Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH ZOOLOGI INVERTEBRATA

FILUM ECHINODERMATA

Disusun oleh:
Kelompok 10
Siti Merlianawati Sinaga 1304620017
Alif Dian Yudhani 1304620024
Juliana Muawanah 1304620045
Khalisdhia Falah Baldimaron 1304620056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Filum Echinodermata" dengan tepat waktu.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Hanum Isfaeni, M.Si.dan Ibu
Ratna Komala M.Si. selaku dosen Mata Kuliah Zoologi Invertebrata yang telah membantu
penulis dalam mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, diharapkan
saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 7 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam ekosistem laut
dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai makanan, pemakan sampah
organik dan hewan kecil lainnya. Sehingga ia mempunyai peran sebagai pembersih
lingkungan laut terutama pantai. Selain itu echinodermata juga dapat dijadikan parameter
(bioindikator) kualitas di perairan laut (ekosistem laut). Hal ini senada apa yang dituliskan
Dahuri (2003) menyatakan bahwa “Jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan seston
atau pemakan destritus, sehingga peranannya dalam suatu ekosistem untuk merombak sisa-
sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh
beberapa jenis Echinodermata.
Secara umum di dalam ekosistem laut echinodermata mencapai diversitas tertinggi di
terumpu karang dan pantai dangkal. Hal ini dikarenakan Larva dari Echinodermata, terutama
bintang laut dan bulu babi, bersifat pelagis, dan biasa berenang sampai jarak yang jauh untuk
memperluas distribusi (Rompis, dkk, 2013). Juga beberapa jenis Echinodermata hidup dalam
sumur - sumuran di daerah pantai atau di bawah rumput laut, ada juga yang membenamkan
diri dalam tanah liat di muara sungai atau di bawah karang-karang yang lunak (Umagap,
2013). Kelompok utama fhilum Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas bintang
laut (Asteroidea) contoh: Archastertypicus, kelas Bintang Ular (Ophiuroidea) contoh:
Amphiodiaurtica, kelas Landak Laut (Echinoidea) contoh: Diademasetosium, kelas lilia laut
(Crinoidea) contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Tripang Laut (Holothuroidea) contoh:
Holothuriascabra (Katili, 2011).

1.2 Rumuusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Echinodermata?
2. Bagaimana Karakteristik Echinodermata?
3. Bagaimana taksonomi dari Filum Echinodermata?
4. Bagaimana filogeni dari Filum Echinodermata?
5. Bagaimana cara konservasi dari Filum Echinodermata?
6. Bagaimana habitat dari Filum Echinodermata?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi dari Echinodermata.
2. Dapat mengetahui karakteristik Echinodermata.
3. Dapat mengetahui taksonomi dari Filum Echinodermata.
4. Dapat mengetahui filogeni dari Filum Echinodermata.
5. Dapat mengetahui cara konservasi Filum Echinodermata.
6. Dapat mengetahui habitat dari Filum Echinodermata.
BAB 2
KAJIAN MATERI
2.1 Definisi
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit.
Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Hewan ini memiliki
kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua
hewan yang termasuk dalam kelas ini bentuk tubuhnya simetri radial dan kebanyakan
mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri (Jasin. 1984)
Echinodermata adalah Phylum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup
di air tawar atau darat. Echinodermata (dalam bahasa yunani, echino berarti landak, derma
yakni kulit). Jadi, dapat diartikan echinpdermata adalah kelompok hewan tripoblastik yang
memiliki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit.
Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya. Kebanyakan memiliki simetri
radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima) (Arnone, Byrne, & Martinez,
2015).

2.2 Taksonomi
Filum Echinodermata dibagi dalam lima kelas utama yakni teripang (Holothuroidea),
bintang laut (Asteroidea) bintang ular (Ophiuroidea), bulu babi (Echinoidea) dan lili laut
(Crinoidea). Hewan-hewan ini sangat umum dijumpai di daerah pantai terutama daerah
terumbu karang. Di Indonesia dan sekitarnya (Kawasan Indo Pasifik Barat) terdapat teripang
sebanyak kurang lebih 141 jenis, bintang laut 87 jenis, bintang ular 142 jenis bulu babi 84
jenis dan lili laut 91 jenis (Yusron, 2013).
A. Kelas Holothuroidea
Holothuroidea dalam bahasa Indonesia disebut dengan teripang atau timun laut.
Merupakan kelompok hewan invertebrata yang banyak terdapat di lautan yang ada di
seluruh dunia. Mereka bergerak lambat dan hidup pada dasar laut. Di dalam ekosistem
laut, teripang merupakan kelompok hewan yang berperan sangat penting bagi ekosistem.
Mereka merupakan hewan pemakan deposit dan suspensi. Dalam taksonomi hewan,
Holothuroidea merupakan sebuah kelas anggota filum Echinodermata. Saat ini di seluruh
dunia terdapat sekitar 1.200 spesies anggota kelas ini yang telah teridentifikasi. 1.200
spesies tersebut dikelompokkan ke dalam 6 Ordo yaitu:
1. Ordo Dactylochirota
Tentakel sederhana, tubuh terbungkus cangkang lentur. Contohnya, Sphaerothuria sp.

2. Ordo Aspidochirota
Jumlah tentakel sekitar 20 buah, kaki tabung banyak dan tampak jelas, mempunyai
pohon pernapasan.Contohnya, Actinopyga sp.

3. Ordo Elasipoda
Bentuk tubuh berbeda dengan timun laut pada umumnya. Tentakel 10-20 buah, kaki
tabung sedikit,mulut pada bagian ventral, tanpa pohon respirasi,terutama di laut
dalam sampai kedalaman 5.000 m. Contohnya, Pelagothuria sp.
4. Ordo Dendrochirota
Tentakel biasanya 10 sampai 30 buah, bercabang-cabang banyak seperti bunga kol,
kaki tabung banyak, bentuk sempurna terdapat pada seluruh ambulakral, mempunyai
pohon respirasi. Contohnya, Psolus sp.

5. Ordo Molpadiida
Tubuh bagian posterior mengecil seperti bentuk ekor.Tentakel 15 buah, kaki tabung
terbatas hanya sebagai anal papilla, mempunyai pohon respirasi. Contohnya,
Molpadida sp.

6. Ordo Apodida
Bentuk tubuh panjang dan ramping seperti ular.Tentakel 10-20 buah atau tidak ada,
seperi jari tangan atau bulu unggas, kaki tabung dan pohon pernapasan tidak ada.
Contohnya, Chiridota sp.
B. Kelas Crinoidea
Crinoidea adalah salah satu anggota filum Echinodermata. Hewan ini biasanya
disebut dengan lili laut atau bintang bulu. Sebagian besar crinoidea hidup di perairan
dalam dan beberapa spesies hidup di laut dangkal, seperti terumbu karang. Adapun
ukuran dimensinya tidak melebihi 40 cm dengan berbagai warna yang cantik dan
mengesankan. Bentuk hewan ini mirip seperti tanaman. Habitatnya berada di pantai
hingga kedalaman 12.000 kaki.Crinoidea terdiri dari 2 ordo yang masih ada sampai saat
ini, yaitu:
1. Ordo Inadunata
2. Ordo Articulata yang teridir atas 3 famili, yaitu:
a. Famili 1 Pentacrinidae yang memiliki tangkai panjang, cirri panjang, tidak
memiliki agar, cakram tubuhkecil, lengan terbagi secara dichotomy sampai 10
kali, pinnule kecil. Contohnya, Isocrinus sp.

b. Famili 2 Antedonidae mempunyai tangkai pada saat masih muda, terdapat cirri
pada dasar tangkai pada hewan yang telah dewasa. Lengannya panjang berjumlah
antara 5-25 buah, mempunyai pinnulae,merupakan hewan cosmopolitan.
Contohnya, Antedon tannela.
c. Famili 3 Comasteridae mempunyai tangkai pada hewanyang masih muda,
memiliki cirri sedikit atau tidak ada pada dasar tangkai, mulut tidak tepat
ditengah. Contohnya, Neocomatella alata.

