Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BIOLOGI ORGANISME LAUT


HIU PUTIH (Carcharodon carcharias)
DAN PAUS ORCA (Orcinus orca)

Disusun Oleh :

Kemaal Sayyid Zenyda 230210180033

Ilmu Kelautan 2018

PROGRAM STUDI KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tugas makalah ini membahas
mengenai biologi pada spesies ikan Hiu Putih dan Paus Orca. Penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi
Organisme Laut dan juga sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu kelautan
yang bermanfaat bagi mahasiswa maupun bagi masyarakat luas secara umumnya.

Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Biologi
Organisme Laut, Dra. Sri Astuty, M.Sc. dan Ir. Indah Riyantini, M.Si yang telah
membimbing kami agar tersusunnya makalah ini.

Saya bmenyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sebagai perbaikan pada penyusunan selanjutnya.

Jatinangor, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hiu Putih .............................................................................................. 3
2.1.1 Ciri-Ciri Hiu Putih ............................................................................ 3
2.1.2 Klasifikasi Hiu Putih .......................................................................... 4
2.1.3 Karakteristik Morfologi Hiu Putih .................................................... 4
2.1.4 Habitat Hiu Putih .............................................................................. 7
2.1.5 Food and Feeding Habit Hiu Putih ................................................... 7
2.1.6 Tingkah Laku Hiu Putih .................................................................... 8
2.2 Paus Orca ............................................................................................. 9
2.2.1 Ciri-Ciri Paus Orca ............................................................................ 9
2.2.2 Klasifikasi Paus Orca ......................................................................... 10
2.2.3 Karakteristik Morfologi Paus Orca ................................................... 10
2.2.4 Habitat Paus Orca .............................................................................. 13
2.2.5 Food and Feeding Habit Paus Orca ................................................... 13
2.2.6 Tingkah Laku Paus Orca ................................................................... 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 15
3.2 Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biologi adalah kajian tentang kehidupan, dan organisme hidup, termasuk
struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan taksonominya. Secara
etimologis, kata Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Bios yang artinya
hidup, dan Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Sehinggga arti biologi dapat
didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang kehidupan, termasuk
hubungan antar mahluk hidup dan lingkungan hidupnya. Oleh karena luas bidang
biologi tersebut, maka dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih terfokus, yang
mencakup diantaranya yaitu klasifikasi, karakteristik morfologi, habitat, food and
feeding habbit, dan tingkah laku fisiologi hewan. Fisiologi ikan dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan kehidupan zat organisme dan
fenomena fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan.
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan
metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf sistem endokrin dan
reproduksi (Fujaya, 2004).
Seperti yang telah diketahui, ikan dapat dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu
kelas Chondrichtyes atau ikan kartilago (tulang rawan) dan kelas Osteichthyes atau
ikan tulang sejati. Kebanyakan ikan tergolong ke dalam kelas Osteichtyes. Sementara
itu, salah satu ikan yang tergolong ke dalam kelas Chondrichtyes adalah ikan hiu,
karena perbedaan kelas inilah yang membuat sifat-sifat biologi, termasuk
fisiologisnya berbeda dengan ikan-ikan lain yang termasuk ke dalam kelas
Osteichtyes. Sementara itu, paus pembunuh termasuk kelas mamalia seperti mamalia
laut pada umumnya.
Oleh karena itu, keunikan dari kedua spesies itu menjadi landasan dibuatnya
makalah ini mengingat keduanya termasuk predator berdarah dingin di lautan dengan
karakteristiknya masing-masing. Dengan mempelajari lebih jauh mengenai kedua
spesies tersebut diharapkan menambah wawasan yang lebih dari sebelumnya.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana klasifikasi pada ikan hiu dan paus orca?


2. Bagaimana karakteristik morfologi pada ikan hiu dan paus orca?
3. Bagaimana habitat pada ikan hiu dan paus orca?
4. Bagaimana food and feeding habit pada ikan hiu dan paus orca?
5. Bagaimana tingkah laku pada ikan hiu dan paus orca?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui Biologi Ikan Hiu dan Paus Orca yang meliputi klasifikasi,
karakteristik morfologi, habitat, food and feeding habbit, dan tingkah laku dari
masing-masing hewan dan kaitannya dengan lingkungan tempat kedua hewan
tersebut hidup.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hiu Putih

