Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

MANAJEMEN AKUAKULTUR PAYAU

BUDIDAYA IKAN KERAPU

NAMA

: JAMALUDDIN

NIM

: L221 14 302

KLP

: 3 (Tiga)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber daya perairan yang
cukup besar untuk usaha budidaya ikan. Salah satunya adalah budidaya perairan laut. Salah
satu biota peairan laut yang banyak dibudidayakan, dan bernilai ekonomis adalah ikan
kerapu. Di Indonesia terdapat tujuh jenis/genus ikan kerapu yaitu Aethaloperca, Anyperodon,
Cephalopholis, Chromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan Variola. Dari ketujuh jenis
tersebut hanya beberapa jenis saja yang mempunyai nilai komersial tinggi, yakni
Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus, seperti ikan kerapu bebek/Polkadot Grouper
atau ikan kerapu napoleon (Cheilinus undulatus); kemudian ikan kerapu sunuk/Coral trout
(termasuk genus Plectropomus); serta ikan kerapu lumpur/Estuary Grouper dan ikan kerapu
macan/Carpet cod (termasuk genus Epninephelus).
Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, dan salah
satunya adalah wilayah NTB, tepatnya di Balai Budidaya Laut (BBL) Sekotong Lombok
Barat. namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan
benih. Selama ini para petani nelayan masih mengandalkan benih alam yang sifatnya
musiman. Sehingga sehubungan dengan hal tersebut, maka Balai Budidaya laut (BBL)
Sekotong Lombok Barat, Mengembangkan Budidaya Kerapu. Jenis Ikan kerapu yang
dikembangkan adalah Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus).Dengan teknik budidaya yang dilakukan yaitu mulai dari pembenihan,
pemeliharaan larva, pendederan, sampai dengan pembesaran.
Kerapu macan dan kerapu bebek termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga
tinggi. Jenis kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai
perairan berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan
meliputi perairan di wilayah Indo-Pasifik. Ikan kerapu mempunyai sifat-sifat yang
menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi
massal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup.
Upaya pemanfaatan sumberdaya ikan kerapu tersebut di atas, ternyata masih
menghadapi berbagai kendala, seperti masalah pendanaan, penyebaran penyakit, dan
tekhnologi pengolahan. Berbeda dengan produksi ikan laut lainnya, dimana tujuan
mendapatkan hasil ikan dalam keadaan hidup dan tidak cacat/rusak, sangat sulit dicapai. Oleh
karena itu, diperlukan tekhnik-tekhnik pengolahan dan pengelolaan budidaya ikan kerapu
secara tepat dan akurat sehingga dapat menghasilkan produk ikan kerapu yang berkualitas
tinggi.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa dapat memahami secara langsung kegiatan dalam suatu unit budidaya ikan
kerapu.
2.
Mahasiswa dapat mengenal bentuk dan fungsi, bahan dan peralatan yang digunakan
dalam kegiatan budidaya ikan kerapu.

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Kerapu secara umum
Ikan Kerapu (Epinephelus sp) umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan
merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik dipasarkan
domestik maupun padar internasional dan selain itu nilai jualnya cukup tinggi. Eksport ikan
kerapu melaju pesat sebesar 350% yaitu dari 19 ton pada tahun 1987 menjadi 57 ton pada
tahun 1988 (Deptan, 1990).
Kerapu merupakan salah satu jenis ikan karang yang paling populer di daerah AsiaPasifik dan mempunyai nilai ekspor cukup tinggi. Salah satu jenis ikan kerapu yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).
Kerapu macan umumnya tumbuh cepat, kuat dan cocok untuk budidaya intensif maupun
tradisional serta mempunyai kekhasan dalam pasca panen serta penyajian dalam konsumsi
(Tarwiyah, 2001).
Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena
pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan
kerapu dalam keadaan hidup (Anonim, 2010).
Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur.
Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu
tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap
habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan
kepadatan 1 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan
kepadatan antara 5.10 - 10 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16)
dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml
plytoplankton 10 - 2.10 sel/ml media. Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli
artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media. Pemberian pakan
naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan
kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media. Disamping itu pada hari ke tujuh belas
(D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap
pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan
akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari (Slamet, 1993).
Ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan
menjelang matahari terbenam. Di alam kerapu mencari makan sambil berenang diantara batubatu karang, Kerapu tidak pernah mau mengambil atau mengkonsumsi pakan yang diberikan
apabila sudah sampai ke dasar, meskipun kerapu dalam keadaan lapar. Biasanya kerapu
berdiam di dasar dan tidak akan menyergap pakan yang diberikan jika mereka sudah kenyang
(Akbar, 2002).
Parasit sejenis kutu, bentuknya seperti Argulus yang merupakan golongan Crustacea,
banyak menyerang pada pendederan kerapu.
Parasit ini berbentuk pipih seperti kutu,
berukuran 23 mm, menempel pada permukaan tubuh ikan terutama pada bagian kulit dan
sirip. Serangan dalam jumlah besar akan mengakibatkan kematian, karena parasit ini
menghisap darah ikan dan mengakibatkan tubuh mangsanya berlubang, sehingga ikan mudah

