Anda di halaman 1dari 14

Nama : Irwanto Karikan

Nim : 1111419025
Kelas :B
MK : Manajemen Akuakultur Laut

REVIUW JURNAL NASIONAL 1

Judul Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis


Nama Jurnal ASPEK BIOLOGI DAN PEMANFAATAN IKAN
TENGGIRI PAPUA (Scomberomorus multiradiatus
Munro, 1964) DENGAN ALAT TANGKAP JARING
INSANG DI PERAIRAN MERAUKE DAN
SEKITARNYA
Volme dan Halaman Vol. 11 No. 3, Hlm. 763-776
Tahun 2019
Penulis Andina Ramadhani Putri Pane, Karsono Wagiyo dan
Ali Suman
Reviewer Irwanto Karikan
Tanggal Reviuw 11 Februari 2022
Pendahuluan Arafura merupakan perairan di Timur Indonesia yang
memiliki sumberdaya ikan potensial. Laut Arafura
mempunyai tingkat kesuburan tinggi karena
mengandung konsentrasi klorofil dan unsur hara
tinggi dari upwelling serta suhu hangat yang
mendukung kelimpahan sumberdaya (Prisantoso dan
Badrudin, 2010; Salim dan Kelen, 2018).
Ikan tenggiri (S. multiradiatus) merupakan ikan
endemik di perairan Papua khususnya di Merauke.
Ikan tenggiri Papua termasuk dalam klasifikasi family
Scombridae yang berbeda dengan ikan tenggiri
lainnya. Potensi ikan pelagis besar secara umum di
WPP 718 sebesar 818.870 ton dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan 655.096 ton dan
tingkat pemanfaatan E = 0,99, yang artinya sudah
mendekati batas maksimum E = 1 (KEPMEN KP
Nomor 50 Tahun 2017).
Hasil Komposisi hasil tangkapan ikan dengan menggunakan
jaring tahun 2017 didominasi oleh ikan kakap putih
Komposisi Hasil (L. calcalifer) sebanyak 35%, ikan gulama (Pennahia)
Tangkapan sp 29% dan ikan tenggiri Papua hanya sebesar 6% dari
total hasil tangkapan.
Struktur Ukuran Sebaran ukuran ikan tenggiri di Merauke yang
ditemukan selama masa penelitian adalah 21 – 49 cm
(2017) dan 25 – 49 cm (2018). Struktur ukuran
panjang ekor (FL). Ikan yang ditemukan dominan
pada ukuran 33 cmFL baik pada tahun 2017 dan 2018
dengan 97,9% - 99 % berada dibawah ukuran 40
cmFL.
Tingkat Pemanfaatan Nilai laju pertumbuhan (K) dan panjang maksimum
(Loo) pertumbuhan ikan tenggiri Papua di perairan
Merauke dan sekitarnya pada tahun 2017 mengikuti
persamaan Lt=32.08 [1-e -0.62(t – 0.21908)] dan
tahun 2018 Lt=30.50 [1-e -0,64(t – 0.21244)]. Tingkat
pemanfaatan (E) tenggiri sebesar 0,68 per tahun
(2017) dan 0,70 per tahun (2018) yang
menggambarkan pemanfaatan ikan tenggiri Papua di
perairan ini sudah mengalami over exploited.
Pembahasan Jaring yang digunakan untuk menangkap ikan tenggiri
adalah jaring insang hanyut berbahan nilon dengan
ukuran tinggi badan jaring 3 meter, ukuran mata jaring
3
inch dan rata-rata nelayan membawa 35 psc. Ukuran
ikan tenggiri Papua berkisar antara 21 – 49 cmFL dan
rata-rata mencapai ukuran 33 cmFL sebanyak 95%,
sedangkan ikan yang berukuran diatas 40 cmFL hanya
ditemukan sekitar 5%.
Hasil pengukuran panjang bobot tubuh ikan tenggiri
menunjukkan pola pertumbuhan yaitu bersifat
allometrik positif dimana pertambahan bobot tubuh
lebih dominan daripada pertambahan panjang tubuh.
Berdasarkan pengamatan gonad ikan maka diperoleh
hasil nisbah kelamin ikan jantan lebih dominan
dibandingkan ikan betina. Nilai laju pertumbuhan (K)
dan nilai laju kematian ikan secara alamiah (M)
merupakan hal penting dalam pengelolaan perikanan
tenggiri (Noegroho et al., 2018).
Ikan tenggiri sendiri termasuk ikan yang bermigrasi
dengan cepat sehingga untuk laju mortalitas alami (M)
dapat dikalikan dengan 0.8 (Pauly, 1980).
Tenggiri termasuk golongan ikan dalam kategori near
threatened (NT) yang menunjukkan bahwa ikan ini
terancam punah dalam waktu dekat (Collete et al.,
2011).
KESIMPULAN Ikan tenggiri Papua (S. multiradiatus) tertangkap
sekitar 6-10% dari total hasil tangkapan jaring insang
hanyut di perairan Merauke dan sekitarnya. Struktur
ukuran ikan yang tertangkap dominan dibawah 40
cmFL (fork length). Sifat pertumbuhan ikan adalah
allometrik positif dengan rasio kelamin ikan jantan
lebih dominan daripada ikan betina. Penurunan ukuran
ikan pertama kali tertangkap (Lc) menjadi salah satu
indikasi bahwa ukuran panjang cagak ikan yang
tertangkap semakin kecil.
Daftar Pustaka Pane, A. R. P., Wagiyo, K., & Suman, A. (2019).
Aspek biologi dan pemanfaatan ikan tenggiri Papua
(Scomberomorus multiradiatus munro, 1964) dengan
alat tangkap jaring insang di Perairan Merauke dan
sekitarnya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, 11(3), 763-776.

