2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Testudinata
Famili : Cheloniidae
Genus : Lepidochelys
Penyu Lekang merupakan salah satu spesies penyu yang masuk dalam daftar
IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources)
Red List dengan kategori vulnerable species (Abreu et al., 2008). Vulnerable atau
rentan adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang
menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang. Kategori
6
7
status konservasi IUCN Red List merupakan kategori yang digunakan oleh IUCN
mengeluarkan IUCN Red List of Threatened Species, yaitu daftar status kelangkaan
suatu spesies.
menyatakan bahwa penyu merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi baik
keberadaannya telah terancam punah, yang diakibatkan oleh faktor alam maupun
aktivitas manusia. Terdapat enam jenis penyu yang dilindungi di Indonesia yaitu: 1.
2.1.3 Morfologi
penyu terkecil diantara spesies penyu yang lain, panjang penyu Lekang dewasa
Penyu tersebut bertelur rata-rata 100-110 telur per sarang, dan kebanyakan
individu akan bersarang satu sampai tiga kali per musim (Richardson, 1997).
Penyu Lekang mendapatkan namanya berdasarkan warna dari karapas nya yang
yang berbentuk datar, memiliki kepala besar dengan dua pasang sisik prefrontal.
Bagian atas penyu muda berwarna abu-abu, sedangkan penyu dewasa berwarna
hijau. Bagian bawah berwarna putih pada penyu muda, dan penyu dewasa
mendekati kuning. Sisik lateral dikatakan berjumlah 5-9 pasang, namun biasanya
berjumlah 6-8 pasang. Reptil ini mempunyai 2 bagian tempurung yang terdiri atas
bagian atas atau biasa disebut dengan karapas dan bagian bawah atau perut disebut
plastron. Karapas tersusun atas 2 lapisan, yaitu lapisan dalam dan lapisan luar.
Lapisan luar merupakan lapisan epidermal yang berbentuk sisik-sisik yang keras.
leher dan tulang ekor sehingga kedua tulang tersebut bergerak bebas. Penyu dewasa
memiliki bentuk karapas hampir bulat. Sisi lateral naik membengkok ke atas dan
a b c
2.1.4 Persebaran
tanaman atau alga laut. Penyu dewasa bermigrasi ke daerah pantai peneluran pada
Bagian Utara. Persebaran penyu wilayah Lautan Atlantik ditemukan di Pantai Barat
Afrika, Pantai Brazil Selatan, Suriname, Guyana, dan Venezuela. Penyebaran penyu
Lekang terpusat di Laut Karibia sejauh ke utara Puerto Rico. Penyebaran penyu
terpusat di Pantai Merubetiri dan sekitar pantai selatan Jawa (Gambar 2.4).
Gambar 2.3 Peta persebaran utama penyu Lekang di dunia (Mast et al., 2009).
10
Penyu pada umumnya memiliki siklus yang sama antar spesies. Siklus hidup
penyu terbagi atas pantai peneluran, ruaya pakan dan ruaya kawin. Penyu memiliki
bermigrasi untuk kawin dengan menempuh jarak yang jauh, yaitu bisa mencapai
hingga 3000 km dari ruaya pakan ke pantai peneluran. Penyu jantan dan betina
bermigrasi menuju daerah peneluran pada umur 20-50 tahun. Perkawinan penyu
dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua bulan sebelum peneluran pertama di
hingga beberapa kali dalam setahun. Proses ini bergantung pada beberapa faktor
seperti letak lintang (latitude), umur, dan sumber serta kualitas pakan. Pada
umumnya penyu betelur lebih dari satu kali dalam satu musim bertelur (3-4 kali),
11
dengan interval kira-kira 2 minggu. Setelah selesai bertelur, penyu dewasa akan
Tukik yang baru menetas dan keluar dari sarangnya akan langsung menuju
laut. Proses ini terjadi secara alamiah karena pengaruh cahaya. Tukik menuju laut
lepas hingga mencapai arus samudra dengan cadangan makanan kuning telur yang
ada di tubuhnya. Fase awal berkelana ini sering disebut sebagai “tahun yang
hilang”. Lama fase ini bervariasi sesuai dengan jenis dan populasinya (Direktorat
2.1.6 Reproduksi
reproduksi penyu adalah proses regenerasi yang dilakukan penyu dewasa melalui
(tukik). Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu, hanya 1-3% yang
berhasil mencapai dewasa. Penyu melakukan kopulasi di dalam air laut, apabila
telah tiba musim kawin, beberapa penyu melakukan perkawinan meski dalam
pertengkaran. Waktu yang dibutuhkan untuk mulai kopulasi kurang lebih 4-6 jam
(Pancaka, 2000). Penyu jantan bertengger di atas punggung penyu betina saat
Penyu jantan mencengkeram bahu betina dengan kuku yang terdapat pada
sirip depan oleh karena itu, betina yang bertelur mempunyai tanda bekas cakaran di
bahunya. Alat kelamin penyu jantan berbentuk ekor akan memanjang ke belakang
mengikuti kemana penyu betina berenang pada waktu kopulasi. Setelah kopulasi
penyu jantan akan kembali bermigrasi untuk mencari makan, sedangkan penyu
betina beberapa minggu kemudian akan bergerak menuju pantai untuk bertelur.
