Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Retno Hartati, M.Sc.
Disusun Oleh :
Mita Eka Septiani
26040120140086
Ilmu Kelautan B
Penyu adalah salah satu jenis hewan reptilian yang termasuk poikilothermal
(suhu tubuh mengikuti suhu lingkungan), bernafas dengan paru-paru, berkulit sisik,
berkembang biak melalui penetasan telur. Penyu dewasa sering berada di daerah
pantai dan biasanya digunakan untuk tempat bertelur. Indonesia mempunyai
terdapat 6 jenis penyu, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Belimbing
(Dermochelys coreaceae), Penyu Tempayan (Caretta caretta), Penyu Sisik
(Erelmochelys imbricata), Penyu Pipih (Natator depressa) dan Penyu Lekang
(Lepidochelys olivacea). Penyu termasuk hewan yang terancam akibat beberapa
faktor seperti pergeseran fungsi lahan, pengelolaan konservasi yang tidak memadai,
perubahan iklim, perburuan ilegal, serta ancaman predator. Hamino et al. (2021)
menyatakan bahwa, semua spesies penyu ada dalam red list di IUCN (International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dan Appendiks I CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora). Penyu yang terdapat di Indonesia juga terancam mengalami kepunahan.
Oleh karena itu, pemerintah menerbitkan PP No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa serta PP No.8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar.
Menurutku Harnino et al. (2021), penyu merupakan hewan reptil yang dapat
bermigrasi dalam jarak yang jauh di sepanjang kawasan Samudera dan Asia
Tenggara. Migrasi pada penyu bertujuan untuk kawin, mencari tempat untuk
bertelur maupun untuk mencari makan. Penyu memiliki peran penting dalam
keseimbangan ekosistem laut. Mulai dari memelihara ekosistem terumbu karang
produktif dan menstransfer nutrient penting yang berasal dari lautan menuju pesisir.
Keberadaan penyu telah lama terancam, baik dari alam maupun kegiatan manusia
yang dapat membahayakan populasinya baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penyu adalah kura-kura laut yang termasuk binatang purbakala yang
masih hidup hingga sekarang. Penyu ini terdiri dari kepala, leher, cangkang, dan
kaki yang digunakan untuk melakukan renang di dalam air. Diperkirakan terdapat
sekitar 260 spesies penyu dari 12-14 suku yang masih hidup di bagian dunia.
2.3.1. Perkawinan
Penyu melakukan perkawinan di dalam air laut terkecuali pada kasus penyu
tempayan yang akan melakukan perkawinan meski dalam penangkaran apabila
telah tiba masa kawin. Penyu membutuhkan waktu kurang lebih 15-50 tahun untuk
dapat melakukan perkawinan. Selama masa kawin, penyu jantan akan menarik
perhatian penyu betina dengan menggosok kepalanya atau menggigit leher sang
betina. Pada saat akan kawin, alat kelamin pada penyu jantan yang berbentuk ekor
akan memanjang ke belakang sambil berenang. Penyu jantan akan mengaitkan
tubuhnya kebagian cangkang betina. Kemudian penyu akan melipat ekornya yang
panjang ke bawah cangkang penyu betina. Penyu betina pergi ke pantai hanya untuk
bersarang dan menetaskan telurnya. Penyu betina naik ke pantai untuk bertelur
dengan kaki depannya menggali pasir dan membuat lubang untuk telur-telurnya.
Telurnya mencapai kurang lebih 100 butir, kemudian dengan hati-hati menutup
kembali lubang tersebut dengan pasir dengan rata untuk menyembunyikan dan
menyamarkan letak lubang telurnya. Hal ini dilakukan kurang lebih 1-3 jam
kemudian penyu betina akan kembali ke laut.
2.3.2. Peneluran
Penyu hijau (Chelonia mydas) adalah jenis penyu yang serrring ditemukan
di laut tropis. Penyu hijau dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil dan
paruhnya yang tumpul. Nama penyu hijau ternyata bukan karena sisiknya yang
berwarna hijau, tetapi warna lemak yang terdapat di bawah sisiknya yang berwarna
hijau. Tubuh dari penyu hijau berwarna keabu-abuan, kehitam-hitaman atau
kecoklatan. Daging dari penyu hijau ini banyak dikonsumsi baik di seluruh dunia
terutama di Bali. Banyaknya manusia yang memburu daging penyu ini terkadang
disebu sebagai penyu daging. Berat penyu hijau ini dapat mencapai 400 kg. ciri
morfologi dari penyu hijau adalah terdapatnya sepasang prefrontal atau sisik pada
kepala. Penyu hijau juga memiliki sisik perisai punggung yang ttidak saling
berhimpit, memiliki empat pasang sisik samping yang tersusun bujur pada
permukaan kepala ke ekor, dimana pasangan sisik samping pertama tidak
menyentuh Nuchal. Bbagian pinggir karapas terdapat 12 pasang Marginal Scute,
kaki depan berbentuk pipih seperti dayung. Populasi penyu hijau di Indonesia terus
menurun. Penurunan populasi penyu disebabkan oleh pencurian telur dan anak
penyu yang semakin meningkat. Selain itu, lalu lintas air yang semakin ramai oleh
nelayan dan pengunjung serta banyaknya vegetasi yang rusak akibat abrasi yang
mengakibatkan terjadinya pen-degradasi habitat penyu. Salah satu upaya untuk
mengurangi penurunan populasi penyu hijau adalah dengan melakukan pembinaan
dan perlindungan terhadap perlindungan habitat tempat bertelur pada penyu hijau
(Hamino, 2017).
Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam
jarak yang jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia
Tenggara. Penyu hijau, memiliki ciri-ciri khusus diantaranya yaitu memiliki
karapas dengan warna kuning kehijauan atau coklat kehitaman dengan cangkang
berbentuk bulat telur (bila dilihat dari atas), kepalanya relatif kecil dan tumpul.
Panjang karapas penyu hijau berkisar antara 97-115 cm dan lebar karapas berkisar
antara 83,5-108 cm. Habitat penyu berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Penyu
hijau akan bertelur di pantai yang lebar serta terbuka tanpa adanya naungan pohon.
Penyu hijau (Chelonia mydas) merupakan jenis penyu yang paling sering
ditemukan dan hidup di laut tropis. Dapat dikenali dari bentuk kepalanya yang kecil
dan paruhnya yang tumpul. Pantai tempat habitat untuk penyu bertelur memiliki
beberapa persyaratan umum diantaranya yaitu pantai mudah dijangkau dari laut,
posisinya cukup tinggi agar dapat mencegah telur terendam oleh air pasang
tertinggi, pasir relatif lepas (loose) serta berukuran sedang untuk mencegah
runtuhnya lubang sarang pada saat pembentukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Pradana, F. A., S. Said, dan S. Siahaan. 2017. Habitat Tempat Bertelur Penyu Hijau
(Chelonia mydas) di Kawasan Taman Wisata Alam Sungai Liku Kabupaten
Sambas Kalimantan Barat. Jurnal Neliti., 3(1) : 156-163.