C. Kelas Echinoidea
Echinoidea adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga landak laut.
Echinoidea berasal dari kata Yunani yaitu echinos (landak) dan eiodes (bentuk). Tubuh
Ecinoidea dipenuhi dengan duri yang tersusun atas zat kapur. Ada yang berduri panjang
dan lancip dan ada pula yang berduri pendek dan tumpul. Kelas Echinoidea terdiri dari 8
ordo, yaitu:
1. Ordo Cidaroidea
Tempurung bulat dan keras, tidak mempunyai insang, memiliki duri primer dan duri
sekunder pada pelat interambulakral yang terletak berjauhan. Contohnya, Cidaris sp.
2. Ordo Echinothuroidea
Tempurung lentur, bagiand alam duri bolong sepereti pipa, permukaan duri halus
(licin), insang kecil atau tidak ada. Contohnya, Echinothuria sp.

3. Ordo Diadematoidea
Tempurung keras atau lentur, bagian duri bolong seperti pipa, permukaan duri terdapat
duri-duri kecil. Contohnya, Diadema sp.
4. Ordo Salenioida
Pelat anal besar sehingga anustidak teletak di tengah pericproct. Contohnya,
Acrosalenia sp.

5. Ordo Echinoida
Tonjolan pada tempurung tidak berpori, alur tempat insang dangkal. Contohnya,
  Echinus sp. dan Strongylocetrotus sp

6. Ordo Clypeasrteroida
Ambulacral pada daerah oral lebih lebar daripada interambulakral. Contohnya,
Clypeaster sp
7. Ordo Spatongoida
Bentuk tubuh oral agak panjang, pusat oral bergeser ke anterior, petaloid kadang-
kadang tersembunyi dalam alur. Contohnya Spatangus sp., Meoma sp., dan
Echinacardium sp.

8. Ordo Arbacioida
periproct terdiri atas 4 atau 5 pelat. Contohnya, Arbacia sp.

D. Kelas Ophiuroidea
Ophiuroidea merupakan hewan berbentuk bintang dengan lengan lurus, panjang,
dan fleksibel. Sering juga disebut sebagai bintang ular laut. Cakram tubuhnya terlihat
jelas. Anggota kelas ini memiliki kaki ambulakral pada lengan pipanya yang lebih sedikit
dibandingkan anggota kelas Asteroidea. Sampai saat ini ada sekitar 1.500 spesies
Ophiuroidea yang berhasil ditemukan, kebanyakan merupakan hewan laut yang hidup di
laut dalam. Umumnya Ophiuroidea hidup secara berkelompok, bahkan hingga jumlah
besar. Ophiuroidea memiliki 3 ordo, yaitu:
1. Ordo Ophiurae
Memiliki lengan-lengan yang sederhana, kebanyakan berjumlah lima, ossikula lengan
bersendi dengan lubang dan tonjolan, diskus dan lengan tertutup oleh sisik-sisik.
Duri-duri pada lengan menuju lateral dan dilanjutkan keluar atau ke atas dari ujung-
ujung lengan,madreporit tunggal. Contohnya, Ophiothrix sp.

2. Ordo Oegophiurida
Kebanyakan merupakan spesies dari era Paleozoikum yang telah punah, tinggal satu
spesies dilaut dalam, yaitu dari genus Ophiocanops sp.

3. Ordo Phrynophridia
Pisin pusat tertutup kulit, tameng di bagian dorsal tangan tidak ada. Contohnya,
Ophiomyxa sp. dan Gorgonocephalus sp.
E. Kelas Asteroidea
Asteroidea atau dalam bahasa indonesia disebut dengan bintang laut merupakan
kelas avertebrata yang merupakan anggota filum Echinodermata. Kelas ini terdiri dari
sekitar 1800 spesies yang semuanya hidup di laut. Persebaran kelompok hewan ini di laut
cukup luas, ia dapat ditemukan di hampir semua laut yang ada di dunia, bahkan di laut
sekitar kutup sekalipun. Asteroidea hidup di perairan dangkal hingga laut dalam dengan
kedalaman 6.000 meter. Tubuh anggota kelas Asteroidea pipih, pentagonal atau
berbentuk bintang. Mempunyai lima lengan yang menyebar secara simetri dari sebuah
diskus sentral.kelas asteroidea memiliki 5 ordo, yaitu:
1. Ordo Platysterida
Berkaki ambulakral pada daerah yang luas. Lengannya memiliki lempengan tepi dari
kapur. Contohnya, Planaster sp.

2. Ordo Hemizonida
Mempunyai lekukan daerah ambulakral yang dalam. Terdapat pada zaman
pertengahan carbon. Ordo ini telah punah.Contohnya, Taeniactis sp.
3. Ordo Phanerozonia
Lengannya memiliki 2 jajaran lembatan kapur, papula terletak pada bagian
aboral,tidak ada pedicellaria melintang, terdapat 2 jajaran kaki ambulakral. Terdapat
mulai zaman Ovdivici sampai sekarang. Contohnya, Ctenodiscus sp. (bintang laut
lumpur), Luidia, Astropecten, berbentuk cakram dengan lengan kecil yang lentur.

4. Ordo Spinulosa
Lembaran tepi kecil, pedicellaria jarang. Contohnya, Asterina, Patricia, dan
Henricia. Lengannya bulat panjang dan ramping. Solaster sp. (bintang matahari)
yang memiliki 1-14 lengan.
5. Ordo Forcipulata
Lembaran tepi tidak jelas, pedicellaria memiliki anak jepitan yang
melintang.Contohnya, Pycnopodia, terdapat di pantai daerah Pasifik, memiliki lengan
18-24 cm, cakram tubuh lunak dan pipih.Asterias sp. , Pisaster sp. merupakan
bintang laut yang umum terdapat di mana-mana. Leptasterias sp. melindungi anaknya
yang masih muda,Stenaphanas terias memiliki lengan sampai 9 buah.

