TINJAUAN PUSTAKA
bentuk, penampilan, jumlah, sifat, yang dapat ditemukan pada tingkat gen,
organisme dan ekosistem disebabkan adanya variasi yang dimiliki oleh masing-
yakni :
berbeda.
dalam ekosistem.
2. Memberikan material dasar berupa sumber daya hayati dan genetika yang
terdapat beberapa masalah yang sering muncul. Masalah utama ang menimbulkan
terdapat di daerah Istimewa Yogyakarta dan habitat bagi berbagai jenis tumbuhan
kawasan SM Sermo berjumlah 18 jenis, terdiri dari lima jenis katak dan kodok
(Ordo Anura), sembilan jenis kadal (Subordo Lacertilia), dan 4 jenis ular
Pulau Bali. Taman Nasional Bali Barat (TNBB) merupakan taman nasional yang
berada di dua kabupaten, yakni kabupaten Jembrana dan Buleleng dan dijadikan
flora yang tinggi dengan jenis yang bervariasi mulai dari kaki bukit hingga ke
jenis satwa. Jumlah herpetofauna yang ditemukan di taman nasional ini meliputi
24 jenis amphibi yang terdiri dari Famili Bufonidae dan 11 jenis reptil yang terdiri
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang memiliki
keanekaragaman cukup tinggi. Pulau Jawa terbagi menjadi tiga kawasan yaitu
Jawa bagian barat, tengah serta timur. Ketiga kawasan tersebut memiliki bentang
didominasi oleh katak (Iskandar dan Colijn, 2000; Riyanto et al, 2009 dalam
Mumpuni, 2014). Sementara itu, reptil yang tercatat meliputi 62 jenis reptil
(Wowor, 2010).
2.4 Herpetofauna
panas dari lingkungannya atau berdarah dingin (ectothermic). Amphibi terdiri dari
ordo anura, caudata, dan gymnophiona. Sedangkan reptil terdiri dari Ordo
Kelompok hewan ini memiliki manfaat bagi lingkungan dan manusia. Mitologi,
budaya, seni, dan sastra memandang kelompok hewan tersebut sebagai karakter
menarik bahkan sering dijumpai dalam iklan komersial. Amphibi dan reptil juga
sering dimanafaatkan sebagai makanan dan sumber senyawa obat. Selain itu
sebagian besar juga dimanfaatkan sebagai hewan coba dalam penelitian. Hal ini
dikarenakan amphibi dan reptil merupakan organisme yang berguna bagi banyak
studi lapangan perilaku, ekologi dan pengajaran. Amphibi dan reptil merupakan
komponen utama dalam ekosistem dan sering digunakan sebagai indikator status
suatu kerusakan lingkungan (Pought et al. 1998; zug, 1993; Vitt dan Caldwell
2009).
merupakan organisme yang memiliki posisi yang sangat penting bagi ekosistem.
(Howell, 2000).
terrestrial, arboreal, akuatik, semi akuatik, dan fossorial. Reptil dan amphibi
air dan menguapkan air), amphibi harus hidup di tempat yang lembab. Amphibi
mudah ditemukan di sekitar perairan baik di kolam alami maupun kolam buatan.
dalam hutan, hingga celah-celah batu di sungai yang mengalir deras (Kusrini,
2020).
Amphibi dikenal sangat sensitif terhadap stress osmotik dan karena itu
tidak dapat bertahan hidup di air asin, meskipun beberapa spesies mentolerir
mampu hidup di air payau. Oleh karena itu, tidak mudah menemukan amphibi di
Ada juga amphibi yang bersifat terestrial, yang biasa ditemukan di permukaan
tanah dan agak jauh dari air kecuali musim kawin, misalnya kodok buduk
hanya keluar saat hujan seperti sesilia dan katak (Kaloula baleata) (Kusrini,
2020).
Reptil merupakan salah satu fauna penyusun ekosistem dan salah satu
(Yani et al, 2015). Reptil dapat hidup di area mulai dari pantai, laut, sungai, hutan,
sepanjang sungai atau air yang mengalir, hutan primer dan hutan sekunder, pohon,
pemukiman manusia, dan beberapa jenis dapat hidup pada habitat yang terganggu
(Iskandar, 2006). Reptil memiliki kemampuan lebih luas daripada amphibi untuk
hidup di berbagai habitat. Kulitnya yang bersisik dan tahan air, membuat reptil
dapat hidup di daerah kering seperti di gurun sampai ke laut (Kusrini, 2020).
2.5 Amphibi
Amphibi merupakan vertebrata yang dapat hidup di darat dan air. Ketika
larva bernapas dengan insang, sedangkan dewasa dengan paru-paru (Priadi, 2010).
Amphibi merupakan vertebrata yang didalamnya terdapat tiga ordo (bangsa) yaitu
Amphibi secara bahasa berasal dari kata “amphi” yang memiliki arti dua
dan “bio” yang memiliki arti hidup. Sedangkan arti amphibi secara istilah
merupakan fauna yang dapat hidup di dua alam (air dan darat). Amphibi
merupakan salah satu kelompok hewan bertulang belakang dimana suhu tubuhnya
4. Jantung terbagi menjadi tiga ruang, terdiri atas dua buah serambi ang
induknya.
