Kajian Pustaka
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian literatur yang mendukung
penelitian ini. Beberapa topik terkait tersebut adalah biologi ikan, pertumbuhan
ikan, reproduksi ikan, dan kebiasaan makanan. Berikut penjelasan dari masing-
masing topik yang akan dijelaskan pada sub bab-sub bab.
2.1.1 Taksonomi
Taksonomi ikan makarel menurut Linnaeus, 1758
filum : Chordata
kelas : Actinopterygii
ordo: Perciformes
genus: scomber
Total keseluruhan duri punggung lunak yang dimiliki adalah 113; Duri
Dubur 1 buah ; Sirip dubur lunak berjumlah 12-13. la memliki sirip dubur yang
mencolok. Pada spesies Scomber scrombus, ia tidak memiliki: Gelembung
Renang. (Collette et al 1983).
Umumnya mackerel jauh lebih kecil dan lebih ramping dari tuna. Makarel
adalah pemakan yang rakus, dan cepat dan bermanuver perenang handal, mampu
merampingkan diri dengan sirip mereka ke dalam lekukan pada tubuh mereka.
Ukuran Maksimum pada Ikan Jantan yaitu 60,0 cm FL (Muus and J.G. Nielsen
(1999). Sedangkan menurut Colette et al (1983) Pada umumnya Panjang
maksimum pada Ikan Makarel Atlantik (Scomber scrombus) adala 30 cm FL
Jantan (Frimodt 1995). Untuk Umur maksimum Ikan Atlantik makarel dilaporkan
hingga 17 tahun. (Anderfen dan Paciorkowski 1980)
2.1.3 Habitat
Atlantik makarel hidup pada perairan laut ; payau. Ikan ini termasuk dalam
golongan Oceanodromos ,yaitu lkan yang menetas atau terlahir di periran tawar
lalu ketika menginjak fase juvenil ia akan bermigrasi ke Laut (Riede . K 2004).
Ikan makarel atlantik biasa hidup pada kisaran kedalaman 0-1000 m (FAO 2005),
juga dapat ditemukan pada kedalaman 0-200 m.
2.1.4 Pertumbuhan
Menurut data yang saya didapatkan dari literatur Stobo dan J. Hunt (1974),
Ikan Atlantik makarel yang tidak diketahui jenis kelaminnya ini memiliki ukuran
TL (Total Length) sekitar 46,1 cm. Hasil perhitungan yang didapatkan yaitu b=3.
Bila b = 3, hubungan yang terbentuk adalah isometrik (pertambahan panjang
seimbang dengan pertambahan berat). Selain itu, menurut hasil yang didapatkan
dari literatur lain, menurut ICNAF Redbook (1973), ikan yang tidak disebutkan
jenis kelaminnya ini memiliki TL (Total Length) ikan tersebut adalah 44,5 cm. Dn
pada hasil penelitian yang didapatkan yaitu b=3.
Sedangkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Habib Bal dan Dilek
Turker (2019) koefisien pertumbuhan pada pnelitian ini didapatkan b=3,27. Dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan tersebut merupakan allometrik positif, artinya
pertumbuhan bobot lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan panjang atau
dapat dikatakan ikan tersebut montok (Benedictus 2013). Seperti dalam penelitian
yang dilakukan terhaap 47 spesies Ikan di Laut Aegea, pertumbuhan Ikan
Scomber scrombus ditemukan allometrik positif.
2.1.5 Reproduksi
Ikan Makarel tergolong kedalam Ikan Laut yang menyukai daerah laut
dangkal. Perairan yang memiliki salinitas rendah dan kekeruhan (turbidity) tinggi
juga disukai oleh ikan makarel. Karena ikan atlantik makarel (Scomber scrombus)
termasuk golongan Oceanodromus, ikan atlantik makarel memiliki kebiasaan
yaitu bermigrasi yang jauh. Pola migrasi pada ikan atlantik makarel sangat khas,
karena mereka bergantung pada temperature air laut dan musim bertelur
(spawning season). Jatuhnya musim bertelur ini sangat bervariasi di setiap habitat
yang ditinggali. (Muhammad 2011).
