Anda di halaman 1dari 38

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK

(Chromileptes altivelis)

(Tugas Makalah Pengantar Ilmu Perikanan)

Oleh:
MUHAMMAD ZAHRAWANI
2020110014

PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA PERAIRAN


AKADEMI PERIKANAN BHIMA SAKTI
BANDAR LAMPUG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai potensi sumberdaya ikan


yang sangat melimpah. Dalam pembangunan sektor perikanan selain sebagai
penyokong kebutuhan protein hewani bagi masyarakat juga membuka lapangan
kerja, menambah pendapatan masyarakat serta sebagai sumber devisa negara..
Budidaya laut adalah upaya manusia melaui masukan tenaga kerja dan energi,
untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis penting dengan
memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. Kegiatan budidaya
telah dilakukan oleh manusia sejak dulu yaitu  pemeliharaan dalam media air
dengan pemberiam makanan untuk organisme air yang dipelihara.

Ikan Kerapu umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan merupakan


salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di  pasar domestik
maupun pasar internasional dan selain itu nilai jualnya yang cukup tinggi dan
termasuk ikan primadona eksport. Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat
diproduksi masal, untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan
hidup. Berkembangnya  pasaran ikan kerapu hidup karena adanya perubahan
selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah
mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui
usaha budidaya.Salah satu  jenis ikan yang mempunyai potensi untuk
dibudidayakan adalah jenis ikan kerapu  bebek (Cromileptes altivalis) karena
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ikan kerapu bebek atau kerapu tikus
(Cromileptes altivelis), sejenis ikan karang, berprospek cukup cerah karena
kelezatan dagingnya. Permintaan terus meningkat, baik untuk pasar ekspor
maupun lokal. Harga jualpun sangat tinggi,  bias mencapai ratusan ribu rupiag per
kilogram.
Peluang budidaya terbuka luas karena lahan karena lahan usaha budidaya
cukup tersedia dan keuntungannya  besar. Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu
bebek yang merupakan sebagai salah satu komoditas unggulan, maka usaha
kerapu bebek bisa menjadi salah satu  pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu
bebek selain untuk konsumsi juga bisa sebagai ikan hias saat ukuran benih atau
pendederan (3-7 cm). Bentuk dan warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik
kebiru-biruan agak kuning terang sehingga enak dilihatnya.

2.2 Tujuan

1. Untuk memperoleh pengetahuan, tentang biologi, teknik  pembudidayan dan


pemasaran ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis).
2. Untuk mengetahui tingkat produksi dan konsumsi dari ikan kerapu tersebut.
3. Untuk mengetahui pengembangan kekayaan maritim terutama budidaya ikan
kerapu.

2.3 Manfaat

Memberikan informasi atau penggetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat


bagaimana pengembangan budidaya ikan kerapu bebek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Kerapu Bebek

Kerapu bebek atau kerapu tikus (Chromileptes altivelis) adalah jenis ikan
dari keluarga Serranidae yang ditemukan di Australia, Cina, Guam, Hong Kong,
India, Indonesia, Jepang, Kenya, Malaysia, Kaledonia Baru, Kepulauan Mariana
Utara, Papua Nugini, Filipina, Pulau Pitcairn, Singapura, Taiwan, Thailand,
Vietnam dan mungkin di Mozambique dan di Vanuatu. Habitat alaminya adalah
karang laguna pantai. Jenis ini terancam kehilangan habitatnya. Dalam bahasa
Inggris, kerapu bebek disebut humpback grouper atau panther grouper Ikan
kerapu bebek merupakan salah satu jenis ikan laut yang dapat dibudidayakan dan
harganya cukup tinggi. Usaha pembesarannya dengan menggunakan keramba
jaring apung sudah dikembangkan di masyarakat, namun konsekuensi dan
perkembangan usaha pembesaran ikan kerapu bebek tersebut menuntut
ketersediaan benih yang siap di tebar. Benih tersebut harus berkualitas,  jumlah
cukup dan terus menerus.
Menurut akbar (2002), Ikan kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang
hanya hidup dan tumbuh cepat di daerah tropis, Ciri khasnya terletak pada bentuk
moncong yang menyerupai bebek sehingga disebut kerapu bebek. Adapun
klasifikasi adalah sebagai berikut :
Phyllum                :  Chordata
Subphylum           :  Vertebrata
Class                     :  Osteichyes
Subclass               :  Actinopterigi
Ordo                     :  Percomorphi
Subordo                :  Percoidea
Family                  :  Serranidae
Subfamili              :  Epinephihelinae
Genus                   :  Cromileptes
Spesies                 :  Cromileptes altivelis

Menurut akbar (2002), menyebutkan bentuk tubuh bagian punggung


meninggi dengan bentuk cembung (concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6
cm dari panjang spesifik sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan
ini tidak mempunyai gigi canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang
hidung hidung besar berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu
kehijauan dengan bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada
kerapu bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.
Ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini,
yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses
diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan
ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian
berubah menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan
kerapu bebek sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan umur ikan,
indeks matang kelamin, dan ukuran tubuh.  Induk kerapu bebek yang ditangkap di
alam memiliki ukuran kecil dan pada umumnya berjenis kelamin betina.  Induk
ikan akan mengalami pematangan kelamin sepanjang tahun (Effendi, 2002) dalam
(Chandra, 2010).

Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan
bergerombol musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni – September
dan Nopember – Februari terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa
dan Irian Jaya. Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur
tropik teratas dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan
kerapu adalah sifat kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk
pada kerapu macan dan kerapu lumpur ( Tampubulon dan Mulyadi, 1989).

Daerah persebaran ikan kerapu di Indonesia banyak ditemukan di perairan


perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Ambon.
Menurut Papilaya (2010), telur dan larva ikan kerapu bersifat pelagis, sedangkan
kerapu muda dan dewasa bersifat demesal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus
muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak dan
ditumbuhi padang lamun. Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk
pertumbuhan ikan kerapu antara lain temperatur antara 24o–31oC, salinitas
berkisar antara 30-33ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,5ppm, dan pH
antara 7,8-8.
Menurut Murtidjo (2002), dasar laut yang disukai oleh kerapu bebek
(Cromileptes altivelis) adalah perairan yang terdiri atas pasir karang yang terdapat
di perairan dangkal dengan kedalaman berkisar antara 10 m- 40 m.

Kerapu bebek bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan


mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah
menjadi jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar  atau bertambah tua umurnya,
fenomena ini berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin,
dan ukuran. Kerapu matang gonad pada ukuran panjang 38 cm .Umumnya kerapu
bersifat soliter tetapi pada saat akan memijah akan bergerombol musim pemijahan
ikan kerapu terjadi pada Bulan Juni – September dan Nopember – Februari
terutama pada perairan kepulauan Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya.
Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu menempati struktur tropik teratas
dalam piramida rantai makanan salah satu sifat buruk dari ikan kerapu adalah sifat
kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak seburuk pada kerapu macan
dan kerapu lumpur.( Tampubulon dan Mulyadi, 1989)

ikan kerapu bebek merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini,


yaitu pada tingkat perkembangan mencapai dewasa (matang gonad), proses
diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan atau dapat dikatakan
ikan kerapu bebek ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian
berubah menjadi ikan jantan. (Effendi, 2002)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang sesuai sangat penting bagi kelangsungan usaha


budidaya kerapu bebek. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan diantaranya
sebagai berikut (Trubus, 2009):

1) Gangguan Alam Gangguan alam adalah faktor yang terjadi secara alami,
seperti ombak, gelombang, dan arus yang kuat terjadi terus menerus.
Dampaknya berupa stress  pada ikan sehingga mengurangi selera makan
ikan dan juga dapat merusak konstruksi wadah budidaya seperti karamba
jaring apung.

