Anda di halaman 1dari 5

Diagram Vee 2: Archaster typicus

1. Pertanyaan fokus (focus question)


Bagaimana morfologi dan habitat dari Archaster typicus?

2. Dasar nilai (value basic)


Nilai Ekologi
Secara ekologi echinodermata berperan sangat penting di ekosistem lamun, terutama dalam
rantai makanan (food web). Echinodermata adalah spesies yang mencolok di ekosistem
pesisir dan laut, dan dalam banyak kasus, mereka memiliki peran ekologis dalam struktur
komunitas, bertindak sebagai predator teratas dan pemakan bentik. Selain itu, mereka
berkontribusi pada proses bioerosion, rekrutmen dan transfer energi di ekosistem laut

3. Dasar teoritis (theoretical basic)


Berdasarkan data dari situ Integrated Taxonomic Information System (ITIS) yang bisa di
akses pada situs http://www.itis.gov/ mengklasifikasikan genus Archaster typicus sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Deuterostomia
Phylum : Echinodermata
Subphylum : Asterozoa
Class : Asteroidea
Superorder : Valvatacea
Order : Valvatida
Family : Archasteridae
Genus : Archaster
Species : Archaster typicus Müller

Archaster typicus adalah bintang laut berkaki lima dengan lengan panjang berbentuk
meruncing dengan ujung yang runcing. Archaster typicus tumbuh hingga berdiameter 12
hingga 15 sentimeter (4,7 hingga 5,9 inci), dimana ukuran Archaster typicus jantan sering
kali lebih kecil daripada betina. Bintang laut ini beradaptasi dengan kehidupan di dasar laut
yang berpasir, di mana ia bersembunyi di sedimen saat air pasang dan bergerak di atas
permukaan sedimen saat surut. Warna umumnya abu-abu atau kecoklatan, ditandai dengan
berbagai bercak yang lebih gelap dan lebih terang, kadang-kadang membentuk pola chevron.
Bagian bawahnya pucat. Tubuhnya sedikit mengembang dan ada madreporit keputihan di
dekat bagian tengah cakram. Pelat pelindung kecil yang menutupi permukaan atas lengan
berjajar dalam baris paralel rapi yang membedakannya dengan Astropekten polyacanthus
yang agak mirip karena memiliki kebiasaan dan warna yang serupa. Archaster typicus
memiliki duri yang diatur di dalam pinggiran marginal, berbentuk pendek, datar dan tumpul
daripada A. polyacanthus dan kaki berbentuk tabung yang memiliki memiliki pengisap.
Archaster typicus memiliki sisi aboral yang terdiri atas madreporit sebagai sistem sirkulasi
air dan anus. Pada bagian oral dapat ditemukan mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung
berbentuk silinder. Memiliki warna abu-abu dan cokelat bintik-bintik. Tubuh pada bagian
inferolateral ditutupi oleh duri-duri

Reproduksi
Seperti bintang laut lainnya, Archaster typicus adalah pemijahan. Bintang laut jantan dan
betina masing-masing melepaskan gametnya ke laut dimana tempat pembuahan berlangsung.
Namun, berbeda dengan kebanyakan bintang laut lainnya, Archaster typicus melakukan
pseudocopulation. Spesimen mencapai kematangan seksual pada radius 29 mm. Sekitar dua
bulan sebelum pemijahan, bintang laut mulai berkumpul, dengan jantan khususnya menjadi
lebih mobile. Seekor bintang laut dapat mengetahui apakah yang lain jantan atau betina,
mungkin dengan pengenalan kemotaksis. Saat mengenali seekor betina, pejantan akan
memanjat di atasnya dan mungkin tetap di sana selama dua bulan. Betina dapat bergerak dan
makan tetapi jantan lebih dibatasi dalam aktivitasnya. Selama waktu ini mereka
menyinkronkan aktivitas gonad mereka sehingga betina siap untuk bertelur, begitu juga
dengan jantan. Ketika dia melepaskan telurnya, dia melepaskan spermanya hampir
bersamaan sehingga meningkatkan kemungkinan pembuahan yang berhasil akan terjadi.

Habitat
Archaster typicus merupakan salah spesies bintang laut yang umum di perairan Indonesia.
Spesies Archaster typicus cukup mudah ditemukan, biasanya spesies ini dapat dijumpai di
habitat pasir. Archaster typicus umumnya hidup berkelompok, umumnya bintang laut yang
hidup di habitat yang berpasir seperti Archaster typicus ini mempunyai kemampuan khusus
yaitu membenamkan tubuhnya kedalam pasir. Hal ini merupakan cara beradaptasinya
terhadap kekeringan dan juga berfungsi untuk menghindari panas dari terik matahari. Selain
untuk menghindari panas matahari, bintang laut Archaster typicus membenamkan tubuhnya
kedalam pasir untuk mengelabui prodator dari bintang laut tersebut. Distribusi dari bintang
laut Archaster typicus ini adalah di Indopasifik, Malaysia, Australia Utara, Singapura,
Filipina, Fiji Dan Tonga