REVIUW JURNAL NASIONAL 2

Judul BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap


Nama Jurnal BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TENGGIRI
(Scomberomorus commerson Lacepede, 1800) DI
PERAIRAN TELUK KWANDANG, LAUT,
SULAWESI
Volme dan Halaman Volume 10 : 69-84
Tahun 2018
Penulis Tegoeh Noegroho, Thomas Hidayat, Umi Chodriyah
dan Mufti. P. Patria
Reviewer Irwanto Karikan
Tanggal Reviuw 11 Februari 2022
Pendahuluan Tenggiri (Scomberomorus commerson) merupakan
salah satu ikan ekonomis penting yang mempunyai
nilai
tinggi baik di pasar lokal maupun ekspor. Tenggiri
adalah ikan pelagis besar yang termasuk dalamfamili
Scombridae (Randall, 1995).
Tenggiri di perairan Kwandang ditangkap dengan alat
tangkap purse seine (pajeko lampu) dan pancing ulur.
Tenggiri di Kwandang penangkapannya dilakukan
oleh kapal-kapal tradisional dibawah 10 GT.
Ikan tenggiri di perairan Kwandang merupakan target
utama tangkapan dari purse seine dan pancing ulur.
Penangkapannyamasih dilakukan di perairan dalam
teluk, tidak jauh dari pelabuhan, sehingga yang
tertangkap kadang ikan-ikan yangmasih berukuran
kecil.
Struktur Ukuran Data panjang ikan tenggiri diperoleh dari tempat
pendaratan ikan dan pengumpul ikan. Ikan tenggiri
yang
di ukur adalah hasil tangkapan purse seine dan
handline
(pancing ulur). Panjang yang diukur adalah panjang
cagak, yaitu panjang yang diukur dari ujung mulut
sampai titik tengah cagak ekor. Panjang cagak diukur
dengan jangka sorong (caliper) dengan panjang 150
cm dan ketelitian 0,1.
Hasil Dari bulan Februari sampaiDesember diperoleh
sampel
Struktur Ukuran ukuran panjang ikan sebanyak 5.248 ekor.Kisaran
panjang yang diperoleh antara 25-138 cmFL. Panjang
terkecil dan terbesar keduanya ditemukan pada bulan
Juni. Kisaran modus terbesar pada bulan Maret dan
Agustus, yaitu 85-90 cm, sedangkan terkecil pada
September, yaitu antara 43-48 cm.
Rata-rata Panjang Perhitungan panjang pertama kali tertangkap ikan
Pertama Kali tenggiri yang tertangkap dengan purse seine adalah
Tertangkap (Length at 64,7
First Capture) cm, sedangkan yang tertangkap dengan pancing ulur
adalah 71,9 cm.
Tingkat Kematangan Dari 414 ekor sampel ikan tenggiri, diketahui kondisi
Gonad gonad matang (TKGIV) ditemukan hampir setiap
bulannya, sedangkan kondisi gonad yang
belummatang (TKG I dan II) banyak juga ditemukan
setiap bulannya.
Gonado Somatic Index Dari hasil perhitungan nilaiGSI ikan tenggiri diperoleh
(GSI) kisaran 0,23-4,81 untuk tenggiri betina, dengan rata-
rata
