Anda di halaman 1dari 11

http://insectiara.blogspot.com/2013/03/klasifikasi-ilmiahkupu-kupu-dan.

html
http://rioardi.wordpress.com/2009/01/21/ordo-ordoserangga/
http://id.wikipedia.org/wiki/Lalat
http://ekologi-hutan.blogspot.com/2010/11/faktor-faktoryang-mempengaruhi.html
http://jerukmlaku.blogspot.com/2009/06/arthropodamemiliki-tubuh-dan-kaki.html
a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada
beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga
lain.
Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap
depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena
menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan
melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap
belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang)
mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli).
Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada
segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar
yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan
luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan
alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir
abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagianbagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masingmasing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus

labialisnya.
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui
tiga stadia yaitu telur > nimfa > dewasa (imago). Bentuk nimfa dan
dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran
tubuhnya.
Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :
Kecoa (Periplaneta sp.)
Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.)
Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)
b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar
anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun
imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang
mingisap cairan tubuh serangga lain.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak
bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada
bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra.
Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap
depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet
dan occeli.
Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum)
dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada
ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala
(bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang
membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni
saluran makanan dan saluran ludah.
Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam
perkembangannya melalui stadia : telur > nimfa > dewasa. Bnetuk
nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih
kecil dari dewasanya.
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :
Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)

Kepik hijau (Nezara viridula L)


Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)
c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)
Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo
Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada
morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya.
Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen,
bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang
bersifat membranus.
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari
bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun
thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.
Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur > nimfa > dewasa. Baik nimfa maupun dewasa
umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan
kutu-kutuan, seperti :
Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)
Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)
Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).
d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun
ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.
Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta
tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.
Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat
di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika
sedang istirahat melipat di bawah sayap depan.
Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku
Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di
depan kepala.

Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya


melalui stadia : telur > larva > kepompong (pupa) > dewasa
(imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda),
namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak
memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera.
Beberapa contoh anggotanya adalah :
Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)
Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)
Kumbang buas (predator) Coccinella sp.
e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai
hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa
umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar.
Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik
yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga
bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada
serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis,
palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus
labialis berkembang sempurna.
Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur > larva > kepompong > dewasa. Larva
bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal,
sedang pupanya bertipe obtekta.
Beberapa jenisnya antara lain :
Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)
Kupu gajah (Attacus atlas L)
Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)
f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya
memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi
menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada
kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.

Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya


memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.
Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :
bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum
bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum
bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur > larva > kepompong > dewasa. Larva tidak
berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan
daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan
predator. Pupa bertipe coartacta.
Beberapa contoh anggotanya adalah :
lalat buah (Dacus spp.)
lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)
lalat rumah (Musca domesticaLinn.)
lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).
g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada
serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk.
Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya
lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya
antene (sepasang), mata facet dan occelli.
Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi
flabellum sebagai alat pengisapnya.
Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur->
larva> kepompong > dewasa. Anggota famili Braconidae,
Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan
parasit penting pada hama tanaman.
Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :
Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).
Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).
Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

h. Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)


Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua
pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena
yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar.
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva
dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis
serangga keecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips,
wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga


1. Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi daya tahan serangga untuk dapat tetap
hidup dan berkembang biak antara lain adalah :
a. Kemampuan Berkembang Biak
Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh
kecepatan berkembang biak, keperidian dan fekunditas (Natawigena,
1990). Keperidian (natalitas) adalah besarnya kemampuan jenis
serangga untuk melahirkan keturunan baru. Serangga umumnya
memiliki keperidian yang cukup tinggi . Semakin kecil ukuran serangga,
biasanya semakin besar keperidiannya. Sedangkan fekunditas
(kesuburan) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seekor betina untuk
memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, maka
lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya. Kecepatan berkembang
biak dari sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa yang siap
berkembang biak, tergantung dari lamanya siklus hidup serangga.
Serangga yang memiliki siklus hidupnya pendek, akan memiliki
frekuensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih sering dibandingkan
dengan serangga lainnya yang memiliki siklus hidup lebih lama
(Natawigena, 1990).