2.1.1 Ciri-Ciri Hiu Putih

Hiu Putih memiliki ciri khas yang mudah dikenal. Badan hiu biasanya
memanjang berbentuk cerutu atau poros yang memungkinkan dapat bergerak
dengan cepat. Sirip ekornya banyak berujung runcing, dimana cuping ekor atas
sering jauh lebih panjang dari cuping bawahnya Salah satu ciri khas yang menarik
adalah posisi mulutnya yang terletak di bagian bawah. Insangnya terbuka keluar
dengan celah insang 5-7 buah yang terletak pada sisi kepala. Air ditarik masuk
melalui mulut dan dipompa keluar melalui celah insang ini. Gigi hiu mempunyai
struktur yang sama dan berada dalam deretan teratur sepanjang rahangnya. Gigi -
gigi di depan rahang berbentuk segi tiga, digunakan sebagai pemotong atau
penggunting. Sedangkan gigi penghancur terletak di belakang rahang, bentuknya
ram-ping mirip alat penggerek dan ada yang agak pipih semacam trotoar
(Anonim, 1992).

Gambar 1. Anatomi Hiu


Sumber: Puslit Oseanografi LIPI

3
4

Ikan hiu tidak memiliki gelembung renang dan badannya lebih berat dari
pada air, maka harus berenang terus menerus agar tidak tenggelam. Dengan
demikian tubuhnya sangat langsing dan sisik-sisik dadanya yang besar itu
berfungsi sebagai hidrofoil hingga memberinya daya angkat yang besar.
Suharsono (1986) mengatakan bahwa pada seluruh permukaan tubuh ikan hiu
tersebar sel syaraf yang dapat menerima 'infills infrasonic' dari jarak jauh
sehingga mampu mendeteksi suara berfrekuensi rendah atau getaran yang tidak
teratur yang menandakan adanya mangsa.

2.1.2 Klasifikasi Hiu Putih


Hiu Putih tergolong ke dalam ikan bertulang lunak (Chondrichtyes)
dengan klasifikasi sebagai berikut.
Klasifikasi Ikan Hiu
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Chondrichthyes
Ordo : Lamniformes
Famili : Lamnidae
Genus : Carcharodon
Spesies : C. carcharias

2.1.3 Karakteristik Morfologi Hiu Putih

Hiu putih ini bisa dibilang hiu terbesar yang dikenal di dunia dan
merupakan salah satu predator utama untuk mamalia laut. Selain itu, ia juga
memangsa berbagai hewan laut lainnya, termasuk ikan, pinnipeds, dan juga
burung laut. Ini adalah hidup hanya dikenal spesies dari perusahaan genus,
Carcharodon, dan berada pada peringkat pertama dalam daftar jumlah serangan
hewan yang tercatat pada manusia. IUCN (International Union for Conservation
of Nature) memperlakukan hiu putih sebagai spesies yang hampir punah, walau
termasuk dalam Appendix II dari CITES.
5

a. Gigi

Gigi pada hiu yang berada di gusi tidak menempel di rahang secara
langsung dan gigi tersebut bisa diganti setiap waktu. Di beberapa baris gigi
pengganti tumbuh jalur di bagian dalam rahang dan terus bergerak maju seperti
ikat pinggang. Beberapa hiu dapat kehilangan sekitar 30.000 lebih gigi semasa
hidupnya. Tingkat pergantian gigi bervariasi dari sekali setiap 7-8 hari sampai
beberapa bulan. Pada sebagian besar spesies gigi yang diganti satu persatu,
kecuali hiu cookiecutter yang mengganti seluruh barisan gigi sekaligus.
Bentuk gigi hiu dipengaruhi pada pola makan. Misalnya hiu yang
memakan moluska dan krustasea memiliki gigi yang rata dan padat yang berguna
untuk menghancurkan, hiu yang memakan ikan-ikan memiliki gigi yang seperti
jarum yang berguna untuk mencengkeram, dan mereka yang memakan mangsa
yang lebih besar seperti mamalia memiliki gigi yang lebih rendah untuk
mencengkeram dengan gigi atas berbentuk segitiga dengan tepi bergerigi untuk
memotong.

b. Rahang

Rahang hiu tidak melekat pada kranium. Permukaan rahang hiu dan
lengkungan tulang insangnya membutuhkan penopangan ekstra karena paparan
yang berat untuk fisik hiu serta butuh kekuatan yang besar. Bagian ini
mengandung lapisan heksagonal piring kecil yang disebut “tesserae”, yang
merupakan blok Kristal garam kalsium yang diatur menjadi mosaik. Hal ini
memberikan banyak kekuatan pada daerah-daerah tertentu, yang juga sama seperti
hewan lain.
Umumnya hiu hanya memiliki satu lapisan tesserae, tapi untuk spesies
yang besar seperti hiu banteng,hiu harimau, dan hiu putih besar, terdapat dua
sampai tiga lapisan bahkan lebih, tergantung ukuran tubuhnya. Khusus hiu putih
besar, rahangnya dapat mencapai lima lapisan. Pada moncongnya, tulang
rawannya memiliki kemampuan spons dan fleksibel untuk menyerap kekuatan
tekanan.

Gambar 2. Rahang dan Gigi Hiu


Sumber: Figuren-Shop.de
6

c. Sirip

Kerangka sirip hiu memiliki bentuk yang memanjang dan lembut serta
tidak bersegmen, yang bernama ceratotrichia, filament protein keratin elastis yang
menyerupai tanduk di rambut dan bulu. Kebanyakan hiu memiliki delapan sirip.
Hiu hanya bisa menjauh dari benda-benda yang berada di depannya karena sirip
mereka tidak memungkinkan mereka untuk bergerak menuju ekor pertama
mereka.

d. Kulit

Berbeda dengan ikan bertulang belakang lainnya, hiu memiliki korset kulit
kompleks yang terbuat dari serat kolagen fleksibel dan diatur sebagai jaringan
heliks di sekitar tubuh mereka. Bagian ini bekerja sebagai kerangka luar yang
memberi lampiran untuk otot renang mereka sehingga dapat menghemat energi.
Pada zaman dulu kulit hiu telah digunakan sebagai amplas. Kulit gigi mereka
memberi keuntungan hidrodinamik karena mengurangi turbulensi saat berenang.

e. Ekor

Bentuk ekor hiu dipengaruhi lingkungan sehingga bentuknya bervariasi


dari satu jenis dengan jenis lainnya. Ekor berguna dalam memberi dorongan,
memberi kecepatan dan percepatan tergantung bentuk ekornya. Hiu memiliki sirip
ekor heterocercal di mana bagian punggungnya biasanya terasa lebih besar
dibandingkan bagian ventral. Hal ini disebabkan ruas tulang belakang hiu meluas
ke bagian dalam punggung sehingga memberikan area permukaan yang lebih
besar untuk lampiran otot. Hal ini memungkinkan gerak yang lebih efisien pada
ikan bertulang rawan apung negatif. Sebaliknya, ikan memiliki tulang yang paling
menyerupai sirip caudal homocercal.

Ekor hiu harimau memiliki lobus atas yang besar yang memberikan daya
maksimum untuk penjelajahan lambat atau ledakan kecepatan mendadak. Hiu
harimau mampu memutar dan mengubah arah di dalam air dengan mudah ketika
berburu untuk mendukungnya mendapat makanan, sedangkan porbeagle, yang
berburu ikan bergerombolan seperti makarel dan herring memiliki lobus yang
lebih besar dan rendah untuk membantu mengimbangi kecepatan renang
mangsanya.

Gambar 3. Bagian Tubuh Hiu


Sumber: the World of Fish
7

2.1.4 Habitat Hiu Putih

Hiu hidup di seluruh perairan laut dan samudera di dunia. Meski demikian,
mereka biasanya tinggal diluar daerah pinggiran pantai. Terkadang, hiu putih juga
berkelana ke daerah lautan yang lebih dalam.
Hiu putih dapat juga ditemukan di lautan dengan kedalaman 1000 meter
atau 3.280 feet atau lebih. Akan tetapi hiu putih biasanya lebih suka dengan air
laut dengan temperature 15 derajat Celcius sampai 24 Celcius (59 F – 75 F). Jadi,
hiu putih ini lebih banyak tinggal di lautan dangkal dekat dengan permukaan air
laut.
Hewan ini biasanya melakukan migrasi kebeberapa tempat dengan
melakukan perjalanan jauh, hal ini dilakukan untuk mencari mangsa dan
perkembangbiakannya.

2.1.5 Food and Feeding Habit Hiu Putih


Hiu merupakan opportunic predator dan general predator (Compagno
1983; Torres-Rojas et al. 2003). Teori tersebut menjelaskan bahwa sebagai apex
predator hiu cenderung memakan apa saja yang dapat dijadikan mangsa. Namun,
hiu juga dapat menyeleksi jenis mangsa dan memakan mangsa dengan
kelimpahan tinggi di perairan (Cabrera-Chaves-Costa et al. 2010; Torres-Rojas et
al. 2003; Kamura et al. 2004).
Maka dapat diketahui pola makan ikan predator seperti hiu sangat
kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti ketersediaan
makanan dan mobilitas mangsa, kelimpahan mangsa, ukuran mangsa, dan
perubahan musim. Penelitian yang dilakukan Fahmi (2005) mengungkapkan
seluruh isi perut merupakan mangsa hiu yang telah tercerna sedang, penuh
ataupun belum dicerna. Berbeda dengan isi perut ikan lain yang seringkali ditemui
plastik atau benda-benda selain mangsa. Hal ini membuktikan bahwa hiu cukup
selektif dalam memilih mangsa. Diketahui bahwa hiu mengandalkan penciuman
dalam perburuan mangsa dan tidak mengandalkan indera penglihatan. Menurut
Adityarini (2012), indera penglihatan umumnya memiliki kisaran pendek. Hal
8

tersebut membuat ikan tidak dapat menyeleksi makanan dengan baik. Hiu sebagai
ikan yang mengandalkan indera penciuman lebih selektif dalam memilih mangsa,
dibandingkan dengan ikan lain yang mengandalkan indera penglihatan.

2.1.6 Tingkah Laku Hiu Putih


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Dharmadi (2015) di Tanjung
Luar, menunjukkan bahwa komposisi spesies ikan hiu pada tiap perairan berbeda
yang mengindikasikan bahwa persebaran ikan hiu dari waktu ke waktu tidak sama
yang menyebabkan karakter tingkah laku yang spesifik masing-masing spesies
berbeda pula sesuai lingkungan kondisi perairan setempat.
Namun begitu, pada umumnya ikan hiu dapat beradaptasi dengan wilayah
perairan yang ditempatinya. Bentuk adaptasinya adalah sebagai berikut :
a. Adaptasi Morfologi
- Tubuh streamline.
- Memiliki sirip dorsal, sirip pelvik, sirip anal, sirip kaudal, dan sirip
pektoral, untuk berenang.
- Memiliki gigi yang tajam, untuk merobek-robek mangsanya.
- Tubuh bagian atas berwarna gelap/sesuai dengan warna air laut dan tubuh
bagian bawah berwarna cerah/putih, untuk berkamuflase.
b. Adaptasi Fisiologi
- Mengeluarkan urin yang lebih pekat dan sedikit, untuk menurangi
kepekatan cairan tubuhnya dan untuk mengimbangi banyaknya air yang
keluarnya dari dalam tubuhnya.
- Memiliki reseptor pada gurat sisi dan ampula lorenzini, untuk mendeteksi
medan elektrik yang lemah yang dihasilkan oleh denyut jantung, gerakan
insang dan otot-otot renang mangsa empuknya.
- Telinga hiu dilengkapi oleh sel yang peka terhadap tekanan disepanjang
tiap sisi tubuhnya, untuk mendeteksi gerakan meronta dari ikan lain.
- Darah mereka yang hangat, mempercepat pencernaan dan menambah
kekuatan serta ketahan mereka.
9

c. Adaptasi Tingkah Laku


- Berenang sampai mendekati pantai untuk menemukan mangsa (anjing laut,
penguin, dan lain-lain)
- Berenang dengan sangat cepat sampai mencapai 88 km/jam, untuk
mengejar mangsanya yang gesit dan cepat

2.2. Paus Orca

2.2.1 Ciri-Ciri Paus Orca

Paus pembunuh atau Orca (Orcinus orca) adalah spesies terbesar dari
keluarga lumba-lumba. Hewan-hewan ini mudah dikenali karena warna hitam dan
putihnya yang mencolok. Warna paus pembunuh dapat meningkatkan
kemampuan mereka untuk berburu. Warna mamalia ini digunakan untuk
berkamuflase di mana pola warna hewan bertentangan dengan bentuk tubuh
hewan. Dalam sinar matahari laut yang berkedip-kedip dan tersaring, hewan lain
mungkin tidak mengenali paus pembunuh. Pigmentasi paus pembunuh
membuatnya mudah diidentifikasi di lapangan. Mereka gelap, biasanya hitam
legam, dengan punggung putih. Daerah putih biasanya memanjang dari seluruh
rahang bawah ke belakang, menyempit secara medial di antara sirip, kemudian
melebar sedikit dan berakhir tepat di luar daerah urogenital (Scammon, 1874).