13
(Pancaka, 2000).
penetasan dari telur penyu (Foti et al., 2009; Santoro et al., 2006; Wyneken et al.,
1988; Solomon and Baird, 1980; Phillot, 2002). Penelitian Wyneken et al. (1988)
pada permukaan cangkang telur, penutupan ini mengganggu proses respirasi telur
selanjutnya bakteri akan menyebar dan berkolonisasi di dalam komponen telur (yolk
2.2 Bakteri
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus ( nukleus ) dan tidak ada
membran inti. Bentuk DNA bakteri adalah sirkuler, panjang dan biasa disebut
nukleoid. DNA bakteri tidak mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja.
yang berbentuk kecil dan sirkuler (Jawetz, 2013). Menurut (Koes, 2006) terdapat
14
sumber energi, yang diperlukan untuk reaksi – reaksi sintesis yang membutuhkan
dan sebagainya ; sumber karbon ; sumber nitrogen, sebagian besar untuk sintesis
dan sulfat sebagai anion ; dan potasium, sodium magnesium, kalsium, besi, mangan
tambahan, disebut juga vitamin bakteri, dalam jumlah sedikit untuk sintesis
menyebabkan kematian embrio di dalam telur (Mo et al., 1995; Craven 2007).
Beberapa bakteri telah teridentifikasi dari telur penyu Lekang yang gagal menetas,
Lauckner (1980) dalam Hidayat dkk (2014) bakteri yang sering mengkontaminasi
bakteri yaitu Bacillus cereus, Shigella spp., Salmonella spp, dan Klebsiella spp.
15
Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi hewan.
Tahun 1885, organisme ini digambarkan sebagai komunitas bakteri coli. Nama
“Bacterium Coli” sering digunakan sampai pada tahun 1991 kemudian nama ini
menyusun tipe spesies E. coli (Jawetz, 2013). Menurut Jawetz (2013), Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proterobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
baik hampir di semua media perbenihan, dapat meragi laktosa dan bersifat
tidak mempunyai spora serta bisa hidup dalam keadaan aerob dan aerob fakultatif
(Melliawati, 2009). E. coli adalah mikroba yang paling umum digunakan sebagai
indikator adanya pencemaran feses dalam air. Habitat E. coli yaitu pada saluran
pencernaan dan saluran non pencernaan seperti tanah dan air. Mikroba jenis ini
selalu ada pada feses hewan maupun manusia. E.coli merupakan mikroba dari
lazim disebut sebagai dekomposer. Sebagian besar bakteri laut termasuk dalam
yang berbentuk batang dapat dijumpai di tanah dan air termasuk pada air laut.
