Nim : 1111419025 Kelas :B MK : Manajemen Akuakultur Laut
REVIUW JURNAL NASIONAL 1
Judul Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Nama Jurnal ASPEK BIOLOGI DAN PEMANFAATAN IKAN TENGGIRI PAPUA (Scomberomorus multiradiatus Munro, 1964) DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG DI PERAIRAN MERAUKE DAN SEKITARNYA Volme dan Halaman Vol. 11 No. 3, Hlm. 763-776 Tahun 2019 Penulis Andina Ramadhani Putri Pane, Karsono Wagiyo dan Ali Suman Reviewer Irwanto Karikan Tanggal Reviuw 11 Februari 2022 Pendahuluan Arafura merupakan perairan di Timur Indonesia yang memiliki sumberdaya ikan potensial. Laut Arafura mempunyai tingkat kesuburan tinggi karena mengandung konsentrasi klorofil dan unsur hara tinggi dari upwelling serta suhu hangat yang mendukung kelimpahan sumberdaya (Prisantoso dan Badrudin, 2010; Salim dan Kelen, 2018). Ikan tenggiri (S. multiradiatus) merupakan ikan endemik di perairan Papua khususnya di Merauke. Ikan tenggiri Papua termasuk dalam klasifikasi family Scombridae yang berbeda dengan ikan tenggiri lainnya. Potensi ikan pelagis besar secara umum di WPP 718 sebesar 818.870 ton dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan 655.096 ton dan tingkat pemanfaatan E = 0,99, yang artinya sudah mendekati batas maksimum E = 1 (KEPMEN KP Nomor 50 Tahun 2017). Hasil Komposisi hasil tangkapan ikan dengan menggunakan jaring tahun 2017 didominasi oleh ikan kakap putih Komposisi Hasil (L. calcalifer) sebanyak 35%, ikan gulama (Pennahia) Tangkapan sp 29% dan ikan tenggiri Papua hanya sebesar 6% dari total hasil tangkapan. Struktur Ukuran Sebaran ukuran ikan tenggiri di Merauke yang ditemukan selama masa penelitian adalah 21 – 49 cm (2017) dan 25 – 49 cm (2018). Struktur ukuran panjang ekor (FL). Ikan yang ditemukan dominan pada ukuran 33 cmFL baik pada tahun 2017 dan 2018 dengan 97,9% - 99 % berada dibawah ukuran 40 cmFL. Tingkat Pemanfaatan Nilai laju pertumbuhan (K) dan panjang maksimum (Loo) pertumbuhan ikan tenggiri Papua di perairan Merauke dan sekitarnya pada tahun 2017 mengikuti persamaan Lt=32.08 [1-e -0.62(t – 0.21908)] dan tahun 2018 Lt=30.50 [1-e -0,64(t – 0.21244)]. Tingkat pemanfaatan (E) tenggiri sebesar 0,68 per tahun (2017) dan 0,70 per tahun (2018) yang menggambarkan pemanfaatan ikan tenggiri Papua di perairan ini sudah mengalami over exploited. Pembahasan Jaring yang digunakan untuk menangkap ikan tenggiri adalah jaring insang hanyut berbahan nilon dengan ukuran tinggi badan jaring 3 meter, ukuran mata jaring 3 inch dan rata-rata nelayan membawa 35 psc. Ukuran ikan tenggiri Papua berkisar antara 21 – 49 cmFL dan rata-rata mencapai ukuran 33 cmFL sebanyak 95%, sedangkan ikan yang berukuran diatas 40 cmFL hanya ditemukan sekitar 5%. Hasil pengukuran panjang bobot tubuh ikan tenggiri menunjukkan pola pertumbuhan yaitu bersifat allometrik positif dimana pertambahan bobot tubuh lebih dominan daripada pertambahan panjang tubuh. Berdasarkan pengamatan gonad ikan maka diperoleh hasil nisbah kelamin ikan jantan lebih dominan dibandingkan ikan betina. Nilai laju pertumbuhan (K) dan nilai laju kematian ikan secara alamiah (M) merupakan hal penting dalam pengelolaan perikanan tenggiri (Noegroho et al., 2018). Ikan tenggiri sendiri termasuk ikan yang bermigrasi dengan cepat sehingga untuk laju mortalitas alami (M) dapat dikalikan dengan 0.8 (Pauly, 1980). Tenggiri termasuk golongan ikan dalam kategori near threatened (NT) yang menunjukkan bahwa ikan ini terancam punah dalam waktu dekat (Collete et al., 2011). KESIMPULAN Ikan tenggiri Papua (S. multiradiatus) tertangkap sekitar 6-10% dari total hasil tangkapan jaring insang hanyut di perairan Merauke dan sekitarnya. Struktur ukuran ikan yang tertangkap dominan dibawah 40 cmFL (fork length). Sifat pertumbuhan ikan adalah allometrik positif dengan rasio kelamin ikan jantan lebih dominan daripada ikan betina. Penurunan ukuran ikan pertama kali tertangkap (Lc) menjadi salah satu indikasi bahwa ukuran panjang cagak ikan yang tertangkap semakin kecil. Daftar Pustaka Pane, A. R. P., Wagiyo, K., & Suman, A. (2019). Aspek biologi dan pemanfaatan ikan tenggiri Papua (Scomberomorus multiradiatus munro, 1964) dengan alat tangkap jaring insang di Perairan Merauke dan sekitarnya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(3), 763-776.
