Anda di halaman 1dari 6

1.

Layang
2. Tongkol
3. Cakalang
4. Madidihang
5. Selar
6. Kembung

1. Perairan Kendari dan sekitarnya yang termasuk wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki
sumber daya ikan pelagis yang cukup potensial, di antaranya jenis-jenis ikan pelagis kecil seperti
ikan layang (Decapterus sp.), banyar (Rastrelliger kanagurta), selar (Carana spp.) dan siro
(Amblygaster sirm), serta ikan pelagis besar yaitu ikan tongkol (Euthynnus affinis), cakalang
(Katsuwonus pelamis), dan tuna muda (baby tuna).

Sumberdaya perikanan pelagis kecil di Laut Jawa didominasi oleh ikan layang (Decapterus
spp) yang terdiri dari 2 (dua) jenis, yakni Decapterus russelli (Rupell, 1928) dan Decapterus
macrosoma (Bleeker, 1851) dan mempunyai peranan penting dan mempunyai nilai
ekonomis didalam perikanan purse seine sehingga banyak dicari dan ditangkap oleh
armada purse seine sebagai target utama hasil tangkapan.

Di perairan Indonesia terdapat lima jenis layang yang umum yakni Decapterus
kurroides, Decapterus russelli, Decapterus macrosoma, Decapterus layang, dan
Decapterus maruadsi (FAO, 1974). Dari kelima jenis ini hanya Decapterus russelli yang
mempunyai daerah sebaran yang luas di Indonesia, sedangkan di Perairan Laut Jawa terdapat
dua spesies yaitu Decapterus macrosoma dan Decapterus ruselli (Widodo, 1988).
Masing-masing spesies ini memiliki sifat biologi dan habitat yang khas . Perbedaan sifat
biologi dan habitat ini akan menyebabkan parameter pertumbuhan yang berbeda-beda
sehingga akan mempengaruhi besarnya populasi ikan yang ada di suatu wilayah perairan.
Ukuran besarnya populasi dan dinamikanya sangat penting diketahui untuk menentukan
kebijakan pengelolaan terhadap sumberdaya ikan . Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian
biologis ikan layang untuk menganalisis tampilan (performance) hayati ikan layang yang
ada di wilayah perairan Laut Jawa.

1. Data hasil tangkapan Data hasil tangkapan pukat cincin menurut jenis atau kelompok ikan,
jumlah trip, dan jumlah hari di laut dikelompokan tiap bulan menurut tahun, kemudian
dianalisis secara grafis. Data hasil tangkapan tersebut digunakan juga dalam menghitung
komposisi hasil tangkapan.
2. Data oseanografi Data suhu permukaan laut diduga dengan menggunakan algoritma
standard MODIS 11 µm NLSST Algorithm (http://nasa.gsfc.gov) sedangkan data konsentrasi
klorofil-a diduga berdasarkan atas algoritma OC3M (O’Reilly et al., 2000) yang merupakan
algoritma default dalam SeaDAS 5.2. Data salinitas merupakan data yang sudah diplot
dalam format data rata-rata bulanan. Ketiga jenis data ini dapat ditampilkan secara spasial
dan time series selama pengamatan.
3. Komposisi hasil tangkapan Dari data hasil tangkapan menurut jenis atau kelompok ikan
selama tahun 2006-2008 dihitung persentase terhadap hasil tangkapan total untuk
mengetahui proporsi ikan layang.

 Suhu

Suhu permukaan laut Sebaran suhu permukaan laut rata-rata perairan Kendari dari
pengamatan bulanan menunjukan bahwa suhu permukaan laut bervariasi menurut musim.
Sebaran suhu permukaan laut selama tahun 2006 berkisar antara 27,69-30,98°C. Suhu
permukaan laut yang terendah ditemukan pada bulanAgustus (musim timur) dan yang tertinggi
ditemukan pada bulan Desember (musim barat). Pada tahun 2007 nilai suhu permukaan laut
berkisar 27,50-30,81°C, di mana suhu permukaan laut terendah ditemukan pada bulan Agustus
(musim timur) dan suhu permukaan laut tertinggi ditemukan pada bulan Desember. Sementara
pada tahun 2008 sebaran suhu permukaan laut berkisar antara 27,62-30,67°C. Suhu
permukaan laut terendah ditemukan pada bulan Juli (musim timur) dan suhu permukaan laut
tertinggi ditemukan pada bulan Nopember.

 Salinitas

Nilai sebaran salinitas perairan Kendari bervariasi sepanjang tahun, dari yang terendah 31,18
psu dan yang tertinggi 35,00 psu dengan nilai sebaran ratarata bulanan berkisar antara 32,79-
34,23. Nilai sebaran rata-rata terendah (32,79 psu) ditemukan pada bulan Juli dan tertinggi
(34,23 psu) pada bulan Oktober. Pola sebaran salinitas bulanan, Pada umumnya, massa air
bersalinitas rendah mendominansi perairan Kendari mulai pada bulan Maret sampai Juni dan
Juli dengan nilai sebaran ratarata berkisar 32,79 psu (bulan Juli) sampai 33,68 psu (bulan Juni).

KESIMPULAN

1. Dalam periode tahun 2006-2008, puncak hasil tangkapan ikan layang di perairan Kendari
terjadi dua kali dalam setahun yaitu bulan Maret sampai Mei (musim peralihan 1) dan
bulanAgustus sampai September (akhir musim timur sampai awal peralihan 2). Hasil tangkapan
yang terendah terjadi pada bulan Juni dan Juli.

2. Tingginya hasil tangkapan ikan layang pada musim peralihan 1 diduga karena suhu
permukaan laut yang hangat (29-31°C) dan suburnya perairan pantai karena mendapat
masukan zat hara dari daratan pada musim hujan.

3. Tingginya hasil tangkapan ikan layang pada musim timur sampai peralihan 2 diduga terutama
oleh tingginya kandungan klorophil-a (setelah terjadi upwelling), mendukung kehidupan ikan
layang.

4. Rendahnya hasil tangkapan layang pada bulan Juni dan Juli karena rendahnya suhu
permukaan laut pada saat tersebut sehingga tidak sesuai bagi kehidupan ikan layang.
Dapus :

1. FAO,1974. Species Identification Sheets for Fishery Purpose,Volume I Food


and Agriculture Organization of the United Nations , Rome.
2. Widodo,J.1988. Population Dynamics and Management of Ikan Layang , Scad Mackerel,
Decapterus spp (Pisces:Carangidae) in The Java Sea , Disertasi Ph.D School of
Fisheries , University of Washington – Seattle.
3. O’Reilly, J. E., S. B. Hooker, & E. R. Firestone. 2000. Ocean Color Chlorophyl-a Algorithms for Sea.
WIFS. NASA Tech. Memo 2000-206892. Vol.11. S. B. Hooler & E. R. Finestone. Eds. NASA
Goddard Space Flight Center. 49 pp.
2. Tongkol

Ikan tongkol (Euthynnus sp) merupakan salah satu komoditas utama ekspor di bidang perikanan
di Indonesia. Akan tetapi akibat pengelolaan yang kurang baik di beberapa perairan Indonesia
termasuk perairan Bengkulu, terutama disebabkan minimnya informasi waktu musim tangkap,
daerah penangkapan ikan, disamping kendala teknologi tangkapnya itu sendiri, tingkat
pemanfaat sumber daya ikan menjadi sangat rendah (Zulkhasyni dan Andriyeni, 2014)

Ikan tongkol hidup di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Panjang maksimumnya
yaitu 1 meter. Tongkol dewasa juga memijah di perairan dekat pantai. Di Indonesia ikan ini
merupakan ikan niaga bagi penduduk setempat (Nontji, 1993).