1,59; sedangkan tenggiri jantan nilai GSI berkisar
0,29-
4,24, dengan rata-rata 1,47.
Nisbah Kelamin Dari nisbah kelamin diperoleh persentase rasio
seimbang terjadi pada Agustus dan November. Rasio
betina lebih banyak dari jantan terjadi padaApril, Juli,
dan Desember (Tabel 3). Rata-rata rasio jantan dan
betina pada adalah 1,2 : 1. Dari uji chi square
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara
jumlah ikan tenggiri jantan dan betina
Rata-rata Panjang Dalam perhitungan panjang pertama kalimatang
Pertama Kali Matang gonad diperoleh nilai Lm rata-rata 80,4 cm, pada
Gonad (Lm) kisaran antara 79,3-81,6 cm. Berdasarkan pada nilai
Lmpersentase tenggiri yang belum matang gonad
adalah 61,2% dan yang matang gonad 38,8%.
Fekunditas Dari sampel telur tenggiri diketahui jumlah telur ikan
tenggiri berkisar 417.360-9.476.520 butir, dengan
rata-rata 3.419.663 butir, pada kisaran panjang antara
65-103 cm.
Diameter Telur Dari sebaran frekuensi diameter telur diperoleh 16
kelompok ukuran sesuai. Pada tahap O (diameter telur
0,79-0,84mm) danP ( 0,84-0,89mm) hanya ditemukan
pada bulan Juni dan Juli.
Bahasan Kaymaram et al. (2010) dengan alat tangkap yang
digunakan adalah gillnet di Teluk Persia dan Laut
Oman.memperoleh sebaran ukuran 35-144 cmuntuk
ikan jantan, dan 29-154 untuk ikan betina.
Berdasarkan panjang pertama kalimatang gonad ikan
tenggiri di Teluk Kwandang (80,4 cm) terlihat bulan
Februari masih didominasi ikan yuwana yang belum
matang gonad.
Panjang pertama kali tertangkap ikan tenggiri dari
purse
seine masih berada di bawah nilai Lm sedang Lc
pancing ulur ada yang berada di bawah nilai Lm ada
juga yang di atas nilai Lm. Jayabalan et al. (2011).
Di Teluk Kwandang juvenil ikan tenggiri bayak
tertangkap di perairan teluk oleh nelayan bagan apung,
yang mencari ikan teri. Ikan tenggiri pada ukuran
panjang < dari 10 cm juga tertangkap di sekitar
mangrove dan pelabuhan Kwandang oleh nelayan
yang mencari anakan ikan kwe untuk dibesarkan di
karamba.
KESIMPULAN Struktur ukuran ikan tenggiri (Scomberomorus
commerson) yang tertangkap diperairan Teluk
Kwandang didominasi oleh ikanmuda (juvenille).
Penggunaan purse seine dengan mata jaring 1 inch
menyebabkan ukuran panjang ikan tenggiri yang
tertangkap kecil, masih dibawah nilai Lm.
Daftar Pustaka Noegroho, T., Hidayat, T., Chodriyah, U., & Patria,
M. P. (2018). Biologi Reproduksi Ikan TenggirI
(Scomberomorus commerson Lacepede, 1800) di
perairan teluk kwandang, laut sulawesi. BAWAL
Widya Riset Perikanan Tangkap, 10(1), 69-84.

