Disusun Oleh:
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
1
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................. 1
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 3
2
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan layur (Trichiurus lepturus), dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Largehead
hairtail atau cutlassfish, merupakan ikan air laut yang lebih dikenal dengan tubuhnya
yang ramping. Ikan layur banyak ditemukan di perairan tropis dan juga perairan bersuhu
sedang, tersebar banyak di seluruh dunia. Jenis yang ditemukan di Antlantik dan Pasifik
merupakan populasi yang berbeda.
Ikan layur adalah salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang banyak
tersebar dan tertangkap di perairan Indonesia. Dewasa ini paling tidak terdapat tiga jenis
ikan layur, yaitu Eupluerogrammus muticus, Trichiurus lepturus dan Lepturacanthus
savala. Perairan dengan dasar yang relatif rata dan berlumpur dengan salinitas yang
relatif rendah biasanya merupakan habitat ikan layur. Dari beberapa pengamatan tentang
sebaran ikan layur di pantai selatan Jawa diperoleh informasi bahwa ikan layur di Teluk
Pelabuhan Ratu-Binuangeun dan Cilacap umpamanya, tertangkap pada perairan pantai di
sekitar muara-muara sungai yang relatif dangkal.
Layur mudah dijumpai di tempat penjualan ikan di Indonesia. Ia juga menjadi ikan
umpan. Orang Jepang menyebutnya tachiuo dan memakannya mentah (sebagai sashimi)
atau dibakar. Orang Korea menyebutnya galchi dan mengolahnya dengan digoreng atau
dibakar. Ikan ini disukai karena dagingnya yang kenyal, tidak terlalu amis, tidak
berminyak, serta mudah dilepas tulangnya. Ikan ini sebagai salah satu lauk pauk yang
digemari oleh masyarakat Korea sering dihidangkan dengan digoreng atau dimasak
dengan bubuk cabe merah dan sedikit kuah. Terutama ikan Galchi yang baru ditangkap
3
di laut dimasak dengan lobak yang baru dipanen, rasanya sangat enak, membuat kita bisa
menghabiskan satu mangkuk nasi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi, morfologi, habitat, siklus hidup, dan distribusi ikan layur.
2. Mengetahui manfaat ikan layur.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Superkelas : Gnathostomata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actynopteriigi
Infrakelas : Teleostei
Divisi : Euteleostei
5
Superordo : Acanthopterygii
Ordo : Perciformes
Superfamili : Trichiuroidea
Famili : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : T. lepturus
2.2 Morfologi
Badan sangat panjang, gepeng, ekornya panjang bagai cemeti. Kulitnya tidak
bersisik,warnanya putih seperti perak, sedikit kekuningan. Sirip perut tidak ada, sedangkan sirip
duburnya terdiri dari sebaris duri-duri kecil. Rahang bawah lebih panjang daripada rahang
atasnya. Mulutnya lebar dan kedua rahangnya bergigi yang kuat dan tajam. Ikan ini bersifat
karnivor. Ukuran panjangnya bisa sampai lebih 100 cm (Nontji, 2007). Superfamili Trichiuroidea
terdiri dari dua famili yaitu Trichiuridae dan Gempylidae. Ikan-ikan dari superfamili ini memiliki
ciri-ciri tubuh memanjang, pipih, dan semifusiform. Mulut besar dengan rahang bawah lebih
panjang dari rahang atas. Memiliki satu atau dua lubang hidung pada kedua sisi kepala. Sirip
6
dorsalnya tumbuh sepanjang punggung sedangkan sirip pektoralnya pendek dan sirip ventralnya
kecil atau tidak ada (Nakamura dan Parin, 1993).
Ikan layur tergolong ikan demersal yaitu ikan yang hidup di dasar atau dekat dengan
dasar perairan (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004). Kelompok ikan ini pada umumnya
memiliki aktivitas relatif rendah, gerak ruaya tidak terlalu jauh dan membentuk gerombolan
yang tidak terlalu besar sehingga sebarannya relatif lebih merata jika dibandingkan dengan
ikan-ikan pelagis. Kondisi ini mengakibatkan daya tahan ikan demersal terhadap tekanan
penangkapan relatif rendah dan tingkat mortalitasnya cenderung sejalan dengan upaya
penangkapannya (Aoyama, 1972 dalam Ridho, 2004). Ikan layur umumnya hidup pada
perairan yang dalam dengan dasar berlumpur. Meskipun demikian, ikan layur biasanya akan
muncul kepermukaan menjelang senja untuk mencari makan (Parin, 1986; Nakamura dan
Parin, 1993).