2) Predator Beberapa jenis ikan dapat mengancam kehidupan dan


mengganggu ketenangan ikan sehingga menyebabkan menurunnya
produksi. Ikan-ikan tersebut di antaranya ikan buntal dan ikan besar yang
ganas.

3) Pencemaran Lingkungan perairan seringkali tercemar oleh limbah berupa


bahan kimia  berbahaya, sisa pestisida, plastik, detergen, atau sampah
organik. Semua dapat mengganggu kesehatan dan kehidupan ikan. Bahkan
bahan kimia tertentu, terutama yang mengandung logam berat atau bahan
beracun dapat mengancam kehidupan ikan dan orang yang
mengkonsumsinya.

4) Lalu lintas Laut Lalu lintas kapal atau perahu nelayan dapat mengganggu
ketenangan usaha  budidaya. Selain itu, kapal-kapal besar juga berpotensi
mencemari lingkungan  perairan dengan buangan limbah atau sisa minyak
yang menjadi bahan bakarnya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di
atas, lokasi budidaya sebaiknya di teluk, selat di antara pulau-pulau
berdekatan, atau perairan terbuka dengan terumbu karang penghalang
(barrier reef) yang cukup panjang. Selain itu kondisi air harus jernih dan
bebas dari fenomena alam arus balik (upwelling) (Trubus, 2009).

 Pemilihan lokasi yang sesuai sangat penting bagi kelangsungan usaha


budidaya ikan kerapu bebek, sehingga diharapkan dalam melakukan usaha
pembenihan ikan kerapu bebek pengusaha memilih lokasi disekitar pantai, dengan
harapan mudah untuk mendapatkan suplay air laut, selain itu transportasi
kepembenihan harus lancar dan tersedia sumber air tawar.

3.2 Persyaratan Kualitas Air

Syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan budidaya kerapu bebek


adalah kualitas air. Kejernihan suatu perairan belum tentu memberi jaminan
kualitas air, namun kejernihan setidaknya cukup untuk menduga kondisi air itu
baik atau  buruk. Menurut ketut sugama (2000) untuk memastikan kualitas air
perlu dilakukan pemeriksaan parameter kualitas air diantaranya: Kecerahan
minimal 3— 5 meter, Kadar garam (salinitas) 30 —33 ppt, Suhu air 24 00C-
230C, pH air 7—9, Kandungan oksigen terlarut (DO,dissolved oxygen) minimal 3
ppm Secara lengkap, standar mutu perairan untuk budidaya biota laut tertuang
dalam Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No. KEP 02/MENKLH/1/1988.

Berdasarkan kriteria tersebut, Direktorat Jenderal Perikanan


memperkirakan perairan Indonesia memiliki  potensi areal yang cukup besar
untuk usaha pembudidayaan kerapu, yakni seluas 506.000 ha tersebar di hampir
seluruh wilayah Indonesia (Trubus, 2009).

3.3 Teknik Budidaya


3.3.1 Wadah budidaya
Dalam melakukan persiapan wadah dan air ini perlu pengetahuan
mengenai kehidupan/biologi ikan kerapu tersebut, khususnya lingkungan yang
diperlukan untuk hidup dan kehidupannya. Bak yang digunakan untuk ikan
kerapu ini dapat berupa bak beton, fiberglass, bak kayu dilapisi plastik atau
akuarium. Ukuran bak dapat bermacam-macam dan biasanya dapat menentukan
kepadatan dan ukuran benih yang akan ditebar. Hal yang harus diperhatikan
adalah kemudahan dalam pengaturan aerasi dan pengelolaan air pada bak tersebut.
Jadi bak harus dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa pengeluaran air. Bak
yang digunakan untuk kerapu ini dapat berbentuk bulat atau empat persegi
Panjang.

Salah satu gambaran bentuk bak yang digunakan untuk kerapu adalah bak
beton berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 1,2 m x 4 m x 0,8 m yang
dapat diisi air sekitar 2,5-3,5 m3. Pada bak ini dapat ditebar 2500-3500 ekor benih
kerapu yang berukuran 1.5– 3 cm atau dengan padat tebar sekitar 1 ekor/liter.
Pada salah satu sisi panjang bak ini dilengkapi dengan pipa PVC ¾ inci sebagai
saluran aerasi. Pipa saluran aerasi diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak
antar lubang dibuat sama. Selang aerasi yang digunakan berdiameter 1/16 inci,
setiap selang aerasi dilengkapi dengan batu aerasi dan pemberat. Jarak batu aerasi
dengan dasar bak sebaiknya 5-10 cm. Pada bak beton tersebut dibuatkan saluran
pemasukan untuk memasukkan air dari bak tandon, dapat berupa pipa PVC
berukuran ¼ inci yang dilengkapi dengan keran.

Disamping itu disalah satu sisi  bagian yang lain dibuatkan saluran
pengeluaran yang terbuat dari bahan pipa PVC dengan diameter 2 inci yang
dilengkapi pula dengan keran. Dasar bak dibuat miring 2-3% ke arah
pembuangan. Penggunaan bak dari bahann fiberglass umumnya berukuran 2.5 m
x 1.2 m x 0.7 m yang dapat diisi air sekitar 2 m3, hanya dapat ditebari benih ikan
kerapu sebanyak 2000 ekor per wadah dengan kepadatan dan ukuran benih yang
sama. Bak ini juga dilengkapi dengan pipa  pemasukan dan pengeluaran air serta
selang aerasi. Sebelum benih ditebar, bak  pemeliharaan dan peralatan yang akan
digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu. Bak disiram dengan desinfektan
berupa larutan kaporit 100-150 ppm pada seluruh sisi bagian dalam bak dan
didiamkan selama 24 jam.

Penyiraman\ dengan kaporit ini untuk mempermudah pekerjaan


membersihkan dasar dan dinding bak dari kotoran yang menempel. Setelah itu
bak danperalatan disikat dan dibilas dengan menggunakan air tawar sampai bau
kaporit hilang, kemudian dikeringkan selama sehari. Kegiatan pembersihan ini
bertujuan pula agar semua organismeselama 5 hari. Bila tidak mau makan, dapat
diberikan suntikkan dengan penicillin 3.000 unit per kg ikan.

3.3.2. Penyediaan Air

Air laut yang akan digunakan secara fisik, kimiawi maupun biologis harus
memenuhi syarat untuk kehidupan ikan kerapu. Air laut dapat diambil dari laut
dengan jarak 100-300 m dari garis pantai, tergantung kelayakan kondisi air laut
tersebut. Air untuk pendederan kerapu  yang dipompa dari laut sebaiknya disaring
terlebih dahulu melewati saringan pasir (sand filter) yang diletakkan pada ujung
pipa berdiater 4 inci. Air tersebut kemudian ditampung pada bak penyaringan.
Di dalam bak penyaringan (bak filter) ini disusun batu kali, kerikil, arang dan ijuk
sehingga air yang melewati saringan ini akan terbebas dari kotoran.

Setelah dari bak filter, air dialirkan ke tandon (reservoar) dan siap
digunakan sebagai media untuk pendederan ikan. Pada bak tandon ini sebaiknya
dilakukan aerasi secara terus menerus, agar oksigen terlarut dalam air dapat
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan ikan dan untuk melepaskan bahan-bahan
beracun ( Akbar S, Sudaryanto 2002 ).
Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva
dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103-104sel/ml.
Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkanoleh telur
yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan.Pembersihan dasar
bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk
membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur.

Penggantian air dilaksanakan pertama kalipada saat larva berumur 6 hari


(D6) yaitu sebanyak 5 – 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan
bertambahnya umur larva, maka volume air perlu diganti juga semakin banyak.
Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak
20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%
( Sunyoto, P. dan Mustahal. 2002 )

3.3.3. Pemeliharaan Induk

Salah satu kunci keberhasilan dalam pembenihan adalah pemilihan induk


yang tepat.Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan dan penyeleksian terhadap
calon induk yang akan dibenihkan. Adapun syarat induk yang siap dipijahkan
menurut pramu sunyoto (1994) adalah harus sehat, tubuh tidak cacat, mempunyai
ukuran berat yang siap dipijahkan. Ukuran berat calon induk Kerapu Tikus yang
siap pijah adalah 1,5-3,5 kg untuk jantan sedangkan untuk betina 1-3 kg.

Induk diperoleh atau dibeli dari nelayan dalam keadaan hidup kemudian
dipelihara didalam bak induk yang terlebih dahulu disuci hamakan dengan cara
merendam dalam larutan bahan aktif campuran yodium dan kalium permanganate
100 ppm selama satu jam untuk membunuh bakteri atau mengobati luka. Selain
itu direndam dalam air tawar selama 30 menit untuk membasmi parasit yang biasa
menyerang mata. Induk dipelihara dalam bak beton 10 ton dengan kepadatan
maksimal 50 ekor atau 25 pasang dengan pergantian air 200-300 % perhari dan
dilengkapi aerasi (Ketut Sugama,1998).
3.3.4. Pakan Induk     

Pakan sangat menentukan dalam pertumbuhan induk sehingga diperoleh


telur yang berkualitas baik. Makanan yang diberikan selama pemeliharaan induk
Kerapu dapat berupa ikan rucah segar (tembang, lemuru, selar) dan cumi-cumi.
Untuk mendapatkan kualitas pakan yang baik dapat ditambahkan protein yang
dibuat berupa pellet basah dari tepung ikan, tepung kedelai, yang dimasukkan
kedalam cumi-cumi serta penambahan beberapa vitamin. Pemberian pakan secara
perlahan-lahan sampai induk berhenti makan (kenyang). Oleh karena itu kualitas
dan kuantitas pakan merupakan faktor penting untuk memproduksi dalam keadaan
sehat dan bermutu (Tridjoko,2000).

3.3.5. Teknik Pemijahan

Ikan kerapu bebek memijah sepanjang tahun, pemijahan pada ikan Kerapu
Bebek pada dasarnya dapat dibagi dua cara yaitu pemijahan secara alami dan
pemijahan buatan, sedangkan pemijahan secara buatan ada dua sistem yaitu sistem
manipulasi lingkungan dan sistem rangsangan hormon. Injeksi hormon LHRH-A
pada dosis 50  g cukup efektif untuk pematangan gonad dan pemijahan Kerapu
Bebek (Slamet et al,1999).

Sex ratio induk Kerapu Bebek 1 jantan : 2 betina, induk berhasil memijah
selama 5-8 hari/bulan dengan jumlah telur antara 1,304.000-12.318.000 butir dan
daya tetas telur antara 0-90 %. Waktu inkubasi telur Kerapu antar 16-20 jam pada
suhu 28 - 32 0C dan salinitas 30 - 34 ppt. Pemijahan Kerapu Bebek terjadi pada
malam hari yaitu antara pukul 23.00 - 04.00  wita. Pada suhu air antara 27 – 30 0C
dan salinitas 31 – 33 ppt.
3.3.6. Penetasan Telur

Menurut Ketut Sugama, dkk. 1998 telur ikan Kerapu Bebek yang telah
dibuahi akan mengapung dibagian permukaan aor, olej karenanya bak pemijahan
induk dirancang dengan sistem pembuangan air permukaan sekaligus berfungsi
untuk membuang kotoran dari sisa pakan. Diluar bak, yaitu pembuangan air
bagian atasnya dibuat bak penampungan telur yang dilengkapi dengan saringan
atau tempat penampungan telur (Egg Colektor) berukuran 500 – 600 mikron.

Kolektor telur harus terendam terus dalam air, sehingga telur yang terbawa
oleh air permukaan akan terkumpul dalam kolektor telur, sehingga telur mudah
dipindahkan dalam bak inkubasi untuk penetasan lebih lanjut. Kadar garam air
laut dalam bak inkubasi dan pembesaran larva berkisar antara 31 – 34 ppt dan
suhu berkisar antara 27 – 29 oC. Dengan kondisi ini telur akan menetas setelah 16
-18 jam pembuahan. Karena larva yang baru menetas sangat ringkih dan rentan
terhadap sentuhan benda lain, maka disarankan untuk menetaskan telur langsung
dalam bak pembesaran larva.

3.3.7. Pemeliharaan Larva

Menurut Matsuda H. (1998) bahwa larva yang dipelihara dapat langsung


dari telur yang telah diseleksi atau telur yang telah diinkubasi terlebih dahulu dan
setelah menetas baru ditebar atau dipindahkan kebak pemeliharaan larva. Sebelum
telur ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi suhu dan salinitas sehingga
larva yang ditebar tidak mengalami stres. Padat penebaran yang dipakai adalah 10
ekor/liter.
Monitoring kualitas air dilakukan untuk menjaga kualitas air media
pemeliharaan agar tidak mengalami goncangan, dan kalaupun terjadi goncangan
dapat diatasi sejak dini sehingga larva ikan Kerapu Bebek tidak mengalami stres.
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan sistem pergantian air dan sirkulasi air
setiap hari (Muhammad Murdjani, 1997) dan menambahkan Chlorella sebagai
green water (Matsuda H. et al.,1998).

3.3.8. Pemberian Pakan

Dalam pemeliharaan larva, keberhasilan larva untuk memanfaatkan pasok


pakan dari luar terutam pada saat cadangan makanan dari dalam tubuh sudah
habis merupakan kunci bagi kelangsungan hidup bagi larva selanjutnya. Menurut
Tridjoko (2000), masa kritis pertama terjadi pada saat larva mulai buka mulut
sampai pada saat kuning telur habis terserap.

Pakan yang dipersiapkan untuk larva ikan kerapu terdiri dari pakan alami
dan pakan buatan : Pakan alami yang dipersiapkan melalui kultur massal secara
terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis);  Artemia dan
jambret (Mysidaceae).  Sedangkan pakan buatan diberikan untuk melengkapi
kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi Pemberian pakan ini
sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara bertahap rotifera sampai
kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 105 – 2.105 sel/ml media ( Syamsul
Akbar, dkk 2002 ).

Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan
kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur 25
hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media. Umur 17 hari
larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian secara
bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah dewasa dan
akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah larva berumur 29
– 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa. Pada saat ini
mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging ikan ( Syamsul
Akbar , dkk 2002 ).

