susunan tulang sirip punggung hiu martil terlihat rapat dengan lapisan otot
yang tipis.(Gambar 6b)

14
Abercrombie et al., 2013
Gambar 6. Sirip punggung hiu martil (a) dan penampang bagian dasar siripnya (b). Foto: Fahmi
2018

G. Hiu tikus (Alopias spp.).Hiu Tikus ini sering disebut juga dengan nama hiu
monyet.merupakan kelompok hiu berekor panjang yang hidup di perairan paparan benua hingga
oseanik (White et al., 2006). Dari tiga jenis hiu Marga Alopias yang ada di dunia, dua antaranya
ditemukan di Indonesia, yaitu Alopias pelagicus dan A. superciliosus 15. Kedua jenis ini mudah
dikenali apabila dalam keadaan utuh karena memiliki ekor yang hampir sama panjang dengan
panjang tubuhnya. Alopias superciliosus dibedakan dengan A. pelagicus dari bentuk matanya
yang lebih besar, terdapat gurat atau lekukan yang dalam di bagian tengkuknya (belakang mata),
serta memiliki warna tubuh yang lebih gelap 16. Sirip Alopias pelagicus secara umum dapat
dibedakan dengan sirip hiu lainnya terutama dari bentuk sirip dadanya yang memanjang dengan
ujung yang membulat tajam; sirip punggung tegak; sirip ekor bagian bawah terlihat tegak dan
cukup simetris; serta memiliki sirip perut yang besar, hampir menyamai sirip punggungya
(Gambar 7). Sirip A. superciliosus dapat dibedakan dengan A. pelagicus pada bentuk sirip dada
dan punggungnya yang sedikit lebih melengkung ke belakang. Warna sirip hiu Alopias
cenderung lebih gelap dibandingkan dengan hiu dari Marga Carcharhinus, dalam bentuk
keringnya biasanya ditemukan berwarna kelabu gelap atau kehitaman.

Gambar 7. Sirip Alopias pelagicus: a) sirip dada bagian atas; b) sirip dada bagian
bawah; c) sirip punggung; d) sirip ekor bagian bawah; e) sirip perut bagian
atas; dan f) sirip perut bagian bawah. Foto: Fahmi 2018

H. Hiu lanjaman (Carcharhinus falciformis. Di Indonesia, penyebutan hiu lanjaman sebenarnya


tidak hanya ditujukan pada jenis C. falciformis semata. Karena tingkat kemiripannya yang
tinggi, setidaknya ada sembilan jenis hiu dari Marga Carcharhinus yang disebut sebagai hiu
lanjaman (Fahmi & Dharmadi, 2013a). Secara umum, Carcharhinus falciformis dapat
diidentifikasi dan dibedakan dengan jenis hiu Carcharhinus lainnya dengan melihat
karakteristik utamanya seperti adanya gurat di antara sirip punggung; ujung sirip punggungnya
tidak lancip; posisi awal sirip punggung berada di belakang bagian belakang sirip dada; bagian
belakang sirip punggung keduanya memanjang; serta memiliki moncong berbentuk parabolik
dengan panjang yang moderat17. Permasalahannya, yang sering terjadi di lapangan adalah
adanya jenis hiu lain yang memiliki karakteristik hampir serupa dengan C. falciformis, yaitu
pada jenis C. obscurus (Gambar 8). Jenis ini juga memiliki ciri-ciri yang serupa seperti

15
White et al., 2006; Fahmi & Dharmadi, 2013b
16
Ibid
17
White et al., 2006; Fahmi & Dharmadi, 2013a
memiliki gurat punggung; awal sirip punggung tepat di belakang sirip dada; serta bagian
belakang sirip punggung kedua yang memanjang18. Perbedaaan di antara kedua jenis ini antara
lain adalah C. obscurus memiliki ukuran tubuh yang lebih besar (dapat mencapai panjang
hingga empat meter); memiliki moncong yang relatif lebih pendek dengan ujung yang
membulat; sirip dada lebih melengkung dengan ujung yang lebih lancip, serta memiliki bentuk
gigi bagian atas yang lebih lebar.(Gambar 9)

Gambar 8. Morfologi Carcharhinus falciformis (a) dan Carcharhinus obscurus (b)


(Fahmi & Dharmadi, 2013a).

Dengan demikian, identifikasi jenis hiu Carcharhinus falciformis memerlukan tingkat ketelitian
yang tinggi, terutama apabila melakukan pendataan ketika kedua jenis hiu tersebut ditemukan
secara bersamaan, seperti di daerah perairan Samudera Hindia. Patokan lain yang dapat dilihat
adalah pada perkembangan klasper untuk individu jantannya. Pada ukuran panjang tubuh sekitar
dua meter, klasper C. falciformis sudah terlihat panjang dan matang, sedangkan pada jenis C.
obscurus masih pendek dan belum matang. Carcharhinus obscurus jantan mencapai matang
kelamin pada ukuran panjang total antara 2,8 hingga 3 m (White et al., 2006). Bentuk sirip hiu
Carcharhinus falciformis relatif mudah diidentifikasi berdasarkan bentuk sirip punggungnya
(Gambar 10). Bentuk sirip punggung agak membulat di bagian ujungnya serta sedikit condong
ke belakang, dengan bagian belakang yang tidak menempel pada tubuh (free rear tip) terlihat
memanjang. Warna sirip bervariasi mulai dari abu-abu hingga abu kecoklatan (Abercrombie et
al., 2013).

Gambar 9. Perbedaan bentuk moncong dan gigi antara Carcharhinus falciformis (a)
dan Carcharhinus obscurus (b). Foto: Fahmi 2018

Gambar 10. Bentuk sirip Carcharhinus falciformis: a) punggung; b) ekor; c) dada bagian
bawah; d) dada bagian atas.Foto: Fahmi 2018

18
Ibid
Referensi:
Abercrombie, D. D. (2013). Visual identification on fins from common elasmobranchs in the
Northwest Athlantic Ocean, 51 pp.
Cavanagh, R. K. (2003). The conservation status of Australasian chondrichthyans, 170 pp.
Compagno, L. M. (2005). Sharks of the world, 368 pp.
Cortes, E. (2000). Live History Patterns and Correlations in Sharks, 8(4):299-344.
Fahmi. (2018). Mengenal Jenis Hiu Apendiks II CITES. XL.III, 1-17.

Anda mungkin juga menyukai