REVIUW JURNAL NASIONAL 3

Judul Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan


Konservasi Sumberdaya Ikan
Nama Jurnal STATUS PEMANFAATAN DAN MUSIM
PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI
(Scomberomorus spp.) DI LAUT JAWA
Volme dan Halaman Vol.20 : 235-242
Tahun 2014
Penulis Kamaluddin Kasim dan Setiya Triharyuni
Reviewer Irwanto Karikan
Tanggal Reviuw 11 Februari 2022
Pendahuluan Perairan Laut Jawa memiliki kedalaman kurang dari
100 m, berbatasan dengan Pulau Sumatera, Jawa dan
Kalimantan dan terletak pada garis bujur 30 sebelah
selatan Selat Karimata dan 40 selatan Selat Makassar
dengan luas diperkirakan sekitar 442.350 km2.
Salah satu sumberdaya perikanan yang telah lama
dieksploitasi di perairan Laut Jawa adalah ikan dari
suku scombridae termasuk didalamnya jenis ikan
tenggiri (Scomberomorus commerson), tongkol komo
(Euthynnus affinis), maupun kembung (Rastrelliger
brachisoma) (Widodo & Burhanuddin, 2003). Dari
beberapa jenis ikan ini, tenggiri (Scomberomorus
spp.) yang dikenal dalam perdagangan internasional
sebagai narrow-barred spanish mackerel memiliki
nilai ekonomis tinggi karena permintaan domestik dan
dunia yang terus meningkat dan harga yang semakin
tinggi. Widodo (1984) mengemukakan bahwa
Indonesia merupakan negara penghasil ikan tenggiri
terbesar dunia pada tahun 1984. Data terakhir dari
FAO menunjukkan bahwa Indonesia masih
menempati urutan pertama dunia sebagai penghasil
ikan tenggiri dunia dengan nilai produksi mencapai
147.059 ton pada tahun 2010 yang berasal dari dua
wilayah penangkapan utama yakni Indian Ocean
sebanyak 29.359 ton dan Pacific Ocean sebanyak
117.700 ton (FAO, 2014).
HASIL Jaring insang (gill net) merupakan alat tangkap utama
yang paling banyak menangkap ikan tenggiri
Fishing Power Index (Scomberomorus spp.) terutama yang didaratkan di
(FPI) dan Standarisasi PPN Pekalongan. Jenis alat tangkap lainnya adalah
Alat Tangkap pukat cincin (purse seine)dan pukat cincin mini (mini
purse seine) sehingga dalam penghitungan tingkat
pemanfaatan diperlukan upaya standarisasi alat
tangkap terlebih dahulu, dimana gill net dijadikan alat
tangkap baku (standard) terhadap purse seine , mini
purse seine dan alat tangkap lainnya.
BAHASAN Nilai hasil tangkapan per upaya (CPUE) alat tangkap
mini purse seine cenderung meningkat signifikan
Tingkat Pemanfaatan selama periode 2003 hingga 2006 namun menurun
Ikan Tenggiri drastis hingga 2012. Keadaan ini terjadi sebagai akibat
dari pertambahan jumlah armada mini purse seine
mencapai beberapa kali lipat selama periode 2003
hingga 2006 yang diduga merupakan perubahan dari
armada purse seine menjadi mini purse seine oleh
nelayan.
Musim Penangkapan Musim penangkapan ikan tenggiri berdasarkan nilai
CPUE terjadi pada dua periode musim yakni Maret
hingga Juni dan Oktober hingga Desember. Hasil
analisis ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Syukron (2000) bahwa ikan tenggiri ditemukan
melimpah pada bulan April dan November sepanjang
tahun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya hasil
tangkapan ikan tenggiri di perairan Laut Jawa diduga
diantaranya pengaruh faktor lingkungan seperti
musim, ketersediaan makanan maupun karakteristik
biologinya. Menurut Durant & Petit (2003) bahwa
massa air perairan Laut Jawa sangat dipengaruhi oleh
angin monsoon barat yang membawa massa air dari
perairan Laut Cina Selatan dan monsoon timur yang
mempengaruhi masuknya massa air oseanik dari
wilayah timur.
KESIMPULAN Status pemanfaatan sumberdaya ikan tenggiri di Laut
Jawa masih dapat ditingkatkan menuju nilai
Maximum Sustainable Yield (MSY) nya. Meskipun
demikian, kecenderungan nilai CPUE yang menurun
selama periode 2006 hingga 2012 mengindikasikan
bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan tenggiri
memerlukan prinsip kehati-hatian. Jumlah effort
maksimum sebaiknya tidak melebihi 1000 unit setara
kapal gill net berukuran kurang dari 30 GT dengan
total hasil tangkapan tidak melebihi 438 ton sebagai
nilai MSY-nya.
Daftar Pustaka Kasim, K., & Triharyuni, S. (2016). Status
pemanfaatan dan musim penangkapan ikan tenggiri
(Scomberomorus spp.) di Laut Jawa. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia, 20(4), 235-242.