Gambar 4. Anatomi Paus Pembunuh


Sumber: Seaworld.org

Dengan tubuh kekar (lebar dalam lingkar relatif panjang) dan otot yang
kuat, paus pembunuh (Orcinus orca) adalah salah satu yang paling kuat dari
semua Cetacea. Kepala itu bulat dan mengecil ke moncong berbentuk kerucut
dengan paruh yang tumpul dan tidak jelas. Sirip punggung mencolok dan terletak
di tengah punggung. Pada pria dewasa, sirip tegak atau miring ke depan dan bisa
setinggi 1,8 m atau lebih. Berbentuk segitiga, dengan ketinggian dua kali atau
10

lebih panjang dari alas. Betina dan anak-anak memiliki sirip punggung yang lebih
sederhana yang umumnya berbentuk falcate sedang dan tingginya kurang dari 1
m. Sirip besar, lebar, bundar dan berbentuk dayung, dan sangat jelas ketika paus
pembunuh menembus atau memata-matai (Asper, 1977).

2.2.2 Klasifikasi Paus Orca

Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Cetacea (cetaceans)
Sub-ordo : Odontoceti (paus bergigi)
Famili : Delphinidae (lumba-lumba, pesut)
Sub-famili : Orcininae or Globicephalinae
Genus : Orcinus
Species : Orca

2.2.3 Karakteristik Morfologi Paus Orca

Paus pembunuh adalah anggota terbesar dari Delphinidae (delphinid atau


lumba-lumba sejati). Panjang orang dewasa berkisar antara 5 hingga 9,80 m
(Perrin & Reilly, 1984). Mereka besar, kuat, memiliki bintik-bintik putih
postocular dan sirip telur. Sirip punggung paus pembunuh secara proporsional
lebih tinggi daripada delphinid besar lainnya, mulai dari 1/10 hingga 1/5 dari
total panjang tubuh. Paus pembunuh adalah anggota terbesar dari keluarga
lumba-lumba. Panjang orang dewasa berkisar 5,5 hingga 9,8 m. Laki-laki
mencapai panjang rata-rata 7,3 m (maksimum 9,8 m) dan setidaknya 8 ton.
Betina tumbuh rata-rata hingga 6,2 m (maksimum 7,0 m) dan berat 4 ton, dan
lebih kecil dan kurang kuat daripada jantan.
11

Tengkorak Orca dapat dibedakan dari satu spesies lain dengan ukurannya
yang besar (panjang condylbasal hingga 100 cm), formula gigi (10 hingga 14/10
hingga 14, jadi 40-56 gigi semuanya) dan gigi besar, kecuali dari tengkorak paus
pembunuh palsu besar (formula gigi 8 hingga 11/8 hingga 11) (Leatherwood et
al., 1982). Tengkorak paus pembunuh dapat dibedakan dari paus pembunuh palsu
dengan lebar melintasi premaxillaries kurang dari 50% dari lebar rostral tepat di
depan takik antorbital dan batas lateral premaxillaries sedikit lebih sigmoid dalam
tampilan dorsal dan lebih luas secara distal (Heyning dan Dahlheim, 1988).
Pterygoids terpisah secara luas dan gigi yang dimampatkan anteroposterior pada
akar adalah dua karakteristik yang sering disebut sebagai diagnostik untuk orcas
(Bigg, 1975), tetapi tidak selalu memisahkan orcas dan paus pembunuh palsu.

a. Ukuran Tubuh
Meskipun kecil dibandingkan dengan beberapa paus, paus pembunuh
adalah predator terbesar mamalia yang pernah dikenal. Paus pembunuh jantan,
atau sapi jantan, rata-rata 5,8 hingga 6,7 m dan biasanya berbobot antara 3,628
dan 5,442 kg. Ukuran individu bervariasi secara signifikan antara wilayah
geografis. Perkiraan panjang untuk lebih dari 2.000 paus pembunuh yang diambil
oleh operasi perburuan paus Atlantik Utara menunjukkan paus pembunuh Atlantik
jantan rata-rata sekitar 6,1 m sedangkan betina rata-rata sekitar 5,5 m.
b. Warna Tubuh
Hewan-hewan ini mudah dikenali karena warna hitam dan putihnya yang
mencolok. Permukaan dorsal dan sirip dada berwarna hitam, kecuali area di
bawah dan di belakang sirip punggung. Permukaan dorsal dan sirip dada berwarna
hitam, kecuali untuk area pelana abu-abu yang terletak tepat di belakang sirip
punggung. Permukaan ventral (bawah), rahang bawah, dan bagian bawah cacing
ekor sebagian besar berwarna putih. Bagian bawah cacing ekor dibatasi dengan
warna hitam. Warna paus pembunuh dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk berburu.
12