Klasifikasi amphibi menurut Goin dan Zug (1978) adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
yang bentuk dewasanya memiliki ekor dan bertungkai empat, namun tidak
tersebar di Indonesia. Caudata memiliki nama lain yakni urodela. Ordo ini
memiliki bentuk tubuh memanjang, memiliki anggota gerak dan ekor serta tidak
memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher, dan badan.
Beberapa spesies memiliki insang dan ada yang bernafas menggunakan paru-paru.
Ordo Urodela ini hidup di darat tetapi tidak dapat jauh dari air (Pought et al,
1998).
menyukai habitat tanah yang gembur dan lapisan serasah hutan tropis, seringkali
dekat dengan aliran air. Salah satu famili dari sesilia bahkan hidup di dasar sungai,
2008).
Ordo ini mempunyai bentuk tubuh seperti cacing dengan kepala dan mata
tampak jelas. Aktif pada malam hari dan membutuhkan perairan yang jernih
sebagai habitatnya. Jenis ini sulit dijumpai karena hidup di sungai-sungai kecil
maupun besar pada stadium larva yaitu ekor masih terdapat bagian tubuh seperti
sirip di bagian ekor, dan kemudian akan mereduksi setelah dewasa dan hidup
Menurut Kusrini (2020) anura merupakan ordo yang biasa dikenal dengan
istilah katak atau kodok. Anura terdiri atas katak dan kodok, memiliki kurang
lebih 4.800 jenis, lebih dari 500 jenis diantaranya ada di Indonesia. Jenis ini
mempunyai sebaran yang luas dari Sumatera hingga Papua (Mistar, 2003). Ciri
khas dari ordo anura (katak dan kodok) menurut Inger dan Stuebing (2005) antara
lain, tidak memiliki ekor, pendek, tubuh gempal, kaki belakang panjang dan kaki
depan pendek, mata melotot besar dan memiliki mulut yang lebar.
Amphibi tidak memiliki alat fisik pelindung diri, sebagian besar anura
1. Famili Bufonidae
Famili bufonidae memiliki beberapa ciri yakni memiliki kulit yang kasar
dan badan gempal. Pada famil ini terdapat tiga kodok buduk yang berpenampilan
mirip. Jenis ini dapat dibedakan pada bentuk kepalanya. Kodok buduk asia
buduk sungai (Phrynoidis asper) walaupun tidak terlihat alur di kepala namun
(Kusrini, 2020).
2. Famili Dicroglossidae
Mempunyai tubuh yang berukuran besar dengan lipatan-lipatan
memanjang parallel dengan sumbu tubuh. Tekstur kulit kasar tertutup atau
garis memanjang dari ujung moncong sampai anus, berwarna kuning atau hijau.
Warna tubuh seperti lumpur dengan bercak-bercak yang tidak simetris berwarna
gelap. Ujung jari meruncing dan selaput jari selalu melampaui bintil subparticular
terakhir Jari kaki ketiga dan kelima, contohnya adalah kodok sawah (Fejervarya
3. Famili Ranidae
Katak ini memiliki tubuh yang kecil, perawakan ramping, kaki panjang
dan ramping, dengan jari kaki setengahnya berselaput. Kulit katak ini halus
namun berbintil, mempunyai lipatan dorsolateral yang halus, dengan warna coklat
muda hingga tua. Warna kulitnya lebih gelap pada sekeliling bagian
dari antara mata dan hidung sampai ke selangkangan. Sata ini berbunyi seperti
air yang mengalir lambat atau menggenang, contohnya adalah kongkang nicobar
4. Famili Megophryidae
Katak ini memiliki kepala lebih besar dari tubuh, dan bulat dengan mata
cenderung besar dan melotot. Ujunng jari bulat dan cenderung melengkung. Kulit
5. Famili Racophoridae
Katak pohon berukuran sedang (SVL 30-80 mm) dengan warna dorsal
coklat kekuningan. Kadang memiliki satu warna atau dengan bitnik, hitam atau
dengan enam garis yang jelas memanjang dari kepala sampai ujung tubuh. Jari
tangan dan jari kaki melebar dengan ujung rata. Kulit kepala menyatu dengan
tengkorak. Jari tangan hanya sedikit berselaput di dasar, jari kaki hampir
sepenuhnya berselaput. Jenis ini sering ditemukan dekat hunian manusia, diantara
semak atau disekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder. Pada saat kawin,
telur akan disimpan di sarang busa, contohnya katak panjat bergaris (Polypedates
Sedangkan sistem otot amphibi merupakan peralihan dari anggota kelompok reptil
dan ikan, bagian aksial memperlihatkan adanya sekat, bagian epaksial memiliki
fungsi untuk menggerakkan kepala, dan bagian hipaksial terbagi dalam beberapa
lapisan.