Pakan yang digunakan adalah pellet komersial dengan penambahan


probiotik 1 mg / kg pakan untuk perlakuan (A); 2 mg/kg pakan (B); 3 mg/kg
pakan (C) dan kontrol ( tanpa penambahan probiotik)  dengan tanpa ulangan. 
Pakan diberikan 3 – 4 kali sehari secara ad libitum (sampai kenyang).  Pakan yang
terkonsumsi dicatat setiap harinya untuk mengetahui FCR pada akhir masa
pemeliharaan.  Untuk meningkatkan daya tubuh ikan, selama pemeliharaan  
diberikan vitamin C dengan dosis 2 gram/kg pakan dan multivitamin 3 gram/kg
pakan, seminggu sekali ( Aslianti T ,dkk 1998 ).

Ikan Kerapu bebek merupakan hewan karnivor yaitu jenis ikan pemakan
daging sebagaimana jenis kerapu dewasa lainnya yang memakan  ikan-ikan kecil
dan krustacea sedangkan untuk benih  memangsa larva  moluska (trokovor),
kopepoda, zooplankton, cephalopoda dan rotivera. Sebagai ikan karnivor kerapu
cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolong air, kebiasaan
makan kerapu  malam dan siang hari dan lebih aktif pada waktu fajar dan senja
hari (Tampubolon dan Mulyadi, 1989).

3.3.9. Pengendalian Penyakit dan Hama Pada Pendederan Kerapu Bebek

Secara umum penanganan penyakit meliputi tindakan diagnosa,


pencegahan dan pengobatan.  Diagnosa yang tepat diperlukan dalam setiap
rencana pengendalian penyakit, termasuk pengetahuan mengenai daur hidup dan
ekologi organisme penyebab penyakit. Diagnosa yang tepat akan menghasilkan
kesimpulan yang tepat dan tindakan penanggulangan yang lebih terarah.
Tindakan pencegahan sebenarnya merupakan tujuan utama dalam rencana
pengendalian penyakit.  Tindakan ini meliputi  :
-       mempertahankan kualitas air tetap baik
-       mengurangi kemungkinan penanganan yang kasar
-       pemberian pakan yang cukup, baik mutu, ukuran maupun jumlahnya
-      mencegah menyebarnya organisme penyebab penyakit dari bak pemeliharaan
yang satu ke bak pemeliharaan yang lain.

Pengobatan sebaiknya merupakan usaha akhir jika tindakan pencegahan


tidak memberikan hasil yang memuaskan. Efek samping dari pemberian obat-
obatan kadang malah menimbulkan masalah, seperti terjadinya resistensi terhadap
ikan dan kemungkinan meninggalkan residu yang tidak diharapkan.

a)    Penyakit Parasiter

Jenis parasit yang sering menyerang ikan kerapu pada tingkat pendederan
adalah sejenis kutu ikan golongan crustacea, cacing pipih golongan trematoda,
protozoa dan tricodina.

-  Kutu Ikan
Parasit sejenis kutu, bentuknya seperti Argulus yang merupakan golongan
Crustacea, banyak menyerang pada pendederan kerapu.   Parasit ini berbentuk
pipih seperti kutu, berukuran 2–3 mm, menempel pada permukaan tubuh ikan
terutama pada bagian kulit dan sirip. Serangan dalam jumlah besar akan
mengakibatkan kematian, karena parasit ini menghisap darah ikan dan
mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang, sehingga ikan mudah terkena infeksi
sekunder yaitu jamur dan bakteri.
Gejala yang diperlihatkan adalah : ikan berenang lamban, nafsu makan
menurun, sisik mudah lepas, I            nsang berwarna merah pucat, terdapat luka
pada bagian tubuh ikan dan sering menggesek-gesekkan tubuhnya ke sisi
jaring/bak atau berenang miring seolah-olah ikan merasa gatal.  Pencegahan yang
dapat dilakukan untuk menghindari serangan parasit ini adalah dengan
memisahkan ikan yang terserang dari ikan yang sehat, agar  tidak tertulari. 
Sedikitnya dua minggu sekali ikan direndam dalam air tawar selama 10–15
menit. 

Pada waktu perendaman, parasit yang menempel akan lepas dan mati.
Parasit yang mati akan terlihat jelas yaitu berwarna putih transparan. Pengobatan
ikan yang baru terserang parasit ini cukup dengan cara perendaman tersebut.
Biasanya ikan sembuh setelah 2–3 hari kemudian. Jika ikan telah mengalami luka-
luka dapat dilakukan perendaman dalam air tawar, kemudian dilanjutkan dengan
perendaman didalam larutan acriflavin 10 ppm/jam. (Kurniastuty, dkk 2004)

-  Cacing Pipih
Jenis cacing pipih yang biasanya menyerang adalah Diplectanum sp. yang
merupakan golongan Trematoda. Gejala yang diperlihatkan adalah : nafsu makan
berkurang, warna pucat baik pada tubuh maupun insang, produksi lendir tinggi,
ikan berenang di permukaan air serta megap-megap dengan tutup insang terbuka
dan sering menggosok-gosokkan tubuh ke bak pemeliharaan.

Umumnya serangan parasit ini sering bersamaan dengan penyakit


vibriosis. Untuk menanggulangi serangan cacing jenis ini dapat dilakukan
perendaman dengan air tawar selama 15 menit kemudian untuk mengantisipasi
adanya infeksi sekunder direndam acriflavin 10 ppm selama 1 jam.  Biasanya ikan
akan sembuh setelah 4–6 hari perawatan.
-  Protozoa
Jenis protozoa yang biasa menyerang adalah Cryptocarion irritans.
Penyakit yang ditimbulkannya disebut Cryptocarioniasis. Gejala yang
diperlihatkan    adalah : terdapat bintik putih yang terlihat berbentuk titik yang
cukup dalam, terdapat luka yang tersebar dan terjadi pendarahan pada kulit bagian
dalam, pendarahan ini kemungkinan disebabkan karena ikan menggesek-gesekkan
tubuhnya ke bak yang diakibatkan oleh rasa gatal dibagian kulit yang terserang.
Ikan yang terserang akan kehilangan nafsu makan, mata membengkak, sisik-
sisiknya lepas dan kadang terjadi pendarahan pada kulitnya dan terjadi
pembusukan pada bagian sirip akibat terinfeksi bakteri/infeksi sekunder.

Untuk menanggulangi serangan tersebut dapat dilakukan dengan cara


perendaman baik menggunakan air tawar selama 15 menit atau methylene blue
0,1 ppm selama 30 menit. Perendaman dapat diulang sebanyak 2–3 kali.
Sedangkan terhadap infeksi sekunder seperti pembusukan sirip dapat dicegah
dengan menggunakan acriflavin 10 ppm/jam. Tindakan yang perlu dilakukan agar
penyakit ini tidak menyebar adalah dengan cara mengisolasi ikan yang sakit
sejauh mungkin dari ikan yang sehat. Ikan-ikan yang mati atau sakitnya parah
harus segera diambil dan dimusnahkan. Selain itu pengobatan harus dilakukan
sedini mungkin begitu terlihat tanda-tanda ada ikan yang sakit.

-  Tricodina
Penyakit yang disebabkan oleh Tricodina sp. disebut tricodiniasis.  Gejala
dan penanggulangannya hampir sama dengan penyakit yang disebabkan oleh
Cryptocarion irritans, tetapi jarang terjadi kerusakan pada kulit.

b)    Penyakit Bakterial

-   Myxobacter sp. dan Pseudomonas sp.