REVIUW JURNAL NASIONAL 2
Judul BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap
Nama Jurnal BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson Lacepede, 1800) DI PERAIRAN TELUK KWANDANG, LAUT, SULAWESI Volme dan Halaman Volume 10 : 69-84 Tahun 2018 Penulis Tegoeh Noegroho, Thomas Hidayat, Umi Chodriyah dan Mufti. P. Patria Reviewer Irwanto Karikan Tanggal Reviuw 11 Februari 2022 Pendahuluan Tenggiri (Scomberomorus commerson) merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang mempunyai nilai tinggi baik di pasar lokal maupun ekspor. Tenggiri adalah ikan pelagis besar yang termasuk dalamfamili Scombridae (Randall, 1995). Tenggiri di perairan Kwandang ditangkap dengan alat tangkap purse seine (pajeko lampu) dan pancing ulur. Tenggiri di Kwandang penangkapannya dilakukan oleh kapal-kapal tradisional dibawah 10 GT. Ikan tenggiri di perairan Kwandang merupakan target utama tangkapan dari purse seine dan pancing ulur. Penangkapannyamasih dilakukan di perairan dalam teluk, tidak jauh dari pelabuhan, sehingga yang tertangkap kadang ikan-ikan yangmasih berukuran kecil. Struktur Ukuran Data panjang ikan tenggiri diperoleh dari tempat pendaratan ikan dan pengumpul ikan. Ikan tenggiri yang di ukur adalah hasil tangkapan purse seine dan handline (pancing ulur). Panjang yang diukur adalah panjang cagak, yaitu panjang yang diukur dari ujung mulut sampai titik tengah cagak ekor. Panjang cagak diukur dengan jangka sorong (caliper) dengan panjang 150 cm dan ketelitian 0,1. Hasil Dari bulan Februari sampaiDesember diperoleh sampel Struktur Ukuran ukuran panjang ikan sebanyak 5.248 ekor.Kisaran panjang yang diperoleh antara 25-138 cmFL. Panjang terkecil dan terbesar keduanya ditemukan pada bulan Juni. Kisaran modus terbesar pada bulan Maret dan Agustus, yaitu 85-90 cm, sedangkan terkecil pada September, yaitu antara 43-48 cm. Rata-rata Panjang Perhitungan panjang pertama kali tertangkap ikan Pertama Kali tenggiri yang tertangkap dengan purse seine adalah Tertangkap (Length at 64,7 First Capture) cm, sedangkan yang tertangkap dengan pancing ulur adalah 71,9 cm. Tingkat Kematangan Dari 414 ekor sampel ikan tenggiri, diketahui kondisi Gonad gonad matang (TKGIV) ditemukan hampir setiap bulannya, sedangkan kondisi gonad yang belummatang (TKG I dan II) banyak juga ditemukan setiap bulannya. Gonado Somatic Index Dari hasil perhitungan nilaiGSI ikan tenggiri diperoleh (GSI) kisaran 0,23-4,81 untuk tenggiri betina, dengan rata- rata 1,59; sedangkan tenggiri jantan nilai GSI berkisar 0,29- 4,24, dengan rata-rata 1,47. Nisbah Kelamin Dari nisbah kelamin diperoleh persentase rasio seimbang terjadi pada Agustus dan November. Rasio betina lebih banyak dari jantan terjadi padaApril, Juli, dan Desember (Tabel 3). Rata-rata rasio jantan dan betina pada adalah 1,2 : 1. Dari uji chi square diketahui bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah ikan tenggiri jantan dan betina Rata-rata Panjang Dalam perhitungan panjang pertama kalimatang Pertama Kali Matang gonad diperoleh nilai Lm rata-rata 80,4 cm, pada Gonad (Lm) kisaran antara 79,3-81,6 cm. Berdasarkan pada nilai Lmpersentase tenggiri yang belum matang gonad adalah 61,2% dan yang matang gonad 38,8%. Fekunditas Dari sampel telur tenggiri diketahui jumlah telur ikan tenggiri berkisar 417.360-9.476.520 butir, dengan rata-rata 3.419.663 butir, pada kisaran panjang antara 65-103 cm. Diameter Telur Dari sebaran frekuensi diameter telur diperoleh 16 kelompok ukuran sesuai. Pada tahap O (diameter telur 0,79-0,84mm) danP ( 0,84-0,89mm) hanya ditemukan pada bulan Juni dan Juli. Bahasan Kaymaram et al. (2010) dengan alat tangkap yang digunakan adalah gillnet di Teluk Persia dan Laut Oman.memperoleh sebaran ukuran 35-144 cmuntuk ikan jantan, dan 29-154 untuk ikan betina. Berdasarkan panjang pertama kalimatang gonad ikan tenggiri di Teluk Kwandang (80,4 cm) terlihat bulan Februari masih didominasi ikan yuwana yang belum matang gonad. Panjang pertama kali tertangkap ikan tenggiri dari purse seine masih berada di bawah nilai Lm sedang Lc pancing ulur ada yang berada di bawah nilai Lm ada juga yang di atas nilai Lm. Jayabalan et al. (2011). Di Teluk Kwandang juvenil ikan tenggiri bayak tertangkap di perairan teluk oleh nelayan bagan apung, yang mencari ikan teri. Ikan tenggiri pada ukuran panjang < dari 10 cm juga tertangkap di sekitar mangrove dan pelabuhan Kwandang oleh nelayan yang mencari anakan ikan kwe untuk dibesarkan di karamba. KESIMPULAN Struktur ukuran ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) yang tertangkap diperairan Teluk Kwandang didominasi oleh ikanmuda (juvenille). Penggunaan purse seine dengan mata jaring 1 inch menyebabkan ukuran panjang ikan tenggiri yang tertangkap kecil, masih dibawah nilai Lm. Daftar Pustaka Noegroho, T., Hidayat, T., Chodriyah, U., & Patria, M. P. (2018). Biologi Reproduksi Ikan TenggirI (Scomberomorus commerson Lacepede, 1800) di perairan teluk kwandang, laut sulawesi. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 10(1), 69-84.
REVIUW JURNAL NASIONAL 3
Judul Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan
Konservasi Sumberdaya Ikan Nama Jurnal STATUS PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus spp.) DI LAUT JAWA Volme dan Halaman Vol.20 : 235-242 Tahun 2014 Penulis Kamaluddin Kasim dan Setiya Triharyuni Reviewer Irwanto Karikan Tanggal Reviuw 11 Februari 2022 Pendahuluan Perairan Laut Jawa memiliki kedalaman kurang dari 100 m, berbatasan dengan Pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan dan terletak pada garis bujur 30 sebelah selatan Selat Karimata dan 40 selatan Selat Makassar dengan luas diperkirakan sekitar 442.350 km2. Salah satu sumberdaya perikanan yang telah lama dieksploitasi di perairan Laut Jawa adalah ikan dari suku scombridae termasuk didalamnya jenis ikan tenggiri (Scomberomorus commerson), tongkol komo (Euthynnus affinis), maupun kembung (Rastrelliger brachisoma) (Widodo & Burhanuddin, 2003). Dari beberapa jenis ikan ini, tenggiri (Scomberomorus spp.) yang dikenal dalam perdagangan internasional sebagai narrow-barred spanish mackerel memiliki nilai ekonomis tinggi karena