terkena infeksi sekunder yaitu jamur dan bakteri. Pengobatan ikan yang baru terserang parasit
ini cukup dengan cara perendaman tersebut. Biasanya ikan sembuh setelah 23 hari
kemudian. Jika ikan telah mengalami luka-luka dapat dilakukan perendaman dalam air tawar,
kemudian dilanjutkan dengan perendaman didalam larutan acriflavin 10 ppm/jam (Mayunar,
1991).
Ciri-ciri umum adanya serangan penyakit adalah ikan kehilangan nafsu makan.
Biasanya sering berenang di permukaan air karena gelembung renang membengkak. Kerapu
kadang-kadang mengalami sirip busuk dan borok, hal ini terjadi terutama akibat infeksi
bakteri. Bila banyak ikan yang menunjukkan gejala ini, maka antibiotik harus segera
diberikan. Pemberian ampicillin secara oral (5-20 mg/kg berat badan ikan) atau oxolinic acid
(10-30 mg) adalah cukup efektif untuk infeksi ini. Pada budidaya kerapu, masalah terbesar
adalah serangan penyakit oleh virus, seperti infeksi oleh Viral Nervous Necrosis (VNN) dan
Iridovirus. Sesekali terjadi serangan penyakit, akan terjadi mortalitas yang tinggi. Hingga saat
ini, belum ada cara pengobatan untuk penyakit ini (Kisto, 1991).
Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah
mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersamasama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul
22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8
kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive"
yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan
transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 - 0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas
menjadi benih yang aktif berenang (Sigit, 1993).
B. Jenis jenis Kerapu
1. Klasifikasi dan morfologi kerapu bebek
Menurut akbar (2002), Ikan kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang hanya hidup
dan tumbuh cepat di daerah tropis, Ciri khasnya terletak pada bentuk moncong yang
menyerupai bebek sehingga disebut kerapu bebek. Adapun klasifikasi adalah sebagai berikut :
Phyllum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Osteichyes

Subclass

: Actinopterigi

Ordo

: Percomorphi

Subordo

: Percoidea

Family

: Serranidae

Subfamili

: Epinephihelinae

Genus

: Cromileptes

Spesies

: Cromileptes altivelis

Menurut akbar (2002), menyebutkan bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan
bentuk cembung (concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 7,6 cm dari panjang spesifik
sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai gigi canine
(gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar berbentuk bulan sabit
dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hitam diseluruh
kepala, badan dan sirip. Pada kerapu bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.
2. Klasifikasi dan morfologi kerapu macan
Menurut Subyakto dan Cahyaningsih (2005), Klasifikasi kerapu macan sebagai
berikut:
Filum