Beberapa jenis bakteri yang menyebabkan penyakit pada ikan pendederan
kerapu adalah: Myxobacter sp. dan Pseudomonas sp. Penyakit yang
ditimbulkannya disebut penyakit sirip rontok (Bacterial Fin Rot). Umumnya
gejala yang diperlihatkan adalah : adanya kerusakan terutama pada bagian
siripnya. Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan perendaman air
tawar selama 15 menit atau Nitrofur azon 15 ppm selama 4 jam. Perendaman
dilakukan selama 3 hari berturut-turut.

-  Bakteri Vibrio

Bakteri ini biasanya muncul sebagai patogen sekunder yang timbul


kemudian akibat infeksi primer oleh protozoa.  Bakteri penyebabnya adalah
Vibrio sp. dan penyakitnya disebut Vibriosis. Gejala yang diperlihatkan adalah:
nafsu makan kurang, terjadi kelesuan, pembusukan pada sirip (fin rot), mata
menonjol (popeye) dan terjadi pengumpulan cairan pada perut (perut kembung).
Pengobatan dapat dilakukan melalui makanan, yaitu dengan pemberian 0,5 gr
Oxytetracyclin/kg pakan selama 7 hari atau bila ikan tidak mau makan dapat
dilakukan perendaman dengan Acriflavin 5–7 ppm selama 1 jam.

1)    Penyakit Viral


Seperti halnya pada larva, penyakit virus juga merupakan penyebab
kematian terbesar pada ikan kerapu ukuran pendederan. Kematian terjadi secara
tiba-tiba dengan jumlah yang cukup besar hingga mencapai 80 %. Penyakit virus
yang pernah ditemukan pada ikan kerapu ukuran pendederan adalah VNNV (Viral
Nervous Necrosis Virus).  Gejala yang ditunjukkan adalah : ikan berenang tidak
beraturan, berputar-putar seperti spiral, hilang keseimbangan/berenang terbalik,
sering menghentakkan kepala ke permukaan air secara sporadik serta hilang nafsu
makan.  Seperti halnya pada larva penanggulangan penyakit virus pada ikan
pendederan hingga saat ini belum dapat dilakukan.  Untuk mencegah terjadinya
kematian yang besar pada ikan adalah dengan cara meningkatkan daya tahan ikan,
yaitu melalui pemberian pakan yang berkualitas serta pemberian vitamin dan
multivitamin dengan dosis 1 % dari pakan.
2)  Penyakit  Non Patogenik
Seperti halnya pada pemeliharaan larva, faktor non patogenik juga
merupakan penyebab timbulnya penyakit pada ikan ukuran pendederan. Faktor
non patogenik yang menyebabkan timbulnya penyakit adalah faktor lingkungan
dan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, seperti sindrom gelembung
renang. Faktor lingkungan erat kaitannya dengan kualitas air. Faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi kualitas air pada pemeliharaan ikan ukuran pendederan
adalah kelimpahan plankton, musim dan pencemaran..

Larva yang sehat sebelum ditebar ke dalam bak sangat penting untuk
dilakukan. Di dalam tempat pemeliharaan, seperti KJA, tangki, atau bak jenis ikan
ini sering menjadi sasaran berbagai parasit, bakteri, dan virus. Parasit yang paling
sering dijumpai adalah Benedenia dan Neobenedenia yang hidup di kulit maupun
insang. Serangan parasit ini dapat diatasi dengan cara ikan direndam selama
beberapa menit di dalam air tawar. Sementara, itu, jenis bakteri yang sutra
menyerang sirip dan kulit kerapu adalah Flexibacter dan Vibrio Penyakit bakteri
tersebut dapat diatasi dengan pemberian antibiotik seperti mytetracycline (50 mg)
atau oxolinic acid (10-30 mg) per kg bobot badan ikan secara oral.

Adanya kelimpahan plankton di perairan dapat menyebabkan kematian


pada ikan, terutama pendederan yang dilakukan di KJA, karena ikan kekurangan
oksigen. Kematian ikan terjadi akibat peningkatan jumlah plankton yang besar
(blooming plankton) biasanya adalah plankton jenis diatom dan dinoflagellata.
Beberapa jenis plankton bahkan dapat mengeluarkan racun yang dapat
membahayakan kehidupan ikan. Kesuburan plankton tidak dapat dicegah sejauh
faktor-faktor yang mempengaruhi tidak diketahui.
Faktor iklim juga dapat menyebabkan penyakit. Pada musim penghujan,
saat air hujan turun salinitas perairan mengalami penurunan hingga 29 ppt dan
bertepatan dengan hal tersebut temperatur air juga mengalami penurunan. Sampai
sejauh ini faktor-faktor tesebut belum dapat diketahui pengaruhnya secara
langsung terhadap kesehatan ikan(Kurniastuty, dkk, 2004).

3.3.10. pemanenan

Masa panen ikan Kerapu Bebek disesuaikan dengan ukuran ikan yang
diminati pasar, yakni dengan berat antara 500 – 800 gram. Waktu pemeliharaan
yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran tersebut adalah sekitar 4-7 bulan
tergantung pada ukuran bibit. Proses panen harus dilakukan secara teliti karena
luka pada ikan dapat menurunkan harga. Agar ikan tidak mengalami stres,
sebaiknya lakukan pemanenan pada saat pagi atau sore hari.

Pada hari pemanenan,  pemberian pakan dihentikan.Selanjutnya tali


pemberat pada karamba dilepas dan  jaring diangkat perlahan-lahan.Setelah itu
ikan dipindahkan ke atas kapal yang dilengkapi palka khusus untuk menampung
ikan. Atau langsung dikemas di atas rakit secara tertutup menggunakan plastik
berisi air dan oksigen. Setiap plastik  berisi 5-6 ekor ikan, diberi obat penenang
dan desinfektan, lalu diangkut ke darat.

Panen dapat dilakukan secara selektif (sesuai dengan keinginan konsumen)


maupun secara keseluruhan pada saat permintaan pasar sedang melonjak.
Selanjutnya adalah proses distribusi dari tempat budidaya ke tangan para
konsumen. Proses ini berkaitan dengan lokasi budidaya yaitu akses jalan untuk
kendaraan pengangkut. Untuk proses pengakutan dapat menggunakan drum
plastik yang berisi 2/3 air laut dengan jumlah kepadatan ikan ± 50 ekor/drum.
3.4 Pemasaran
3.4.1. Pengertian Pemasaran Dan Penjualan

Pengertian pemasaran menurut beberapa ahli adalah sangat beragam,


namun yang jelas dari definisi yang saya pahami bahwa pemasaran sangat berbeda
dengan penjualan. Kebanyakan orang menyamakan pemasaran dengan penjualan.
Pemasaran adalah proses manajerial yang dilakukan oleh individu ataupun
kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka, dengan cara
membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain (Kotler dan
Amstrong, 2000; Simamora, 2001 : 1).

Jadi, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu


maupun organisasi. Ma’ruf (2006 : 3-5), bahwa pemasaran adalah kegiatan
memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat. Aktivitas pemasaran
bermula dari pengamatan kebutuhan konsumen. Kalau kita amati uraian
pengertian pemasaran tersebut, kegiatan pemasaran diawali dari kebutuhan atau
keinginan konsumen. Berdasarkan kebutuhan atau keinginan konsumen, barulah
dibuat produk. Sedangkan kegiatan penjualan, diawali dengan membuat produk,
dan dengan gencar berusaha bagaimana produk tersebut laku dijual.

