Anda di halaman 1dari 9

1.

Semut

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Polyrhachis
Spesies : Polyrhachis boltoni

Deskripsi :
Semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa Hymenoptera.
Semut memiliki lebih dari 12.000 jenis (spesies), sebagian besar hidup di kawasan
tropika. Sebagian besar semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan
sarang-sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut per koloni. Anggota
koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan
pula terdapat kelompok semut penjaga. Satu koloni dapat menguasai daerah yang luas
untuk mendukung kehidupan mereka. Koloni semut kadangkala disebut
"superorganisme" karena koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Semut ini berukuran sedang dengan kaki-kaki yang panjang dan berwarna hitam.
Posisi kepala hypogantus yang artinya kepala menghadap kebawah. Memiliki
sepasang antena dengan jumlah ruas sebanyak 11 yang bertipe filiform. Memiliki
tungkai yang panjang dengan tipe cursorial yang berguna untuk berlari atau berjalan
cepat. Memiliki abdomen yang ruasnya ada tiga dan berbentuk bulat. Panjang
tubuhnya 4 mm. Semut ini memiliki kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua
yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit di antara
mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang
abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua
node.
2. Kumbang

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Upafilum: Hexapoda
Kelas: Insecta
Upakelas: Pterygota
Infrakelas: Neoptera
Superordo: Endopterygota
Ordo: Coleoptera

Deskripsi :
Kumbang adalah sekelompok serangga yang membentuk ordo Coleoptera
/koʊliːˈɒptərə/. Kata "coleoptera" berasal dari bahasa Yunani Kuno κολεός, koleos,
dan πτερόν, pteron, yang jika keduanya disatukan berarti "sayap berselubung", karena
sebagian besar kumbang memiliki dua pasang sayap. Pasangan sayap yang berada di
depan disebut elytra. Pasangan sayap ini mengeras dan menebal yang dapat
melindungi pasangan sayap di belakangnya dan juga melindungi bagian belakang
tubuh kumbang.
Ordo Coleoptera memiliki spesies lebih banyak daripada ordo manapun, meliputi
hampir 25% dari seluruh jenis bentuk kehidupan hewan yang diketahui.[2][3][4] Sekitar
empat puluh persen dari seluruh spesies serangga yang telah terdeskripsi adalah
kumbang (sekitar 400.000 spesies[5]) dan spesies baru sering ditemukan. Famili
taksonomi paling besar, Curculionidae, juga masuk dalam ordo ini.
Penyebaran kumbang sangat luas. Kumbang dapat ditemukan di semua habitat
besar, kecuali di lautan dan wilayah kutub. Mereka berinteraksi dengan ekosistemnya
dalam berbagai cara. Beberapa spesies kumbang adalah penghasil detritus, dengan
menghancurkan jaringan hewan dan tumbuhan yang mati, memakan bangkai jenis-
jenis tertentu, dan memakan sampah. Beberapa spesies memakan jamur. Beberapa
spesies adalah pemakan bunga dan buah. Ada juga spesies yang merupakan parasit
atau parasitoid. Beberapa spesies lainnya adalah pemangsa atau predator bagi
invertebrata lain. Banyak spesies kumbang predator ini yang penting sebagai
pengendali hama pertanian.
3. Lipan (myriapoda)

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Upafilum: Myriapoda

Kelas: Chilopoda

Ordo: Scolopendromorpha

Famili: Scolopendridae

Genus: Scolopendra

Deskripsi :
Myriapoda adalah gabungan dari kelas Chilopoda dan Diplopoda dengan tubuh
beruas-ruas dan setiap ruas mempunyai satu pasang atau dua pasang kaki. Tubuh
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan abdomen (perut). Hewan ini banyak
dijumpai di daerah tropis dengan habitat di darat terutama tempat yang banyak
mengandung sampah, misal kebun dan di bawah batu-batuan.
Myriapoda mempunyai ciri tubuh beruas-ruas dengan bagian kepala, dada, dan
perut yang tidak jelas. Kaki terdapat di setiap ruas tubuhnya sehingga disebut hewan
berkaki seribu. Berdasarkan jumiah pasang kaki di setiap ruas tubuhnya, Myriapoda
dibedakan menjadi dua, yaitu Chilopoda dan Diplopoda.
Chilopoda
Chilopoda memiliki habitat di darat dan bernapas dengan trakea. Hewan ini
merupakan karnivor atau pemangsa hewan lain. Tubuhnya berbentuk pipih
dan beruas-ruas. Pada setiap ruas tubuhnya terdapat sepasang kaki dan
memiliki antena yang panjang. Ujung mulut pertama berbentuk seperti cakar
yang mengandung bisa. Contoh Chilopoda adalah kelabang (lipan)
1. Diplopoda
Diplopoda memiliki habitat di darat. Hewan ini hidup sebagai herbivor atau
pemakan tumbuh-tumbuhan Tubuhnya berbentuk silindris dan di setiap ruas
tubuh terdapat dua pasang kaki. Hewan ini tidak memiliki taring bisa dan
bernap_- dengan trakea. Contoh Diplopoda adalax keluwing, si kaki seribu.
Peranan Myriapoda antara lain memiliki andil dalam memecah bahan-bahan
organ atau serasah untuk membentuk humus. Lipan mudah ditemukan di daerah yang
diarsir seperti bagian bawah daun-daun mati, batu, gua, hutan, dan bahkan bagian
dalam rumah. Mereka biasanya ditemukan di daerah iklim seperti padang pasir,
pegunungan, dan hutan. Mereka adalah arthropoda soliter (bila disatukan, Anda
melawan dengan kematian salah satu dari dua) dan malam. Pada siang hari mereka
pergi untuk mencari perlindungan di lahan basah dan gelap. Jika cuaca terlalu basah
atau terlalu kering, mereka mencari tempat lain untuk datang berlindung di dalam
rumah. Spesies yang hidup di zona beriklim panas biasanya lebih kecil (hingga 10
cm) dari mereka menghuni daerah khatulistiwa yang lembab, yang dapat melebihi 30
cmLipan dianggap sebagai hewan berbisa meskipun bisa lipan kurang mematikan
manusia, tetapi lipan biasa dikonsumsi di Thailand dan di beberapa bagian Afrika.
Bahkan pengobatan tradisional Tionghoa memotong atau menggunakan bagian dari
lipan sebagai obat untuk penggunaan oral, meskipun efektivitas pengobatan ini belum
terbukti secara ilmiah.
4. Cacing
KLASIFIKASI CACING TANAH
Kingdom: Animalia
Phylum: Annelida
Class: Clitellata
Order: Haplotaxida
Family: Lumbricidae
Genus: Lumbricus
Species: Lumbricus rubellus

Deskripsi :
Ada sekitar 4500 spesies cacing di dunia, sekitar 2700 di antaranya adalah
spesies cacing tanah. Ada dua tipe spesies cacing tanah berdasarkan perilaku
hidupnya, yaitu earthmovers dan composters (pembuat kompos).
 Earthmovers adalah spesies soliter (penyendiri) yang hidup di dalam tanah
dengan membuat terowongan berongga di dalam tanah (rongga-rongga ini
akan terisi udara dan oksigen yang baik untuk akar tanaman).
 Sedangkan Composters adalah spesies yang hidup secara massal dalam
tumpukan organik di permukaan tanah.
Spesies cacing tanah yang biasa dikomersilkan antara lain Eisenia foetida,
Lumbricus rubellus, Lumbricus hortensis, Lumbricus terristris, Eudrilus engeniae,
Eisenia andrei, dan Perionyx excavatus. Cacing harimau (Eisenia foetida) dan cacing
merah (Rubellus lumbricus) merupakan cacing tanah jenis Composters.
Habitat cacing tanah dapat ditemukan pada tanah lahan kering masam sampai
alkali (basa) yang memiliki kecukupan air. Jenis-jenis cacing tanah asli (native)
biasanya hidup pada tanah bertekstur halus, umumnya liat, liat berdebu atau lempung
berdebu, dan jarang ditemukan pada tanah berpasir. Umumnya cacing hidup pada pH
4,50−6,50, tetapi bila kandungan bahan organik tanah tinggi, cacing mampu
berkembang pada pH 3. Pada musim kemarau, cacing tanah biasanya bermigrasi ke
tanah-tanah basah, seperti daerah sumber air dan tanah di bawah pohon pisang.
Klasifikasi Ekologi Cacing Tanah
Spesies cacing tanah yang berbeda memiliki sejarah hidup yang berbeda dan
menempati ruang ekologi yang berbeda pula. Cacing tanah secara ekologi
diklasifikasikan menjadi lima kategori umum, yaitu epigeic, aneciq, endogeic,
coprophagic dan arboricolous. Cacing tanah epigeic merupakan cacing tanah yang
aktif di permukaan tanah, memiliki pigmen tubuh dan pada umumnya tidak suka
membuat terowongan dalam tanah. Cacing tanah aneciq memiliki tubuh besar dan
dapat membuat terowongan yang dalam.
Cacing tanah endogeic merupakan cacing tanah yang hidup dekat dengan
permukaan tanah yang mengandung bahan organik. Cacing tanah coprophagic
merupakan cacing tanah yang hidup dalam kotoran hewan ternak, sedangkan cacing
tanah arboricolous adalah kategori cacing tanah yang hidup di tanah hutan hujan
tropis (Paoletti 1999). Cacing tanah mempunyai peran ganda yaitu sebagai
dekomposer dan ecosystem engineer. Cacing tanah diketahui merupakan konsumen
serasah, detritus dan materi organik tanah (Yulipriyanto 2010). Wibowo (2000)
menunjukkan bahwa lahan pertanian dengan masukan bahan organik berkualitas
tinggi (C/N rendah) lebih disukai oleh cacing tanah.

Pengolahan Tanah Ramah Lingkungan


Pengelolaan tanah secara biologi dengan memanfaatkan cacing tanah endogaesis-
geofagus efektif dilakukan, karena dapat bekerja sepanjang tahun dan tidak merusak
akar tanaman hidup. Meningkatnya aerasi tanah dan resapan air oleh adanya lubang-
lubang cacing akan mengurangi laju aliran permukaan dan erosi tanah. Cacing tanah
dari kelompok endogaesis dapat menghancurkan dan mengangkat liat maupun bahan-
bahan lain dari horison argilik kembali ke lapisan atas (bioturbasi).

5. Jangkrik
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Klas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Sub Ordo : Ensifera
Famili : Gryllidae
Sub Famili : Gryllinae
Genus : Gryllids
Spesies :Gryllus mitratus
(Jangkrik celiring)
Gryllus testacius
(Jangkrik
cendawang)
Gryllus bimaculatus
de geex (Jangkrik
kalung)

Deskripsi :
Jangkrik merupakan serangga lompat yang termasuk dalam family Gryllidae.
Ada sekitar seribu spesies jangkrik yang hidup terutama di daerah tropis. Banyak juga
spesies yang hidup di daerah yang beriklim sedang yaitu, dengan suhu 26-33derajat C
dan kelembaban 75-80%.
Usaha budidaya jangkrik di Negara kita sangat didukung oleh iklim, cuaca,
ketersediaan lahan ataupun jenis jangkrik yang ada di sekitar kita. Usaha budidaya ini
dilakukan untuk menghindari kelangkaan dan kepunahan akibat perburuan yang
intensif dan habitat jangkrik yang semakin terdsak oleh modernisasi atau perluasan
daerah perkotaan serta dampak penggunaan pestisida. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan jangkrik sebagai pakan hewan piaraan, maka sudah saatnya serangga ini
dibudidayakan secara lebih intensif dan kontinyu, sehingga dapat memenuhi
permintaan pasar.
Jangkrik dapat ditemui hamper di seluruh Indonesia, tetapi lebih banyak
ditemukan di daerah yang kering yang bersuhu 20-30derajat C dan kelembaban 65-
80% (Sukarno. 1999), tanahnya gembur atau berpasir dan tersedia banyak tumbuhan
semak belukar. Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan
daun kering atau bongkahan tanah.
Jangkrik yang termasuk family Gryllidae ada sekitar 1000 jenis jangkrik.
Kelompok ini terutama hidup di daerah tropis. Jenis jangkrik yang paling umum
dikenal masyarakat adalah jangkrik kalung atau Gryllus bimaculatus. Di alam bebas
bentuk dewasa jangkrik kalung hanya bisa ditemukan pada musim-musim tertentu
kira-kira bertepatan dengan musim bunga Eulolia amaura (rumput lamuran), karena
mempunyai hubungan yang erat (jangkrik jantan yang digelitik dengan bunga
tersebut akan marah, lalu diadu dengan jantan lain).
Jangkrik lokan jenis bimaculatus ini ditemukan secara soliter di kebun tembakau,
kacang, mentimun, di tanah kemerahan yang berpasir. Memasuki musim kemarau
jangkrik hijrah mendekati sumber-sumber perairan, seperti di rumput kaso atau
ilalang di pinggir sungai (Karjono. 1999). Pada siang hari, jangkrik kalung
bersembunyi di bawah batu-batuan, reruntuhan pohon atau dalam tanah. Pada malam
hari jangkrik berkeliaran mencari makanan dan pasangan.
Makanan Jangkrik
Jangkrik makan sejumlah besar aneka ragam bahan anabti dan hewani. Jenis
pakan yang disukai oleh jangkrik adalah daun-daun muda yang banyak mengandung
air sebagai pengganti minum seperti sawi, kubis, bayam, daun papaya, dan lain-lain.
Untuk jangkrik dewasa biasanya diberikan ketimun yang juga sebagai pengganti air
minum. Kebutuhan protein diperoleh dari penambahan pakan kering yang sudah
dihaluskan (Budi. 1999).
Tipe dan jumlah pakan yang dimakan serangga ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, kelakuan, dan seringkali berbagai sifat-sifat
morfologik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai