Identifikasi Ikan
Oleh:
Kelompok : 3
1. Harisno
2. Kasmiyati
3. Dara Krismonita Agustin
4. Andi Abdullah
5. Maretha Ayu Larasningtyas
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
II. PEMBAHASAN ............................................................................................... 3
2.1 Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) ............................................................. 3
2.1.1 Klasifikasi ............................................................................................... 3
2.1.2 Deskripsi ................................................................................................. 3
2.1.3 Morfologi ................................................................................................ 3
2.1.4 Habitat ..................................................................................................... 4
2.2 Ikan Kembung laki-laki ( Rastreliger kanagurta) ......................................... 5
2.2.1 Klasifikasi ............................................................................................... 5
2.2.2 Deskripsi ................................................................................................. 5
2.2.3 Morfologi ................................................................................................ 6
2.2.4 Habitat ..................................................................................................... 6
2.3 Ikan Lele ( Clarias gariepinus) .................................................................... 6
2.3.1 Klasifikasi ............................................................................................... 6
2.3.2 Deskripsi ................................................................................................. 7
2.3.3 Morfologi ................................................................................................ 7
2.3.4 Habitat ..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 9
3
I. PENDAHULUAN
Morfologi adalah berarti mencakup tentang bentuk tubuh dan organ tubuh
bagian luar pada suatu organisme. Pada bentuk tubuh ikan dibedakan menjadi dau
macam yaitu simetris bilateral dan non simetris bilateral. Simetris bilateral adalah
bila ikan dibelah menjadi dua bagian yang sama pada bagian tengahnya, kedua
4
sisi letak, bentuk maupun ukurannya sama persis. Sedangkan non simetris
bilateral adalah kedua sisi lateralnya bentuk yang berbeda atau tidak sama(
Wahyuningsih dan barus, 2006 ).
1.2 Tujuan
5
II. PEMBAHASAN
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) dalam Suyanto (1994)
adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterigii
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
2.1.2 Deskripsi
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi
cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih
kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang
beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak
dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena
dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981).
2.1.3 Morfologi
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968),
mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan
dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung
ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup
6
diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip
dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki
lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip
perut (ventral fin), sirip anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip
ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan
sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah
sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
2.1.4 Habitat
Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,
terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau).
Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran
salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk
saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau.Ikan nila dapat menjadi
masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya
pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan
hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C (Harrysu,
2012). Menurut Mudjiman (2001), Ikan Nila (oreochormis niloticus) adalah
termasuk campuran ikan pemakan campuran(omnivora).Ikan nila mempunyai
kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38°C dengan suhu
optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu
14°C atau pada suhu tinggi 38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada
suhu 6°C atau 42°C ikan nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen
yang baik bagi pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida
kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003).
7
ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang
bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan
oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress.
Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran nila sebaiknya kurang dari
15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005).
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan kembung lelaki menurut Saanin (1968) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisce
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorpy
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
2.2.2 Deskripsi
Ikan kembung merupakan ikan yang hidup di tepian pantai dan pada
musim tertentu hidup bergerombol di permukaan laut, sehingga penangkapannya
secara besar-besaran mudah dilakukan. Ikan ini banyak dikonsumsi oleh
masyarakat karena kandungan gizi yang cukup tinggi, harganya relatif murah dan
mudah diperoleh di pasaran (Yulisma, dkk., 2012).
8
Ikan kembung biasanya dijual dalam bentuk segar. Hampir setiap hari ikan
kembung dapat dijumpai di tempat penjualan. Hal ini berindikasi bahwa ikan ini
sering tertangkap dan ukurannya pun bervariasi, mulai dari juwana sampai ikan
dewasa. Bervariasinya ukuran ikan kembung ini akan didasari oleh reproduksi dan
perkembangan gonad ikan kembung (Mosse dan Hutabessy, 1996).
2.2.3 Morfologi
Ikan kembung lelaki memiliki ciri-ciri terdapat dua sirip punggung secara
terpisah yang masing-masing terdiri dari 8 hingga 9 jari-jari lemah. Sirip dada
terdiri dari 16 hingga 19 jari-jari sirip lemah, sirip perut terdiri dari 7 hingga 8
jari-jari lemah, sirip ekor terdiri dari 50 hingga 52 jari-jari lemah bercabang dan
sisik pada garis rusuk (linea lateralis) terdiri dari 127 hingga 130 buah sisik.
Selain itu, ikan ini memiliki panjang total 3,4 sampai 3,8 kali tinggi badan dan
panjang kepala lebih dari tinggi kepala.
2.2.4 Habitat
Menurut Zen (2006), ikan kembung hidup berkelompok dalam jumlah
yang besar pada perairan pantai dengan kedalaman antara 10 – 50 meter. Ikan ini
melakukan ruaya pemijahan yang bersifat oceanodromus yaitu ikan menghabiskan
siklus hidupnya di daerah pantai dan memijah di daerah laut lepas. Chirastit
(1962) menduga bahwa ikan kembung yang sudah matang gonad beruaya dari
daerah pantai ke laut lepas sedangkan ikan juvenil beruaya dari laut lepas ke
daerah pantai untuk membesar.
2.3.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
9
Genus : Clarias
2.3.2 Deskripsi
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus Burchell) berasal dari Benua Afrika
dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Jenis ikan lele ini
termasuk hibrida dan pertumbuhan badannya cukup spektakuler baik panjang
tubuh maupun beratnya. Dibanding kerabat dekatnya ikan lele lokal (Clarias
batrachus) lele dumbo memiliki pertumbuhan empat kali lebih cepat. Oleh sebab
itu, ikan jenis ini dengan mudah menjadi populer di masyarakat (Santoso,1994).
2.3.3 Morfologi
Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2002), Ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus Burchell) memiliki morfologi yang mirip dengan lele lokal (Clarias
batrachus). Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok
kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit
badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu).
Ikan lele dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan
walking catfish. Ciri-ciri morfologis lele dumbo lainnya adalah sungutnya. Sungut
berada di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau 4 pasang terdiri dari sungut
nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, mandibular dalam dua buah,
serta sungut maxilar dua buah. Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat
penciuman, lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan
cara rabaan (tentakel) dengan menggerak-gerakan salah satu sungutnya terutama
mandibular (Santoso, 1994).
Lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan
(ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan
10
sirip perut (ventral), sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal), ekor
(caudal) serta sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dumbo dilengkapi dengan
patil atau taji tidak beracun. Patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul bila
dibandingkan dengan lele lokal (Santoso, 1994).
2.3.4 Habitat
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di
sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang
air, semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo
misalnya waduk, bendungan, danau, rawa, dan genangan air tawar lainnya. Di
alam bebas, lele dumbo ini memang lebih menyukai air yang arusnya mengalir
secara perlahan atau lambat. Aliran air arus yang deras lele dumbo kurang
menyukainya (Santoso, 1994).
Lele dumbo asal Afrika ternyata sangat toleransi terhadap suhu air yang
cukup tinggi yaitu 20º – 35ºC, disamping itu lele dumbo dapat hidup pada kondisi
lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan oksigen yang
sangat minim lele dumbo masih dapat bertahan hidup, karena lele dumbo
memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ arborescent (Santoso,
1994).
11
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, & Sulistiono. 2002. Iktiologi : Suatu
pedoman kerja laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 344 hlm.
Amri, K., dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
Jakarta: Agro Media Pustaka.
Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V
Simplex. Jakarta.
Mosse, J.W. dan Hutabessy B.G. 1996. Umur pertubuhan dan ukuran pertama kali
matang gonad ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) dari perairan pulau
Ambon dan sekitarnya. Jurnal Sains dan Teknologi Universitas Pattimura
1: 2 – 23.
12
Saanin. H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jilid I, Binatjipta,
Bandung, 256.
Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila, Edisi I, C.V. Simplex
Jakarta, 1-7 ; 15-19.
Yulisma, A., C. Yulvizar dan E. Rudi. 2012. Pengaruh konsentrasi kitosan dan
lama penyimpanan terhadap Total Plate Count (TPC) bakteri pada ikan
kembung (Rastrelliger sp.) asin. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi 4(2):
72-76.
13