Dalam kegiatan pemasaran dituntut kreatifitas lebih dominant daripada


promosi. Sedangkan pada kegiatan penjualan, promosi lebih dominant bahkan
sampai menipu konsumen, yang penting produk terjual habis. Kalau kita
menerapkan kegiatan pemasaran maka kepuasan konsumen akan menjadi harapan
atau tujuannya. Sebaliknya penjualan, tidak memperhatikan kepuasan konsumen
yang penting barang terjual habis.
Jika kita menerapkan kegiatan pemasaran, maka kontinuitas kegiatan akan
terjamin. Tanpa pemasar (marketer) berusaha mencari pembeli untuk membeli
barangnya, pembeli akan datang atau mencari marketer atau produsen. Yang
ditekankan disini bahwa jika pemasaran berawal dari kebutuhan dan keinginan
konsumen, maka kebutuhan atau keinginan tersebut menyangkut kebutuhan akan
keamanan pangan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Dengan demikian, kebutuhan masyarakat tersebut tidak hanya dari aspek


ekonomi yaitu bagaimana memilih kebutuhan yang sesuai dengan kemampuan
ekonomi konsumen, namun lebih dari itu adalah adanya keseimbangan antara
ekonomi, sosial dan ekologi. Merujuk pada norma atau kaidah-kaidah pengelolaan
perikanan yang bertanggung jawab yang dinyatakan bahwa pengelolaan perikanan
adalah proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis,
perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi
dan implementasi, disertai dengan pengamanan seperlunya terhadap peraturan
yang berlaku demi menjaga kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan
pengelolaan lainnya (FAO dalam Martosubroto, 2002).

Pengelolaan perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada


prinsip-prinsip pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab (The Code of
Conduct Responsible Fisheries/CCRF) Beberapa aspek pengelolaan yang perlu
diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan lingkungan
(keterbatasan sumberdaya, factor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati
dan aspek ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat Bantu
penangkapan, kapal, pasca panen), sosio-ekonomi, aspek kelembagaan, hukum,
jangka waktu dan pendekatan kehati-hatian.

Komponen pokok dalam pengelolaan : data dan informasi (data yang


benar dan tepat waktu), kerangka kelembagaan dan hukum meliputi otoritas
pengelolaan (termasuk MCS=Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum
yang mendukungnya dan pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dengan
demikian manajemen pemasaran produk perikanan yang bertanggung jawab,
aspek yang perlu diperhatikan juga sama yaitu sosial, ekonomi dan ekologi.

3.4.2. Strategi Pemasaran Produk Perikanan

Strategi pemasaran atau bauran pemasaran (marketing mix) adalah alat


perusahaan untuk memperoleh respon yang diinginkan. Strategi pemasaran adalah
salah satu upaya untuk mengoptimalkan proses pemasaran. Prinsip pemasaran
adalah pencapaian tujuan suatu organisasi tergantung pada seberapa mampu
perusahaan/marketer memahami kebutuhan dan keinginan pelanggannya dan
memenuhi dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing.

Berangkat dari prinsip tersebut, seorang pemasar pertama kali harus


memusatkan perhatiannya pada pelanggan untuk mencari tahu kebutuhan dan
keinginan mereka. Jadi, dalam hal ini kebutuhan dan keinginan pelanggan
menempati titik sentral. Perusahaan atau marketer harus paham betul kebutuhan
dan keinginan pelanggannya. Perlu diingat kembali bahwa pelanggan adalah
orang-orang yang berkuasa untuk memutuskan untuk membeli atau tidak membeli
suatu produk. Jadi, pelanggan adalah bagian dari pasar, karena yang disebut pasar
adalah pembeli itu sendiri baik pembeli aktual maupun potensial.

Pasar sangatlah beragam berarti keinginan pembeli juga beragam. Fakta


ini membuat perusahaan atau marketer tidak mungkin memenuhi semua
kebutuhan dan keinginan pasar. Dengan demikian, apa yang harus dilakukan
perusahaan atau marketer kalau ternyata selera pasar sangat beragam? Pertama,
perusahaan harus mengelompokkan pasar terlebih dahulu. Dengan kata lain
perusahaan harus menentukan pelanggan sasaran (target customers). Untuk
produk perikanan dan kelautan, target customers ini misalnya untuk anak-anak,
orang dewasa, balita, masyarakat kelas sosial bawah, menengah, atas, dsb.

Anak-anak saat ini suka jajan ”tempura ikan”, maka perusahaan


membuatlah tempura ikan yang bergizi dan aman di konsumsi anak-anak. Artinya
tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya di konsumsi anak-anak dan
manusia pada umumnya. Kedua, perusahaan harus memancing agar pasar sasaran
memberikan respons yang diinginkan oleh perusahaan. Jadi, bagaimana caranya
supaya pelanggan merasa bahwa produk yang kita buat atau pasarkan adalah yang
cocok bagi mereka. Apa saja respon yang diinginkan perusahaan? Respons
tersebut adalah pasar sasaran mengenal, menyukai, menjadikan produk sebagai
pilihan, membeli produk dan menjadi pelanggan yang loyal terhadap produk.

Untuk memperoleh respon tersebut perusahaan harus menciptakan produk


yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, menetapkan harga
yang sesuai (tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah) bagi pasar sasaran,
menyediakan produk pada tempat-tempat yang biasanya didatangi pasar sasaran
dan melalukan promosi yang format dan metodenya mengena dengan pasar
sasaran. Alat yang bisa dikontrol oleh perusahaan dan diarahkan untuk
memperoleh respons yang diinginkan dari pasar sasaran yang meliputi produk
(product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) yang disebut 4 P
yang dikenal dengan bauran pemasaran (marketing mix).
 
3.4.3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Produk Perikanan Dan Kelautan
(Agribisnis Dan Agroindustri)

Jika kita menentukan target customer kita adalah kelas atas. Strategi
produk kita adalah bagaimana membuat kerapu bebek tersebut menjadi olahan
yang cocok atau sesuai yang dibutuhkan kelas atas. Misalnya, dengan daya kreasi
bahwa ikan kerapu tidak hanya bisa digoreng, tetapi dapat dibuat produk olahan
sosis kerapu, steak kerapu, nugget kerapu, kerapu asam manis, tempura kerapu,
dll. Jika target kita untuk memproduksi olahan kerapu menjadi sosis, steak, atau
nugget, maka yang dibutuhkan adalah ikan kerapu ukuran besar yaitu size 2,
karena yang dibutuhkan dagingnya dan untuk steak kerapu perlu fillet ikan kerapu
dan hanya bisa dilakukan fillet pada ukuran kerapu yang besar.

Untuk strategi harga, seperti telah diuraikan sebelumnya, bagaimana


menentukan harga kerapu goreng penyet, sosis kerapu, nuget kerapu, steak
kerapu, kerapu asam manis tersebut sesuai artinya tidak terlalu mahal dan murah.
Tentunya harga tersebut juga erat kaitannya dengan strategi tempat (place). Untuk
steak kerapu dan kerapu asam manis yang terget customernya kelas menengah ke
atas tentunya tempat menyesuaikan misalnya di restoran yang lebih tinggi
tingkatannya daripada warung. Sosis kerapu dan nuget kerapu dapat menerobos
mini market, supermarket, atau dijual ke kantor-kantor yang merupakan target
customer menengah ke atas dan orang sibuk yang tidak sempat memasak sendiri.