permintaan domestik dan dunia yang terus meningkat dan harga yang semakin tinggi. Widodo (1984) mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil ikan tenggiri terbesar dunia pada tahun 1984. Data terakhir dari FAO menunjukkan bahwa Indonesia masih menempati urutan pertama dunia sebagai penghasil ikan tenggiri dunia dengan nilai produksi mencapai 147.059 ton pada tahun 2010 yang berasal dari dua wilayah penangkapan utama yakni Indian Ocean sebanyak 29.359 ton dan Pacific Ocean sebanyak 117.700 ton (FAO, 2014). HASIL Jaring insang (gill net) merupakan alat tangkap utama yang paling banyak menangkap ikan tenggiri Fishing Power Index (Scomberomorus spp.) terutama yang didaratkan di (FPI) dan Standarisasi PPN Pekalongan. Jenis alat tangkap lainnya adalah Alat Tangkap pukat cincin (purse seine)dan pukat cincin mini (mini purse seine) sehingga dalam penghitungan tingkat pemanfaatan diperlukan upaya standarisasi alat tangkap terlebih dahulu, dimana gill net dijadikan alat tangkap baku (standard) terhadap purse seine , mini purse seine dan alat tangkap lainnya. BAHASAN Nilai hasil tangkapan per upaya (CPUE) alat tangkap mini purse seine cenderung meningkat signifikan Tingkat Pemanfaatan selama periode 2003 hingga 2006 namun menurun Ikan Tenggiri drastis hingga 2012. Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pertambahan jumlah armada mini purse seine mencapai beberapa kali lipat selama periode 2003 hingga 2006 yang diduga merupakan perubahan dari armada purse seine menjadi mini purse seine oleh nelayan. Musim Penangkapan Musim penangkapan ikan tenggiri berdasarkan nilai CPUE terjadi pada dua periode musim yakni Maret hingga Juni dan Oktober hingga Desember. Hasil analisis ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Syukron (2000) bahwa ikan tenggiri ditemukan melimpah pada bulan April dan November sepanjang tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya hasil tangkapan ikan tenggiri di perairan Laut Jawa diduga diantaranya pengaruh faktor lingkungan seperti musim, ketersediaan makanan maupun karakteristik biologinya. Menurut Durant & Petit (2003) bahwa massa air perairan Laut Jawa sangat dipengaruhi oleh angin monsoon barat yang membawa massa air dari perairan Laut Cina Selatan dan monsoon timur yang mempengaruhi masuknya massa air oseanik dari wilayah timur. KESIMPULAN Status pemanfaatan sumberdaya ikan tenggiri di Laut Jawa masih dapat ditingkatkan menuju nilai Maximum Sustainable Yield (MSY) nya. Meskipun demikian, kecenderungan nilai CPUE yang menurun selama periode 2006 hingga 2012 mengindikasikan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan tenggiri memerlukan prinsip kehati-hatian. Jumlah effort maksimum sebaiknya tidak melebihi 1000 unit setara kapal gill net berukuran kurang dari 30 GT dengan total hasil tangkapan tidak melebihi 438 ton sebagai nilai MSY-nya. Daftar Pustaka Kasim, K., & Triharyuni, S. (2016). Status pemanfaatan dan musim penangkapan ikan tenggiri (Scomberomorus spp.) di Laut Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 20(4), 235-242.