positif, bergerak dengan adanya flagel peritrikus, dapat bersifat aerobik atau
fakultatif anaerobik serta bersifat katalase positif . Bakteri ini adalah salah satu dari
enam bakteri penghasil endospora. Endospora tersebut berbentuk bulat, oval, elips
Kingdom : Procaryotae
Filum : Bacteria
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
pasir sarang dan cangkang telur penyu Lekang yang gagal menetas membuktikan
adanya pengaruh bakteri ini terhadap gagal menetasnya telur. Phillot (2002)
negatif yang berukuran 0,7 – 1,5 x 2,0 – 5,0 µm. Salmonella tumbuh pada kisaran
di atas 0,94. Salmonella spp. tumbuh dengan optimum pada suhu 35 °C sampai 37
menjadi asam dan gas (dari fermentasi gula) (Blackburn and McClure, 2003).
menjadi nitrit dan tidak dapat memfermentasikan salicin, sukrosa dan laktosa.
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
oleh sel-sel dan jaringan dalam tubuh mahluk hidup. AMP berperan penting untuk
diantaranya bahkan mempunyai efek sebagai antivirus dan antiparasit (Giuliani et.
al, 2007). AMP merupakan suatu protein bioaktif yang mempunyai aktivitas
biologis antara lain sebagai antimikroba berukuran relatif lebih kecil (6-100
molekul asam amino), bersifat amfipatik (memiliki kedua sifat hidrofilik dan
hidrofobik dalam strukturnya) dengan urutan asam amino yang berbeda-beda. AMP
bersifat polar karena terpisahnya area yang bersifat hidrofobik dan bermuatan
(Tossi, 2000).
Cloacal mucus kura-kura air tawar tersusun atas glikoprotein. Kura-kura dan
penyu adalah reptil yang kekerabatannya dekat, kedua hewan ini masuk dalam ordo
yang sama yaitu Testudinata sehingga diasumsikan bahwa cloacal mucus penyu
juga mengandung glikoprotein (Keene, 2012). Cloacal mucus penyu dapat bersifat
ini dianggap sebagai protein bioaktif yang juga biasa ditemukan pada tanaman dan
2:06). Menurut penelitian Zahari (2012), katak borneo memiliki mukus yang
20
berfungsi sebagai antimicrobial peptida untuk melindungi kulit dari berbagai jenis
mukus katak borneo memiliki peptida seperti bradikinin, ranatuerin dan brevinin
dengan salah satu dari dua metode pokok yakni dilusi atau difusi. Metode yang
paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Paper disc berisi bahan
bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi diameter zona hambat sekitar
cakram diukur untuk mengetahui daya hambat substansi terhadap bakteri uji.
Metode ini dipengaruhi beberapa faktor fisik dan kimia misalnya, sifat media agar
dan kemampuan difusi, ukuran molekuler, dan stabilitas substansi uji. Meskipun
antibakteri dengan baik. Salah satu uji aktivitas bakteri dengan metode difusi agar
menggunakan disc diffusion adalah metode Kirby Bauer dengan media selektif
Selat Bali. Kawasan pantai Boom termasuk dalam kawasan budidaya laut dan
satu destinasi wisata di Banyuwangi yang ramai di kunjungi wisatawan, selain itu
bertelur, disana terdapat sebuah tempat penetasan telur penyu semi alami sebagai
Sarang semi alami adalah tempat penanaman telur yang digunakan untuk
mengubur telur oleh pihak konservasi dengan tujuan penetasan yang dilengkapi
dengan dinding dan atap untuk mencegah paparan sinar matahari dan hujan secara
langsung serta dilengkapi dengan kolam air laut yang bertujuan untuk melatih
alami atau sarang semi alami di pantai Boom dikelola oleh Banyuwangi Sea
Turtle Foundation (BSTF). Tempat penetasan telur semi alami BSTF berupa
bangunan terbuat dari bata dilapisi semen berbentuk persegi panjang yang
tinggi 1,5-3 m. Sarang semi alami BSTF terdapat bak bak penampung pasir
sebagai media inkubasi telur penyu dan di tengah tempat penetasan semi alami
terdapat kolam air. Pasir sebagai media inkubasi telur penyu dan air pada kolam
22
sarang semi alami diambil dari pantai Boom. Bangunan ini memiliki atap yang
terbuat dari serat karbon dan disangga oleh tiang besi (Haprabu, 2018).