Strategi promosi diperlukan untuk kelas menengah ke atas, sedangkan


kelas bawah tidak perlu promosi. Hal ini disebabkan bahwa promosi perlu
dilakukan untuk merubah image kelas menengah ke atas terhadap kerapu, dengan
tujuan semua kalangan menyukasi dan mempersepsi baik terhadap produk kerapu.
Bagaimana strategi produk kerapu segar dan olahannya yang dapat dikonsumsi
oleh kelas bawah juga. Dengan demikian pasar domestik banyak menyerap
produk kerapu segar dan olahannya.

Selama ini kerapu segar sebagian besar di eksport. Kendala untuk


mengeksport sangat banyak, mulai kualitas produk, kemasan, harga, pengiriman,
dll. Dengan permintaan kerapu pasar domestik tinggi maka kendala eksport
kerapu akan teratasi. Produksi kerapu budidaya akan habis terjual di pasar
domestik. Berkaitan dengan marketing mix, point apa saja yang harus menjadi
perhatian pada produk perikanan dan kelautan? Bagaimana seorang marketer atau
perusahaan menyikapi hal ini dikaitkan dengan marketing mix.
3.4.3.1. Produk (Product)        

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh individu rumah
tangga maupun organisasi ke dalam pasar untuk diperhatikan, digunakan, dibeli
maupun dimiliki. Bagaimana variasi produk berbasis lele, apakah hanya satu jenis
saja misal tempura, atau diupayakan beberapa jenis olahan yang dapat diterima
semua baik anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak.
·     
Bagaimana kualitas produk olahan lele, apakah tinggi, sedang atau rendah.
Sebaiknya kualitas olahan lele kualitas, selain penampilan fisik produk juga
diperhatikan dari sisi keamanan pangan. Bahan-bahan untuk mengolah termasuk
produk yang aman untuk dikonsumsi.
  1. Bagaimana desain produk
2.       Apa mereknya
3.       Fitur apa yang perlu ditampilkan pada produk
4.       Kemasan bagaimana
5.       Ukurannya bagaimana
6.       Apakah perusahaan menerima produk yang rusak

3.4.3.2. Harga (Price)

Harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu


produk. Untuk menetapkan sembarang harga adalah mudah. Menentukan harga
yang tepat adalah sulit. Harga yang tepat yaitu tidak terlalu mahal di mata
konsumen, masih memeberikan keuntungan bagi perusahaan dan tidak menjadi
kelemahan perusahaan di mata pesaing. Sehubungan dengan harga, banyak hal
yang harus dipikirkan oleh perusahaan yaitu :
1)  Berapa tingkat harga yang ditetapkan
2)  Seberapa bebas perantara dalam menetapkan harga, karena umumnya
perantaralah (bukan produsen) yang berhubungan dengan konsumen akhir.
3)  Berapa harga minimum dan maksimum yang bisa diterapkan oleh perantara
(allowances)

4)  Berapa lama jangka waktu pembayaran

5)  Bagaimana persyaratan-persyaratan untuk pembelian secara kredit

3.4.3.3. Tempat (Place)

Tempat adalah lokasi dimana konsumen biasanya membeli produk


tersebut. Misalnya tempat menjual lele penyet di warung, tempura lele di sekolah-
sekolah, sosis, nuget lele di mini market, super market, steak lele dan lele asam
manis di restoran, dst. Tempat yang dimaksud dalam bauran pemasaran adalah
menyediakan produk kepada konsumen pada tempat yang tepat, kualitas yang
tepat dan jumlah yang tepat. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan dengan
tempat adalah:
1. Saluran pemasaran
2. Cakupan pasar
3. Keanekaragaman produk (assortment)
4. Lokasi
5. Manajemen persediaan
6. Transportasi dan logistik
3.4.3.4. Promosi (Promotion)

Promosi adalah kegiatan-kegiatan untuk mengkomunikasikan kelebihan-


kelebihan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Respons yang
diharapkan dari pasar sasaran juga dipengaruhi oleh kegiatan promosi. Hal-hal
yang perlu direncanakan berkaitan dengan tempat adalah :
1. Apa sasaran yang ingin dicapai melalui promosi
2. Berapa anggaran yang diperlukan
3. Apa pesan yang ingin disampaikan
4. Apa metode promosi yang digunakan, apakah iklan, personal selling, hubungan
masyarakat, promosi penjualan ataukah pemasaran langsung.

3.4.4. Pemilihan Pasar Sasaran (Target Market)

Target market adalah bagian pasar yang dijadikan sebagai tujuan


pemasaran. Perusahaan dapat mencapai tujuannya hanya kalau memahami
kebutuhan dan keinginan konsumen dan mampu memenuhinya dengan cara yang
lebih efisien dan efektif dibanding pesaing. Konsekuensinya adalah perusahaan
harus memahami betul siapa pasar sasarannya, sekaligus bagaimana perilaku
mereka.

Untuk menemukan target market, ada empat kegiatan yang perlu dilakukan
oleh perusahaan yaitu (1) mengukur dan memperkirakan permintaan; (2)
mensegmentasi pasar (market segementation); memilih pasar sasaran (market
tergeting); dan menentukan posisi pasar (market positioning).

3.4.1. Mengukur dan Memperkirakan Permintaan Produk Perikanan dan Kelautan

Ada dua cara untuk memperkirakan permintaan produk perikanan dan


kelautan yaitu dengan (1) pendekatan fundamental yaitu mengukur dan
memperkirakan permintaan dengan cara menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan, seperti pertumbuhan pasar, pendapatan, kondisi
ekonomi, gaya hidup dan lain-lain; (2) pendekatan teknis melakukan pengukuran
dengan melihat kecenderungan permintaan pada masa lalu, yang dianalisis secara
statistik untuk mengukur besarnya permintaan saat ini dan masa yang akan
datang.
3.4.2.Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar adalah proses untuk menggolong-golongkan pasar ke


dalam segmen-segmen. Segmen adalah sekumpulan konsumen yang memberikan
respons yang sama terhadap stimuli pemasaran tertentu. Segmentasi pasar dapat
didasarkan pada:
1. Geografis : tempat tinggal, kota, wilayah, dst.
2. Demografis : jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendapatan, dst.
3. Psikografis : gaya hidup, kepribadian, kelas sosial.
4.  Perilaku : tingkat penggunaan, manfaat yang dicari, saat menggunakan, dst.

3.4.3. Pemilihan Pasar Sasaran

Setelah mensegmentasi pasar, perusahaan harus memilih segmen mana


yang menjadi pasar sasaran. Sasaran ini bisa satu segmen, beberapa segmen,
malah seluruh segmen.

3.4.4. Penentuan posisi pasar

Setelah menetapkan kalangan mana yang menjadi sasaran, perusahaan


perlu memperkuat kehadiran perusahaan pada kalangan tersebut. Untuk itu
perusahaan perlu membentuk posisi produk. Posisi produk adalah suatu tempat
yang diduduki produk secara relatif terhadap pesaing. Perlu saya sampaikan
disini, bahwa tempat disini bukanlah ruang (space) secara fisik, melainkan tempat
berupa image di dalam ruang benak konsumen. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya bahwa kendala pemasaran produk perikanan dan kelautan adalah
sangat erat berkaitan dengan image produk misalnya lele jenis ikan rendah, udang
mahal, udang prestise, ikan membuat alergi, ikan baunya amis, ikan mengolahnya
merepotkan, ikan hanya bisa digoreng, dan lain-lain.
Untuk mendapat image yang baik sesuai dengan target market dan
segmentasi pasar, maka untuk kerapu bebek, bagaimana merubah image kerapu
bebek tidak mahal dan kerapu dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan, sehingga
produk udang terserap untuk memenuhi pasar domestik. Bagaimana merubah
image bahwa tidak semua ikan membuat alergi, ikan tidak amis, ikan tidak
merepotkan dalam memasak, ikan tidak hanya digoreng melainkan banyak
alternatif jenis olahan ikan. Semua itu perlu daya kreatifitas produsen dan
marketer untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

3.5 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam


mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Bitta dan Loudan
dalam Simamora (2003 : 80), mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah
proses pengambilan keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa.

Kotler dan Amstrong (1997), mengatakan bahwa perilaku konsumen


adalah perilaku pembelian akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang
memebeli produk untuk konsumsi personal. Riniwati (2005), mengatakan bahwa
perilaku knsumen adalah bagaimana konsumen membuat keputusan tentang
pemilihan diantara berbagai macam barang yang akan dibeli dan berapa
jumlahnya. Demikian juga Hunt (1983), mengatakan perilaku konsumen adalah
proses pengambilan keputusan dalam pembelian barang.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen anta lain :
1. Psikologi (motivasi, persepsi, learning, kepercayaan, sikap)
2. Personal (usia, tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian, konsep diri)
3. Sosial (kelompok rujukan seperti teman kampus, persekutuan doa, pengajian,
perkumpulan olah raga, dll)
4. Kebudayaan (kultur, sub kultur, kelas sosial)
5. Proses Keputusan Membeli
6. Model Perilaku Konsumen (Simamora, 2003 : 99)

3.6. Strategi pemasaran ikan kerapu yang dilakukan oleh nelayan ikan
kerapu

3.6.1. Strategi SO

Strategi Pemasaran ikan kerapuoleh nelayan dengan menggunakan seluruh


kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu : Mendapatkan hasil ikan
yang lebih banyak dengan mendeteksi dan mengatur waktu penangkapan ikan
(S1S3O1), Ikan dijual di Tempat Pelelangan Ikan di tiap-tiap daerah (S4S5O2),
Memperbanyak produksi ikan hingga berhasil menjadi eksportir (S2O2O3O4)

3.6.2. Strategi WO

Strategi pemasaranan ikan kerapuoleh nelayan dengan meminimalkan


kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu : Perbanyak Tenaga kerja
agar mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak (W1W4O1O3), Tambah
produksi tangkapan agar dapat dijual di daerah lain agar modal dapat tertutupi
(W2O2)

3.6.3. Strategi ST

Strategi pemasaranan ikan kerapuoleh nelayan dengan menggunakan


seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada yaitu : Perbanyak produksi
dan pilih ikan yang berkualitas untuk meningkatkan harga  jual (S4S5T1T2),
Mengatur waktu melaut agar bisa mengkondisikan dengan keadaan cuaca (S3T3),
Mengadakan promosi ke daerah lain agar mendatangi Tempat Pelelangan Ikan
(S5T4).
3.6.4. Strategi WT

Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh nelayan dengan meminimalkan


kelemahan untuk mengatasi ancaman yang ada yaitu : Mencari info ramalan cuaca
(W1W5T3), Perbanyak intensitas komunikasi dengan  pedagang agar diberikan
informasi yang bermanfaat (W3 T2)

3.7. Strategi pemasaran ikan kerapu yang dilakukan oleh pedagang ikan
kerapu 

3.7.1.Strategi SO

Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh Pedagang dengan menggunakan


seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu : Mengajak
Pedagang yang bukan menjual ikan kerapu agar ikut dalam mengusahakan ikan
kerapu (S1S4O1O2), Memperluas Usaha di daerah lain (S2S5O2O304).

3.7.2.Strategi WO

Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh Pedagang dengan meminimalkan


kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu : Memanfaatkan tenaga
kerja yang ada agar ikut menangkap ikan di laut dan juga membantu memasarkan
ikan kerapu (W1O1O4), Mengadakan pendidikan dan  pelatihan dengan
melibatkan Dinas Perikanan (W1W2O1O4).

3.7.2.Strategi ST

Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh Pedagang dengan menggunakan


seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada yaitu : Memilih jenis ikan
berkualitas untuk meningkatkan harga jual (S1S3T1T2), Meningkatkan promosi
sampai ke luar negeri (S2S5T3).
3.7.3.Strategi WT

Strategi pemasaranan ikan kerapu oleh Pedagang dengan meminimalkan


kelemahan untuk mengatasi ancaman yang ada yaitu : Mengikuti pelatihan untuk
meningkatkan SDM agar tidak kalah saing (W2T1T2), Adakan kerjasama antar
negara melalui bantuan pemerintah (W1W2T2T3).

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu jenis ikan
laut yang mempunyai prospek yang cerah dan layak dikembangkan sebagai ikan
budidaya laut karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dipasar lokal
maupun internasional. Selain itu Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) juga
potensial untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya relatif cepat, mudah untuk
dipelihara, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan
dapat dikembangkan di Keramba Jaring Apung (KJA).

Dilihat dari prospek pasar ikan kerapu bebek yang merupakan sebagai
salah satu komoditas unggulan, maka usaha kerapu bebek bisa menjadi salah satu
pilihan untuk di kembangkan, Ikan kerapu bebek selain untuk konsumsi juga bisa
sebagai ikan hias saat ukuran benih atau pendederan (3-7 cm) karena bentuk dan
warnanya yang menarik yaitu bintik-bintik kebiru-biruan agak kuning terang.
Selain itu modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu karang.
DAFTAR PUSTAKA

                    .Kerapu ikan


bebek. http://abzn.wordpress.com/2010/07/03/ikan-kerapu-bebek/
Zhe.kerapu bebek. http://zhe-
anythingforyou.blogspot.com/2011/05/kerapu-bebek-cromileptes-altivelis.html
JYRAN, NURJIRANA. Teknik pembenihan ikan kerapu bebek
(Cromileptes altivelis). http://nurjirana.blogspot.com/2013/09/tehnik-pembenihan-
ikan-kerapu-bebek.html
                   .strategi pemasaran produk perikanan dan kelautan.
http//www.berteriakbebas.blogspot.com/
Siallagan, Roberto. ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI
PEMASARAN IKAN KERAPU TANGKAP (Ephinephelus tauvina) DI
KABUPATEN SERDANGBEDAGAI.
http://www.academia.edu/6518544/ANALISIS_PENDAPATAN_DAN_STRATE
GI_PEMASARAN_IKAN_KERAPU_TANGKAP_Ephinephelus_tauvina_DI_K
ABUPATEN_SERDANG_BEDAGAI_ANALYSIS_OF_INCOME_AND_MAR
KETING_STRATEGY_CAPTURE_GROUPER_FISH_Ephinephelus_tauvina_I
N_SERDANG_BEDAGAI

Anda mungkin juga menyukai