REVIUW JURNAL INTERNASIONAL 1
Judul International Journal of Science and
Engineering(IJSE) Traslate Jurnal Sains Internasional dan Teknik (IJSE) Nama Jurnal The Distribution of Capture Fisheries Based Small Pelagic- Mackerel Fish Species In Balikpapan Waters, East Kalimantan Translate Sebaran Perikanan Tangkap Berbasis Pelagis Kecil Jenis Ikan Tenggiri Di Perairan Balikpapan, Kalimantan Timur Volme dan Halaman Vol. 6 : 149-15 Tahun 2014 Penulis Kata Abdusysyahid, Sutrisno Anggoro dan Azis Nur Bambang Reviewer Irwanto Karikan Tanggal Reviuw 11 Februari 2022 Pendahuluan Secara umum sumberdaya perikanan diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu sumberdaya ikan Demersal, sumberdaya Pelagis Kecil, sumberdaya Pelagis Besar, dan sumberdaya biota laut (Gulland, 1971). Jika eksploitasi melebihi produksi tahunan bersih atau tidak mematuhi aturan yang ada maka perusakan akan lebih tinggi dari waktu ke waktu yang berarti sumber daya mulai berkurang (Koslowdkk., 2000). Kebijakan di bidang perikanan seperti overfishing, overcapacity, kemiskinan, lingkungan pesisir, desentralisasi, fiskal, illegal fishing dan kebijakan terkait lainnya merupakan terobosan ilmiah baru dalam perspektif pengelolaan dan pemanfaatan dalam memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan. METODE Responden yaitu Nelayan Pelagis Kecil ditentukan PENELITIAN dengan sengaja karena pertimbangan tertentu. Singarimbun dan Effendi (1989) menyatakan bahwa purposive sampling adalah metode pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Menurut Gulland (1983), alat tangkap yang distandarisasi adalah alat tangkap yang produktivitasnya tinggi atau dominan dalam penangkapan ikan sedang dipelajari atau memiliki rata-rata CPUE tertinggi pada UU No. 32 tahun 2004 tentang Daerah suatu kurun waktu dan memiliki indeks daya tangkap sebesar satu. Secara matematis, alat input yang akan distandarisasi dihitung dari indeks daya tangkap dikalikan dengan input (usaha) alat yang distandarisasi (Fauzi, 2004). HASIL DAN Tenggiri, Scomberomorus commerson (Lacepede), PEMBAHASAN King Mackerel berbatang sempit. Sirip punggung pertama adalah 15-18 duri, biasanya 17, punggung kedua adalah 15-20 duri, biasanya 17 atau 18; diikuti oleh sirip punggung kecil 8-11, biasanya 9 atau 10; sirip dubur 7-12, biasanya 9 atau 10; sirip dada 21-24, biasanya 22 atau 23; vertebra 42-46, biasanya 44 atau 45. Mirip dengan spesies lain dari Scomberomorus keluarga, S.commerson makan ikan kecil terutama ikan teri, Stolephorus, ikan teri dan juga kubah spesies seperti Sardinella. Sumber pakan lainnya kecil karanggid jenis, merica (Leiognathidae), cumi-cumi( Loligo), dan beberapa spesies penidudang. Mereka bisa makan sepanjang hari (Togyai, 1970). Tenggiri papan, Scomberomorus guttatus (Bloch dan Schneider), Makarel Raja Indo-Pasifik. Garis lateral secara bertahap melengkung ke bawah menuju pangkal ekor. Sirip punggung pertama adalah 15-18 duri, biasanya 16 atau 17; sirip punggung kedua adalah 18 hingga 24 duri, biasanya 20-22; denda punggung kecil adalah 7-10, biasanya 8-9; sirip dubur adalah 19-23 jari, biasanya 20-22 jari dan 7-10 duri, biasanya 8 duri; sirip dada adalah 20-23 jari, biasanya 21. Jumlah tulang belakang 47-52, biasanya 50 atau 51 Mirip dengan lainnya Scomberomorus, makanan utama S.guttatus adalah ikan. Selama masa remaja, spesies ini makan telesteivariasi khusus nyanama klub. Sementara ikan dewasa memberi makan sejumlah kecil krustasea dan cumi-cumi selain dari nama klub. Teri termasuk Stolephorusdanikan terijuga merupakan makanan utama bagi spesies ini. Spesies ini termasuk ikan pelagis, hidup di daerah pesisir pada kedalaman 15 m sampai 200 m dan ditemukan dalam kelompok kecil ikan (Fischer dan Whitehead 1974). KESIMPULAN Sumberdaya ikan tenggiri di perairan Balikpapan belum menunjukkan penurunan dan penurunan selama tahun 1999-2011. Namun, kapasitas terbarukan mulai berkurang yang mengarah pada kondisi penangkapan ikan yang berlebihan secara biologis. Selain itu, sumberdaya ikan tenggiri di daerah ini mengalami kondisi over fishing secara ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai kalkulasi ekonomi yang lebih tinggi dan hasil tangkapan yang lebih rendah. Konversi besar-besaran hutan mangrove khususnya Nypa (Nypa fruticans) kawasan menjadi tambak telah memicu konflik antar pemangku kepentingan terkait pemanfaatan sumber daya alam dan kawasan. Hal ini berdampak pada regenerasi sumber ikan dan udang, hilangnya fungsi ekologis hutan mangrove untuk mencari makan, pembibitan dan pemijahan ikan dan organisme lainnya. Daftar pustaka Abdusysyahid, S., Anggoro, S., & Bambang, A. N. (2014). The distribution of capture fisheries based small pelagic-mackerel fish species in Balikpapan waters, East Kalimantan. International Journal of Science and Engineering, 6(2), 149-153. REVIUW JURNAL INTERNASIONAL 2
Judul MARINE ENVIRONMENTAL RESEARCH
Nama Jurnal Changes in body condition and fatty acid composition of wild Mediterranean horse mackerel (Trachurus mediterraneus, Steindachner, 1868) associated to sea cage fish farms Volme dan Halaman 63 : 1–18 Tahun 2017 Penulis Damian Fernandez-Jover a, Jose Angel Lopez Jimenez b,Pablo Sanchez-Jerez a, Just Bayle-Sempere a, Francisca Gimenez Casalduero a, Francisco Javier Martinez Lopez b, Tim Dempster Reviewer Irwanto Karikan Tanggal Reviuw 11 Februari 2022 Pendahuluan Keberadaan ikan liar di bawah tambak ikan keramba telah sering diperhatikan, dan dapat mempengaruhi keberadaan, kelimpahan dan waktu tinggal ikan di daerah tertentu (Mobil, 1990; Bjordal dan Skar, 1992).Dempster dkk. (2002)menunjukkan bahwa tambak ikan keramba bertindak sebagai 'rumpon super' (FAD: alat penarik ikan) di barat daya Laut Mediterania, menarik kelompok ikan pelagis multi spesies yang besar. Ikan laut, terutama karnivora, memiliki pola makan alami yang kaya akan kandungan lemak tak jenuh yang tinggix3 asam lemak. Akibatnya, rantai panjangx3 asam lemak tak jenuh ganda terjadi pada konsentrasi yang lebih tinggi di otot ikan laut (Ackman, 1967). Bahan dam Metode T. mediteraniadikumpulkan di sekitar dua tambak ikan yang dipisahkan oleh 50 km di tenggara Spanyol ditangkap dengan tombak (ARA. 1). Peternakan di Campello berjarak 3,2 km dari pantai di antara. Peta empat lokasi penelitian di sepanjang pantai tenggara Spanyol di Laut Mediterania. kedalaman rata-rata 28,6 m, dengan 12 keramba berdiameter 17 m dan dalam 17 m menghasilkan 300 t thn-1ikan. Peternakan di Guardamar berjarak 3,7 km dari pantai pada kedalaman 22,6 m, dengan 24 keramba berdiameter 19 m dan kedalaman 15 m menghasilkan 1000 t tahun. Untuk memperkirakan kelimpahan T. mediterania dikumpulkan di sekitar kandang, kami melakukan penghitungan visual cepat (RVC;Kingsford dan Battershill, 1998) menggunakan SCUBA. Detail lengkap dari metodologi penghitungan diberikan di Dempster dkk. (2002). Semua ikan dibekukan setelah mendarat. Di laboratorium, sebagian otot putih anterior-dorsal (kira- kira 6 g) diambil, dibekukan pada suhu -18 -C dan dianalisis dalam waktu satu minggu. Setelah homogenisasi jaringan individu, komposisi asam lemak dari fraksi lipid total ditentukan dengan ekstraksi lemak mengikuti metodeFolch dkk. (1957), dengan campuran kloroform dan metanol (1: 1 proporsi untuk ekstraksi pertama dan 2: 1 proporsi untuk yang kedua). Hasil Hitungan visual yang cepat menunjukkan bahwaT. mediteraniadikumpulkan di sekitar peternakan selama Hitungan Visual masa studi di Campello dan Guardamar, kecuali untuk musim dingin 2005 di Guardamar. Namun, ukuran agregasi (kelimpahan dan biomassa) sangat berbeda antar waktu. Di Campello, kelimpahan dan