2.3 Evolusi
Dugaan kemunculan Echinodermata berawal dari ditemukannya fauna yang hidup di Era
Paleozoic Masa Cambrian pada tahun 2010 oleh Burgess Shale. Fauna tersebut bernama
Herpetogaster, dengan ciri-ciri bersifat lunak, berbentuk cacing dengan dua tentakel panjang,
yang diasumsikan berguna untuk menangkap makanannya. Penemuan Herpetogaster
menunjukkan bahwa sistem ambulacral primitif memiliki struktur seperti batang yang terdiri
dari tubuh yang bersifat lunak,tentakel dan otot yang menonjol. Analisis filogenetik dari
hemichordate menunjukkan bahwa echinodermata dan hemichordata muncul sekitar 533 juta
tahun yang lalu (Caron dan Jackson, 2008)

Kemunculan Echinodermata
Spesies pertama yang dikategorikan sebagai Echinodermata berdasarkan fosilnya adalah
Pleurocystites squamosus (Brower, 1997). Fosil Crinoidea pertama yang di identifikasi
adalah Ammonicrinus  wanneri dimana spesies ini memiliki feeding arm untuk memerangkap
makanan. Stylophora adalah salah satu kelas dari Echinodermata yang semua spesiesnya
sudah punah. Kelas ini cenderung memiliki bentuk yang pipih dan asimetris berbeda dengan
Echinodermata yang lain. Salah satu fosil spesies dari kelas ini adalah Cothurnocystis
elizae (Woods and Jefferies, 1992) yang ditemukan di wilayah Amerika Utara. Selain itu ada
pula kelas Edrioasteroidea, kelas ini tergolong dalam kelas Echinodermata yang telah punah.
Bentuknya menyerupai cakram atau bantal yang simetris. Mereka hidup melekat pada
substrat keras anorganik, contohnya spesies Isorophus africanus
(Sumral dan Zamora, 2012). Selanjutnya adalah kemunculan dari kelas Echinoidea,
Asteroidea, dan Ophiuroidea yang hingga kini spesiesnya masih eksis. Kelas
Holothuroidea merupakan kelas Echinodermata yang kemunculannya paling
akhir dibandingkan dengan kelas lain.

Pleurocystites Ammonicrinus wanneri Cothurnocystis elizae Isorophus africanus


squamosus

Saat ini diperkirakan terdapat kurang lebih 7000 spesies dari filum Echinodermata yang
masih eksis hingga sekarang (Appeltans et al. 2012) sedangkan sudah 13.000 fosil spesies
yang tercatat sejak kemunculan di Masa Cambrium ± 540 juta tahun yang lalu (Arnone et al.,
2015). Echinodermata dan Chordata berasal dari nenek moyang yang sama
ditinjau dari perkembangan embrionik dan endoskeleton (Jefferies,1990). Adapun
kemunculan kelas Echinodermata di beberapa masa yang ditunjukkan oleh table dibawah ini
Umur Geologi Kelas Echinodermata
Masa Cambrian (545 juta tahun lalu) Ctenocystoidea Homoiostelea
Homostelea Eocrinoidea
Helicoplacoidea Edrioasteroidea
Stylophora
Masa Ordovician (495 juta tahun lalu) Paracrinoidea Diploporita
Parablastoidea Crinoidea
Coronata Echinoidea
Ophiocystoides Asteroidea
Cyclocystoidea Ophiuroidea
Rhombifera Holothuroidea
Masa Silurian (420 juta tahun lalu) Blastoidea

2.4 Ekologi
Kelangsungan hidup Echinodermata dipengaruhi oleh faktor fisik kimia perairan seperti
suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut dan lain-lain. Semua Echinodermata yang hidup di laut di
mulai dari daerah litoral hingga pada kedalaman 6000 meter. Echinodermata merupakan
salah satu hewan yang sangat penting dalam ekosistem laut karena bermanfaat sebagai salah
satu komponen dalam rantai makanan, pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya.
Jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan seston atau pemakan destritus, sehingga
berperan dalam suatu ekosistem laut untuk merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak
terpakai oleh spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh beragam jenis Echinodermata.
Masing-masing kelas dari Echinodermata memiliki peranan tersendiri terhadap ekologi
laut. Asteroidea (bintang laut) dan Ophiuroidea (bintang mengular) memiliki peranan sebagai
pelindung karang dari pertumbuhan alga yang berlebihan. Holothuroidea dan Echinoidea
memiliki peranan sebagai pendaur ulang nutrien. Echinodermata disebut sebagai kunci
ekologi yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut (Raghunathan dan
Venkataraman, 2012)

2.5 Filogeni
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rozhnov pada tahun 2002 terdapat tujuh
kelas Echinodermata yang mucul pada Masa Cambrian (545 juta tahun lalu). Selanjutnya
terdapat dua belas kelas yang muncul di Masa Ordovician (495 juta tahun lalu), dan yang
terakhir terdapat satu kelas yang muncul di Masa Silurian (420 juta tahun lalu).
Echinodermata sendiri dari awal kemunculannya terbagi menjadi beberapasubfilum.
Beberapa dari subfilum ini hampir semua spesiesnya sudah hilang adapula subfilum yang di
dalamnya masih terdapat spesies yang dari awalkemunculannya hingga sekarang masih tetap
eksis. Berikut adalah table cladaogram filogeni dari Filum Echinodermata

2.6 Spesies Baru


Penemuan terbaru spesies dari Filum Echinodermata yang mampu menjadi petunjuk
untuk riset selanjutnya mengenai keberlangsungan filum ini bernama Chiridota
herdothermica yang berasal dari kelas Holothuroidae dan ditemukan di hydrothermal vent
asifik Barat dan Timur Selatan Pasifik. Selanjutnya adalah dari kelas Echinoidea yang
organismenya ditemukan di Pasifik Utara (New Caledonia). Nama spesiesnya adalah
Coelopleurus exquisitus dan ditemukan pada kedalaman 240 – 520 meter dibawah
permukaan laut (Simon, 2006). Paling terbaru adalah spesies dari kelas Asteroidea dengan
nama Astrophiura caroleae yang ditemukan di Atlantik baratpada kedalaman perairan
224 – 434 meter pada tahun 2018. (Pawson, 2018)
Chiridota herdothermica Coelopleurus Astrophiura caroleae
exquisitus
2.7 Konservasi
Echinodermata. Echinodermata merupakan hewan laut yang memiliki kulit berduri atau
berbintil. Hewan-hewan ini dibagi dalam 5 kelas utama yakni: teripang (Holothuroidea), bintang
laut (Asteroidea), bintang ular (Ophiuroidea), bulu babi (Echinoidea), dan lili laut (Crinoidea).
Hewan ini sangat umum dijumpai di daerah pantai terutama di daerah terumbu karang. Di
Indonesia dan sekitarnya (kawasan Indo-Pasifik Barat) terdapat biota teripang kurang lebih 141
jenis, bintang laut 87 jenis, bintang ular 142 jenis, bulu babi 84 jenis dan lili laut 91 jenis (Nontji,
1993).
Peranan Echinodermata adalah untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut, sebagai
pembersih limbah dan sampah, mempunyai peranan pada ekosistem lamun sebagai jaringan
makanan, sebagai herbivora, karnivora, omnivora ataupun sebagai pemakan detritus (Clark dan
Rowe, 1971). Echinoodermata mempunyai nilai ekonomis tinggi, dan beberapa jenis diantaranya
dapat dimakan misalnya teripang serta bulu babi. Selain itu, Echinodermata juga dimanfaatkan
sebagai hiasan dan sebagai souvenir (Suparna, 1993).
Pariwisata berkembang menjadi konsep ekowisata. Ekowisata merupakan konsep
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya
pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah
setempat
Seperti pantai Paranti yang dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk mencari nafkah,
seperti mencari ikan dan mengumpulkan berbagai jenis biota dari filum Echinodermata. Teripang
dan bulu babi merupakan spesies yang banyak diambil dan dijual karena memiliki nilai
ekonomis yang tinggi, selain itu pantai ini di jadikan tempat wisata bagi wisatawan domestik dan
mancanegara. Aktivitas yang dilakukan berupa menginjak, memegang, mengambil biota laut dan
tidak menjaga kebersihan akan berpengaruh terhadap ekosistem laut, salah satunya menganggu
kehidupan Echinodermata (Nurul, 2016). Pantai Paranti memiliki keberagaman Echinodermata
yang tergolong sedang. Spesies Echinodermata yang didapat di Pantai Paranti Kecamatan Rainis,
Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 27 spesies. Lima spesies dari
kelas Asteroidea, sembilan spesies dari kelas Ophiuroidea, delapan spesies dari kelas
Holothuroidea dan lima spesies dari kelas Echinoidea. Kondisi lingkungan di perairan Pantai
Paranti masih sesuai untuk kehidupan Echinodermata.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Echinodermata
Echinodermata adalah Phylum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup
di air tawar atau darat. Echinodermata (dalam bahasa yunani, echino berarti landak, derma
yakni kulit). Jadi, dapat diartikan echinpdermata adalah kelompok hewan tripoblastik yang
memiliki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit.
Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya. Kebanyakan memiliki simetri
radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi 5) (Arnone, Byrne, & Martinez, 2015).
Echinodermata mempunyai kulit keras yang tersusun dari zat kapur dengan 5 lengan
berbentuk seperti jari, dan organorgan tubuh yang berjumlah/kelipatan 5. Pada umumnya
hewan ini bertubuh kasar karena terdapat tonjolan kerangka dan duri di tubuhnya. Bentuk
tubuh Echinodermata memiliki ciri khas yakni bersifat simetri radial dengan penguat tubuh
dari zat-zat kapur dengan tonjolan duri-duri dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder.
Kulitnya mempunyai lempeng-lempeng zat kapur dengan duri-duri kecil, hidupnya bebas
hanya gerakannya yang lamban. Echinodermata tidak mempunyai kepala, tubuhnya tersusun
dalam sumbu oral-aboral (Ubaghs, 2012).
Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka di
dalamnya terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakan dan memiliki
Ambulakral (Woodward, 2016). Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian
yang menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral. Kaki
ambulakral memiliki alat isap (Sari et al., 2010).
Phylum Echinodermata memiliki peranan cukup besar pada ekosistem terumbu karang
dan lamun, terutama peranannya dalam jaringan makanan yang memiliki berbagai
kedudukan, meliputi herbivora, karnivora, ataupun sebagai pemakan detritus (Suryanti &
Ruswahyuni, 2014). Hewan Echinodermata adalah komponen komunitas bentik di lamun
yang lebih menarik dan lebih memiliki nilai ekonomis. Sehingga hewan ini mempunyai
peran sebagai pembersih lingkungan laut terutama pantai. Selain itu echinodermata juga
dapat dijadikan parameter (bioindikator) kualitas di ekosistem laut (Sari et al., 2010).
Karakteristik yang paling mencolok dari Echinodermata yaitu memiliki kepingan duri
endoskeleton, sistem vaskular air, modifikasi duri, lapisan brancia atau lapisan pernapasan,
dan mempunyai bentuk tubuh simetri radial atau bilateral. Phylum Echinodermata memiliki
peranan cukup besar pada ekosistem terumbu karang dan lamun, terutama peranannya dalam
jaringan makanan yang memiliki berbagai kedudukan, meliputi herbivora, karnivora, ataupun
sebagai pemakan detritus (Suryanti dan Ruswahyuni, 2014).

3.2 Habitat Echinodermata


Ehinodermata merupakan hewan yang hidup bebas. Makanannya adalah kerang, plankton
dan organisme yang mati. Habitatnya di dasar air laut, di daerah pantai hingga laut dalam.
Kebanyakan echinodermata itu ditemukan pada tempat-tempat tertentu atau mempunyai
zonasi. Hal tersebut diduga berhubungan dengan vegetasi atau rumput laut yang telah
tumbuh di daerah tersebut. Adanya pasang surut yang jelas juga di duga menjadi penyebab
lain terjadinya zonasi tersebut.

3.3 Filogeni dan Tabel Cladogram

Cladogram menunjukkan hubungan dengan kelompok Echinodermata. Homalozoa (carpoid)


yang telah punah, tidak memiliki bentuk simetri radial tetapi memiliki lempeng endoskeletal
stereo, menggambarkan pemisahan awal dari Echinodermata. Bentuk peralihan diwakili oleh
helicoplacoids yang telah punah, dengan memiliki tiga alur ambulacral yang melilit tubuh
mereka secara spiral. Helicoplacoids adalah kelompok dari echinodermata modern. Evolusi
simetri pentaradial adalah adaptasi terhadap keberadaan sessile dan merupakan sinapomorfi
dari echinodermata modern. Skema yang digambarkan di sini memandang ophiuroid muncul
secara terpisah dari asteroid, setelah evolusi alur ambulacral tertutup, dan kepemilikan lima
lengan dengan demikian akan menjadi asal yang terpisah. Sebagai alternatif, jika Asteroidea
dan Ophiuroidea membentuk kelompok monofiletik, dengan lima lengan menjadi
synapomorphic, kemudian alur ambulacral tertutup di ophiuroid akan berevolusi secara
terpisah dari karakter itu di echinoid dan holothuroid.

3.4 Kelas Holothuroidea


A. Morfologi

Teripang memiliki tubuh yang lunak dan elastis dengan bentuk bervariasi, seperti
membulat, silindris, segi empat, atau bulat memanjang seperti ular. Mulut terletak di
ujung anterior, sedang anus diujung posterior. Panjang tubuh bervariasi menurut jenis dan
umur, berkisar antara 3 cm sampai 150 cm. Bentuk tubuh teripang merupakan ciri
taksonomiknya pada tingkat bangsa (ordo) dan suku (family), khususnya untuk suku-
suku dari Bangsa Aspidochirotida. Teripang pada umumnya mempunyai warna kulit
yang kusam, seperti abu-abu. coklat, hijau, atau hitam. Sisi ventralnya biasanya berwarna
lebih cerah dari pada sisi dorsal, seperti putih, kuning, merah muda atau merah. Beberapa
jenis teripang memiliki kulit dengan pola bercak-bercak atau garis-garis. Teripang
memiliki lima daerah "ambulakra" yang memanjang secara oral-aboral. Tiga daerah
ambulakra berada disisi ventral, sedangkan dua lainnya disisi dorsal.
Kaki tabung disisi ventral lebih banyak. lebih besar, dan memiliki penghisap pada
ujungnya, sedangkan kaki tabung disisi dorsal termodifikasi sebagai papila yang lebih
sedikit dan lebih kecil. Ada tidaknya kaki tabung juga merupakan salah satu dasar
klasifikasi teripang pada tingkat Bangsa. Pada sekeliling mulut, kaki tabung termodifikasi
menjadi tentakel. Jumlah tentakel bervariasi dari 10 sampai 30, biasanya merupakan
kelipatan lima. Panjang tentakel pada setiap individu umumnya sama. Bentuk tentakel
teripang bermacam-macam, seperti bentuk perisai (peltate), bentuk dendrit (dendritic),
bentuk menyirip (pinnate). maupun bentuk menjari (digitate) dan bentuk perisai menjari
(peltato-digitate). Jumlah dan bentuk tentakel merupakan ciri taksonomik dalam
klasifikasi teripang pada tingkat Bangsa dan Suku
B. Ciri Khas Holothuroidea
Bentuk umum timun laut bervariasi mulai dari hampir bulan hingga memanjang
atau berbentuk, seperti cacing. Ukuran tubuhnya pada umumnya berkisar antara 10
hingga 30 centimeter. Spesies terkecil dapat mencapai panjang kurang dari 3 centimeter
dan yang terbesar dapat mencapai panjang hingga 1 meter (Stichopus).
Struktur tubuh yang memanjang dari Holothuroidea menyebabkan bagian tubuh
yag menyentuh substrat adalah bagian sisi tubuh, bukan oral. Bagian sisi ventral terdiri
dari tiga ambulaktral (trivium) atau disebut juga tapak, sedangkan bagian sisi dorsal
terdiri dari dua daerah ambulakral. Podia pada kelompok hewan ini telah tereduksi dan
tersebar acak di seluruh tubuhnya.
Mulut selalu dikelilingi oleh 10 hingga 30 tentakel dan merupakan modifikasi dari
podia buccal. Epidermis Holothuroidea tidak bersilia dan ditutupi oleh kutikula tipis.
Lapisan dermis yang tebal terdiri atas osikel-osikel mikroskopis (disebut sklerit) yang
sangat penting untuk identifikasi spesies kelompok hewan ini.
C. Sistem Respirasi
Anggota ordo Elaspodida yang pelagis dan Apodida yang meliang, bernapas
menggunakan seluruh permukaan tubuh, sedangkan jenis yang lain menggunakan kaki
tabung tang ada di bagian dorsal Kebanyakn Holothuroidea mempunyai alat pernapasan
berupa sistem pembuluh yang disebut pohon pernapasan atau respiratory tree. Pangkal
pohon pernapasan terletak pada bagian anterior.
Colaca berjumlah 2 buah, masing-masing memanjang ke anterior di sebelah kiri
dan kanan saluran pencernaan. Tiap pembuluh besar mempunyai banyak percabangan
dan di ujungnya terdapat kantung-kantung kecil. Cloaca dan pohon pernapasan sebelah
kiri barcampur dengan sinus darah. Dengan demikian, oksigen dari kantung-kantung
kecil disalurkan ke cairan rongga tubuh dan selanjutnya ke sinus darah.
D. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, faring,esophagus, (tidak terdapat pada
beberapa jenis), lambung, usus yang melingkar sampai 3 kali Panjang tubuh, cloaca
(tidak ada pada beberapa spesies), dananus. Di bagian anterior faring terdapat cincin
kapur (calcareous ring) yang khas untuk setiap spesies, berfungsi untuk menyangga
faring dan cincin air.
Saluran pencernaannya bulat panjang dengan posisi merentang di atas rongga
tubuh dalam selom. Kerongkongan pendek menghubungkan rongga mulut dan lambung.
Dari lambung ke usus yang panjang dan terhubung dengan kloaka.
Usus dibungkus oleh dorsal mesenterium dan menggantung pada dinding tubuh
bagian pinggang. Saluran pencernaan berakhir pada anus di daerah posterior. Di antara
pilorus dan usus terdapat intestin.
E. Sistem Peredaran Darah
Di antara semua jenis Echinodermata, sistemhemal yaitu sistem peredaran darah
pada Holothuroidea terutama pada ordo Aspidochirotida paling berkembang,tetapi tidak
mempunyai jantung sistemik. Sistem hemal terdiri atas sebuah sinus cincin hemal dan
sinus radial hewan yang sejajar dengan saluran cincin dan saluran radial pada sistem
pembuluh air. Pada spesies berukuran besar terdapat pembuluh dorsal dan pembuluh
ventral sepanjang usus.
F. Sistem Reproduksi
Holothuroidea bersifat diesis dan memiliki satu gonad yang terletak, dengan
lubang kelamin (gonophore) terletak di antara pangkal dua tentakel. Selama pemijahan,
telur-telur ditangkap oleh tentakel dan dipindahkan ke bagian bawah atau belakang tubuh
untuk inkubasi. Fertilisasi dan perkembangan berlangsung di dalam rongga tubuh dan
hewan muda meninggalkan tubuh induk melalui bukaan di daerah anal.
G. Sistem Ekskresi
Organ respirasi berupa saluran bercabang-cabang, seperti pohon yang sebenarnya
merupakan perluasan kloaka ke dalam selom. Saluran ini juga berfungsi sebagai alat
ekskresi.
3.5 Kelas Crinoidea
A. Morfologi

Hewan ini berbentuk seperti tumbuhan. Habitatnya pada garis pantai sampai
kedalaman 12000 kaki. Crinoidea terdiri dari kelompok yang tubuhnya bertangkai dan
tidak bertangkai. Kelompok yang bertangkai dikenal sebagai lili laut, sedangkan yang
tidak bertangkai dikenal sebagai bintang laut berbulu. Contoh lili laut adalah Metacrinus
rotundus dan untuk bintang laut berbulu adalah Oxycomanthus benneffit dan Ptilometra
australis. Beberapa crinodea ada yang sesil dan ada yang berenang bebas. Sampai saat ini
di perkirakan terdapat 630 spesies crinoidea yang telah diketahui. Sebagian crinoidea
bersifat dioecious, tetapi ada yang monoecious. Crinoidea mengeluarkan larva yang
disebut doliolaria. Crinoidea dapat beregenerasi. Tangannya di namakan pinula yang di
tutupi oleh zat yang lengket untuk membantu menangkap makanan. Jumlah tangnan
(pinula) antara 5-200, memiliki susunan tubuh bersimetri lima (pentaradial simetri) tubuh
berbentuk cakram (disk) di dalamnya terdapat sistem pencernaan, sistem reproduksi,
sistem saluran air, sistem respirasi,dan sistem syaraf. Tubuh dilindungi oleh lempeng
kapur berbentuk perisai (ossicles). Mulut dan anus terletak di sisi yang sama yaitu di sisi
oral. Pada umumnya mulut terletak di pertengahan dari disk atau disebut sebagai kondisi
“endocyclic” tetapi pada beberapa anggota suku Comasteridae mulut terletak pada posisi
tepi dari disk. Dari disk tumbuh lima tangan atau lebih. Percabangan tangan bisa berupa
percabangan ganda atau semi ganda, atau berupa percabangan tak beraturan. Sehingga
pada kenyataanya lili laut memiliki lebih dari 10 tangan, biasanya sekitar 10-200 tangan.
Disepanjang tangan terdapat sistem reproduksi dan sistem pembuluh air.Pada dasar disk
terdapat kaki cengkram atau cirrus, berfungsi sebagai pemegang pada substrat keras
sewaktu lili laut tersebut bertengger di atas koloni karang atau pada substrat keras lainya.
Kaki cengkram atau cirrus dapat sangat panjang (5cm-10cm). pada jenis yang teradaptasi
di lumpur, atau berukuran sedang (1cm-4cm) untuk jenis yang hidup di terumbu karang
namun untuk jenis – jenis tertentu yang hidup berlindung didalam koloni karang batu
kaki cengkram ini bisa sangat tereduksi atau hilang sama sekali . kaki cengkram ini
biasannya berjumlah 5-30.
B. Ciri Khusus Crinoidea
Ciri khas dari kelas Crinoidea yaitu memiliki pinnula. Pinnula adalah lengan
yang panjang menyerupai daun. Berjumlah lima atau kelipatan dari lima. Panjang dari
pinnula terserbut berkisar antara 80-200 cm. Beberapa jenis crinoidea memiliki tangkai
yang berasal dari daerah arboral. Tangkai ini berfungsi untuk melekatkan diri pada
substrat. Pada kelas Crinoidea, mulutnya terletak di daerah oral, mengarah keatas dan
memiliki tentakel-tentakel halus yang disebut cirri. Selain itu, amburaktal dari kelas ini
juga terletak pada bagian permukaan oralnya. Habitat hidup kelas Crinoidea di karang
atau pada tumbuhan laut.
C. Sistem Respirasi
Karena hewan kelompok Crinoidea hidup di air, maka pernafasan menggunakan
kantung insang yang berada disekitar mulut. Crinoidea memanfaatkan tentakel-tentakel
pada permukaan kulitnya untuk proses pertukaran gas. Dimana akan terjadi pertukaran
antara oksigen dan karbondioksida
D. Sistem Pencernaan dan Ekskresi
Mulut Crinoid terletak di tengah di bagian oral dan dikelilingi tangan-tangan.
Makanan berupa plankton dan detritus yang melekat pada lender yang dihasilkan oleh
kaki tabung bersilia pada lekuk ambulakral. Butir- butir makanan dialirkan melalui lekuk
ambulakral mulut,selanjutnya ke saluran pencernaan. Sisa pencernaan dibuang melalui
anus yang terletak di bagian oral,adakalanya terdapat cerobong khusus untuk anus.
Cara kerja system pencernaan Crinoidea yang pertama, Crinoidea
mengembangkan lenganya seperti kipas, pinula yang ditutupi zat lengket akan
menangkap makanannya, lendir yang mengandung makanannya akan mengalir dan
dibawa ke mulut melalui celah ambulakral (saluran air) bersilia. kemudian makanan akan
melalui esophagus yang terhubung langsung dengan usus. Usus dan lambung
mempunyai tonjolan yang disebut divertikula. Usus menurun dan berputar ke atas menuju
rektum pendek. Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses/limbah. Produk
limbah akan dikeluarkan lewat anus dalam bentuk pelet.
E. Sistem Reproduksi
Reproduksi secara seksual dan dioecious. Gonad terdapat pada pangkal beberapa
pinnule atau pangka ltangan. Pembuahan di air laut atau dierami. Telur dilekatkan pada
sejumlah pinnule. Telur menetas menjadi larva vitellaria yang tidak makan, berenang
bebas untuk beberapa hari. Selanjutnya turun dan melekat di substrat dan mengalami
metamorfosa menjadi bentuk larva bertangkai yang kecil disebut pentracinoid. Beberapa
bulan kemudian, bila cirri telah terbentuk, maka bagian mahkota melepaskan diri dari
tangkai dan hidup bebas menjadi dewasa

3.6 Kelas Echinodea


A. Morfologi

Kelas Echinodea (bulu babi) umumnya memiliki tubuh berbentuk bola, padat dan
tertutup test endoskeletal atau cangkang yang terbuat dari lempeng sempurna tertutup.
Memiliki cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan duri-duri. Tetapi ada pula
yang berbentuk pipih. Duri-durinya terletak berderet dalam garis-garis
Keragaman spesies landak laut (Echinodea) di Perairan Dofa 96 membujur dan
dapat digerak-gerakkan, panjang dan lancip dan ada pula yang berduri pendek dan
tumpul, contohnya yaitu : Arabia Strongylocentrotus (berbentuk bola), Spatangus
(berbentuk oval), Echinarachinus (berbentuk kepingan) (Moore, 2001) dalam (Umagap,
2013 ).
Sand dollar berbentuk bundar pipih, kulit yang juga disebut dengan Cangkang.
Pada sand dollar terdapat tabung-tabung telapak yang tersusun menjadi 5 baris. Tabung-
tabung telapak tersebut terdapat pada sisi oral yang berfungsi dalam gerakan, dan lainnya
berfungsi dalam pernafasan. Kaki tabung berfungsi untuk pernafasan. Anus sand dollar
bermuara pada pusat sisi aboral, yaitu pada pusat periprok yang berupa sekumpulan
papan-papan kapur. Dalam keadaan mati, hewan ini berwarna putih dengan lima garis
simetris menyerupai bintang laut dan rangka tubuh hewan ini yang mati menjadi lebih
lunak dibandingkan pada saat masih hidup.
B. Ciri Khas Echinodea
Bagian tubuh terdiri dari 5 bagian yang sama tanpa tangan dan berduri. Duri
melekat pada otot yang menyerupai bongkol (tuberkel). Memiliki Pediselaria. Kaki
ambulakral pendek dan terletak di antara duri-duri yang panjang (Rusyana, 2011, h. 125).
Bulu babi dan dolar pasir tidak memiliki lengan, namun memiliki lima deret kaki
tabung yang berfungsi dalam pergerakan yang lambat. Bulu babi memiliki otot-otot yang
memutar disekitar duri-durinya yang panjang. Mulut bulu babi dikelilingi oleh struktur
yang mirip rahang yang berfungsi untuk memakan rumput laut (Campbell, 2012, 268).
C. Sistem Resirasi
Hewan kelas ini melakukan respirasi dengan menggunakan insang, namun
beberapa juga menggunakan kaki tabung (tube feet). Pernapasan dengan insang
dilakukan oleh echinodea regular, sementara pernapasan tube foot dilakukan oleh
echinoidea irregular.
D. Sistem Pencernaan
Echinoidea bergerak menggunakan duri untuk mendorong kembali substrat dan
kaki tabung untuk menarik. Mulut kaki tabung dikelilingi bibir untuk menggerakan
makanan. Alat mengunyah disebut Aristotle’s lantern (lihat gambar 2.6) yang dapat di
proyeksikan mulut. Hal itu terdiri dari 35 osikel dan otot yang melekat serta memotong
makanan menjadi potongan-potongan kecil untuk mempermudah proses menelan (Miller,
2001, h.248).
E. Sistem Reproduksi
Echinoidea merupakan dioecious (memiliki organ perkembangbiakan jantan dan
betina pada individu berbeda). Gonad terdapat di luar dinding tubuh di 24 antara lempeng
ambulakral. Selama musim kawin, gonad hampir memenuhi seluas selom. Satu gonopor
terdapat masing-masing osikel yang disebut dengan lempeng genital di bagian ujung
aboral pada Echinoidea. Gamet masuk ke dalam air dan fertilisasi terjadi secara eksternal.
Perkembangan akhirnya menghasilkan larva pluteus yang menghabiskan beberapa bulan
dan akhirnya mengalami metamorfosis menjadi dewasa (Miller, 2001, h.248).
F. Sistem Ekskresi
Bulu babi membersihkan tubuhnya dengan cara menggerakkan duri dan
pedicelaria. Bersama-sama gerakkan itu sisa makanan dikeluarkan dari anus. Anus
bermuara pada saat sisi aboral, yaitu pada pusat penprok yang berupa sekumpulan papan-
papan kapur. Penprok disekelilingi oleh 5 bodi papan-papan genital. Satu diantara papan
itu adalah madreporit (Aziz , 1987).