Selain itu, dari data data yag didapatkan dari Fishbase (2006), hasil yang
didapatkan dari negara Spanyol dan USA, presentase rata-rata zooplankton
sebesar 58%. Pada tabel juga dijelaskan Pakan utama (Food I) berupa
zooplankton, zoobenthos dan nekton. Lalu pakan tambahan (Food II) yaitu ada
Mollusca, crustacea kecil. Dan pakan tambahan lainnya (Food III) ada larva
Mollusca dan larva ikan (telur ikan) (Fortier dan Villeneuve 1996) ; (Daan 1989).
2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses perubahan jumlah individu/biomas pada
periode waktu tertentu (Affandi 2002). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh factor
luar dan factor dalam. Faktor luar sulit dikontrol yang meliputi keturunan, sex,
umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan
adalah makanan dan suhu perairan (Effendi 2002).
2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan dapat digolongkan menjadi
dua bagian besar, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang
dapat dikontrol ada yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar
dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, dan umur. Dalam suatu
kultur, faktor keturunan mungkin dapat dikontrol dengan menggunakan seleksi
untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Tetapi di alam, tidak ada control
yang dapat diterapkan, begitu pula dengan jenis kelamin juga tidak dapat di
control (Effendie 1997).
Cara yang dapat digunakan untuk menghitung panjang berat ikan ialah
dengan menggunakan regresi, yaitu dengan menghitung dahulu logaritma dari
tiap-tiap panjang dan berat ikan atau dengan mengikuti jalan pendek seperti
dikemukakan oleh Carlander (1969) yaitu dengan mengadakan pengkelasan
berdasarkan logaritma.
Dasar perhitungan dari cara tersebut adalah sama namun metoda yang
dikemukakan oleh Carlender lebih pendek dan dapat dipakai tanpa menggunakan
mesin hitung. Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang berat ini ialah
kita dapat menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang
ikan mengenai pertumbuhan kemontokan, dan perubahan dari lingkungan serta
baik digunakan terutama untuk ikan-ikan yang besar. Namun, kelemahan dari
perhitungan ini yaitu hanya berlaku untuk sementara waktu saja.
Hubungan panjang dan berat dapat dilihat dari nilai konstanta b (Effendi
1997) :
Harga K berkisar antara 1-3 untuk ikan yang mempunyai badan kurang
pipih. Harga K berkisar antara 2-4 untuk badan ikan agak pipih. Faktor kondisi
dipengaruhi oleh makanan umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad. Selama
dalam pertumbuhan tiap pertambahan berat material akan bertambah panjang
dimana perbandingan liniernya akan tetap (Effendie 2002). Dalam hal ini
dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya
dan berlaku untuk ikan kecil dan besar. Dari seluruh nilai K (TI) yang didapatkan
nilai yang berkisar antara 1-3 maka dari data hasil yang diperoleh dapat diambil
kesimpulan bahwa ikan memiliki bentuk yang kurang pipih. Hal ini menyebabkan
kemontokan ikan kurang dikarenakan pengaruh makanan, umur, jenis kelamin
dan kematangan gonad. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan allometrik
karena nilainya kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana
pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya. (Effendie 1997).
1. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap faktor kondisi, seperti perubahan
makanan ikan yang berasal dari ikan pemakan plankton berubah menjadi ikan
pemakan ikan atau sebagai karnivor. Hal demikian juga dapat terjadi apabila ada
perubahan kebiasaan dari perairan estuarine ke perairan laut.
2. Umur
Umur berperan dalam pertumbuhan, pertumbuhan cepat terjadi pada ikan
ketika dalam stadia larva dan benih, karena sebagian sumber energi di gunakan
untuk pertumbuhan badan dalam hal ini ukuran somatik. Sedangkan ikan yang
sudah dewasa pada umumnya sebagian besar sumber energi digunakan untuk
perkembangan gonadnya.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin menentukan tingkat faktor kondisi pada ikan untuk ikan betina yang
sudah matang gonad biasanya bentuk tubuhnya lebih besar dan membuncit pada
bagian perutnya, sedangkan pada ikan jantan bentuk tubuhnya lebih ramping.
