Anda di halaman 1dari 15

PAPER

FASE HIDUP PENYU

Disusun oleh:
SALSABELA PUTRI M (E1I021012)

ENA NURHADINI (E1I021021)

SIGIT WIDIANTO FIRSTA (E1I021024)

RANY YOLANDA (E1I021037)

JLANG PERKASA PRAJA U (E1I021042)

MARISA SELVINA (E1I021061)

LABORATORIUM PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah swt, karena berkat karunia-Nya, saya dapat
menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Adapun tean dari paper ini adalah “Fase Hidup
Penyu”. Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Ekologi Laut Tropis yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami, juga ingin berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan
paper ini. Kami jauh dari kata sempurna, dan langkah ini merupakanlangkah yang baik bag
studi sesungguhnya. Oleh sebab itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun sangat diperlukan dan sangat kami harapkan semoga paper ini berguna
bagi kami khususnya, dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bengkulu, 24 Desember 2022

Penyusun

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

Abstrak.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...............................................................................................................5

Latar Belakang.........................................................................................................5
Masalah....................................................................................................................6
Tujuan......................................................................................................................6

PEMBAHASAN..................................................................................................................7

Klasifikasi Penyu.....................................................................................................7
Morfologi Penyu......................................................................................................8
Distribusi Penyu......................................................................................................10
Makanan Penyu.......................................................................................................11
Habitat Penyu..........................................................................................................11
Reprodksi penyu......................................................................................................11
Status dan upaya perlindungan................................................................................12
Adaptasi penyu........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

FASE HIDUP PENYU

Abstrak
3
Penyu merupakan salah satu sumber daya alam lautan yang terbukti mempunyai daya guna
ekonomi yang baik. Seekor penyu mengandung daging, karapas, tulang-tulang dan mampu
menghasilkan puluhan butir telur penyu. Penyu yang ada didunia ini terdiri dari 7 spesies, dan 6
spesiesnya ada di wilayah peraira Indonesia. Yakni penyu Hijau, penyu Lekang, penyu
Tempayan, penyu Sisik, penyu Pipih, dan penyu Belimbing. Setiap jenis penyu tentunya
memiliki morfologinya masing-masing. Populasi penyu di indonesia kini sudah mulai terancam
dan menurun, hal ini tentunya banyak disebabkan oleh aktivitas manusia. Seabagi mahsiswa ilmu
kelautan sudah menjadi tugas kita dalam menjaga serta melestarikan penyu, namun sebelum
masuk langkah tersebut, alanngkah baiknya mengenal kehidupan penyu, sehingga penulis merasa
perlu untuk membuat suatu tulisan yang berisi kehidupan penyu, anacaman, serta upaya
penanggulangannya.

Kata kunci : Penyu, habitat, morfologi, ancaman, upaya.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

4
Penyu (Sea turtle) adalah salah satu satwa peninggalan dari zaman purba 110 juta tahun yang
silam, penyu berhasil melewati zaman purba yang sampai saat ini. Kehidupan penyu saat ini
mulai terancam punah akibat gangguan-gangguan oleh manusia, predator, lingkungan maupun
penyu itu sendiri. Penyu merupakan salah satu sumber daya alam lautan yang terbukti
mempunyai daya guna ekonomi yang baik. Seekor penyu mengandung daging, karapas, tulang-
tulang dan mampu menghasilkan puluhan butirtelur penyu ( Juliono,2017).

Ada 7 jenis penyu di dunia, 6 diantaranya terdapat di Indonesia, yaitu; penyu belimbing
(Dermochelys coriacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu
sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lepidochelys olivacea) dan penyu pipih (Natator
depressa). Saat ini diperlukan upaya perlindungan dan penelitian terhadap penyu beserta lokasi
penelurannya agar dapat meminimalkan penurunan populasi penyu dan masalah yang berkaitan
dengan pemanfaatan dan pelestarian penyu (Benni, 2017)

Hampir semua jenis penyu yang ada di Indonesia tersebut juga dapat ditemukan hidup dan
berkembang biak di sepanjang kawasan pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta, meski saat ini
keberadaannya sudah semakin langka. Penyu menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut.
Pada saat berkembang biak, induk penyu akan ke daratan untuk bertelur dengan membuat
lubang-lubang dan menimbun telurnya di pasir pantai. Penyu menghadapi berbagai ancaman
sepanjang hidupnya. Sejak masih berupa telur, penyu diburu oleh para pemburu liar untuk
diperjual-belikan. Hal ini disebabkan oleh adanya mitos di dalam sebagian masyarakat yang
menganggap konsumsi telur penyu sebagai “obat”.

Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya
ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali
hewan kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk
mengambil napas. Hal tersebut disebabkan penyu bernapas dengan paru-paru. Selain itu, Penyu
adalah satwa migran, seringkali bermigrasi dalam jarak ribuan kilometer antara daerah tempat
makan dan tempat bertelur. Umumnya biota ini bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan
waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer diperkirakan dapat ditempuh 58 - 73 hari.
Penyu juga diketahui menghabiskan waktunya di laut tapi induknya akan menuju ke daratan
ketika waktunya bertelur. Induk penyu bertelur dalam siklus 2-4 tahun sekali, yang akan datang
ke pantai 4-7 kali untuk meletakan ratusan butir telurnya di dalam pasir yang digali.

Keberadaan penyu sekarang sudah terancam, banyak habitat-habitatnya yang telah di


salahgunakan dan dirusak, yang membuat populasi penyu semakin berkurang. Selain perusakan
habitatnya, penyu juga sering diburu oleh manusia. Oleh karena itu disini sebagai mahasiswa
kelautan sudah seharusnya bertindak dalam menjaga dan melestarikannya, namun sebelum itu
kita harus mengenal kebih dekat bagaimana fase hidup dari penyu, oleh karena itu paper ini kami
beri judul “Fase Hidup Penyu”.

Masalah

5
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dijawab dari pembahasan tulisan ini
ialah bagaimana mengatasi ancaman terhadap penyu dan menjaga serta melestarikan penyu dan
habitatnya.

Tujuan

Tujuan pembahasan dalam paper ini adalah untuk mengetahui bagaiana fase hidup dari penyu
dan ancaman terhadap penyu dan cara penanggulangannya bagaimana.

PEMBAHASAN

Klasifikasi Penyu

6
Ada tujuh jenis penyu yang ada didunia, di Indonesia hanya ada enam jenis penyu. Berikut
klasifikasi dari enam jenis penyu yang ada di Indonesia:

 Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudineus
Famili : Chelonidae
Genus : Chelonia
Spesies : Chelonia mydas
 Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudineus
Famili : Chelonidae
Genus : Lepidochelys
Spesies : Lepidochelys olivacea
 Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudineus
Famili : Chelonidae
Genus : Eretmochelys
Spesies : Eretmochelys imbricata

 Penyu Tempayan (Caretta caretta)

Kingdom : Animalia

7
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudineus
Famili : Chelonidae
Genus : Caretta
Spesies : Caretta caretta
 Penyu Pipih (Natator depressus)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudineus
Famili : Chelonidae
Genus : Natator
Spesies : Natator depressus
 Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea)

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudineus
Famili : Chelonidae
Genus : Natator
Spesies : Natator depressus

Morfologi Penyu

Secara morfologi, penyu mempunyai keunikan-keunikan tersendiri dibandingkan hewan-


hewan lainnya.Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung atau karapas keras yang berbentuk pipih
serta di lapisi oleh zat tanduk.Karapas tersebut mempunyai fungsi sebagai pelindung alami dari
predator. Penutup pada bagian dada dan perut di sebut dengan Plastron. Ciri khas penyu secara
morfologis terletak pada terdapatnya sisik infra marginal (sisik yang menghubungkan antara
karapas, plastron, dan terdapat alat gerak berupa flipper). Flipper pada bagian depan berfungsi
sebagai alat dayung dan flipper pada bagian belakang berfungsi sebagai alat kemudi. Pada
penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat dilihat dari warna

8
tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada badan dan kepala penyu (Raden dkk.,
2016).

Penyu sisik sering juga disebut dengan penyu karang atau penyu genting. Disebut penyu
karang karena penyu jenis ini hidup diperairan-perairan karang dan disebut penyu genting
kerena susunan karapasnya tersusun-susun rapi menyerupai seperti susunan genting. Penyu sisik
adalah penyu memiliki moncong berbentuk paruh, rahang atas melengkung ke bawah dan agak
tajam. Bentuk kepala seperti burung kakak tua. Bentuk dari penyu hijau adalah oval agak sedikit
meruncing dibelakang dengan kepala yang kecil bundar. Karapasnya (cangkangnya) berwarna
coklat atau kehitaman dan kekuningan dengan bintik-bintik dikarapas. Bentuk penyu ini pipih
dan hampir tidak dapat dibedakan dengan penyu hijau karena punggungnya hampir sama.
Bentuk punggungnya rata dengan sisi dan ditemukan sisik didepan mata, serta warnanya abu-
abu. Penyu lekang karapasnya kira-kira berbentuk bulat, berwarna abu-abu dan pori-pori terdapat
pada karapasnya. Penyu kepi Tubuhnya hampir sama dengan penyu lekang tetapi sedikit lebih
besar. Penyu tempayan disebut juga dengan penyu merah. Warna karapas atau tempurung dari
penyu jenis ini kemerah-merahan. Dan yang terakhir adalah penyu belimbing memiliki bentuk
pada karapasnya berbintik putih dan berwarna gelap.

