Imron Thoha
18/430483/PN/15800
Manajemen Sumberdaya Akuatik
INTISARI
Sungai merupakan aliran air yang besar dan memanjang dari daerah hulu (sumber)
menuju ke hilir yang biasanya bermuara di laut maupun danau. Setiap sungai memiliki
karakteristik berbeda berdasarkan bentuk sungai, panjang sungai, luas sungai,
kecepatan arus sungai yang bisa berbeda di beberapa titik, tinggi dan rendah,
kedalaman sungai, dan tekstur dasar sungai. Tujuan praktikum ini adalah untuk
mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya,
mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisik, kimia, dan
biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan
dengan komunitas biota perairan (plankton), dan mempelajari kualitas sungai
berdasarkan indeks diversitas biota perairan (plankton). Praktikum ekosistem sungai
golongan A4 ini dilaksanakan pada hari kamis, 14 Maret 2019 pukul 14:00 WIB
sampai selesai di sungai Tambak Bayan Sleman Yogyakarta. Parameter yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu biologi (densitas dan diversitas plankton), fisika
(kecepatan arus, suhu air, suhu udara, debit air), dan kimia (kandungan oksigen
terlarut, kandungan CO2 bebas, alkalinitas, dan pH air). Metode pengukuran
kandungan oksigen terlarut atau Dissolve Oxygen (DO) menggunakan metode winkler,
pengukuran CO2 bebas menggunakan metode alkalimetri, pengukuran alkalinitas
dengan metode alkalimetri. pengukuran suhu menggunakan termometer, kecepatan
arus menggunakan bola yang hanyut terbawa arus dengan mengambil data jarak yang
ditentukan dan waktu yang tercatat, Metode untuk pengukuran debit adalah embody’s
float method, yaitu metode yang mengandalkan kecepatan bola pingpong mengikuti
arus air. Dalam praktikum ini dibagi menjadi 3 stasiun dan berdasarkan data yang
didapat diperoleh data diversitas plankton pada stasiun 1 sebesar 5,73; stasiun 2
sebesar 2,83; dan stasiun 3 sebesar 3,20. Dari data tersebut dapat disimpulkan perairan
terbaik adalah stasiun 1.
Kata kunci: diversitas, ekosistem, komunitas, parameter, plankton, sungai
PENDAHULUAN
Ekosistem adalah kumpulan dari organisme yang saling berinteraksi satu sama
lain, dengan lingkungan abiotik dan energi dalam area dan volume yang ditentukan
(Miller dan Spoolman, 2009). Menurut Kartawinata (2013), tumbuhan, hewan,
organisme lain dan lingkungan fisiknya berinteraksi satu terhadap yang lain disebut
sebagai ekosistem. Oleh karena itu, ekosistem dapat dikatakan sebagai tempat dari
bermacam-macam organisme saling berinteraksi satu sama lain, dengan lingkungan
abiotiknya, dan energi yang mengalir di dalamnya.
Menurut Odum (1993), ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi
yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan
abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi. Ekosistem dikatakan sebagai
suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang
memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, dan
terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga dalam unit ini siklus materi dan arus
energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Dalam ekosistem pasti terjadi
interaksi. Menurut Siahaan (2004), interaksi yang terjadi dibagi menjadi dua, yaitu
interaksi simbiosis (simbiosis mutualisme dan simbiosis komensalisme) dan interaksi
antagonisme (antibiosis, eksploitasi, kompetisi). Pada praktikum ini akan membahas
tentang ekosistem air, khususnya ekosistem sungai.
Sungai merupakan ekosistem lotik yang memiliki peran secara biologis,
ekologis, maupun ekonomis sangat penting bagi manusia (Djumanto dkk., 2011).
Putra (2014) berpendapat bahwa sungai adalah aliran terbuka dengan ukuran
geometrik yaitu penampang melintang, profil memanjang dan kemiringan lembah
yang berubah seiring waktu, tergantung pada debit, material dasar dan tebing. Setiap
sungai memiliki karakteristik dan bentuk yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya, hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantarannya topografi, iklim, maupun
segala gejala alam dalam proses pembentukannya. Sungai yang menjadi salah satu
sumber air, tidak hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari bagian hulu
ke bagian hilir. Ekosistem air, khususnya ekosistem sungai memiliki ciri airnya
berarus. Ini disebabkan karena sungai memiliki hulu di tempat yang tinggi dan hilir di
tempat yang lebih rendah, sehingga memiliki perbedaan ketinggian membuat air
mengalir dan memiliki arus. Karena berarus, organisme yang menghuni ekosistem
sungai memiliki kemampuan beradaptasi dalam kondisi tersebut, contohnya adalah
ikan lopis (Chitala lopis), serangga air, dan diatom yang memiliki kemampuan untuk
menempel pada substrat atau dasar sungai (Campbell, 2004). Produsen utama dalam
ekosistem sungai adalah ganggang, meskipun pada umumnya organisme di ekosistem
sungai memakan dedritus dari organisme darat di sekitarnya.