REVIUW JURNAL INTERNASIONAL 1

Judul International Journal of Science and


Engineering(IJSE)
Traslate Jurnal Sains Internasional dan Teknik (IJSE)
Nama Jurnal The Distribution of Capture Fisheries Based Small
Pelagic- Mackerel Fish Species In Balikpapan Waters,
East Kalimantan
Translate Sebaran Perikanan Tangkap Berbasis
Pelagis Kecil Jenis Ikan Tenggiri Di Perairan
Balikpapan,
Kalimantan Timur
Volme dan Halaman Vol. 6 : 149-15
Tahun 2014
Penulis Kata Abdusysyahid, Sutrisno Anggoro dan Azis Nur
Bambang
Reviewer Irwanto Karikan
Tanggal Reviuw 11 Februari 2022
Pendahuluan Secara umum sumberdaya perikanan diklasifikasikan
menjadi empat kelas, yaitu sumberdaya ikan
Demersal, sumberdaya Pelagis Kecil, sumberdaya
Pelagis Besar, dan sumberdaya biota laut (Gulland,
1971).
Jika eksploitasi melebihi produksi tahunan bersih atau
tidak mematuhi aturan yang ada maka perusakan akan
lebih tinggi dari waktu ke waktu yang berarti sumber
daya mulai berkurang (Koslowdkk., 2000).
Kebijakan di bidang perikanan seperti overfishing,
overcapacity, kemiskinan, lingkungan pesisir,
desentralisasi, fiskal, illegal fishing dan kebijakan
terkait lainnya merupakan terobosan ilmiah baru
dalam perspektif pengelolaan dan pemanfaatan dalam
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan
dan kelautan.
METODE Responden yaitu Nelayan Pelagis Kecil ditentukan
PENELITIAN dengan sengaja karena pertimbangan tertentu.
Singarimbun dan Effendi (1989) menyatakan bahwa
purposive sampling adalah metode pengambilan
sampel berdasarkan tujuan tertentu. Menurut Gulland
(1983), alat tangkap yang distandarisasi adalah alat
tangkap yang produktivitasnya tinggi atau dominan
dalam penangkapan ikan sedang dipelajari atau
memiliki rata-rata CPUE tertinggi pada UU No. 32
tahun 2004 tentang Daerah suatu kurun waktu dan
memiliki indeks daya tangkap sebesar satu. Secara
matematis, alat input yang akan distandarisasi
dihitung dari indeks daya tangkap dikalikan dengan
input (usaha) alat yang distandarisasi (Fauzi, 2004).
HASIL DAN Tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepede),
PEMBAHASAN King Mackerel berbatang sempit. Sirip punggung
pertama adalah 15-18 duri, biasanya 17, punggung
kedua adalah 15-20 duri, biasanya 17 atau 18; diikuti
oleh sirip punggung kecil 8-11, biasanya 9 atau 10;
sirip dubur 7-12, biasanya 9 atau 10; sirip dada 21-24,
biasanya 22 atau 23; vertebra 42-46, biasanya 44 atau
