TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidae
Familia : Cyprinidae
Sub familia : Cyprininae
Genus : Ostechilus
Spesies : Osteochilus hasselti C. V.
Ciri ciri ikan nilem adalah badan memanjang dan pipih ke samping
(compress) memiliki panjang baku 2,5 3,0 kali tinggi badan, mulut dapat
disembulkan dengan bibir berkerut, sungut ada dua pasang dan permukaan sirip
punggung terletak di permukaan sirip dada. Menurut siripnya warna ikan nilem dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu ikan nilem yang berwarna coklat kehitaman dan coklat
kehijauan pada punggungnya, terang dibagian perut dan ikan nilem dengan punggung
merah (Hardjamulia 1980 dalam Retno 2002).
Ikan nilem merupakan jenis ikan sungai atau perairan tawar yang bentuknya
mirip ikan mas, tawes, dan karper, hanya perbedaannya lebih kecil, badannya
memanjang, dan sirip punggungnya lebih panjang. Pada kedua sudut mulutnya
terdapat dua pasang sungut peraba. Ukuran yang dipelihara di kolam biasanya hanya
sekitar 25 cm dengan berat lebih kurang 150 gram. Di perairan bebas dapat mencapai
32 cm.
2.3 Pertumbuhan
Pertumbuhan dalam istilah sederhana dapat dirumuskan sebagai pertambahan
ukuran panjang atau bobot dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi
sebagai pertambahan jumlah. Pertumbuhan pada individu adalah pertambahan
jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal tersebut terjadi apabila ada
kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan ( Effendi
2002).
Pertumbuhan ikan merupakan perubahan dimensi (panjang, bobot, volume,
jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik individu, stok maupun komunitas, sehingga
pertumbuhan banyak dipengaruhi faktor lingkungan seperti makanan, jumlah ikan,
jenis makanan dan kondisi ikan. Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasi
kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai ( Moyle dan Cech 2004
dalam Tutupoho 2008). Menurut Blackweel (2000) dan Richter (2007), pengukuran
panjang bobot ikan bertujuan untuk mengetahui variasi bobot dan panjang tertentu
dari ikan secara individual atau kelompok-kelompok individu sebagai suatu petunjuk
tentang kegemukan, kesehatan, produktivitas dan kondisi fisiologis termasuk
perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang-bobot juga dapat mengestimasi
faktor kondisi, yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk
membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relative populasi ikan atau individu
tertentu ( Everhart & Youngs 1981).
2.4 Reproduksi
Pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan dalam
biologi perikanan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan
reproduksi dan yang tidak. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan
bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan, selama itu sebagian hasil
metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Berdasarkan pengetahuan tahap
perkembangan gonad akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu memijah, baru
memijah, atau telah selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali gonadnya
menjadi masak berhubungan dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya (Effendie 1997). Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi saat pertama kali ikan mencapai matang gonad yaitu faktor dalam
dan faktor luar. Faktor dalam antara lain adalah perbedaan spesies, kebiasaan
makanan, umur dan ukuran, serta kondisi fisiologis dari ikan tersebut, sedangkan
faktor luar antara lain adalah hubungan antara lamanya terang dan gelap, suhu,
arus, dan keberadaan dari jenis kelamin yang berbeda (Lagler et al. 1962). Pola
pemijahan ikan berbeda-beda pada tiap spesies. Ada dua tipe pola pemijahan, yaitu
total spawning dan partial spawning. Pola pemijahan total spawning merupakan
pemijahan yang berlangsung dalam waktu singkat namun ada juga yang
berlangsung dalam waktu panjang. Sedangkan pola pemijahan partial spawning
merupakan pemijahan sebagian demi sebagian yang mana dapat berlangsung
saelama beberapa hari (Effendie 1997). Pola pemijahan dapat diduga dengan
mengamati pola distribusi diameter telur gonad IV dari ikan contoh.
Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar
hipotalamus, hipofisis, dan gonad. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh
dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan
kemudian diteruskan ke sistem saraf, kemudian hipotalamus melepas hormon
gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan
kematangan gonad dalam pemijahan ( Sumatadinata 1981 ) . Reproduksi
merupakan kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya
untuk melestarikan jenisnya / kelompoknya. Ikan memiliki jumlah / ukuran telur
yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki
telur berukuran kecil dengan jumlah yang banyak dan ada juga ikan yang memiliki
telur berukuran besar dengan jumlah yang sedikit. Kegiatan reproduksi pada setiap
jenis hewan air berbeda- beda tergantung kondisi lingkungannya ( Fujaya 2004 ).
Ikan Nilem dapat tumbuh optimum pada suhu 280 - 290 C ( Asnawi 1983 ).
Ikan Nilem betina mulai dapat dipijahkan jika telah berumur dlapan bulan dengan
panjang tubuh 18 cm dan besar 100 gr, walaupun demikian lebih baik jika telah
berumur satu setengah tahun sampai 2 tahun dengan panjang 25 cm dan berat 150
gr. Ikan Nilem jantan lebih baik dipijahkan jika sudah mencapai umur satu tahun
dengan panjang tubuh 20 cm dan berat 100 gr. Kesiapan ini ditandainya dengan
keluarnya cairan putih ( sperma ) jikan bagian bawah perutnya diurut kearah anus (
Sumatadinata 1981 ).
2.4.1 Rasio Kelamin
Rasio kelamin adalah salah satu aspek biologi reproduksi yang berhubungan
dengan kondisi populasi ikan dalam suatu perairan. Perbandingan antara jumlah
jantan dan jumlah betina dalam suatu populasi dengan rasio 1 : 1 (ikan jantan dan
ikan betina masing-masing 50%) merupakan kondisi yang ideal (Ball and Rao 1984).
Nikolsky (1969) in Hermawansyah (2007) menyatakan bahwa perbandingan kelamin
dapat berubah menjelang dan selama pemijahan. Perubahan rasio kelamin secara
teratur dapat terjadi dalam pergerakan ikan untuk memijah, pada awalnya ikan jantan
lebih dominan daripada ikan betina dan kemudian rasio kelamin berubah menjadi 1:1,
diikuti oleh dominasi ikan betina. Penyimpangan seringkali terjadi pada pola
perbandingan 1:1, antara lain karena adanya perbedaan pola tingkah laku
bergerombol, perbedaan laju mortalitas, dan pertumbuhan antara jantan dan betina
(Febianto 2007).
2.4.5 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang telah matang dalam suatu ovarium
sebelum dikeluarkan pada waktu memijah. Fekunditas yang seperti ini dinamakan
fekunditas mutlak(fekunditas individu), sedangkan fekunditas relatifadalah jumlah
telur per satuan berat dan panjang ikan (Effendie 2002 dalam Effendi, Ichsan 1997).
Menurut Nikolsky (1969) terdapat kecenderungan bahwa semakin kecil
ukuran telur, maka fekunditasnya semakin tinggi begitupun sebaliknya. Effendie
(1997) menyatakan bahwa suhu perairan mempengaruhi fekunditas secara tidak
langsung, begitu juga dengan kedalaman air dan oksigen terlarut yang mana
merupakan faktor penghambat terhadap fekunditas. Kondisi lingkungan yang
menguntungkan mengakibatkan telur yang dikeluarkan lebih banyak dibandingkan
dalam kondisi lingkungan yang kurang baik. Fekunditas juga dipengaruhi oleh
ketersediaan makanan. Pada spesies tertentu dengan umur yang berbeda-beda
menunjukkan fekunditas yang bervariasi sehubungan dengan persediaan makanan
tahunan (Nikolsky 1969 in Febianto 2007). Effendie (1997) menyatakan bahwa
umumnya individu yang cepat pertumbuhannya memiliki fekunditas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang pertumbuhannya lambat pada ukuran yang sama.