 Penyu hijau

Penyu hijau memiliki karapas yang melebar. Bagian karapasnya berwarna kehitaman atau
kuning kehijauan, sedangkan bagian tepi karapasnya berwarna putih tipis. Selain itu, penyu hijau
juga memiliki plastron yang berwarna putih. Jumlah scales dan scutes pada penyu jenis ini sama.
Kepala penyu hijau relatif kecil dan tumpul. Ukuran panjang penyu hijau adalah antara 80-150
cm (WWF) dengan berat yang dapat mencapai hingga 132 kg . Morfologi Penyu hijau memiliki
tempurung punggung (karapas) yang terdiri dari sisiksisik yang tidak saling tumpang tindih.
Warna karapas pada bagian dorsal tukik penyu hijau berwarna hitam, pada saat remaja warnanya
menjadi coklat dengan radiating streak (bercak kekuningan yang menyebar) dan warnanya
menjadi sangat bervariasi ketika sudah dewasa (Rosaliba dan Prihajatno, 2022).

 Penyu sisik

Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) merupakan penyu yang memiliki ciri khas
moncong berbentuk paruh, rahang ats melengkung ke bawah dan relatif tajam seperti burung
elang sehingga sering disebut “Hawksbill turtle”. Karakteristik morfologi penyu sisik adalah
warna karapas bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron berwarna kekuningan, dengan
dua pasang sisik prefrontal. Paruh penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu
menjangkau makanan yang berada di celah karang seperti sponge dan anemon. Jenis penyu ini
makan udang dan cumi-cumi. Rata-rata penyu sisik dewasa dapat tumbuh sampai satu meter dan
berat sekitar 80 kg. Penyu sisik terbesar yang pernah ditangkap memiliki berat 127 kg (Afifah
dkk., 2019).

 Penyu pipih
9
Karapas dewasa memiliki panjang rata-rata 90 cm (35 in). Bentuknya rendah berkubah, tepi
yang terbalik, dan memiliki empat pasang sisik rusuk yang jumlahnya kurang dari sisik rusuk
penyu lainnya. Bagian atas merupakan bagian perut berwarna zaitun abu-abu, dan lebih pucat.
Sepasang sisik tunggal terletak di bagian depan kepala, yang juga membedakan spesies ini.

 Penyu belimbing

Bentuk kepala dari penyu belimbing kecil, bulat dan tanpa adanya sisik-sisik seperti
halnya penyu yang lain. Penyu blimbing berukuran sekitar lebar 17-22,3 % dari seluruh panjang
karapas, mempunyai paruh yang lemah, tetapi berbentuk tajam, tidak punya permukaan
penghancur atau pelumat makanan. Bentuk tubuh penyu jantan dewasa lebih pipih dibandingkan
dengan penyu betina, plastron mempunyai cekungan ke dalam, pinggul menyempit dan
corseletnya tidak sedalam pada penyu betina. Warna karapas penyu dewasa kehitam-hitaman
atau coklat tua. Di bagian atas dengan bercak-bercak putih dan putih dengan bercak hitam di
bagian bawah. Berat penyu ini dapat mencapai 1 ton dengan panjang dari ujung ekor sampai
moncongnya lebih dari 215 cm, sementara jenis penyu yang lainnya sekitar 100 cm ( Sahureka
dkk., 2018).

 Penyu Lekang

Secara morfologi penyu lekang memiliki kerapas dengan bentuk kubah yang menjulang
tinggi dan terdiri dari 5 pasang coastal scutes yang mana setiap sisinya terdapat 6-9 bagian.
Bagian pinggir dari kerapas penyu lekang cenderung lebih lembu, kerapas dari penyu lekang
memiliki warna hijau gelap ( dark olive green), pada plastron jumlah scutes infra marginal nya
terdapat 4 pasang, bagian plastron ini mempunyai warna cerah yaitu kuning. Pada bagian scales
prefrontal atau bagian mukannya terdapat 2 pasang sisik cm ( Fajashri dkk., 2019).

Distribusi Penyu

Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan habitat dari enam spesies penyu yang ada
didunia. Berikut ini persebaran penyu yang ada diIndonesia sumber (Ario dkk., 2016 ) :

No Spesies Sebaran
1 Penyu hijau Diseluruh perairan Indonesia : Perairan
Barat Indonesia (Aceh, Sumatera Barat,
Kep. Riau, Bangka Belitung), Perairan
Tengah (Kep. Seribu, Jawa Barat, Karimun
Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur), Kawasan Timur (Sulawesi, Bali,
NTT, NTB, Maluku, Papua)
2 Penyu Pipih Perairan Nusa Tengara Timur/Maluku
yang berbatasan dengan perairan Australia
3 Penyu Lekang Perairan pantai Jawa Timur, perairan Bali,
NTT dan Papua

10
4 Penyu Sisik Diseluruh perairan Indonesia, terutama
pada pantai-pantai/ daerah terumbu karang
dan dipulau-pulau kecil
5 Penyu Belimbing Perairan Samudera Hindia, meliputi : Barat
Sumatera, Selatan Jawa. Perairan Cina
Selatan, Perairan Samudera Pasifik,
Perairan Papua
6 Penyu Tempayan Perairan TN Komodo, Perairan Taka
Bonerate, Kep. Banggi dan Perairan NTB

Makanan

Penyu tergolong hewan reptil, dimana penyu biasanya memakan ikan atau udang yang berukuran
kecil dan juga memakan ubur-ubur. Namun, tak hanya itu ada penyu yang memakan spons
terumbu karang yakni penyu sisik. Selanjutnya penyu Lekang, selain memakan ikan dan udang
kecil serta ubur-ubur, penyu jenis ini juga memakan kepiting, lamun, serta alga. Sedangkan pada
penyu hijau, penyu Belimbing, penyu Pipih, dan penyu Tempayan mereka juga memakan ikan
dan udang yang berukuan kecil, alga, lamun, ubur-ubur, dan jua kepiting. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Juliano dan Ridwan, 2017) yang menyatakan bahwa penyu merupakan hewan
pemakan segalanya atau omnivora, dan setiap jenis penyu memiliki jenis makanan yang spesifik.
Misalnya saja spons terumbu karang yang menjadi makanan utama penyu sisik.

Habitat Penyu

6 jenis penyu hidup dan tersebar diseluruh wilayah perairan Indonesia. Penyu memiliki habitat
dilaut yang sebagian besar dari keseluruhan hidupnya. Namun, saat masa peneluran penyu akan
pergi kedarat, kembali kedarat hanya dilakukan penyu saat proses peneluran dan penetasan,
selebihnya mereka akan kembali kelaut. Penyu biasanya berteur diarea pantai. Menurut (Pradana
dkk., 2013) menyatakan bahwa pantai tempat habitat penyu untuk bertelur memiliki persyaratan
umum, antara lain posisinya mudah dijangkau dari laut, posisinya harus cukup tinggi agar
mencegah telur terendam oleh pasang tinggi, pasir relatif lepas, serta berukuran sedang untuk
mencegah runtuhnya lubang sarang saat pembentukan. Kemudian, bersalinitas rendah, lembab
dan substrat yang baik bagi telur penyu.

Reproduksi Penyu

Penyu berkembangbiak dengan cara bertelur. Penyu melakukan perkawinan didalam air, dimana
penyu jantan dan betina kan berkawin dimana penyu jantan akan berada diatas penyu betina.
Menurut (Isdianto, 2022) ketika akan bertelur, biasanya hanya penyu betina yang akan naik
kedaratan. Sedangkan penyu jantan berada didaerah sub-tidal. Penyu bertelur dengan tingkah
laku yang berbeda sesuai dengan spesiesnya masing-masing. Penyu betina akan kembali lagi
kelaut setelah musim peneluran berakhir, dab tidak akan bertelur lagi untuk 2-8 tahun

11
mendatang. Penyu jantan biasanya kembali keruaya pakannya stelah penyu betina menyelesikan
kegiatan bertelur dua mingguan dipantai.