45. Mirip dengan spesies lain dari Scomberomorus
keluarga, S.commerson makan ikan kecil terutama
ikan teri, Stolephorus, ikan teri dan juga kubah spesies
seperti Sardinella. Sumber pakan lainnya kecil
karanggid jenis, merica (Leiognathidae), cumi-cumi(
Loligo), dan beberapa spesies penidudang. Mereka
bisa makan sepanjang hari (Togyai, 1970).
Tenggiri papan, Scomberomorus guttatus (Bloch dan
Schneider), Makarel Raja Indo-Pasifik. Garis lateral
secara bertahap melengkung ke bawah menuju
pangkal ekor. Sirip punggung pertama adalah 15-18
duri, biasanya 16 atau 17; sirip punggung kedua
adalah 18 hingga 24 duri, biasanya 20-22; denda
punggung kecil adalah 7-10, biasanya 8-9; sirip dubur
adalah 19-23 jari, biasanya 20-22 jari dan 7-10 duri,
biasanya 8 duri; sirip dada adalah 20-23 jari, biasanya
21. Jumlah tulang belakang 47-52, biasanya 50 atau
51
Mirip dengan lainnya Scomberomorus, makanan
utama S.guttatus adalah ikan. Selama masa remaja,
spesies ini makan telesteivariasi khusus nyanama
klub. Sementara ikan dewasa memberi makan
sejumlah kecil krustasea dan cumi-cumi selain dari
nama klub. Teri termasuk Stolephorusdanikan terijuga
merupakan makanan utama bagi spesies ini. Spesies
ini termasuk ikan pelagis, hidup di daerah pesisir pada
kedalaman 15 m sampai 200 m dan ditemukan dalam
kelompok kecil ikan (Fischer dan Whitehead 1974).
KESIMPULAN Sumberdaya ikan tenggiri di perairan Balikpapan
belum menunjukkan penurunan dan penurunan selama
tahun 1999-2011. Namun, kapasitas terbarukan mulai
berkurang yang mengarah pada kondisi penangkapan
ikan yang berlebihan secara biologis. Selain itu,
sumberdaya ikan tenggiri di daerah ini mengalami
kondisi over fishing secara ekonomi yang ditunjukkan
dengan nilai kalkulasi ekonomi yang lebih tinggi dan
hasil tangkapan yang lebih rendah.
Konversi besar-besaran hutan mangrove khususnya
Nypa (Nypa fruticans) kawasan menjadi tambak telah
memicu konflik antar pemangku kepentingan terkait
pemanfaatan sumber daya alam dan kawasan. Hal ini
berdampak pada regenerasi sumber ikan dan udang,
hilangnya fungsi ekologis hutan mangrove untuk
mencari makan, pembibitan dan pemijahan ikan dan
organisme lainnya.
Daftar pustaka Abdusysyahid, S., Anggoro, S., & Bambang, A. N.
(2014). The distribution of capture fisheries based
small pelagic-mackerel fish species in Balikpapan
waters, East Kalimantan. International Journal of
Science and Engineering, 6(2), 149-153.
REVIUW JURNAL INTERNASIONAL 2