Sungai di Indonesia memiliki banyak fungsi, mulai dari transportasi, keperluan
rumah tangga, hewan, dan lain sebagainya.Sekarang, banyak anak sungai dan sungai
telah dipengaruhi polusi dari aktivitas manusia (Campbell, 2004).
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari karakterisitik ekosistem sungai dan
faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur
(parameter) fisik, kimia, dan bilogik suatu perairan, mempelajari korelasi antara
beberapa tolak ukur lingkungan dengan komunitas biota perairan (plankton), dan
mempelajari kualitas sungai berdasarkan indeks diversitas biota perairan (plankton).
METODE
Praktikum ekosistem sungai ini dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Maret 2019
pukul 13:30 sampai selesai di sungai Tambak Bayan, Sleman. Praktikum dilaksanakan
di stasiun 3 yang terletak paling bawah diantara stasiun lainnya. Kondisi bagian sungai
yaitu vegetasi yang ada berupa beberapa ganggang dan terdapat banyak rumput liar.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah plankton net, ember, roll
meter, stop-watch yang terdapat di smartphone, penggaris, termometer, botol oksigen,
erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, mikroburet, petersen grab, surber, plot
kayu, sikat halus, saringan, mikroskop, kertas label, dan pensil. Bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah, kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4, larutan reagen
oksigen, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan 1/80
N Na2S2O3, larutan H2SO4 pekat, larutan indikator amilum, larutan indikator
Fenolftalein (pp), larutan indikator Methyl Orange (MO), dan larutan 4% formalin.
Pada setiap stasiun, dilakukan pengambilan data parameter lingkungan berupa
parameter fisik, kimia, maupun biologi. Pengukuran parameter biologi dihitung
indeks densitas dan indeks keanekaragaman (diversitas) plankton. Untuk menghitung
𝑛𝑖 𝑛𝑖
indeks Diversitas plankton digunakan rumus H= - ∑ 2
log H adalah indeks
𝑁 𝑁
diversitas, (ni) adalah cacah individu suatu genus dan (N) adalah cacah individu Suatu
𝑐𝑎𝑐𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒 𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙
genera, untuk rumus Densitas plankton adalah N= 𝑥 indv/L.
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑉 𝑆𝑅
Pengukuran parameter fisika meliputi suhu udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit
sungai. Suhu udara dan air diukur menggunakan termometer, kecepatan arus sungai
dengan metode menghitung waktu yang dibutuhkan untuk bola pingpong mengalir
𝑆
dalam jarak 10 meter kemudian dihitung menggunakan rumus 𝑣 = 𝑡 dengan (v) yaitu
kecepatan, (S) berupa jarak, dan (t) berupa waktu yang ditempuh sebanyak (S). Metode
untuk pengukuran debit yaitu dengan menghitung jarak tempuh,waktu tempuh,
kedalaman, lebar, dan subtrat dasar perairan, metode ini dinamakan dengan embody’s
float method. Stasiun 3 ditetapkan konstantanya adalah 0,8 karena dasarnya terdiri dari
bebatuan, jika dasar perairan tersebut berlumpur maka konstantanya adalah 0,9.
𝑊𝑥𝐷𝑥𝐴𝑥𝐿
Rumus yang digunakan adalah Debit = dengan (W) yaitu lebar, (D) yaitu
𝑡
kedalaman, (A) yaitu konstanta untuk dasar perairan, (L) yaitu panjang, dan (t) sebagai
waktu. Pada parameter kimia Pada parameter kimia, dilakukan pengukuran DO ,
kadar CO₂, dan alkalinitas. Pada parameter kimia, metode yang digunakan untuk
mengukur kandungan O2 terlarut yaitu dengan menggunakan metode Winkler.
Langkah pertama diawali dengan mengambil cuplikan air lalu dimasukkan kebotol
oksigen dan ditambahkan larutan MnSO4 1 ml dan 1ml reagen oksigen, digojok dan
didiamkan beberapa saat, lalu ditambahkan H2SO4 pekat 1 ml, ditutup dan digojok
samapi larut.diamkan selama beberapa menit. Setelah itu larutan diambil sebanyak 50
ml dan kemudian ditempatkan pada Erlenmeyer 250 ml. lakukan titrasi dengan
menambahkan larutan 1/80 N Na2S2O3 berwarna kuning jerami. Tambah 3 tetes
indikator amilum, larutan digoyang-goyang dan akan berwarna biru. Setelah itu, titrasi
lagi dengan 1/80 N Na2S2O3 sampai warna biru hilang. Dihitung kandungan O2 terlarut
dengan menghitung berapa banyak larutan 1/80 N Na2S2O3 dari awal hingga akhir.