2. Sistem Indera
Amphibi memiliki indra perasa yang tersusun atas lidah permukaan mulut
bagian dalam, aperture nasal berfungsi untuk penciuman sebagai alat bantu
kekeringan akibat evaporasi. Kodok (Bufo) dan katak (Rana) mempunyai telinga
tengah dan gendang telinga sebagai pendengaran. Linea lateralis ditemukan pada
masa larva dan paru-paru saat dewasa dan dibantu oleh kulit. Oleh karena itu,
kulit harus tetap lembap dan basah. Sedangkan peredaran amphibi merupakan
Jantung katak terbagi menjadi tiga bagian yakni, dua atrium dan satu
ventrikel. Atrium kanan menerima darah miskin oksigen dari pembuluh vena.
Darah dari ke dua atrium tersebut mengalir ke ventrikel tunggal. Kontraksi pada
kiri dan kanan). Masing masing cabang membentuk tiga arteri pokok, arteri
anterior mengalirkan darah ke jaringan interna dan alat dalam badan, sedang arteri
mengalir menuju kulit dan paru-paru. Kegiatan ini akan terjadi pengambilan
persediaan darah kaya oksigen yang masih segar. Daya kaya oksigen bertempat di
Katak mempunyai sedikit kelenjar oral, dan katak mempunyai lidah yang
mempunyai ukuran yang pendek, dan mempunyai usus yang menggulung menuju
kloaka. Katak mempunyai tipe ginjal mesonefros dengan korpuskel dan kandung
kemih yang berkembang baik. Ketika suhu lingkungan ekstrim amphibi yang
hidup di darat biasanya melakukan proses penyerapan urine kembali yang telah
berkumpul agar kelembapan kulit tetap terjaga. Katak juga mempunyai tiga
kelenjar yaitu, kelenjar paratiroid, adrenal, dan tiroid. Amphibi mempunyai saraf
Amphibi dilihat secara fisik mempunyai dua pasang tungkai sebagai alat
gerak, kulit dengan permukaan yang lembap, licin, kasar hingga bergranula.
Amphibi mempunyai ciri khas yaitu tidak mempunyai kuku dan sisik. Semua
Bangsa Anura kehilangan ekornya saat masa dewasa, kepala bersambung dengan
tubuhnya tanpa ada leher yang dapat mengerut seperti penyu, dan mempunyai
tungkai yang cukup berkembang dengan kaki belakang lebih panjang (Iskandar,
1998).
Amphibi memiliki kulit yang dapat melindungi tubuh bagian dalam dari
parasit. Amphibi memiliki kulit ang tidak tebal, berpembuluh, dan lembap.
Amphibi mempunyai bentuk morfologi dan corak warna yang berbeda pada saat
Ordo Anura juga mempunyai kulit tubuh yang bervariasi dari yang halus
seperti pada jenis katak hingga kasar dan terdapat tonjolan-tonjolan seperti jenis
kodok. Beberapa jenis katak mempunyai ukuran yang terdapat lipat dorsolateral,
lipatan dorsolateral yang berawal dari belakang mata yang memanjang di atas
pangkal paha, serta lipatan supratimpanik yang berawal dari belakang mata yang
menjang di atas gendang telinga dan berakhir di dekat pangkal lengan (Khatimah,
2018).
untuk memikat betina, dari tengah perairan atau tepi perairan. Contohnya Kaloula
baleata jenis ini sering kali membentuk kelompok bernyanyi. Kumpulan pejantan
berkumpul dan saling bersahutan. Pejantan yang memiliki suara merdu adalah
ciri-ciri yang disukai oleh betina. Jika terjadi kecocokan anatara pejantan dan
(Marunung, 1995).
eksternal. Pekawinan pada katak disebut dengan amplexus. Amplexus yang biasa
terjadi pada Ordo Anura menurut (Duellman dan Trueb, 1986) yakni:
1. Inguinal : Kaki depan katak jantan memeluk pinggang katak betina dan
2. Axillar : Kaki depan katak jantan memeluk samping kaki depan katak
betina.
bersamaan.
atas punggung pejantan yang lembap hingga tumbuh menjadi kodok kecil
(Marunung, 1995).
pohon, di balik batu, dan jerami saat siang hari. Amphibi tidak hanya
Famili Ranidae. Ada juga yang menyamarkan diri, contohnya pada Famili
endemic di Pulau Jawa. Huia masonii memiliki bentuk tubuh ramping dan
berukuran sedang, moncong yang runcing, tympanum kecil, kaki yang ramping,
dan jari kaki dengan piringan yang sangat lebar, serta terdapat lekuk sirkum
marginal. Permukaan kulit pada katak jenis ini bertekstur halus dengan lipatan
dorsolateral dan berwarna coklat. Ukuran betina dewasa lebih besar mencapai
mm (Amin, 2020).
tropis yang lembab. Habitat alaminya yakni sungai berarus deras yang memiliki
air jrnih dan berbatu. Persebarannya di Jawa Timur meliputi Lokasi Wisata
Malang, Air Terjun Watu Ondo, Gunung Welirang, Kawasan Air Terjun Tancak
Moncong
runcing
Tympanium kecil
Piringan
Jari kaki
Huia masonii, (Amin, 2020).
berwarna hitam yang terdapat di area atas tubuhnya dengan moncong yang
meruncing. Tubuh katak jenis ini berukuran sedang dengan alur-alur supraorbital
dan supratimpanik menyambung, serta kelenjar tiroid yyang jelas. Selaput renang
di jarinya tidak penuh, hanya separuh, karena habitat katak ini lebih suka area
terrestrial. Tekstur kulit jenis ini relatif berkerut, dengan bintil bintil yang terlihat
jelas. Kulitnya berwarna coklat kusam, kehitaman ketika sudah dewasa dan
berwarna kemerahan ketika masih muda. Katak jantan dewasa dapat tumbuh
mencapai 55-80 mm dan betina dewasa tumbuh hingga 65-85mm (Amin, 2020).
Jenis ini umum ditemukan di dataran rendah yang terganggu dan jarang
Termasuk perkampungan dan perkotaan, lahan terbuka, kebun, parit, dan di area
Benjolan Moncong
hitam runcing
Kelenjar
tiroid
Duttaphrynus melanostictus, (Amin, 2020).
Spesies ini memiliki tubuh yang gembung, kepala lebih besar dari tubuh,
bagian dorsal lebih gelap dengan bercak hitam, pasif dan memiliki mata yang
Mata
Lipatan besar
supratimpanik
Spesies ini biasa di sebut dengan katak pohon. Katak ini memiliki ciri
gelap yang memanjang dari kepala sampai buntut ujung jari melebar membentuk
disc, dan tungkai belakang memiliki selaput hampir seluruhnya. Sebaran katak ini
Garis
gelap Ujung
jari
tegalan. Spesies ini memiliki ciri morfologi sebagai berikut, tubuh kecil, terdapat
bercak-bercak yang tersebar, bintil-bintil lebih panjang dari bintil spesies lainnya,
warna tubuh seperti lumpur kehijauan dan terdapat garis pada tengah dorsal, dan
2.7 Reptil
dalam empat bangsa yaitu Testudinata (kura-kura), Squamata (kadal, ular, dan
al, 2012).
Reptil adalah kelompok hean bertulang belakang, dengan ciri utama: kulit
serta telur reptile dengan cangkang luar yang keras. Sisik dan cangkang telur pada
dari dehidrasi. Reptil juga termasuk hewan eksotermis, yaitu hewan yang
memerlukan bantuan panas atau kalor dari lingkungan untuk membantu proses
sebagai berikut:
4. Berkembang biak dengan bertelur (ovipar), namun ada juga yang bersifat
5. Jantung terbagi menjadi empat ruangan yang terdiri atas atrium kanan, atrium
induknya.
2.7.3 Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
diapsid yang kecil. Bangsa Rhynchocephalia saat ini yang masih bertahan hidup
ada dua spesies yakni Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri, jenis ini
berada di Selandia Baru dan biasa dijuluki dengan “tiga mata”. Satu mata terletak
di atas kepala tepatnya di bawah lipatan kulit atau biasa disebut dengan mata
parietal. Mata parietal berfungsi untuk mengukur dan mengatur intensitas cahaya
yang masuk saat berjemur. Bangsa ini mempunyai panjang tubuh sekitar 50 cm
untuk betina dan 60 cm untuk jantan (Cogger, 2013; Cogger dan Zeifel, 2003).
tubuh yang sangat besar dibandingkan reptile lainnya. Permukaan tubuh dilapisi
oleh sisik yang berbahan tanduk. Sisik dorsal di bagian lateralnya berbentuk bulat,
kepala seperti piramida kuat dan keras dilengkapi dilengkapi gigi yang runcing
masuknya air ketika akan makan di dalam air (Raven, 2002). Ordo Crocodilia ini
mempunyai jantung yang terdiri atas empat ruangan dibandingkan dengan reptil
1. Famili Aligatoridae
tenggara Amerika Serikat dan sebagian kecil dari Cina ( Grzimek, 2003).
lebih pendek, moncongnya berbentuk U dan tumpul, dan ukuran rahang atas jauh
lebih besar dari rahang bawah. Famili ini menempati habitat di hulu sungai, dan
2. Famili Crocodylidae
Famili ini mempunyai ciri-ciri seperti, memiliki bentuk kepala yang lebih
panjang, moncongnya seperti huruf v dan tumpul, kedua rahang atas dan bawah
memiliki ukuran yang sama, mampu memproduksi kelenjar garam yang berguna
3. Famili Gavilidae
India Utara, Pakistan, Nepal, Bangladesh, Burtan, dan Birma (Pought et al, 1998).
Famili Gavilidae hanya memiliki satu jenis yang belum punah yaitu buaya gharial
yang panjang dan sempit, permukaan dorsal buaya gharial berwarna hijau gelap
hidung yang berongga di ujung moncong, berfungsi sebagai sex indicator secara
visual dan resonator suara serta perilaku seksual lainnya (Saikiq, 1977).
Gavialis gangenticus, (https://id.m.wikipedia.org)
antara hewan-hewan yang lain, yakni adanya cangkang yang menutupi tubuhnya.
Cangkang ini tersusun atas sisik dermal yang telah mengalami osifikasi yang
merupakan gabungan tulang rusuk, vertebrata dan beberapa bagian dari gelang
bahu
Perbedaan yang sangat terlihat dari Ordo Testudinata dibanding Ordo lain
yakni, adanya cangkang sebagai pembalut tubuh mereka. Cangkang ini tersusun
dari karapas dan plastron. Karapas membalut bagian dorsal kura-kura, sedangkan
lautan terbuka. Jika dilihat dari perbedaan menarik leher, Sub-ordo Pleurodia akan
menggerakkan leher dan kepalanya kea rah samping serta dilipat ke ruang antar
(Kusrini, 2020).
Ciri umum yang dimiliki oleh Ordo ini adalah tidak memiliki gigi vomer,
tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini selalu
sangat luas, hampir ada di seluruh dunia kecuali Antartika, Irlandia, Selandia Baru
kadal yang tidak berkaki atau hanya memiliki dua kaki. Beberapa Lacertilia dapat
meluncur atau terbang dari satu pohon ke pohon lainnya, sebagai adaptasi
Gekkoniddae berjenis ovipar dan biasa bertelur sekitar 2-3 kopling per
tertutupi oleh sisik sikloid yang berukuran sama besar, mempunyai lidah tipis dan
mempunyai papilla berbentuk belah ketupat, mempunyai ekor panjang dan mudah
patah, mempunyai pupil mata yang bulat dan kelopak mata yang jelas, serta
Lanthanotus. Suku ini mempunyai ciri tubuh seperti berkemban biak secara
ovipar, mempunyyai lidah yang panjang, bercabang, dan bertipe gigi pleurodont,
mempunyai badan yang besar dan dilengkapi dengan sisik bulat pada bagian
dorsal sedang bagian ventral dilengkapi dengan sisik melintang, mempunyai
llipatan kulit dibagian leher dan badan, mempunyai pupil mata yang bulat dengan
kelopak mata, mempunyai lubang telinga, serta mempunyai kepala yang dilapisi
Suku Agamidae termasuk kadal besar dan kecil yang secara geologis
bertubuh jongkok, kepala berukuran besar dan dilengkapi dengan leher lebar, ekor
berbentuk lonjong dan panjang dan tidak dapat mengalami autotomi, serta
mempunyai kaki yang dapat berkembang dengan cukup baik. Persebaran Suku
Agamidae cukup luas mulai dari daratan Eropa Tenggara, Asia, Australia, Afrika
mempunyai badan yang pipih dan dilengkapi oleh sisik yang berbentuk bintil
ataupun genting, mempunyai ujung lidah yang sedikit menekuk, serta mempunyai
New Guinea. Famili ini terbagi dalam delapan genera seperti Delma, Pigopus,
Pygopodidae dapat dijumpai di atas pohon (aboreal) dan meliang dibawah tanah
tungkai yang berkembang dengan baik, mempunyai sisik granuler pada bagian
cm SVL), mempunyai sisik yang halus dan mengkilat ketika terkena cahaya,
mempunyai mata yang kecil berada di bawah sisik kepala, tidak mempunyai
tungkai depan dan gelang bahu, berkembang biak dengan cara ovovivipar, serta
dapat ditemukan pada habitat fosforial, karena Suku Dibamidae membutuhkan
2. Sub-Ordo Amphisbaenia
arna semu merah muda dan sisiknya tersusun seperti cincin, hidupnya yang
tereduksi tetapi masih dapat melihat, dan tidak ditemukan telinga luar, tungkai,
berbagai reptil lainnya, kaki, kelopak mata, ataupun telinga eksternal tidak dapat
ditemukan pada reptil ini. Semua permukaan tubuhnya diselimuti oleh sisik
dengan penataan, jumlah, dan bentuk yang berbeda pada setiap jenis.Ular
memiliki panjang dengan ukuran yang berskisar antara 45-200 cm dengan 10-20%
Ular adalah reptil yang tidak memiliki kaki, kelopak mata, atau telinga
eksternal. Seluruh tubuhnyatertutup oleh sisik. Sebagian besar ular tidak berbisa,
dan melumpuhkan mangsanya dengan cara melilit atau menelan mangsa hidup-
hidup. Beberapa jenis ular memiliki bisa, yang digunakan untuk melumpuhkan
mangsa, serta sebagai bentuk pertahanan diri bila terancam. Pada dasarnya ular
takut pada manusia, dan hanya menggigit bila merasa terancam dan terpojokkan
(Kusrini, 2020).
proteroglypha dan jenis bisa haemotoxin. Mempunyyai ciri khusus yakni sisik
ventralnyya berkembang dengan baik dan melebar sesuai dengan lebar perutnya.
Mempunyai kepa beberbentuk oval dengan sisik yang tersusun sistematis, serta
menjadi dua Sub Familia yakni Elapinae dan Hydrophiinae, termasuk ular yang
kurang lebih 6 meter dan berkembang biak secara ovipar namun ada pula yang
Famili ini biasa disebut dengan ular terran dapat ditemukan di gurun,
tetapi ada juga yang hidup di daerah tropis. Wilayah sebarannya berada di seluruh
dunia. Famili ini berkembang biak dengan cara ovipar dan beberapa ada yang
mencapai kuran paling besar sekitar 10 meter, mempunyai habitat di hutan hujan
tropis, mempunyai gigi di bagian premaxilla, dan persebaran family ini meliputi
basah dan berumput tidak hanya di air, biasanya juga ditemukan di hutan primer.
Wilayah sebaran Natricidae sangat luas meliputi Sumatra, Nias, Bangka dan
ukuran tubuh sedang, warna disekitar bibir oranye dan merah sedangkan warna
pada tubuhnyya abu kecoklatan, serta memiliki kepala yang berukuran cukup
Homalopsidae memiliki sebutan ular air, dimana ular air ini menghuni di
air tawar, payau dan banyak yang hidup di daerah berlumpur (aliran Himalaya
air tawar dan beberapa dapat dijumpai di air laut. Homalopsidae merupakan ular
bertepi belakang dan tersebar luas di bagian selatan dan Asia Tenggara (Qing,
2006).
Amerika. Famili ini biasa dikenal dengan ular buta, karena matanya yang
mereduksi. Mempunyai kepala bulat, berekor pendek, ujung sisik mengalami
berotot. Uropeltidae juga mempunyai ujung ekor yang tumpul dan beberapa
spesies ujung ekornya tertutupi oleh sisik besar dengan permukaan yang kasar.
Mempunyai bentuk kepala agak merucut dan pipih, serta ukuran kepala lebih kecil
dibandingkan dengan leher. Famili ini tersusun atas dua Sub-Familia yakni
dapat dijumpai di hutan hujan tropis, memiki ukuran kurang lebih satu meter,
Sisik dorsal biasanya berwarna hitam atau sangat gelap, jika terkena cahaya sisik
Familia ini tersusu atas satu genera dengan tiga spesies. Merupakan ular
akuatik, mempunyai sisik yang sangat kecil, berlunas sehingga tekstur kulit sangat
kasar. Ular ini tidak mampu bergerak di daratan. Ekor sedikit memipih,
mempunyai jaringan penutup yang berada di dalam mulut berguna untuk menutup
Hidupnya nocturnal dan berkembang biak secara vivipara (Pought et al, 1998).
berikut:
paru kiri pada ular mengalami reduksi. Reptil mempunyai atrium dekster dan
sinister yang terpisah secara sempurna, sedangkan ventrikel dekster dan sinister
terpisah oleh sekat yang belum sempurna. Kecuali pada jantung buaya dan
alligator.
2. Sistem Rangka
Rahang bawah dan rahang atas ular dihubungkan oleh ligamentum. Tidak adanya
tulang sternum memungkinkan mereka dapat memakan mangsa yang jauh lebih
besar dari tubuhnya. Kemudian secra umum, kolumna vertbralis terbagi dalam
beberapa bagian yakni, servik, thorax, lumba, sacrum, dan kauda. Alat gerak pada
reptil juga bervariasi. Muali dari tidak memiliki tungkai, termodifikasi menjadi
reptil. Kelenjar endokrin pada reptil tidak berbeda nyata dengan vertebrata tingkat
tinggi lainnya. Beberapa reptil seperti kadal dan ular mempunyai organ Jacobson
pada daerah faringeal (tepatnya di langit-langit mulut) yang berguna sebagai alat
akan melakukan proses penciuman. Ketika lidah terjulurkan penuh keluar lidah
akan mengumpulkan bau berupa zat kimia yang berada di udara. Lalu lidah akan
di tarik kembali dan membawa zat kimia ke organ Jacobson dengan cara
4. Sistem Pencernaan
mulut yang berfungsi melumassi makanan. Kadal dan ular memiliki lidah dengan
ujung yang tebal dan lengket berfungsi menangkap mangsa. Selain itu lidah kadal
pelindung tubuh. Sisik-sisik ini di kelompokkan menjadi dua yakni epidermal dan
dermal. Sisik dermal berupa lempengan tulang yang tertanam pada kulit. Pada
dermal terdapat bagian berupa kromotofora, hal ini menjadikan beberapa reptil
Telur reptil dilindungi oleh membran ekstra embryonal yang disebut sebagai
amnion serta cangkang telur, sedangkan telur amphibi hanya dilindungi oleh
Ular kobra berburu dengan baik pada siang maupun malam hari, akan
Apabila merassa terancam dan tersudut, ular kobra akan menegakkan lehernya
sertra mengembangkan tulang rusuknya, sehingga kurang lebih sepertiga bagian
muka tubuhnya berdiri tegak dan memipih serupa spatula. Melihat postur
tubuhnya ini dan gerakannya yang gesit dan tangkas, orang umumnyya merasa
takut dan menganggapnya sebagai ular yang agresif serta berbahaya (Marida,
2019).
bergerak di perairan dan perilaku bergerak di daratan. Hal ini disebabkan buaya
menangkap mangsa, reproduksi, dan interaksi sosial terjadi di dalam air (Marida,
2019). Menurut Farmer dan Carrier (2000) frekuensi perilaku bergerak di perairan
yang paling sering dilakukan adalah mengambil nafas atau muncul ke permukaan
air.
pohon yang jatuh atau disekitar tanaman semak dan belukar. Turpepel juga
biasanya beristirahat di dalam karapas mereka sendiri. Hal itu bisa terjadi ketika
Turpepel berada di tempat yang jauh dari wilayahnya. Perilaku Turpepel sebelum
tidur biasanya akan menggali-nggali di baah dedaunan atau semak belukar untuk
Aktivitas bergerak biawak dilakukan pada pagi dan sore hari, hal ini
ancaman dari biawak lainnya dan mencari tempat untuk beristirahat. Perilaku
jenis ular yang berukuran relatif besar seperti sanca atau ular tikus. Ular ini juga
memangsa ular yang berbisa dan kadal berukuran besar seperti biawak.
Sedangkan untuk ular kobra yang dikurung juga memakan daging atau tikus mati.
Setelah menelan mangsa yang besar, ular kobra dapat bertahan hidup berbulan-
lainnya. Mereka dapat mempelajari pola dan kebiasaan mangsa (Morpurgo et al,
1993). Perilaku buaya betina saat makan sering menggunakan strategi menerkam
dengan menyelam dan menerkam tiba-tiba, lalu mangsa dilempar ke udara dan
yaitu hewan pemakan segala baik tumbuhan ataupun daging. Waktu makan bagi
para Turpepel ialah pagi hari ketika matahari terbit pukul 07.00 atau 07.30 WIT.
Turpepel akan mencari sumber air untuk minum dan mengurangi rasa haus atau
dehidrasi mereka selama tidur. Setelah minum barulah Turpepel mencari makan
(Marida, 2019).
Aktivitas biawak dari tiap umur cenderung sama. Di pagi hari dan sore
hari biawak cenderung mencari makan dan berjemur. Aktivitas berjemur di pagi
hari dilakukan pada pukul 07.00 sampai 10.00 WIB dan sore hari pukul 15.00
Ular kobra bertelur sekitar 20-50 butir, yang di letakkan di dalam sebuah
ssarang penetasan yang terbuat dari timbunan serasah dedaunan. Sarang ini terdiri
dari dua ruangan, ruang baah untuk meletakkan telur dan ruang atas dihuni oleh
induk betina yang menjaga telur-telur hingga menetas. Ular ini bertelur sekitar
bulan April hingga Juli. Telur-telur ini menetas setelah 71-80 hari, dan anakan
ular yang telah menetas memiliki panjang tubuh sekitar 50-52 cm (Marida, 2019).
Buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang mangsa yang
mendekat ketika musim kawin dan bertelur. Induk buaya betina umumnya
bercampur dengan serasah daun, induk kemudian menunggui telurnya dari jarak
Turpepel berkembang biak seperti halnya satwa lainnya yaitu sang jantan
Menurut pengamatan Turpepel jantan biasanya hanya berdiam diri di suatu tempat
yang tenang bahkan lebih sering istirahat (siang) atau tidur (malam). Namun
ketika musim kawin tiba Turpepel jantan menjadi lebih agresif. Turpepel jantan
menjadi tidak tenang dan lebih sering berjalan-jalan di sekitar wilayah teritorinya.
Perilaku
Turpepel jantan mengeluarkan kepala dan lehernya untuk mencium bagian ekor
Turpepel betina, bahkan sampai kepala Turpepel jantan masuk ke bagian bawah
dasar dari populasi tertentu. Kebutuhan dasar populasi adalah untuk berlindung,
berkembang biak, menyediakan makanan dan air serta pergerakan. Habitat biawak
air di Pulau Biawak terdiri dari hutan mangrove dan pantai. Perkembang biakan
biawak adalah dengan bertelur. Telur biawak disimpan di pasir atau di lumpur di
tepi sungai, bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting (Alikodra, 1990).
tubuh diselimuti oleh sisik, dorsal berwarna hijau, kulit dapat berubah semakin
gelap jika kondisi tertekan, pada bagian ventral terlihat lebih terang. Spesimen ini
mempunyai jambul di bagian kepala, dan mempunyai ekor berwarna gelap. Jenis
(Yunita, 2019).
Spesies ini memiliki ciri morfologi meliputi, tubuh yang pipih dan
dorsal bersisik halus, tidak memiliki membran pada jari-jari kakinya, terdapat
bercak putih pada tubuh, kulitnya memiliki warna coklat kusam, dan bercak pada
ekor tersusun rapi. Spesies ini ditemukan di zona terrestrial Coban Jahe (Yunita,
2019).
tunujukkan beberapa ciri morfologi yakni, mempunyai kepala besar, tubuh yang
kokoh, bentuk badaan agak pipih, mempunyai tekstur kulit lembut dan berwarna
bagian dorsal lembut, jari kaki tidak memiliki selaput, dan mempunyai tubercles
yang membesar. Spesies ini dapat ditemukan di Coban Jahe zona terrestrial
(Yunita, 2019).
