Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH DASAR-DASAR AKUAKULTUR SISTEM

BUDIDAYA IKAN KERAPU

Dosen Pengampu:
I Made Dedi Mahariawan, S.Pi, MP

Oleh : Maya Anindya M.L (235080100111015)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
 Sebutkan ikan spesies yang digunakan?
Ikan kerapu termasuk dalam subfamily Epineplhalinae dari family
Serranidae. Di dunia terdapat sekitar 115 spesies ikan kerapu dari 15 genera
yang telah dikenal dewasa ini. Ikan kerapu tersebar luas dari perairan tropis
hingga subtropis. Di alam ikan kerapu hidup di dekat dasar perairan, sebagian
besar di perairan karang meskipun adapula yang hidup di perairan estuaria dan
sebagian lagi menyenangi habitat berpasir.
Ikan kerapu merupakan ikan karnivora yang memiliki relung habitat
kedalaman yang. Kerapu jenis Cephalopholis miniata dapat hidup pada
kedalaman 2 meter, sedangkan jenis Epinephelus ergastularius dapat hidup
hingga mencapai kedalaman 370 m. Ikan kerapu hidup pada ekosistem terumbu
karang, pantai berpasir, pasir berbatu, hingga berlumpur. Berdasarkan
ukurannya, ikan kerapu memiliki ukuran sebesar 30 cm hingga 3 meter dalam
fase dewasanya. Ikan kerapu dapat dikenali dengan bentuk operculum, corak
dan warna tubuhnya. Bentuk, corak dan warna merupakan alat utama untuk
dapat mengidentifikasi morfologi ikan kerapu. Walau demikian, secara
morfologi ikan kerapu sangat sulit untuk dibedakan antar spesiesnya. Beberapa
masyarakat terkadang mempunyai sebutan yang sama untuk dua hingga tiga
ekor kerapu yang berbeda.
Ikan kerapu juga disebut dengan ikan grouper atau groper, diduga nama
tersebut berasal dari kata dalam bahasa Portugis, yaitu garoupa. Namun ada
pula pendapat yang memperkirakan kata tersebut berasal dari bahasa asli
Amerika Selatan yang diadopsi oleh bangsa Portugis.
Masing-masing jenis kerapu memiliki ciri morfologi berbeda-beda,
namun secara umum karakteristik ikan kerapu adalah sebagai berikut:
a) Pertumbuhan rata-rata sekitar 10 cm dengan berat antara 600 sampai 1.200
gram
b) Bentuk tubuhnya pipih, artinya lebar tubuhnya lebih tipis jika dibandingkan
dengan panjang dan tinggi tubuhnya
c) Mulutnya berongga lebar dan berbentuk menyerong ke atas, bagian bawah
mulutnya sedikit lebih menonjol ke depan melebihi mulut bagian atas
d) Pada tubuhnya terdapat sirip kecil yang dilengkapi dengan sisik
e) Sirip perut ikan ini berada tepat di bawah sirip dada
f) Sirip punggungnya tunggal, bentuknya memanjang dengan bagian yang
berjari-jari keras di bagian depan dan bagian yang berjari-jari lunak tersambung
di bagian belakang
g) Sirip ekor kerapu berbentuk bulat.
Klasifikasi ikan kerapu (Epinephelus sp) adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Serranidae

Subfamili : Epinephelinae

Genus : Epinephelus

Spesies : Epinephelus sp

 Buatlah model sistem budidaya (intensif, ekstensif, semi-intensif?) yang


digunakan, padat penebaran berapa, ukuran/umur yang ditebar pertama kali,
luasan kolam/tambak, serta jenis dan frekuensi pemberian pakan yang
digunakan!
Model sistem budidaya Ikan kerapu Epinephelus ini dilakukan secara intensif.
1. Pemilihan Lokasi Budidaya
Ikan kerapu tersebar luas dari perairan tropis hingga subtropis dan hidup di
dekat dasar perairan. Untuk menyesuaikan habitat aslinya, harus memilih lokasi
budidaya ikan kerapu sesuai kriteria berikut:

 Kedalaman air pada saat pasang surut berkisar 2-5 meter atau lebih.
 Kecepatan arus tidak lebih dari 20-40 cm/detik.
 Air dengan kadar salinitas 15-30 ppt, suhu 28-30 °C, oksigen 5-8 ppm,
pH 7,5-9,0, serta amonia dan nitrat <0,1 ppm.

Selain yang sudah disebutkan di atas, lokasi budidaya ikan kerapu tidak boleh
dekat muara sungai. Hal ini dikarenakan muara sungai banyak mengandung
berbagai macam limbah rumah tangga yang menjadi penyebab pencemaran air.
Air yang tercemar dapat menjadi sumber penyakit kerapu yang sulit
disembuhkan.

2. Persiapan Tempat Budidaya

Ikan kerapu biasa dibudidayakan di keramba jaring apung (KJA).Menyesuaikan


ukuran KJA yang digunakan dengan jumlah dan ukuran ikan yang akan
dibudidayakan. Contohnya, jika Bapak/Ibu ingin membudidayakan 500 bibit
ikan kerapu dalam 1 petak KJA, maka ukuran yang diperlukan adalah 3x3x3 m
sampai 4x4x4 m. Seiring berjalannya waktu, kepadatan ikan dalam KJA secara
bertahap diturunkan (dengan melakukan grading), sehingga jumlah saat panen
300 ekor dalam setiap petakan KJA.

3. Persiapan Bibit Ikan Kerapu


Sebelum membudidayakan ikan kerapu, harus memilih bibit ikan kerapu secara
selektif terlebih dahulu. Bisa memilih bibit yang kondisi tubuhnya sempurna,
tahan terhadap serangan penyakit, serta menunjukkan pertumbuhan yang relatif
cepat. Hindari untuk memilih bibit yang relatif lemah, mudah terserang penyakit
dan cenderung menunjukan pertumbuhan yang lambat.

4. Manajemen Pakan
Pakan adalah salah satu faktor penting dalam budidaya karena kontribusinya
yang sangat besar dalam biaya operasional budidaya. Penggunaan pakan yang
efisien dan efektif akan sangat menguntungkan secara ekonomi.

Pada tahap pemeliharaan, ikan kerapu bisa diberi makanan pokok yang berupa
pelet setiap harinya. Pelet sangat disarankan karena dibuat sesuai kebutuhan
nutrisi ikan kerapu sehingga akan berdampak baik bagi pertumbuhannya. Ikan
kerapu yang diberikan pelet juga cenderung memiliki angka FCR (Food
Conversion Rate) yang lebih efisien dibanding kerapu yang diberi pakan lain.

Selain makanan pokok, juga bisa memberikan vitamin C atau suplemen lainnya
untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi stres pada ikan.
Pemberian vitamin C juga bisa memperbaiki angka kelangsungan hidup ikan
kerapu.

Ikan kerapu dapat mulai dipanen setelah 5 bulan. Namun umumnya untuk
mencapai ukuran tersebut dibutuhkan waktu pemeliharaan selama 6 hingga 8
bulan.

Pemanenan ikan kerapu dapat dilakukan dengan sistem panen total atau juga
dengan sistem panen selektif tergantung pada kebutuhan. Setelah panen selesai
ikan dapat dipasarkan sesuai permintaan pasar.

5. Panen
Pemanenan dilakukan ketika ikan sudah mencapai ukuran panen yaitu 500 –
1200 g/ekor atau sesuai dengan permintaan pasar. Untuk mencapai ukuran ini
biasanya ikan membutuhkan waktu 5-8 bulan pemeliharaan.
Sebelum dipanen, ikan kerapu wajib dipuasakan selama 1-2 hari agar ikan
muntah selama pengangkutan. Setelah itu, Bapak/Ibu bisa mempersiapkan
jaring/bak penampung sementara untuk menampung hasil panen. Panen
dilakukan dengan mengangkat jaring KJA secara perlahan kemudian diamkan
di dekat permukaan KJA sekitar 10 menit. Jaring kemudian dibagi dengan
menggunakan bambu atau kayu menjadi 2 bagian untuk memudahkan
pengambilan ikan.

Ikan kerapu diambil dari jaring dengan menggunakan scope net atau keranjang
dan ditampung dalam jaring penampungan. Setelah itu, Bapak/Ibu bisa
menyortir ikan sesuai dengan ukurannya. Setelah disortir, ikan kerapu
ditimbang dan dipindahkan ke kapal pengangkut untuk dibawa ke pembeli atau
bak penampungan sementara di darat.

 Apa yang terjadi jika stocking density yang rendah dan belum mencapai titik
CSC, bagaimana pengaruh terhadap ikan!

Pertumbuhan Lambat: Jika kepadatan penempatan terlalu rendah, ikan mungkin


tidak dapat menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien. Hal ini
menyisakan terlalu banyak ruang di kolam yang tidak terpakai, sehingga dapat
memperlambat pertumbuhan ikan Anda.

Penggunaan ruang yang kurang optimal: Kepadatan penempatan yang rendah


dapat mengakibatkan penggunaan ruang yang kurang optimal. Kolam dan
tangki ikan mungkin terlalu besar untuk jumlah ikan yang ada, sehingga
mengurangi efisiensi penggunaan ruang dan sumber daya.

Stres Individu: Kerapu bisa menjadi sangat stres jika jumlah ikan terlalu
sedikit. Ikan sering kali menunjukkan perilaku sosial, dan kepadatan penebaran
yang rendah dapat mengurangi interaksi sosial antar ikan dan menimbulkan
stres antar individu.

Risiko Penyakit: Kepadatan yang rendah juga dapat meningkatkan risiko


infeksi dan penyakit. Pada kepadatan yang lebih rendah, ikan cenderung
bergerak lebih bebas, namun kontak individu yang lebih sedikit membuat
mereka lebih rentan terhadap patogen dan infeksi dapat menyebar lebih mudah.

Biaya produksi yang tidak efisien: Kepadatan yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan biaya produksi tidak efisien. Fasilitas dan sumber daya lainnya
mungkin tidak digunakan secara optimal, sehingga dapat mempengaruhi
keberlanjutan ekonomi usahatani.

 Bagaimana cara mempertahankan produksi budidaya ikan tersebut!


Manajemen Lingkungan:
Kualitas Air: Pastikan kualitas air di kolam atau wadah budidaya tetap
optimal. Monitor parameter-parameter seperti suhu, salinitas, pH, dan
oksigen terlarut secara rutin.
Sistem Aerasi: Gunakan sistem aerasi untuk memastikan pasokan oksigen
yang cukup di dalam air. Aerasi juga membantu menciptakan kondisi
lingkungan yang lebih stabil.

Pakan dan Nutrisi:


Pakan Berkualitas: Berikan pakan ikan kerapu yang berkualitas dan sesuai
dengan kebutuhan nutrisi mereka. Pastikan komposisi pakan mencakup
semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal.
Jadwal Pemberian Pakan: Tetapkan jadwal pemberian pakan yang konsisten.
Hindari overfeeding, karena ini dapat menyebabkan pencemaran air dan
masalah kesehatan.

Manajemen Kesehatan:
Pemantauan Kesehatan: Awasi kesehatan ikan secara teratur. Perhatikan
tanda-tanda penyakit seperti perubahan warna, lesi, atau perilaku aneh.
Tanggapi masalah kesehatan segera untuk mencegah penyebaran penyakit.
Vaksinasi dan Pengobatan: Jika diperlukan, pertimbangkan penggunaan
vaksinasi dan pengobatan untuk mencegah dan mengatasi penyakit.

Keamanan Budidaya:
Pencegahan Predator: Lindungi kolam dari serangan predator dengan
menggunakan jaring atau sistem penutup lainnya.
Keamanan Struktur: Periksa dan perbaiki struktur kolam secara teratur untuk
mencegah kebocoran atau kerusakan lainnya yang dapat mengancam
keamanan ikan.

Manajemen Kepadatan Penempatan:


Optimalisasi Kepadatan: Atur kepadatan penempatan ikan agar sesuai
dengan kapasitas kolam dan kebutuhan spesifik ikan kerapu. Hindari
kepadatan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Monitor Performa Produksi:


Pemantauan Pertumbuhan: Catat dan pantau pertumbuhan ikan secara
teratur. Evaluasi data produksi untuk mengidentifikasi pola atau tren yang
dapat memengaruhi kinerja budidaya.
Keberlanjutan Lingkungan:
Pertimbangkan Praktek Berkelanjutan: Terapkan prinsip-prinsip budidaya
berkelanjutan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan
sekitar.

Anda mungkin juga menyukai