Status dan Upaya Perlindungan Penyu

Dikutip dari pernyataan (Ghazali, 2020) Penyu merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi
baik berdasarkan ketentuan hukum nasional maupun ketentuan internasional, karena
keberadaannya telah terancam punah, yang diakibatkan oleh faktor alam maupun aktivitas
manusia. Penyu hijau masuk ke dalam kategori endangered (terancam punah), sedangkan CITES
memasukan penyu hijau ke dalam appendix I bersama dengan semua jenis penyu lainnya.
Regulasi/Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan penyu serta
habitatnya sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990

2. Undang-undang No.31 Tahun 2004

3. Undang-undang No.45 Tahun 2009

4. Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999

5. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2007

6. Keputusan Presiden No.43 Tahun 1978

7. Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan No.526 Tahun 2015

Adapun beberapa upaya untuk menjaga agar keberadaan penyu tetap berlangsung antara lain :
menjaga pantai tempat penyu bertelur, membuat daerah penetasn telur buatan dan membuat
kolam pembesaran tukik sebelum dilepas ke laut, tidak membuang sampah dilaut dan menjaga
habitat penyu dengan baik.

Adapatasi Penyu

Penyu telah mengalami beberapa adaptasi untuk dapat hidup di laut, diantaranya dengan adanya
tangan dan kaki yang berbentuk seperti sirip dan bentuk tubuh yang lebih ramping untuk
memudahkan mereka berenang di air. Misalnya adaptasi pada penyu Sisik, menurut (Fitriani
dkk., 2020) dimana Penyu sisik memiliki bentuk adaptasi dengan air mata yang memiliki bau
sama dengan telurnya. Untuk mengelabui mangsanya, penyu saat bertelur membuat dua lubang
galian, satu lubang untuk meletakan telur dan lubang yang lain untuk air matanya. Biasanya,
yang berhasil dikelabui oleh penyu adalah biawak, karena biawak sendiri memiliki satu kali
penciuman. Jadi, jika biawak tersebut sudah memeriksa satu lubang yang ternyata bukan berisi
telur penyu, biawak tersebut tidak akan memeriksa lubang yang lain. Pemangsa penyu sendiri
selain biawak yang paling mematikan antara lain ada semut, kepiting dan manusia.

12
DAFTAR PUSTAKA

13
Afifah, A. N., Sabila, F., dan Hardi, O. S. 2019. Analisis Karakteristik Habitat Penyu Sisik
Taman Nasional Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu,
Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Siliwangi Seri Sains dan Teknologi. 5(1):23-27.

Ario, R., Wibowo, E., Pratikto, I., dan Fajar, S. 2016. Pelestarian habitat penyu dari ancaman
kepunahan di turtle conservation and education center (TCEC), Bali. Jurnal Kelautan
Tropis. 19(1) : 60-66.

Benni, B., Adi, W., dan Kurniawan, K. 2017. Analisis Karakteristik Sarang Alami Peneluran
Penyu. Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan. 11(2): 1-6.

Fajasri, R. A., Damanhuri, H., dan Muhar, N. 2012. Pengenalan Penyu Lekang (Lepidochelys
Olivacea) Di Pantai Ampiang Parak Melalui Karakter Morfologi. Article of
Undergraduate Research, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bung Hatta
University. 15(1) : 13-20.

Fitriani, V., Oktaviani, H. M., & Hadi, O. S. 2020. Konservasi Penyu Sisik, Elang Laut & Elang
Bondol Di Pulau Pramuka Dan Pulau Kotok, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta.
Jurnal Siliwangi Seri Sains dan Teknologi. 6(1): 20-29

Gazali, M. 2020. Bimbingan Teknik (BIMTEK) Bagi Mahasiswa Tentang Teknik Relokasi Telur
Penyu di Gampong Keude Panga Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Marine
Kreatif. 2(1): 10-20.

Juliono, J., dan Ridhwan, M. 2017. Penyu dan usaha pelestariannya. Serambi Saintia: Jurnal
Sains dan Aplikasi. 5(1) : 1-6.

Pradana, F. A., Said, S., dan Siahaan, S. 2013. Habitat Tempat Bertelur Penyu Hijau (Chelonia
mydas) di Kawasan Taman Wisata Alam Sungai Liku Kabupaten Sambas Kalimantan
Barat. Jurnal hutan lestari. 1(2) : 1-16.

Rosalina, D., dan Prihajatno, M. 2022. Upaya Konservasi Penyu Lekang (Lepidochelys
Olivacea) Di Wilayah Konservasi Edukasi Mangrove Dan Penyu Pantai Cemara,
Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia. 14(1):1-10.

Sahureka, I., Puttuhena, J. D., dan Latupapua, Y. 2018. Formasi Vegetasi Habitat Peneluran
Penyu Belimbing (Dermochelys Coreacea) Di Pantai Jamursba Medi Kabupaten
Tambrauw. Jurnal Hutan Pulau-Pulau Kecil. 2(2) : 177-187.

14
15

Anda mungkin juga menyukai