Spesimen ini mempunyai tubuh yang kurus dan ramping, tubuh berwarna
coklat agak kusam dan kekuningan serta terdapat belang-belang hitam samar di
sepanjang tubuhnya, di atas tengkuk terdapat pola X yyang tegas berwarna hitam,
ventral berwarna kuning disertai bitnik-bintik halus gelap kemerahan, kepala agak
meruncing. Spesies ini dapat dijumpai di zona arboral Coban Jahe (Yunita, 2019).
Kusrini (2013) perlu memahami terlebih dahulu beberapa istilah dan bagian-
bagian tubuh amphibi yang digunakan sebagai kunci dalam mengidentifikasi.
Beberapa ciri yang digunakan untuk identifikasi amphibi menurut Kusrini (2013)
sebagai berikut:
1. Bentuk tubuh
penentu kelompok dari individu tersebut. Seperti contoh pada Suku Bufonidae
2. Permukaan Kulit
terlihat. Seperti pada Suku Bufonidae yang mempunyai tekstur kulit kasar disertai
a. Warna Kulit
Warna kulit pada amphibi umumnya disesuaikan dengan tempat yang
parameter utama untuk identifikasi jenis, karena katak dapat merubah warna
kulitnya sesuai dengan lingkungan, pada siang dan malam hari, serta saat kondisi
terancam.
b. Panjang Tubuh
(betina dan janta) pada jenis-jenis tertentu. Panjang tubuh setiap jenis katak juga
berbeda- beda.
c. Selaput Kaki
Selaput kaki pada katak dapat dijadikan acuan identifikasi jenis. Selaput
pada kaki katak dapat menggambarkan ciri habitat yang biasa ditinggali.
Tipe-tipe Selaput pada jari kaki Ordo Anura (Kusrini, 2013).
e. Kelenjar Paratoid
tetapi bentuk dan ukuran kelenjar paratoid pada setiap jenis dapat berbeda-beda.
f.Suara
Suara yang dimiliki oleh Anura berbeda-beda pada tiap jenisnya. Saat
betina.
Asia Tenggara meliputi, Ukuran tubuh, bentuk, warna dan pola. Seperti kadal dan
ular yang biasa dijadikan sebagai kunci identifikasi yakni, jumlah sisik dan pola
sisik pada kepala serta tubuh (Das, 2010). Berikut beberapa cara mengidentifikasi
1. Ukuran Tubuh
Ada beberapa cara untuk menilai ukuran kura-kura, terrapin, dan penyu.
Cara mengukur panjang spesies yakni diukur panjang garis tengah pada karapas
(SCL).
b). Kadal
Pengukuran pada jenis ular dan ular kaca (kelompok kadal yang tidak
berkaki) dengan cara mengukur dari ujung moncong hingga ujung ekor (TL).
2. Jumlah Karapas
Identifikasi pada jenis ini ditinjau dari jumlah karapas.Pada kulit bagian
atas dan bertulang (karapas) dan cangkang bawah (plastron). Karapas dibagi
3. Jumlah Sisik
posisi dan ukuran sisik. Posisi dan nama sisik kurang lebih merupakan ciri khas di
kelompok Squamata.
a). Kepala Kadal
Letak, tipe, dan nama sisik pada kepala kadal (Das, 2010)
Letak, tipe, dan nama sisik pada kepala ular (Das, 2010)
Perhitungan sisik bagian tubuh dimulai dari tengah tubuh antara kepala dan kloaka,
dimana jumlah sisik di bagian perut yang paling banyak tidak dihitung.
Cara menghitung sisik pada tubuh ular (Das, 2010).
dari sisik pertama atau pasangan sisik di bawah anus ke sisik yang tepat di depan
sumber daya alam disebut dengan wisata alam. Objek wisata alam menggunakan
wilayah yang masih alami sehingga seringkali dilakukan usaha pelestarian alam di
kawasan tersebut. Wisata alam dapat memberikan manfaat baik secara ekonomi
sekali wisata alam yang telah dibuka, terutama wahana wisata perairannya. Salah
satu wisata alam yakni “Coban Tarzan”. Coban Tarzan terletak di Desa Pandansari
Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Jawa Timur. Lokasi Coban Tarzan ini
berdekatan atau tidak jauh dengan Coban Jahe. Coban Tarzan ini memiliki
komposisi biotik dan abiotik yang masih terlihat sehat atau tidak ada campur
Metode tersebut dilakukan dengan menyusuri wilayah perairan dan mendata jenis
yang di temukan serta keadaan daerah tempat jenis tersebut ditemukan. Metode ini
digunakan untuk mendata jenis dan habitat herpetofauna. Metode VES juga dapat
daftar jenis, dan memperkirakan kepadatan relatif jenis (Susanto, 2006 dan
Donelly, 1897).
menggunakan metode VES dimulai saat senja selama dua atau tiga jam. Langkah-
langkah dalam melakukan metode Visual Ecounter Survey (VES) menurut Hayeret