Judul MARINE ENVIRONMENTAL RESEARCH


Nama Jurnal Changes in body condition and fatty acid composition
of wild Mediterranean horse mackerel (Trachurus
mediterraneus, Steindachner, 1868) associated to sea
cage fish farms
Volme dan Halaman 63 : 1–18
Tahun 2017
Penulis Damian Fernandez-Jover a, Jose Angel Lopez Jimenez
b,Pablo Sanchez-Jerez a, Just Bayle-Sempere a,
Francisca Gimenez Casalduero a, Francisco Javier
Martinez Lopez b, Tim Dempster
Reviewer Irwanto Karikan
Tanggal Reviuw 11 Februari 2022
Pendahuluan Keberadaan ikan liar di bawah tambak ikan keramba
telah sering diperhatikan, dan dapat mempengaruhi
keberadaan, kelimpahan dan waktu tinggal ikan di
daerah tertentu (Mobil, 1990; Bjordal dan Skar,
1992).Dempster dkk. (2002)menunjukkan bahwa
tambak ikan keramba bertindak sebagai 'rumpon
super' (FAD: alat penarik ikan) di barat daya Laut
Mediterania, menarik kelompok ikan pelagis multi
spesies yang besar.
Ikan laut, terutama karnivora, memiliki pola makan
alami yang kaya akan kandungan lemak tak jenuh
yang tinggix3 asam lemak. Akibatnya, rantai
panjangx3 asam lemak tak jenuh ganda terjadi pada
konsentrasi yang lebih tinggi di otot ikan laut
(Ackman, 1967).
Bahan dam Metode T. mediteraniadikumpulkan di sekitar dua tambak ikan
yang dipisahkan oleh 50 km di tenggara Spanyol
ditangkap dengan tombak (ARA. 1). Peternakan di
Campello berjarak 3,2 km dari pantai di antara. Peta
empat lokasi penelitian di sepanjang pantai tenggara
Spanyol di Laut Mediterania.
kedalaman rata-rata 28,6 m, dengan 12 keramba
berdiameter 17 m dan dalam 17 m menghasilkan 300 t
thn-1ikan. Peternakan di Guardamar berjarak 3,7 km
dari pantai pada kedalaman 22,6 m, dengan 24
keramba
berdiameter 19 m dan kedalaman 15 m menghasilkan
1000 t tahun.
Untuk memperkirakan kelimpahan T. mediterania
dikumpulkan di sekitar kandang, kami melakukan
penghitungan visual cepat (RVC;Kingsford dan
Battershill, 1998) menggunakan SCUBA. Detail
lengkap dari metodologi penghitungan diberikan di
Dempster dkk. (2002).
Semua ikan dibekukan setelah mendarat. Di
laboratorium, sebagian otot putih anterior-dorsal (kira-
kira 6 g) diambil, dibekukan pada suhu -18 -C dan
dianalisis dalam waktu satu minggu. Setelah
homogenisasi jaringan individu, komposisi asam
lemak dari fraksi lipid total ditentukan dengan
ekstraksi lemak mengikuti metodeFolch dkk. (1957),
dengan campuran kloroform dan metanol (1: 1
proporsi untuk ekstraksi pertama dan 2: 1 proporsi
untuk yang kedua).
Hasil Hitungan visual yang cepat menunjukkan bahwaT.
mediteraniadikumpulkan di sekitar peternakan selama
Hitungan Visual masa studi di Campello dan Guardamar, kecuali untuk
musim dingin 2005 di Guardamar. Namun, ukuran
agregasi (kelimpahan dan biomassa) sangat berbeda
antar waktu. Di Campello, kelimpahan dan biomassa
mencapai puncaknya selama musim gugur 2004
(289,9 ± 122,3 ind/11.250 m3dan 68,8 ± 26,2 kg /
11.250 m3) dan agregasi besar juga terjadi pada
musim semi dan musim panas 2005 (ARA. 2).
Isi perut Ikan yang ditangkap oleh perikanan komersial lokal
yang jauh dari peternakan menggunakan berbagai
sumber makanan, terutama ikan remaja, krustasea dan
cumi (ARA. 3).
Kondisi tubuh Ikan yang berasosiasi dengan peternakan memiliki