c. Sirip Dada
Kaki depan paus yang bulat dan seperti dayung pembunuh adalah sirip
dada. Sirip dada memiliki elemen kerangka utama dari kaki depan mamalia darat,
tetapi mereka diperpendek dan dimodifikasi. Elemen kerangka didukung oleh
jaringan ikat secara kaku. Bantalan tulang rawan yang tebal terletak memanjang di
antara tulang-tulang.
Paus pembunuh menggunakan sirip dada mereka terutama untuk
mengarahkan dan, dengan bantuan cacing, untuk berhenti. Satu jantan besar
memiliki sirip dada dengan panjang 203 cm dan lebar 109 cm.
d. Sirip Punggung

Sirip punggung terbuat dari jaringan ikat yang padat dan berserat, tanpa
tulang atau tulang rawan. Sirip punggung bertindak sebagai lunas. Sirip punggung
mungkin membantu menstabilkan paus pembunuh karena berenang dengan
kecepatan tinggi tetapi tidak penting untuk stabilitas paus.
Sirip punggung paus pembunuh jantan adalah yang tertinggi dari cetacean
mana pun di dunia, tumbuh hingga 1,8 m. Sirip punggung betina lebih kecil
sekitar 0,9 hingga 1,2 m dan mungkin sedikit melengkung ke belakang.
Untuk paus pembunuh jantan, pertumbuhan sirip punggung dianggap
sebagai karakteristik seksual sekunder karena pertumbuhan puncak sirip
bertepatan kira-kira dengan timbulnya kematangan seksual. Paus pembunuh
betina dan jantan dapat memiliki sirip punggung yang dapat melengkung,
bergelombang, bengkok, parut, dan sepenuhnya membungkuk. Beberapa bahkan
mungkin memiliki lubang peluru di dalamnya.
Tidak ada yang tahu pasti mengapa sirip punggung membungkuk pada
paus pembunuh, tetapi itu mungkin ada hubungannya dengan genetika, cedera,
atau karena sirip bisa lebih tinggi daripada banyak manusia tanpa tulang atau otot
keras untuk menopang. Para peneliti mengambil gambar sirip ini untuk
mengidentifikasi individu dari paus orca.
13

2.2.4 Habitat Paus Orca


Paus pembunuh ditemukan di semua samudera di dunia tetapi paling lazim
di perairan dingin di garis lintang tinggi. Mereka umumnya lebih suka air yang
dalam, tetapi dapat ditemukan di teluk dangkal, laut pedalaman dan muara.
Sepanjang jangkauan mereka, distribusi hewan tidak merata di semua wilayah.
Tidak ada migrasi reguler dan panjang yang diketahui, tetapi paus
pembunuh dapat bergerak secara lokal sesuai dengan lapisan es di lintang tinggi
dan menurut ketersediaan makanan di lintang tinggi dan di tempat lain. Kejadian
dan pergerakan paus pembunuh telah dikaitkan dengan pergerakan spesies
mangsa.

2.2.5 Food and Feeding Habit Paus Orca


Orca biasanya memakan ikan, lumba-lumba, anjing laut, hiu putih dan
hewan laut lainnya biasanya mereka mencari makanan secara bersama-sama yang
dalam satu kelompok dapat terdiri dari 100 ekor. Orca dapat berenang dengan
kecepatan 55km/jam. Di sebagian besar wilayah geografis, pergerakan paus
pembunuh mungkin terkait dengan pergerakan mangsanya (Andrews, 1914;
Baird, 1999). Paus dapat menempuh jarak 125-200 km per hari saat mencari
makan.

Paus pembunuh adalah predator serba guna dengan makanan yang sangat
bervariasi dan oportunistik. Pembunuh diketahui memakan berbagai jenis mangsa,
dari cumi-cumi, ikan dan burung, hingga kura-kura, anjing laut dan cetacea
lainnya, termasuk paus mistik, paus sperma, dan cetacea kecil; diet bervariasi di
setiap daerah, di antara kelas usia dan jenis kelamin, dan dari tahun ke tahun.

Orca memiliki hubungan sosial yang hampir mirip dengan manusia


mereka dapat mengajarkan anak-anaknya berburu atau mencari sumber makanan
lain bila sumber makanannya menipis, misalnya bila jumlah ikan menurun mereka
akan mencoba mencari sumber makanan baru seperti Hiu putih dan mereka akan
mencoba cara untuk menaklukannya bila berhasil caranya akan diajarkan untuk
anak-anaknya.
14

2.1.6 Tingkah Laku Paus Orca


Paus pembunuh hidup dalam kelompok keluarga besar yang disebut pods.
Keberadaan kelompok paus pembunuh telah dikenal selama bertahun-tahun.
Ukuran kelompok berkisar dari 1 hingga 100 individu, meskipun kelompok
biasanya berjumlah 5 hingga 20 individu. Kadang-kadang, beberapa pods
bergabung untuk membentuk 'superpod' sementara.
Satu pods paus pembunuh biasanya berisi pejantan dewasa, betina dan
remaja. Oleh karena itu pods tampaknya sebagian besar keluarga atau unit
pemuliaan, meskipun paus ini memiliki sistem sosial (tampaknya unik di antara
cetacea) di mana kedua jenis kelamin tetap dalam kelompok kelahiran mereka
sepanjang masa dewasa. Pola kawin tidak diketahui, tetapi aktivitas seksual
umumnya terjadi ketika pods yang berbeda bertemu. Dengan demikian komunitas
(sejumlah pods) tampaknya menjadi unit reproduksi dasar.
Paus pembunuh mungkin memiliki sistem sosial matriarkal, mengingat
rentang hidup perempuan yang lebih panjang dan hubungan yang erat antara ibu
dan anak. Pods dapat tersebar beberapa kali selama beberapa jam, misalnya,
jantan dewasa membentuk satu sub-kelompok dan betina dan jantan jantan yang
tidak dewasa, bergerak dalam arah yang sama, tetapi terpisah hingga 4 mil.
Paus pembunuh kawin telah diamati untuk menyelaraskan area genital
mereka dalam beberapa posisi sanggama yang berbeda yang dapat ditahan selama
30 detik.
Paus pembunuh memiliki repertoar suara yang luas yang mencakup
berbagai frekuensi (Dahlheim dan Awbrey, 1982). Serangkaian kantung dari
lorong hidung diyakini terlibat dalam produksi suara (Berzin, 1982; Heyning,
1989).
Sensitivitas auditif paus pembunuh berkisar dari 500 Hz hingga 120 kHz,
dengan sensitivitas terbesar pada 15-20 kHz (Asper, 1977)
Arnason dan Sandholt (1980) mencatat bahwa paus sementara biasanya
mencari makan dalam diam, mungkin untuk menghindari deteksi oleh mangsa
mamalia laut mereka, tetapi panggilan biasanya diberikan selama atau setelah
pembunuhan.
Paus pembunuh cenderung memiliki sifat ingin tahu dan mudah didekati,
dan sering aktif di permukaan: lobtailing, flipper-slapping, dan spyhopping.
Mereka sering melanggar, dan aktivitas permukaan seperti melompat, menampar
dan mengendarai gelombang adalah hal biasa. Bermain paling jelas di antara paus
muda dan kadang-kadang mungkin berorientasi seksual.
Menggosok permukaan yang keras atau melawan paus lain adalah
kegiatan yang sering diamati dan berfungsi sebagai gerakan yang nyaman dan
sebagai cara untuk menghilangkan kulit mati.
15

Gambar 5. Paus Pembunuh


Sumber: National Geographic
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai hiu putih dan paus orca diatas dapat
disimpulkan bahwa hiu putih termasuk ke dalam ikan bertulang rawan kelas
chondrichtyes dan paus orca adalah salahsatu jenis lumba-lumba terbesar dari
kelas mamalia. Melalui penjelasan makalah, sedikit banyaknya kita dapat
mengetahui ciri-ciri, klasifikasi, karakteristik morfologi, habitat, food and feeding
habit, dan tingkah laku dari masing-masing spesies.