b. Perbandingan Kelamin
Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina
yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya
antara jenis betina dan jenis jantan dari keturunan penggerek batang
(Tryporyza) adalah dua berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya.
Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari
jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan
berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi
yang memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang
lebih besar dari pada jumlah betina.
Perbedaan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
diantaranya keadaan musim dan kepadatan populasi. Seandainya
populasinya menjadi lebih padat, maka akan lahir jenis betina-betina
yang bersayap, sehingga dapat menyebar dan berkembang biak di
tempat-tempat yang baru. Pada musim panas, telur-telur betina hasil
pembiakan secara parthenogenesis akan menghasilkan individu-individu
jenis jantan maupun jenis betina, yang selanjutnya menghasilkan telurtelur yang dibuahi (Natawigana, 1990).
c. Sifat Mempertahankan Diri
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga memiliki alat
atau kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya.
Misalnya ulat melindungi diri dengan bulu atau selubungnya. Bebarapa
spesies serangga dapat mengeluarkan racun atau bau untuk menghindari
serangga musuhnya, atau memiliki alat penusuk untuk membunuh lawan
atau mangsanya. Kebanyakan serangga akan berusaha menghindar atau
meloloskan diri bila terganggu atau diserang musuhnya dengan cara
terbang, lari, meloncat, berenang atau menyelam.
Beberapa perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah : a)
Kamuflase (penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan
mereka agar terhindar dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai
ranting atau daun tanaman, b) Taktik menakuti musuh, yaitu serangga
tertentu mampu mengelabui musuh dengan cara meniru spesies serangga

lain agar terhindar dari pemangsanya, yang dikenal dengan istilah


serangga mimikri. Cara meniru serangga mimikri terhadap serangga
lain, misalnya perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk pola warna, c)
Pengeluaran senyawa kimia dan alat penusuk (penyengat) adalah
kemampuan serangga mengeluarkan senyawa kimia beracun atau bau
untuk menghindari serangan musuhnya. Terdapat alat penusuk pada
serangga digunakan untuk menyengat atau membunuh lawan/
mangsanya. (Natawigena, 1990).
d. Daur Hidup
Daur hidup adalah waktu yang dibutuhkan semenjak terjadinya telur
sampai serangga menjadi dewasa yang siap untuk berkembang biak.
Daur hidup serangga umumnya pendek. Serangga yang memiliki daur
hidup yang pendek, akan memiliki frekwensi bertelur yang lebih tinggi
atau lebih sering, bila dibandingkan dengan serangga lainnya yang
memiliki daur hidup lebih lama (Natawigena, 1990).
e. Umur imago (Serangga Dewasa).
Pada umumnya imago dari seekor serangga berumur pendek, misalnya
ngengat (imago) Tryporyza innotata berumur antara 4 14 hari. Umur
imago yang lebih lama, misalnya kumbang betina Sitophilus oryzae
umurnya dapat mencapai antara 3 5 bulan, sehingga akan mempunyai
kesempatan untuk bertelur lebih sering (Natawigena, 1990).
2. Faktor Luar
Faktor luar yang dapat mempengaruhi kehidupan serangga untuk
bertahan hidup dan berkembang biak, yaitu :
1. Faktor Fisis
a. Suhu / Temperatur

Setiap spesies serangga mempunyai jangkauan suhu masing-masing


dimana ia dapat hidup, dan pada umunya jangkauan suhu yang efektif
adalah suhu minimum. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu untuk
kehidupannya. Diluar kisaran suhu tersebut serangga dapat mengalami
kematian. Efek ini terlihat pada proses fisiologis serangga, dimana pada
suhu tertentu aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang (menurun)
pada suhu yang lain (Ross, et al., 1982;Krebs, 1985). Umumnya kisaran
suhu yang efektif adalah 15C (suhu minimum), 25C suhu optimum dan
45C (suhu maksimum). Pada suhu yang optimum kemampuan serangga
untuk melahirkan keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum
batas umur akan sedikit (Natawigena, 1990).
b. Kelembaban Hujan
Air merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan bagi mahluk hidup
termasuk serangga. Namun kebanyakan air, seperti banjir dan hujan
lebat merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga,
termasuk juga berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta
dapat menghanyutkan larva yang baru menetas. (Natawigena, 1990).
Umumnya serangga memperoleh air melalui makanan yang
mengandung air. Secara langsung biasanya serangga tidak terpengaruh
oleh curah hujan normal, namun hujan yang lebat secara fisik akan
menekan populasi serangga. Curah hujan juga memberikan efek secara
tidak langsung terhadap kelembaban suatu lahan, , kelembaban di udara,
dan tersedianya tanaman sebagai makanan serangga. Seperti halnya
suhu, serangga membutuhkan kelembaban tertentu/sesuai bagi
perkembangannya. Pada umumnya serangga membutuhkan kelembaban
tinggi bagi tubuhnya yang dapat diperoleh langsung melalui udara dan
tanaman yang mengandung air (Krebs, 1985).
c. Cahaya, Warna dan Bau
Cahaya adalah faktor ekologi yang besar pengaruhnya bagi serangga,
diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan berubahnya arah terbang.
Banyak jenis serangga yang memilki reaksi positif terhadap cahaya dan
tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning atau hijau.

Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai ketertarikan tersendiri


terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga.
Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu (Natawigena,
1990).
d. Angin
Angin dapat berpengaruh secara langsung terhadap kelembaban dan
proses penguapan badan serangga dan juga berperan besar dalam
penyebaran suatu serangga dari tempat yang satu ke tempat lainnya.
Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil, dapat membawa
beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer (Natawigena,
1990).
e. Makanan
Tersedianya makanan baik kualitas yang cocok maupun kualitas yang
cukup bagi serangga, akan menyebabkan meningkatnya populasi
serangga dengan cepat. Sebaliknya apabila keadaan kekurangan
makanan, maka populasi serangga dapat menurun.
2. Faktor Hayati / Bologi
Faktor hayati atau faktor biologi berupa predator, parasit, potogen atau
musuh-musuh alami bagi serangga.
a. Predator
Predator yaitu binatang atau serangga yang memangsa binatang atau
serangga lain. Istilah predatisme adalah suatu bentuk simbiosis dari dua
individu yang salah satu diantara individu tersebut menyerang atau
memakan individu lainnya satu atau lebih spesies, untuk kepentingan
hidupnya yang dapat dilakukan dengan berulang-ulang. Individu yang
diserang disebut mangsa.
b. Parasit

Parasitisme adalah bentuk simbiosis dari dua individu yang satu tinggal,
berlindung atau maka di atau dari individu lainnya yang disebut inang,
selama hidupnya atau sebagian dari masa hidupnya. Bagi parasit, inang
adalah habitatnya sedangkan mangsa bagi predator bukan merupakan
habitatnya, selain itu pada
umumnya parasit memerlukan suatu individu inang bagi
pertumbuhannya, apakah dalam jangka waktu sampai dewasa atau hanya
sebagian dari stadia hidupnya, sedangkan predator memerlukan
beberapa mangsa selama hidupnya. Predator pada umumnya lebih aktif
dan mempunyai daur hidup yang lebih panjang, sedangkan parasit tidak
banyak bergerak, agak menetap dan cenderung memiliki daur hidup
yang pendek. Demikian pula ukuran tubuh predator lebih besar bila
dibandingkan dengan mangsanya, sedangkan parasit pada umumnya
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
inangnya (Natawigena, 1990).

Anda mungkin juga menyukai