kandungan lemak tubuh rata-rata 3,5 kali lebih tinggi
daripada ikan kontrol (7,30 ± 1,8% vs. 2,36 ± 0,7%).
Tingkat kandungan lemak jauh lebih bervariasi pada
ikan yang terkait dengan peternakan (ARA. 4), mulai
dari 1,5% hingga 13% berbeda dengan kadar lemak
ikan kontrol yang tetap stabil dalam kisaran sempit
(terutama 1–4%).
Komposisi asam lemak Komposisi total FA berbeda secara signifikan antara
kontrol dan ikan yang berasosiasi dengan peternakan.
Plot MDS dua dimensi (ARA. 5) berdasarkan
keberadaan relatif dari FA yang berbeda
mengungkapkan pemisahan yang jelas dari kedua
kelompok (terkait peternakan dan kontrol makarel
kuda) dengan nilai stres yang rendah (0,08).
Diskusi Pemeliharaan ikan di keramba pesisir menggunakan
pelet makanan yang mengandung produk tanaman
darat
berdampak pada ikan liar yang berkumpul di sekitar
tambak dengan mengubah pola makan alami mereka
dengan cara yang mengarah pada perubahan kondisi
tubuh dan komposisi FA. Populasi alam liarT.
mediteraniaterjadi di peternakan sepanjang tahun
meskipun dengan perbedaan skala besar dalam
kelimpahan antara waktu
Ikan juvenil dan cephalopoda merupakan item utama
yang ditemukan pada perut ikan kontrol, namun terjadi
perubahan drastis pada perilaku makan ikan.T.
mediteraniasekitar kandang. Ikan yang berasosiasi
dengan peternakan memiliki kandungan dan kondisi
lemak otot yang jauh lebih tinggi daripada ikan
kontrol.
Tzikas dkk. (2005), menemukan variasi musiman
dalam kandungan lipid ototT. mediteranialepas pantai
Yunani; kandungan lipid rata-rata selama Agustus
adalah 0,8%, nilai yang jauh lebih rendah daripada
kandungan rata-rata yang ditemukan dalam penelitian
ini untuk spesimen kontrol (2,19%) dan jauh lebih
rendah daripada nilai yang diperoleh untuk ikan terkait
(6,37%).
sam lemak 20: 1x9 dan 22: 1x11 telah ditemukan
sebagai biomarker kodfarm yang mungkin (Gadus
morhua)karena melimpah dalam pakan dan tidak
tercerna dengan baik oleh ikan sehingga dapat
dideteksi dalam limbah yang tersebar (Van Biesen dan
Parris, 2005).
Kesimpulan T. mediteraniadikumpulkan di sekitar tambak ikan
keramba mengalami ekologi dan fisik perubahan
iologis. Makanan mereka berbeda dari ikan kontrol,
yang mempengaruhi kondisi tubuh dan komposisi
asam lemak mereka. Perbedaan waktu tinggal di
peternakan atau migrasi singkat dari masing-masing
ikan dapat menjelaskan perbedaan besar kandungan
lemak di antara ikan yang dikumpulkan. Itux3 /x6
rasio dan 22: 6xTingkat 3 secara signifikan lebih
rendah pada ikan yang diasosiasikan dengan
peternakan, mencerminkan komposisi pelet makanan,
sementara ikan kontrol menunjukkan tingkat yang
secara signifikan lebih rendah dari x6 asam lemak.
Peningkatan level 18: 2x6 dan 18: 1x9 dan penurunan
level 22: 6x3 adalah kandidat yang menjanjikan bagi
biomarker untuk mempelajari pengaruh peternakan
ikan pada jaring makanan lokal.
Daftar Pustaka Fernandez-Jover, D., Jimenez, J. A. L., Sanchez-Jerez,
P., Bayle-Sempere, J., Casalduero, F. G., Lopez, F. J.
M., & Dempster, T. (2007). Changes in body
condition and fatty acid composition of wild
Mediterranean horse mackerel (Trachurus
mediterraneus, Steindachner, 1868) associated to sea
cage fish farms. Marine Environmental Research,
63(1), 1-18.

Anda mungkin juga menyukai