3.7 Kelas Ophiuroidea


A. Morfologi

Hewan jenis ophiuroidea tubuhnya memilki 5 lengan panjang. Lima tangan ini
juga bisa digerakkan sehingga menyerupai ular. Oleh karena itu sering disebut bintang
ular. Mulut terdapat oral. Hewan tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan atau
kotorannya dikeluarkan dengan cara dimuntahkan melalui mulutnya.  Hewan ini hidup
dilaut dangkal atau didalam. Biasanya bersembunyi disekitar batu karang, rumput laut,
atau mengubur diri dilumpur/pasir. Sangat aktif didalam air makananya adalah udang ,
kerang atau serpihan organisme lain(sampah). Echinoidea tubunya dipenuhi duri tajam,
duri tersusun dari zat kapur. Duri ini ada yang pendek dan adapula yang panjang seperti
landak, itulah sebanya hewan sering disebut landak laut. Jenis hewan biasannya hidup
disela-sela pasir bebatuan sekitar pantai atau didasar laut. Tubuhnya tanpa lengan hampir
bulat atau gepeng. Ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat dipermukaan oral
dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil makanan. Hewan ini
memakan bermacam-macam makanan laut misalnya hewan lain yang telah mati, atau
organisme kecil laiinnya. Alat pengambil makanan digerakkan oleh otot yang disebut
lentera aristoteles. Sedangkan anus, madreporid dan lubang kelamin terdapat
dipermukaan atas.
B. Ciri Khas Ophiuroidea
Tubuh bintang ular menyerupai bola cakram kecil dengan lima lengan bulat
panjang. Di bagian lateral terdapat duri, sedangkan pada bagian dorsal dan ventral tidak
terdapat duri. Bagian dalam dari ruas sebagian besar terisi ossicula yang silindris dan
tertanam pada bagian proksimal dan cembung pada bagian distal,sehingga penyokong
tubuh itu bersendi dengan lainnya dengan sistem sendi peluru. Empat otot antara dua
ossicula silindris memungkinkan lengan dapat dibengkokkan.
Dalam lengan terdapat saluran coelom kecil, batang saraf, pembuluh darah, dan
cabang-cabang system vascular. Pada lengan juga terdapat kaki ambulakral yang kecil
dan sering disebut sebagai tentakel yang terletak secara ventro-lateral, dengan alat hisap
atau ampulla yang beralat sensoris dan juga membantu pernapasan yang memungkinkan
makanan dapat masuk ke mulut.
C. Sistem Respirasi
Pernapasan dilakukan lima pasang kantung kecil yang bercelah di sekitar mulut,
kantung ini selain berfungsi sebagai alat respirasi, juga berfungsi untuk menerima gonad.
D. Sistem Pencernaan
Organ pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram, dimulai dari mulut yang
terletak di pusat tubuh yang kemudian ke lambung berbentuk kantung, tidak memiliki
anus. Di sekeliling mulut terdapat rahang yang berupa 5 kelompok lempeng kapur.
Makanan dipegang satu atau lebih pada lengannya kemudian dengan bantuan tentakel
makanan dimasukkan ke mulut.
E. Sistem Reproduksi
Hewan ini berkelamin terpisah. Hewan jantan dan betina masing-masing
mengeluarkan sperma dan sel telurke dalam air. Hasil pembuahannya akan berkembang
menjadi larva yang lengannya bersilia disebut pluteus. Pluteus kemudian mengalami
metamorphosis menjadi bentuk seperti bintang laut kemudian berkembang menjadi
bintang ular.
F. Sistem Ekskresi
Pertukaran udara dan ekskresi terjadi pada kantong yang disebut bursae.
Umumnya ada 10 bursae