: Chordata

Subfilum

: Vertebrata

Kelas

: Osteichtyes

Sub kelas

: Actinopterigi

Ordo

: Percomorphi

Subordo

: Percoidea

Family

: Serranidae

Genus

: Epinephelus

Spesies

: Epinephelus fuscoguttatus

Bentuk badan kerapu macan memanjang dan gepeng (Compressed), tetapi kadangkadang ada juga yang agak bulat. Mulut lebar serong ke atas dan bibir bawahnya menonjol
keatas. Rahang bawah dan atas dilengkapi gigi-gigi geratan yang berderet dua baris, ujungnya
lancip, dan kuat. Sementara itu, ujung luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi-gigi
yang besar. Badan kerapu macan ditutupi oleh sisik kecil yang mengilap dan bercak loreng
mirip bulu macan. Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan
menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat
bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior
(Subyakto, 2005)
C. Persyaratan Lokasi Budidaya
1. Persyaratan Teknis
Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan
pembenihan ikan kerapu yang berhubungan langsung dengan aspek teknis ikan dalam
memproduksi benih, bebrapa aspek panting yang harus dipenuhi sesuai Standar Nasional
Indonesia (SNI) adalah:
a) Letak unit pembenihan di tepi pantai untuk memudahkan perolehan sumber air.
Pantai tidak terlalu landai dengan kondisi dasar laut tidak berlumpur dan mudah
dijangkau untuk memperlancar transportasi.
b) Air laut harus bersih, tidak tercemar dengan salinitas 28-35 ppt.
c) Sumbeer air laut dapat dipompa minimal 20 jam perhari.

d) Sumber air tawar tersedia dengan salinitas minimal 5 ppt.


e) Penentuan lokasi sesuai Rencana Umum Tata
(RUTRD/RUTRW) (Anonim, 2012).

Ruang

Daerah/Wilayah

2. Persyaratan Sosial Ekonomi


Faktor non-teknis merupakan pelengkap dan pendukung faktor-faktor teknis dalam
memilih lokasi untuk pembenihan ikan kerapu. Dalam penentuan calon lokasi pembenihan,
pertama kali perlu diketahui tentang peruntukan suatu wilayah yang biasanya telah terpetakan
dalam RUTR dan tata guna lahan, memperhatikan RUTR suatu wilayah untuk pemebnihan
kerapu diharapkan tidak akan terjadi tumpang tindih lahan usaha. Persyaratan lokasi termasuk
faktor non-teknis lainnya adalah mengenai lahan usaha. Persyaratan lokasi termasuk lainnya
adalah mengenai kemudahan-kemudahan seperti tersedianya sarana transportasi, komunikasi,
instalasi listrik, tenaga kerja, pemasaran, pasar, sekolah, tempat ibadah, pelayanan kesehatan,
dan sebagainya. Sebagai makhluk social adanya kemudahan-kemudahan tersebut dapat
memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam bekerja. Hal lain yang dapat mendukung
kelangsungan usaha adalah dukungan Pemda setempat, terutama masyarakat sekitarnya
sehingga tidak terjadi konflik atau masalah (Kisto, 1991).
D. Pangsa Pasar
Ikan kerapu pada umumnya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dan
mempunyai pasar yang baik bahkan pernah mencapai angka peningkatan ekspor sebesar
350% pada tahun 1987, yaitu dari 19 ton menjadi 57 ton pada tahun 1988. Salah satu jenis
ikan kerapu yang mempunyai nilai ekonomis penting yaitu kerapu macan dan kerapu bebek
(Anonim, 2012).
Keberhasilan pengembangan teknologi budidaya ikan kerapu oleh pemerintah
khususnya untuk jenis kerapu macan, bebek, dan lumpur, serta diperkuat oleh tinggi dan
stabilnya harga jual kerapu hidup dan semakin meningkatnya permintaan ekspor, telah
mengundang para pengusaha untuk masuk dalam bisnis budidaya kerapu, baik pada kegiatan
pembenihan maupun pembesaran. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya luas areal
budidaya pembesaran kerapu dengan karamba jaring apung (KJA) dari 15 hektar tahun 1994
menjadi 51 hektar tahun 2000 atau naik dengan rata-rata 53% per tahun. Pada periode yang
sama, produksi ikan hasil budidaya meningkat dari sekitar 30 ribu ton menjadi 60 ribu ton
atau naik rata-rata 35% per tahun (Subiyanto, 2007).
E. Penyakit Kerapu
Ciri-ciri umum adanya serangan penyakit adalah ikan kehilangan nafsu makan.
Biasanya sering berenang di permukaan air karena gelembung renang membengkak. Kerapu
kadang-kadang mengalami sirip busuk dan borok, hal ini terjadi terutama akibat infeksi
bakteri. Bila banyak ikan yang menunjukkan gejala ini, maka antibiotik harus segera
diberikan. Pemberian ampicillin secara oral (5-20 mg/kg berat badan ikan) atau oxolinic acid
(10-30 mg) adalah cukup efektif untuk infeksi ini. Pada budidaya kerapu, masalah terbesar
adalah serangan penyakit oleh virus, seperti infeksi oleh Viral Nervous Necrosis (VNN) dan
Iridovirus. Sesekali terjadi serangan penyakit, akan terjadi mortalitas yang tinggi. Hingga saat
ini, belum ada cara pengobatan untuk penyakit ini (Kisto, 1991).

Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah
mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan betina akan berenang bersamasama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul
22.00. jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8
kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi bersifat "non adhesive"
yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan
transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 - 0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas
menjadi benih yang aktif berenang (Sigit, 1993).
F. Teknik Budidaya Ikan Kerapu Secara Umum
Pembenihan ikan kerapu, perlu diperhatikan sifat biologisnya, dimana ikan kerapu ini
bersifat hemafrodid protogini, perubahan jenis kelamin dari betina ke jantan, sehingga dalam
melakukan pemijahan perlu diperhitungkan perbandingannya, perbandingan induk dalam
pemijahan ikan kerapu biasanya 1 : 1, dan 2 : 1, hal tersebut tergantung dari berat bobot
induk yang akan di pijahkan (Anonim, 2012).
Jangka waktu penebaran benih kerapu dari masa pendederan sampai ke pembesaran
yaitu 2 sampai 4 bulan, namun jika pertumbuhan benihan saat pendederan pertumbuannya
cepat, maka dalam janga umur tiga bulanpun, bisa dilakukan penebaran di Keramba jaring
Apung (KJA), trgantung dari ukuran benih, biasanya ukuran benih yang siap tebar pada wada
pembesaran yaitu (KJA) sekitar 10 sampai 12 cm Anonim (2013).
Menurut anonim (2013), bahwa perlakuan pemberian pakan dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu pakan buatan dan rucah. Pakan buatan merupakan pakan komersial yang
diproduksi oleh PT. Matahari Sakti dengan harga Rp. 14.000,- /Kg. Kandungan protein yang
dimiliki oleh pakan tersebut adalah 42,55% dan didalamnya sudah terdapat unsur-unsur yang
penting bagi pemeliharaaan ikan kerapu bebek di keramba jaring apung. Pelet ini merupakan
jenis pelet tenggelam secara perlahan.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil dan pembahasan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Perbandingan induk yang digunakan dalam pembenihan di BBL sekotong adalah 1 : 3
(tiga betina, dan 1 jantan), dikarenakan ikan kerapu bersifat hemafrodid protogini,
sehingga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan gonad.
2. Masa keritis larva yaitu umur 3 hari (D3) (D7) karena kuning telur mulai terserap
habis, sehingga perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus
Plicatilis dengan kepadatan 1 3 ekor/ml.
3. Pada kegiatan pendedran, masa pemeliharaan larva sampai waktu siap tebar pada
wadah pembesaran (KJA) yaitu 2 sampai 4 bulan dengan ukuran 10 sampi 12 cm.
4. Pada Kegiatan pembesaran , Arus dan keadaan gelombang yang cukup besar sangat
mempengaruhi nafsu makan ikan yang di pelihara pada Keramba Jaring Apung
(KJA).
5. Penyakit yang sering menyerang ikan kerapu yaitu VNN dan monogenia, dan vibrio.
Penanganan penyakit dilakukan dengan perendaman dalam air tawar dan vitamin
acrivlafin (1 x seminggu).

DAFTAR PUSTAKA
Akbar M. 1995. Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung. Ditjen
Perikanan.
Anonim, 2012. Training Manual on Marine Finfish Net Cage Culture in Singapore. Revered
for the Marine Finfish Net Cage Training Course. Conducted by Primary Production
Department (Republic of Singapore) and Organized RAS/86/024 cooperation with
RAS /84/016.
Anonim,

2011. Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Sekotong.


http://www.scribd.com/doc/59058145/bab-1. [tanggal 30 Desember 2012]

Anonim. 2012. Pembenihan Ikan Kerapu di Keramba Jaring Apung.

Anda mungkin juga menyukai