7
Ikan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis (Nakamura dan Parin,
1993). Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai Indonesia seperti
Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung genteng, dan Sukawayana. Selain di
perairan Indonesia, ikan layur juga terdapat di perairan Jepang, Philipina, Teluk Benggala, Teluk
Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan dangkal
di Afrika Selatan (www.pipp.dkp).
Ikan remaja berpartisipasi dalam migrasi vertikal, yaitu berenang naik ke permukaan
untuk makan pada malam hari, memangsa krill dan ikan-ikan kecil dan pada siang hari
mereka kembali ke dasar laut. Ketika sudah dewasa dan ukurannya membesar, pola ini
menjadi terbalik, terutama yang memangsa ikan sebagai mangsa utama (Froese dkk.,2015).
8
Ikan layur juga memangsa udang dan cumi-cumi, dan ikan layur dewasa dengan sifat
karnivora yang tinggi biasa bersifat kanibal, memangsa ikan layur muda. Ikan layur sering
ditemukan berkelompok, menggerombol dalam jumlah yang besar (Hutchin dan Swainston,
1996).
Masa pemijahan ikan layur belum banyak diketahui, hanya saja untuk ikan layur yang
ada di selatan Jepang dari jenis T. lepturus memijah dan telurnya menetas pada musim semi
yaitu sekitar bulan April - Mei ketika suhu mulai menghangat. Prabhu (1955) dalam Bal dan
Rao (1984) menyatakan bahwa pemijahan T. lepturus hanya berlangsung sekali dalam
setahun yaitu pada bulan Juni namun penelitian-penelitian lain mengindikasikan pemijahan
terjadi pada Mei - Juni dan November – Desember (Tampi dkk.,1971; Narasimham 1976
dalam Bal dan Rao (1984). Parin (1986) menyatakan hal yang berbeda. Menurutnya T.
lepturus yang hidup di daerah Mediterania memijah pada bulan Juli - Agustus. Sedangkan
Nakamura dan Parin (1993) menyebutkan bahwa ikan layur dari famili Trichiuridae memijah
sepanjang tahun pada perairan hangat.
Ikan layur menempati peringkat enam sebagai tangkapan ikan komersil paling
penting, dengan total tangkapan 6 juta ton pada tahun 2009. Ikan layur biasanya ditangkap
dengan menggunakan trawl, cantrang, pancing, jaring insang, dan macam-macam perangkap
seperti bubu dan jermal (Ayodhya dan Diniah, 1989). Ikan layur di Jepang dikenal sebagai
tachiuo, biasanya dijadikan bahan makanan dan dimakan mentah sebagai sashimi atau
dibakar/dipanggang. Di Korea, yang dikenal sebagai galchi, juga dijadikan sebagai bahan
makanan, baik digoreng maupun dibakar/dipanggang. Ikan layur memiliki banyak khasiat,
diantaranya adalah sebagai pembersih saluran pencernaan, mencegah gingivitis, mencegah
hipotensi, merangsang produksi hormon serotinin, mencegah penyakit anoreksia, mencegah
penyakit gondok, mencegah penyakit lupus, dan juga mengobati radang. Hal ini dikarenakan
karena kayanya kandungan gizi dalam ikan layur.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ikan layur merupakan ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dasar perairan.
Ikan layur memiliki bentuh tubuh yang memanjang, pipih/gepeng, dan mempunyai ekor yang
panjang bagai cementi. Ikan layur hidup di hampir seluruh lautan dunia khsusunya yang
memiliki suhu hangat hingga sedang. Ikan layur merupakan ikan predator, memangsa ikan
lain, krill, udang, cumi-cumi, bahkan ada yang bersifat kanibal dengan memangsa ikan layur
yang lebih muda. Ikan layur merupakan ikan migrasi vertikal, naik ke permukaan untuk
berburu pada sore/malam hari dan kembali ke dasar pada siang hari. Ikan layur dapat
ditangkap menggunakan alat pancing seperti trawl, cantrang, pancing, jaring insang, dan lain-
lain. Ikan layur kaya akan gizi dan memiliki banyak khasiat, dan dijadikan sebagai bahan
makanan.
10
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.fishbase.org/summary/SpeciesSummary.php?genusname=Trichiurus&sp
Hutchins, B. & R. Swainston (1996). Sea Fishes of Southern Australia. p. 100. ISBN 978-1-
86252-661-7.
World. FAO Species Catalogue No. 125 Vol. 15. FAO. Rome.
11
www.fao.org (9 Maret 2019)
12