3.8 Kelas Asteroidea


A. Morfologi

Bintang laut mempunyai kulit yang ditutupi oleh duri-duri halus sehingga
tergolong ke dalam filum Echinodermata (echinos = duri, derma = kulit). Menurut
Fitriana (2010) seringkali bintang laut ditemukan mempunyai lima lengan, kadang juga
terlihat hanya empat bahkan enam lengan. Jika salah satu lengan terputus maka lengan
baru akan terbentuk dengan segera karena adanya daya regenerasi hewan ini. Secara
umum, hewan ini mempunyai badan relatif tipis. Jika pada bagian dorsal ditemukan
madreporit dan anus maka pada ventral ditemukan mulut serta kaki tabung (kaki
ambulakral) pada setiap lengannya. Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai
saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin.
Kondisi lengan yang 12 kaku serta menyukai habitat dengan substrat yang berpasir
membuatnya mudah dibedakan dengan bintang ular laut. Hewan ini sering ditemukan
hidup dalam kelompok kecil dengan membenamkan diri di dalam pasir. Jika air laut
surut, seringkali biota ini terjebak di genangan air yang dangkal.
B. Ciri Khas Asteroidea
Bintang laut adalah hewan yang mempunyai rongga tubuh sebenarnya dan sistem
pencernaan yang lengkap. Makanan berupa bahan organik dan plankton masuk melalui
mulut menuju esofagus dan lambung yang bercabang menuju setiap lengan. Sisa
pencernaan akan dikeluarkan melalui anus yang terdapat pada abora
Bintang laut termasuk hewan yang mempunyai daya regenerasi yang tinggi. Bila
satu lengan terpotong maka bagian yang hilang akan segera dibentuk kembali dalam
beberapa waktu. Mereka biasa hidup membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari beberapa individu. Hewan ini kadang tidak terlihat dari permukaan air karena
bersembunyi dengan cara membenamkan diri dalam timbunan pasir (Fitriana, 2010)
C. Sistem Respirasi
Organ respirasi Asteroidea adalah insang atau papula dan kaki tabung. Papula
bentuknya sederhana,kontraktil, transparan, hasil pertumbuhan dari dinding tubuh pada
permukaan aboral, pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di antara air laut dan
cairan tubuh dari insang-insangnya.
D. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pendek dan banyak mengalami modifikasi. Mulut bersambung
dengan esofagus yang sangat pendek, dan dilanjutkan pada lambung. Di antara lambung
terdapat saluran pendek yang disebut intestinum atau usus dan selanjutnya berakhir di
anus.
E. Sistem Reproduksi
Beberapa jenis Asteroid melakukan reproduksi aseksual dengan pembelahan yang
disebut fissiparity, artinya membelah dengan jalan fission. Asteroid umumnya dioecious,
mempunyai 5 pasang gonad padatiap lengan. Telur dan sperma dilepas ke air, pembuahan
terjadi di luar tubuh.Telur yang telah dibuahi akan membelah secara cepat menghasilkan
blastula, dan selanjutnya berkembang menjadi gastrula. Gastrula ini berkembang menjadi
larva. Larva atau disebut juga bipinnaria berbentuk bilateral simetri. Larva ini berenang
bebas di dalam air mencari tempat yang cocok hinggamenjadi branchidaria, lalu
mengalami metamorfosis danakhirnya menjadi dewasa. Setelah dewasa bentuk tubuh
berubah menjadi radial simetri.
F. Sistem Ekskresi
Asteroidea hanya memiliki sistem sirkulasi rongga tubuh yang berfungsi untuk
transpor gas dan makanan. Pada asteroidea terdapat empat sistem sirkulasi di rongga
tubuhnya, yaitu : rongga tubuh perviseral yang menyuplai anggota tubuh dalam sistem
peredaran air yang menyuplai otot pergerakan pada kaki tabung, sistem sinus hiponeural
yang menyuplai sistem saraf rongga tubuh genital yang menyuplai gonad Cairan tubuh
terdiri atas selomosit fagositik. Aseteroidea memiliki jantung (kantung dorsal dan sinus
hemal) yang terletak bersisian dengan madreporit. Pengeluaran sisa metabolisme seperti
amoniak dilakukan secara difusi melalui bagian tipis dari permukaa tubuh seperti pada
kaki tabung dan papula. Papula dan kaki tabung juga memegang fungsi penting dalam
pertukaran gas.
BAB IV
KESIMPULAN
- Echinodermata merupakan hewan yang memiliki habitat di laut, serta tubuhnya memiliki
simetri radial. Hewan ini sudah memiliki sistem pencernaan yang sempurna di mana mulut
sebagai jalan masuknya makanan berada di bagian bawah dan anus sebagai jalan keluarnya
sisa pencernaan berada di sebelah atas. Sistem gerak dengan menggunakan kaki ambulakral,
selain itu kaki juga digunakan untuk menangkap mangsa.
- Secara umum Echinodermata memiliki 5 lengan, hewan ini memiliki kemampuan autotomi,
yaitu kemampuan untuk membentuk kembali organ tubuhnya yang terputus.
- Seperti halnya dengan hewan akuatik yang lain, Echinodermata juga bernapas dengan insang.
Sistem saraf berupa cincin saraf yang mengelilingi mulut, lalu bercabang 5 menuju masing-
masing lengan yang dimiliki.
- Reproduksi secara generatif, yaitu dengan peleburan antara sperma dan ovum sehingga akan
dihasilkan zigot.
- Mekanisme gerak melalui sistem kaki ambulakral adalah sebagai berikut: air masuk melalui
madreporit kemudian turun ke saluran cincin lalu masuk ke dalam saluran radial, setelah itu
air masuk ke kaki-kaki tabung, air disemprotkan sehingga dalam kaki tabung muncul tekanan
hidrolik dari air dan akhirnya kaki tabung menjulur ke luar, akibatnya ampula melekat pada
benda lain sehingga bisa berpindah tempat.
- Kelas Echinoidea dipenuhi duri tajam. Duri ini tersusun dari zat kapur. Duri ini ada yang
pendek dan ada pula yang panjang seperti landak.
- Alat organ tubuh kelas Asteroidea bercabang ke seluruh lengan, hewan ini berbentuk bintang
dengan 5 lengan. Lengan hewan ini lentur karena adanya otot yang berserabut.
- Kelas Ophiuroidea ini memiliki mulut dan madreporitnya yang terdapat di permukaan oral.
Hewan ini tidak mempunyai anus, sehingga sisa makanan atau kotorannya dikeluarkan
dengan cara dimuntahkan melalui mulutnya.
- Kelas Holothuroidea memiliki tubuh seperti mentimun dan disebut mentimun laut atau
disebut juga teripang. Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan.
Rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit
Daftar Pustaka
Appeltans, Ward et al. 2012. “The Magnitude of Global Marine Species Diversity.”
Current Biology 22(23): 2189 – 2202
Armone MI, Byrne M, Martinez P. 2015. Echinodermata. Di dalam: Wanninger A, editor.
Evolutionary Development Biology if Invertebrates 6. Austria: Springet
Science+Bussines Media.
Brotowidjoyo, Mukayar Djarubito. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta. Penerbit : Erlangga .
Brower, J.E., Zar, J.H. 1997. Field and Laboratory Method for General Ecology. Lowa: Brown
Clark, A. M., dan F.W.E. Rowe. 1971. Monograph of Shallow-Water Indo West Pacific
Echinoderms. London: Trustees of the British Museum (Natural History).
Coppard, Simon E., Schultz, Heinke A. G. (2006): A new species of Coelopleurus
(Echinodermata: Echinoidea: Arbaciidae) from New Caledonia. Zootaxa 1281: 1-19
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fitriana, Narti. 2010. Inventarisasi Bintang Laut (Echinodermata: Asteroidea) di Pantai Pulau
Pari, Kabupaten ADM. Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 3 No. 2 Juni
2010.
Hanifa, Qonita. (2016). Struktur Komunitas Echinodermata Di Pantai Sindangkerta Kecamatan
Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Bandung: Universitas Pasundan.
Lalombombuida, Subrita dkk. (2019). Keanekaragaman Echinodermata Di Pantai Paranti Desa
Tabang, Kecamatan Rainis Kabupaten Taulud Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan
dan Kelautan Tropis. Volume X
J.-B. Caron and D. A. Jackson. 2008. Paleoecology of the Greater Phyllopod Bed community,
Burgess Shale. Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Surya
Jefferies, R. P. S. 1990. The Solute Dendrocystoides Scotius from the Upper Ordovician of
Scotland and the Ancestry of Chordates and Echinoderms. Palaeontology
Katili, A. S. 2011. Struktur Komunitas Echinodermata Pada Zona Intertidal di Gorontalo. Jurnal
Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011. Gorontalo: Universitas
Negeri Gorontalo.
Liao, Y. Pawson, D.L. and Liu, W. 2007. Phyllophorus (Phylloporus) Maculatus, a New Species
of Sea Cucumber form The Yellow Sea (Echinodermata: Holothuroidea:
Dendochirotida). Jurnal of Zootaxa 1608: 31-34
Nontji, A. 1993. Pengolahan Sumberdaya Kelautan Indonesia Dengan Tekanan Utama Pada
Perairan Pesisir. Prosisig Seminar Dies Natalis Surabaya: Universitas Hang Tuah.
Rachman, Maman. (2012). Konservasi Nilai dan Warisan Budaya. Indonesian Journal of
Conservation Vol. 1 No. 1. Halaman. 30-39.
Raghunathan C, Venkataraman K. 2012. Diversity of Echinoderms in Rani Jhansi. Marine
National Park, Andaman and Nicobar Islands. MarBiodi 36-4
Rompis, dkk, 2013. Diversitas Echinodermata di Pantai Meras Kecamatan Bunaken Sulawesi
Utara. (Jurnal Bioslogos). Vol 03 No. 02. FMIPA, Manado: Universitas Sam Ratulangi
Rozhnov, S.V. (2002) Morphogenesis and evolution of crinoids and other pelmatozoan
echinoderms in the Early Paleozoic. Paleontological Journal, 36, S525-S674.
Setyastuti, A. dan Rumahenga, S.A. (2014). KATALOG ECHINODERMATA (Holothuroidea,
Echinoidea, Ophiuroidea, Asteroidea) Koleksi UPT Balai Konservasi Biota Laut Ambon,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Penerbit: UPT. BKBL LIPI Ambon
Suparna. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Jakarta: Kanisius
Suryanti, Ruswahyuni. 2014. Perbedaan Kepadatan Bulu Babi (Echinoidea) pada Ekosistem
Karang dan Lamun di Pancuran Belakang, Karimunjawa, Jepara. EJournal Undip.10
No. 1. Semarang: Universitas Diponegoro
Suryanti. (2019). Buku Ajar: Bioekologi Phylum Echinodermata. Semarang: FPIK Universitas
Diponegoro
Ubaghs, G. 2012. General Characteristics of the Echinoderms. In Chemical Zoology
Umagap, Wirda. 2013. Keragaman Spesies Landak Laut (Echinoidea) Filum Echinodermata
Berdasar Morfologi Di Perairan Dofa Kabupaten Kepulauan Sula. Jurnal
BIOEDUKASI. Vol 1 No (2): 94-100. Ternate: Jurnal Bioedukasi.
Yusron, E. 2013. Diversitas fauna ekhinodermata (Echinoidea, Asteroidea, Ophiuroidea dan
Holothuroidea) di Perairan Kai Kecil, Maluku Tenggara. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia
Zamora, Samuel, Simon Darroch, and Imran A. Rahman. 2013. “Taphonomy and Ontogeny of
Early Pelmatozoan Echinoderms: A Case Study of a MassMortality Assemblage of Gogia
from the Cambrian of North America.” Palaeogeography, Palaeoclimatology,
Palaeoecology 377: 62–72.

Anda mungkin juga menyukai