4. Dasar konsep (conceptual basic)


Archaster typicus adalah bintang laut yang umum ditemukan di kawasan Indo-Pasifik Barat,
termasuk Singapura. Ia juga dikenal sebagai bintang laut biasa atau bintang laut pengayak
pasir. Bintang laut yang umum mendiami pantai berpasir dan dapat ditemukan di pasir atau
terkubur di dalamnya dengan jejak berbentuk bintang yang berbeda. Mungkin, yang paling
terkenal karena perilaku kawinnya di mana bintang laut jantan naik di atas betina. Spesimen
juga dipajang di Museum Sejarah Alam Lee Kong Chian

5. Dasar metode (method basic)


metode yang digunakan adalah analisis visual dan studi literatur. analisis visual dilakukan
dengan menginterpretasi, memahami, dan memaknai objek pengamatan melalui visualisasi
(pengamatan penampang tubuh Archaster typicus) kemudian setelah itu dilakukan studi
literatur, yaitu membaca, mencatat, memahami, serta mengolah informasi yang didapat dari
pengamatan.

6. Apa yang bisa dikerjakan untuk menjawab pertanyaan


- Memahami panduan praktikum.
- Menyiapkan alat dan bahan.
- Melakukan studi literatur dai artikel dan web yang kredible
- Mengidentifikasi dan menganalisis struktur dan karakteristik dari Archaster typicus
- Mencatat data
- Membuat laporan

7. Mencatat data (data record)


Planaria memiliki struktur
- Achaster typicus memiliki sisi aboral yang terdiri atas
- Memiliki madreporit sebagai sistem sirkulasi air dan anus.
- Pada bagian oral dapat ditemukan mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung
berbentuk silinder.
- Memiliki warna abu-abu dan cokelat bintik-bintik.

8. Transformasi (transformation)
Achaster typicus memiliki sisi aboral yang terdiri atas madreporit sebagai sistem sirkulasi air
dan anus. Pada bagian oral dapat ditemukan mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung
berbentuk silinder. Memiliki warna abu-abu dan cokelat bintik-bintik. Tubuh pada bagian
inferolateral ditutupi oleh duri-duri Bintang laut ini biasanya memiliki lima buah lengan
dengan tubuh yang pipih. Lengan Archaster typicus berbentu kruncing dan umumnya
terdapat belang cokelat yang melintang. Spesies ini memiliki warna duri putih, berbentuk
tumpul dan pipih

9. Klaim pengetahuan (klaim knowledge)


Archaster typicus ini mempunyai kemampuan khusus yaitu membenamkan tubuhnya
kedalam pasir. Hal ini merupakan cara beradaptasinya terhadap kekeringan dan juga
berfungsi untuk menghindari panas dari terik matahari. Selain untuk menghindari panas
matahari, bintang laut Archaster typicus membenamkan tubuhnya kedalam pasir untuk
mengelabui prodator

10. Klaim nilai (value claims)


Asteroidea merupakan hewan yang sangat penting bagi ekosistem laut dan bermanfaat
sebagai salah satu komponen dalam rantai makanan, pemakan sampah organik dan hewan
kecil lainnya.Secara ekologis bintang laut berperan dalam ekosistem terumbu karang,
umumnya sebagai pemakan detritus dan predator.
Vries, Elizabeth J. 1988. "A synopsis of the nominal species of the subgenus Dugesia
(Platyhelminthes: Tricladida: Paludicola) from Africa and Madagascar". Zoological Journal
of the Linnean Society. 92 (4): 345–382. doi:10.1111/j.1096-3642.1988.tb01729

Beane, W.S. Morokuma, J.Lemire, J.M. Levin, 2013. M. Bioelectric signaling regulates head
and organ size during planarian regeneration. Development 2013, 140, 313–322.

Zhang, XF, Zhao, BS, Pang, QX, Yi, HY, Xue, MX, Zhang, BW (2010) Toxicity and
behavioral effects of Cadmium in planarian (Dugesia japonica Ichikawa et Kawakatsu).
Fresenius Environmental Bulletin 19(12): 2895–2900.
Dasheiff BD & Dasheiff RM, 2002. Photonegative Response in Brown Planaria (Dugesia
trigina) Following Regeneration. Ecotoxicology and Environmental Safety. 53: 196-199

Lejla, et al. 2015. A key to the freshwater triclads (Platyhelminthes, Tricladida) of


Herzegovina watercourses. PERIODICUM BIOLOGORUM VOL. 117, No 3, 425–433,
2015

Lázaro, et al. 2011. Schmidtea mediterranea phylogeography: an old species surviving on a


few Mediterranean islands?. BMC Evolutionary Biology 2011, 11:274

Anda mungkin juga menyukai