Ikan Tongkol adalah ikan berukuran sedang dari keluarga Scrombidae (tuna). Ikan merupakan
ikan pelagis dan banyak ditemukan di perairan tropis Indo-Pasifik. Walaupun berhabitat di
lautan, ikan Tongkol lebih menyukai berada didekat pantai dan bahkan juvenile ikan ini dapat di
temukan di daerah teluk dan pelabuhan. Ikan merupakan spesies ikan yang memiliki tingkat
imigrasi yang 7 tinggi dan membentuk school yang besar yang terkadang bercampur dengan
spesies Scrombidae lainnya (NSW Government, 2010 dalam Alamsyah, 2014).

Menurut Djatikusumo dan Setiawan (1992), ikan tongkol memiliki ciri- ciri morfologis sebagai
berikut: mempunyai bentuk badan fusiform dan memanjang. Panjang badan kurang lebih 3,4-
3,6 kali panjang kepala dan 3,5-4 kali tinggi badannya. Panjang kepala kurang lebih 5,7-6 kali
diameter mata. Kedua rahang mempunyai satu seri gigi berbentuk kerucut. Sisik hanya terdapat
pada bagian korselet. Garis rusuk (linea lateralis) hampir lurus dan lengkap. Sirip dada pendek,
kurang lebih hampir sama panjang dengan bagian kepala dibelakang mata. Jari-jari keras pada
sirip punggung pertama kurang lebih sama panjang dengan bagian kepala di belakang mata,
kemudian diikuti dengan jari-jari keras sebanyak 15 buah. Sirip punggung kedua lebih kecil dan
lebih pendek dari sirip punggung pertama. Permulaan sirip dubur terletak hampir di akhir sirip
punggung kedua dan bentuknya sama dengan sirip punggung pertama. Sirip punggung pendek
dan panjangnya kurang lebih sama dengan panjang antara hidung dan mata. Bagian punggung
berwarna kelam, sedangkan bagian sisi dan perut berwarna keperak-perakan. Di bagian
punggung terdapat garis-garis miring ke belakang yang berwarna kehitam-hitaman.

Ciri-ciri ikan tongkol (Euthynnus sp) adalah ikan perenang cepat hidup dan bergerombol
(schooling) sewaktu mencari makan dan mempunyai warna yang cerah. Kecepatan renang ikan
dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas,
termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas Samudera,
bahkan di perairan laut Indonesia menjadi salah satu tujuan migrasi utama dari gerombolan
ikan, baik yang berasal dari belahan bumi selatan 8 Samudra Hindia maupun dari belahan bumi
utara Samudra Pasifik. Pada umumnya ikan tongkol ini ini terletak di sekitar permukaan laut
sampai kedalaman 100 m (Dahuri, 2008)
Ikan Tongkol umumnya hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat (Nontji,
2005). Ikan ini bersifat epipelagis berenang membentuk schooling dan umumnya hidup pada
kisaran suhu 21,0 °C sampai 30,50 °C (Anonymous, 1983)

Umumnya ikan tongkol (Euthynnus sp) tertangkap pada kedalaman 0-400 meter, salinitas
perairan yang disukainnya berkisar 32-35 ppt atau diperairan oseanik dengan suhu perairan
berkisar 17-31 °C (Nontji,1987).

Dapus:
1. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
2. Zulkhasyni dan Andriyeni, 2014. Musim Penangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus Sp) Di
Perairan Kota Bengkulu, Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas
Prof.Dr.Hazairin,Sh Bengkulu
3. Dahuri. R. Rais. Y.Ginting.S.P, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut
Secara Terpadu. Jakarta. Pranya Paramita.Dinas Kelautan dan Perikanan Bengkulu.2008.
Laporan Statistik PerikananTangkap Tahun 2008. Bengkulu
3.

Anda mungkin juga menyukai