4. Kematangan Gonad
Kematangan gonad ikan terjadi saat ikan akan memijah. Pada saat
tersebut, gonad akan mengalami pertambahan berat hingga mencapai maksimum
dan kemudian akan mengalami penurunan berat setelah terjadi pemijahan. Selama
proses reproduksi berlangsung, energi yang dihasilkan tubuh sebagian besar
digunakan untuk perkembangan gonadnya.
5. Ukuran Ikan
Faktor kondisi berfluktuasi dengan ukuran ikan. Ikan yang berukuran kecil
mempunyai kondisi relatif yang tinggi, kemudian menurun ketikan ikan
bertambah besar
2.3 Reproduksi
Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Reproduksi merupakan
kemampuan suatu individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya. Untuk melakukan reproduksi harus ada penyatuan antara
gamet jantan dan betina yang kemudian akan membentuk zigot yang kemudian
berlanjut dan berkembang menjadi individu baru. Proses reproduksi eksternal
dimulai dengan saling mendekatnya ikan jantan dan ikan betina kemudian ikan
betina akan mengeluarkan telurnya yang mana kemudian diikuti oleh ikan jantan
untuk mengeluarkan sperma nya dengan segera agar telur dapat terbuahi. Kelenjar
kelamin jantan disebut testis (Fujaya, 2004).
2.3.1 Rasio Kelamin
Rasio kelamin dianalisis dengan membandingkan jumlah ikan jantan
dengan jumlahikan betina pada spesies yang sama yang sama. Untuk melihat
apakah apakah jumlah ikan jantan dan betina seimbang dilakukan pengujian uji
Chi Square.
1. Tidak Masak Individu muda dan belum berhasrat dalam reproduksi. Gonad
sangat kecil.
2. Tahap Istirahat Produk seksual belum mulai berkembang, gonad kecil
ukurannya, telur belum dapat dibedakan dengan mata biasa.
4. Masak Produk seksual masak, gonad mencapai berat yang maksimum tetapi
produk seksual tersebut belum keluar apabila perutnya di tekan (urut).
5. Reproduksi Produk seksual keluar apabila perut ditekan perlahan, berat gonad
turun dengan cepat dari awal pemijahan sampai selesai.
2.3.5 Fekunditas
Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus
reproduksi. Tingkat fekunditas dapat menggambarkan kualitas dari induk betina.
Dalam penelitian ini menunjukan tingkat fekunditas induk yang diberi perlakuan
lebih tinggi dibandingkan kontrol Egg stimulant. Peningkatan fekunditas diduga
terpengaruhi oleh kualitas induk betina dan kandungan bahan yang terdapat dalam
Egg stimulant selain nutrien pakan serta effisiensi pemanfaatannya. Egg stimulant
diketahui mengandung antara lain BMD, vitamin, serta mineral (Murtejo, 2008).
10 Sangsawangchote et al. (2010) menyebutkan bahwa jumlah telur yang
dihasilkan juga dipengaruhi oleh kualitas lemak dalam mikroalga yang
dikonsumsi induk ikan. Adewumi et al. (2005) menyebutkan bahwa kandungan
nutrisi pakan yang dikonsumsi oleh induk juga mempengaruhi kualitas telur yang
dihasilkan, induk yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan nutrisi yang lebih
tinggi mampu menghasilkan telur dengan kualitas yang lebih baik
Bahar Bayhan & Tuncay Murat Sever (2009) Food and feeding habits of the
Atlantic Horse Mackerel, Trachurus trachurus, from the Aegean Sea
(Osteichthyes: Carangidae), Zoology in the Middle East, 46:1, 47-54, DOI:
10.1080/09397140.2009.10638327
Effendie, M.F. 1979. Metode Perikanan. Cetakan I. Yayasan Dewi Sri. Bogor.112
hal.
Fraker, M.A., 1980 Status and harvest of the Mackenzie stock of white whales
(Delphinapterus leucas). Rep.Int.Whaling Comm., (30):451–8
Linnaeus, C. (1758). Systema Naturae per regna tria naturae, secundum classes,
ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis,
locis. Editio decima, reformata [10th revised edition], vol. 1: 824 pp.
Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academi Press. New York.