3.2 Saran
Karena ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang kompleks dan
menyeluruh, makalah ini adalah sebagai pemantik pembaca dalam upaya lebih
jauh lagi untuk mengeksplorasi pembelajaran lebih lanjut mengenai kedua jenis
spesies agar mendapatkan suatu ilmu pengetahuan secara optimal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adityarini S, Asriyanto, Pramonowibowo. 2012. Pengaruh Penggunaan


Perbedaan Kon-struksi Mata Pancing Dan Jenis Umpan pada Pancing
Ulur terhadap Hasil Tang-kapan di Kawasan Zona Pemanfaatan
Perikanan Tradisional Taman Nasional Karimunjawa. Journal of
Fisheries Re-sources Utilization Management and Technology. 1(1):
97-107.
Andrews, R. C. 1914. Monographs of the Pacific Cetacea. Vol. I. The California
gray whale (Rhachianectes glaucus Cope) Mem. Amer. Mus. Nat. Hist.,
1:227-287.
Anonim. 1992. Klasifikasi, Ciri-ciri, Anatomi dan Fisiologi Ikan Hiu.
http://www.pusatbiologi.com/2013/02/klasifikasi-ciri-ciri-anatomi-
dan.html diakses 9 November 2019 pukul 12.00 WIB
Árnason, Ú., R. Lutley, and B. Sandholt. 1980. Banding studies on six killer
whales: an account of C-band polymorphism and G-band patterns.
Cytogenet. Cell Genet., 28:71-78.
Asper, E. D., and L. H. Cornell. 1977. Live capture statistics for the killer whale
(Orcinus orca) 1961-1976, in California, Washington, and British
Columbia. Aquatic Mamm., 5:21-27.
Baird R.W. 1999. Status of killer whales in Canada. COSEWIC Report.
Berzin, A. A., and V. L. Vladimirov. 1982. A new species of killer whale from the
Antarctic. Prioroda No. 6:31. (Translated by S. Pearson, Natl. Marine
Mammal Laboratory, Seattle, Washington.)
Bigg, M. A., and A. A. Wolman. 1975. Live-capture killer whale (Orcinus orca)
fishery, British Columbia and Washington, 1962-73. J. Fish. Res. Board
Canada, 32:1213-1221.
Bray, David Barton, Leticia Merino-Pérez, Patricia Negreros-Castillo, Gerardo
Segura- Warnholtz, Juan Manuel Torres-Rojo, and Henricus F.M.
Vester. 2003. Mexico's Community-Managed Forests as a Global
Model for Sustainable Landscapes. Conservation Biology 17, no. 3:
672-677.
Cabrera-Chaves-Costa, Galvan-Magana AAF, dan Escobar-Sanchez O. 2010.
Food Habbit of the Silky Shark Carcharhinus falciformis (Muller &
Henle, 1839). J. Appl. Ichthhyol. 26: 499-503.
Compagno LJV. 1983. Sharks of the World, an annptated and illustrated
catalogue of Shark Species Known to Date. Part 1.Hexanchiformes
to Lamniformes. FAO Fisheries Synopsis No.125.4.1. Rome. p249.

16
17

Fahmi, Dharmadi. 2005. Status Perikanan Hiu dan Aspek Pengelolaannya.


Oseana. 30(1): 1-8.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Heyning & Dahlheim, 1988. Killer whale Orcinus orca (Linnaeus, 1758). In
Handbook of marine mammals. Vol. 6.
Kamura, Satoru, Hashimoto H. 2004. The Food Habits of Four Species of Triakid
Sharks, Triakis scyllium, Hemitriakis japanica, Mustelus griseus, and
Mustelus manazo, in the Central Seto Inland Sea, Japan. Fisheries
Science. 2004(70): 1019-1035.
Parson, C. K., Herold, D. M., and Leatherwood, M. L. 1982. Turnover During
Initial Employment: A Longitudinal Study of the Role of Causal
Attributions. Journal of Applied Psychology. Vol 70. Hal 337-341.
Scammon, Charles. 1874. Mamalia Laut di Pantai Barat Laut Amerika Utara:
Bersama dengan Perikanan Perikanan Paus Amerika . Dover. ISBN 0-
486-21976-3 .
Suharsono, M, 1986. Biokimia. Jilid II Edisi ke-8. UGM Press. Yogyakarta.
William F. Perrin & Stephen B. Reilly. 1984. Reproductive Parameters of
Dolphins and Small Whales of the Family Deiphinidae. National
Marine Fisheries Service, Southwest Fisheries Center, 8604 La Jolla
Shores Drive, La Jolla, California.

Anda mungkin juga menyukai