Metode Winkler digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut (DO) dengan
1000
rumus perhitungan kandungan O2 terlarut = 50 . A . 0,1 mg/l , dimana (A) adalah
volume titrasi dari awal hingga akhir. Pada penentuan kadar CO₂, digunakan metode
1000
alkalimetri dengan rumus perhitungan Kandungan CO₂ = 50 . Y . 1 mg/l , dimana (Y)
adalah volume titrasi 1/44 N NaOH yang digunakan. Langkah pertama yang dilakukan
yaitu air cuplikan dimasukkan ke botol oksigen, dimasukkan ke erlenmeyer 50 ml.
Setelah itu, ditambahkan 3 tetes indicator pp, jika warnanya berubah menjadi rose,
berarti tidak ada kandungan CO2 bebas. Jika air cuplikan tidak berwarna, titrasi dengan
menggunakan larutan 1/44 N NaOH sambil digoyangkan hingga larutan berwarna
merah muda. Banyaknya larutan 1/44 N NaOH yang digunakan dicatat. Pada
alkalinitas dilakukan dengan metode alkalimetri dan rumus perhitungan Kandungan
1000
CO₃⁻ = 5 . C . 1
mg/l untuk (X), Kandungan HCO₃⁻ = 1000/5. D. 1 mg/l sebagai (Y) dan
Alkalinitas total = X+Y (mg/L). Dimana C dan D adalah banyaknya 1/50 N
H₂SO₄ yang diperlukan pada proses titrasi. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
memasukkan air cuplikan ke botol oksigen. 50 ml cuplikan air tersebut diambil dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer secara perlahan. Tambahkan 3 tetes indikator pp.
Jika berwarna merah muda, titrasi dengan larutan 1/50 N H2SO4 hingga warna merah
muda tepat hilang. Banyaknya tirtan yang digunakan dicatat. Kemudian ditambahkan
3 tetes indicator Methyl Orange (MO). Kemudian titrasi lagi dengan 1/50 N H2SO4,
catat banyak titran yang dipakai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Parameter Kualitas Air Sungai
Stasiun
Parameter
1 2 3
Suhu Udara (°C) 28,5 28.00 32.00
Suhu Air (°C) 28.00 26.00 28.50
Kecepatan Air (m/s) 0.72 0.65 0.80
Debit Air (m3/s) 1,51 2,59 3.49
DO (ppm) 8,10 6,80 6,90
CO2(ppm) 19,95 12.00 14.00
Alkalinitas (ppm) 109.00 59.00 90.00
pH 7.10 7.20 7.20
Diversitas plankton 5,73 2,83 3.20
Densitas plankton (indv/L) 28426,20 6504,30 5299,80
- Bermain air -
- Penlitian Memanciing
- Mencuci - Kolam
motor dan Pemancingan
Mobil - Berenang - Ambil
Kegiatan
- Dekat -Memancing pasir
dengan -Bermain air - Usaha
warung kopi - Penlitian Kuliner
- Lumut
- Pohon
- Pohon Bambu
- Pohon Bambu - Ganggang
Bambu - Pohon air
- Lumut Pisang - Rumput
- Ganggang - Ganggang Liar
Vegetasi
air air - Tempat
- Pohon - Rumput sampah
Pisang Liar warga
Berdasarkan Tabel 1. Parameter Kualitas Air Sungai, adanya perbedaan hasil
pengukuran dan pengamatan yang diperoleh. Kondisi lingkungan sungai sangat
dipengaruhi oleh parameter fisika, kimia, maupun parameter biologi. Parameter
tersebut memiliki keterkaitan dan pengaruh yang kuat terhadap keanekaragaman
biota perairan.
Pada praktikum Ekosistem Sungai, parameter fisika yang diamati adalah suhu
udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit air sungai. Parameter kimia meliputi DO,
kandungan CO2 bebas, dan alkalinitas. Parameter biologi yaitu menentukan
diversitas dan densitas plankton. Dari masing-masing stasiun didapatkan hasil yang
berbeda-beda, seperti yang akan diperjelas menggunakan grafik. Berikut adalah
sajian grafik untuk perbedaan setiap parameter dan antar stasiunnya:
1. Parameter Fisika
35.00 32.00
28.50 28.00
30.00
28.00 28.50
25.00 26.00
Suhu (⁰C)
20.00
Udara
15.00 Air
10.00
5.00
0.00
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
0.90 0.80
0.80 0.72
0.70 0.65
Kecepatan air (m/s)
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
3.00
2.59
Debit (m3/s)
2.50
2.00
1.51
1.50
1.00
0.50
0.00
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
8.00
DO (ppm) 7.50
6.90
7.00 6.80
6.50
6.00
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
19.95
20.00
14.00
CO2 Bebas 15.00
12.00
10.00
5.00
0.00
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
100.00 90.00
Alkalinitas (ppm)
80.00
59.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
7.22
7.20 7.20
7.20
7.18
Derajat Keasaman (pH)
7.16
7.14
7.12
7.10
7.10
7.08
7.06
7.04
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
5.728
6.000
5.000
Diversitas Plankton
4.000
2.825
3.000 2.635
2.000
1.000
0.000
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
25000.000
Densitas Plankton
20000.000
15000.000
0.000
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3