biomassa mencapai puncaknya selama musim gugur 2004 (289,9 ± 122,3 ind/11.250 m3dan 68,8 ± 26,2 kg / 11.250 m3) dan agregasi besar juga terjadi pada musim semi dan musim panas 2005 (ARA. 2). Isi perut Ikan yang ditangkap oleh perikanan komersial lokal yang jauh dari peternakan menggunakan berbagai sumber makanan, terutama ikan remaja, krustasea dan cumi (ARA. 3). Kondisi tubuh Ikan yang berasosiasi dengan peternakan memiliki kandungan lemak tubuh rata-rata 3,5 kali lebih tinggi daripada ikan kontrol (7,30 ± 1,8% vs. 2,36 ± 0,7%). Tingkat kandungan lemak jauh lebih bervariasi pada ikan yang terkait dengan peternakan (ARA. 4), mulai dari 1,5% hingga 13% berbeda dengan kadar lemak ikan kontrol yang tetap stabil dalam kisaran sempit (terutama 1–4%). Komposisi asam lemak Komposisi total FA berbeda secara signifikan antara kontrol dan ikan yang berasosiasi dengan peternakan. Plot MDS dua dimensi (ARA. 5) berdasarkan keberadaan relatif dari FA yang berbeda mengungkapkan pemisahan yang jelas dari kedua kelompok (terkait peternakan dan kontrol makarel kuda) dengan nilai stres yang rendah (0,08). Diskusi Pemeliharaan ikan di keramba pesisir menggunakan pelet makanan yang mengandung produk tanaman darat berdampak pada ikan liar yang berkumpul di sekitar tambak dengan mengubah pola makan alami mereka dengan cara yang mengarah pada perubahan kondisi tubuh dan komposisi FA. Populasi alam liarT. mediteraniaterjadi di peternakan sepanjang tahun meskipun dengan perbedaan skala besar dalam kelimpahan antara waktu Ikan juvenil dan cephalopoda merupakan item utama yang ditemukan pada perut ikan kontrol, namun terjadi perubahan drastis pada perilaku makan ikan.T. mediteraniasekitar kandang. Ikan yang berasosiasi dengan peternakan memiliki kandungan dan kondisi lemak otot yang jauh lebih tinggi daripada ikan kontrol. Tzikas dkk. (2005), menemukan variasi musiman dalam kandungan lipid ototT. mediteranialepas pantai Yunani; kandungan lipid rata-rata selama Agustus adalah 0,8%, nilai yang jauh lebih rendah daripada kandungan rata-rata yang ditemukan dalam penelitian ini untuk spesimen kontrol (2,19%) dan jauh lebih rendah daripada nilai yang diperoleh untuk ikan terkait (6,37%). sam lemak 20: 1x9 dan 22: 1x11 telah ditemukan sebagai biomarker kodfarm yang mungkin (Gadus morhua)karena melimpah dalam pakan dan tidak tercerna dengan baik oleh ikan sehingga dapat dideteksi dalam limbah yang tersebar (Van Biesen dan Parris, 2005). Kesimpulan T. mediteraniadikumpulkan di sekitar tambak ikan keramba mengalami ekologi dan fisik perubahan iologis. Makanan mereka berbeda dari ikan kontrol, yang mempengaruhi kondisi tubuh dan komposisi asam lemak mereka. Perbedaan waktu tinggal di peternakan atau migrasi singkat dari masing-masing ikan dapat menjelaskan perbedaan besar kandungan lemak di antara ikan yang dikumpulkan. Itux3 /x6 rasio dan 22: 6xTingkat 3 secara signifikan lebih rendah pada ikan yang diasosiasikan dengan peternakan, mencerminkan komposisi pelet makanan, sementara ikan kontrol menunjukkan tingkat yang secara signifikan lebih rendah dari x6 asam lemak. Peningkatan level 18: 2x6 dan 18: 1x9 dan penurunan level 22: 6x3 adalah kandidat yang menjanjikan bagi biomarker untuk mempelajari pengaruh peternakan ikan pada jaring makanan lokal. Daftar Pustaka Fernandez-Jover, D., Jimenez, J. A. L., Sanchez-Jerez, P., Bayle-Sempere, J., Casalduero, F. G., Lopez, F. J. M., & Dempster, T. (2007). Changes in body condition and fatty acid composition of wild Mediterranean horse mackerel (Trachurus mediterraneus, Steindachner, 1868) associated to sea cage fish farms. Marine Environmental Research, 63(1), 1-18.
Yulius Lagata - Komposisi Jenis Dan Ukuran Ikan Layang (Decapterys SPP) Di Perairan Teluk Lombe Kecamatan Gu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara