Anda di halaman 1dari 10

Budidaya Kepiting Bakau (Scylla serrata)

Filum : Arthropoda
Klas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Kanthidae, Cancridae, Portamonidae dan Portunidae.
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrata (Kepiting Bakau)

Scylla serrata :
 Hidup di hutan bakau, pantai dan tambak
 Ukuran dapat mencapai 20 cm
 Banyak dijumpai di pasaran
 Sering disebut kepiting hijau, kepiting cina
 Mempunyai nilai ekonomis tinggi

 Ada 3 jenis Scylla:


 Scylla serrata, mempunyai ciri warna keabu-abuan sampai warna hijau
kemerah-merahan.
 Scylla oceanica, berwarna kehijauan dan terdapat garis berwarna
coklat pada hampir seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian perut.
 Scylla transquebarica, berwarna kehijauan sampai kehitaman dengan
sedikit garis berwarna coklat pada kaki renangnya.

Makanan
 Pemakan segalanya (bangkai, hewan, tumbuhan, potongan kayu, bambu
dsb)
 Mencari makan malam hari mampu bergerak 219 -910 m
 Aktif mencari makan pada saat air pasang
 Kepiting muda (larva) pemakan plankton, Chlorella, Rotifera, larva
echinodermata, larva moluska dan cacing (hewan bersifat plantonis
bergerak)
 Aktifitas makan yang jantan lebih besar dari betina
Pemijahan
 Kepiting dewasa berumur 12 – 14 bulan (usia bisa mencapai 3-4 thn)
 Ruaya untuk memijah 1 km dari pantai, setelah terjadi pembuahan
 Pada saat tertentu juga memijah di tambak dan estuarine
 Jumlah telur 2.000.000 – 8.000.000
 Telur dibuahi, menetas menjadi larva zoea, berkembang menjadi
megalopa, berkembang menjadi kepiting muda dan terus dewasa
 Kepiting menjadi dewasa mengalami molting 17 – 20 kali
 Pada Zoea 3 – 5 hari molting
 Pada Megalopa rentang molting 17 – 26 hari

Penyebaran

 Tersebar di daerah tropis, meliputi wilayah indo-pasifik mulai dari


pantai selatan dan timur Afrika Selatan, Mozambik, Iran, pakistan, India,
Srilangka, Banglades, pulau2 di lautan Hindia, Asean, Kaboja, Vietnam,
Cina, Jepang, Taiwan, Philipina, Lautan Fasifik, Hawai, Slandia Baru dan
Australia Selatan.
 Sebaran menurut kedalaman 0 – 32 m
 Pernah tertangkap dengan pukat harimau 275 m
 Di Indonesia di perairan pantai berhutan mangrove
 Hidup melubang di pantai berbakau di estuarine
 Substrat tempat hidup lumpur (mengandung mikroorganisme)
 Menetap dimangrove selama air surut, dan beruaya ke intertidal
mencari makan pada waktu pasang

Kualitas Air
 Di Tanjung Pasir Salinitas 0 – 30 ppt, suhu 28 – 36, ph 6,5 oksigen
terlarut 4 – 10,2 ppm, kecerahan 30 – 110 cm dan kedalaman 27 -125
cm (Wahyuni dan Ismail).
 Kepiting mampu mentolerir suhu 26 – 35 c, salinitas 24 –41 ppt, adanya
muara sungai, bakau yang mendukug kehidupan kepiting (Nazifah)
 Salinitas optimal untuk pemeliharaan 15 – 30 %, pemeliharaan larva 30
– 33 %, pH 8 -8,5 (Brick)
 Kepiting betina memijah pada salinitas 20 – 24%o, suhu 20-26. Zoea
tidak cocok untuk hidup pada salinitas 17,5 %o (Hill)

Budidaya
 Budidaya kepiting telah dimulai 100 tahun yang lalu di cina
 Menyebar ke asia 40 tahun silam
 Dominal hasil tangkapan
 Budidaya sudah mulai, benih masih tergantung dari alam
Produk Yang Dipasarkan
 Kepiting petelur (egg crab) kepiting betina yang bertelur hidup
 Kepiting pedaging (meat crab) kepiting dewasa hidup
 Kepiting bercangkang lunak (soft-shell crab) kepiting baru molting
 Daging kepiting olahan. Daging dikeluarkan dari cangkang dan
dipasarkan dalam kemasan atau kaleng

Keuntungan Budidaya Kepiting:


 Harga kepiting tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat di desa pantai
 Teknologi yang digunakan sederhana dan mudah diaplikasikan oleh
pembudidaya
 Kepiting merupakan komoditi ekspor, sehingga merupakan sumber
devisa
 Jaringan pemasaran kepiting bakau telah terbentuk
 Pengangkutannya mudah, tahan lama sehingga sampai kekonsumen
masih hidup
 Pakan untuk budidaya dapat diperoleh dari alam berupa ikan rucah.

Kendala Dalam Budidaya


 Pengembangan budidaya yang berkelanjutan akan terkendala dari suplai
benih.
 Sekalipun kepiting dapat dipelihara pada keramba/pagar, akan tetapi
umumnya dilakukan ditambak, sehingga isu perusakan hutan bakau dan
pencemaran akan muncul
 Karena harga kepiting bakau cukup mahal, sehingga akan menarik minat
orang kaya untuk membudidayakan sehingga kelompok orang miskin
akan tersingkir
 Akan terjadi kompetisi untuk mendapatkan ikan rucah sehingga harga
ikan rucah menjadi mahal.

Penangkapan Benih:

Alat Dakkang:
 Tongkat kecil dari kayu (bambu)
 Jaring yang diikat pada bilah bambu melingkar
 Ukuran mata jaring sesuai ukuran benih
 Dipasang di muara sungai, pantai dan pentu tambak
 Diberi umpan ikan/bangkai diikat pada tongkat bahagian atas jaring
 Bila ada kepiting masuk bilah bambu yang ada umpannya bergoyang-
goyang
 Diangkat tongkatnya
 Benih kepiting ditangkap lalu diikat kakinya.

Ambau/Bento

 Dua buah rotan 50 – 60 cm disilangkan satu dengan lainnya dan diikat


pada bahagian tengahnya.
 Keempat ujung rotan dihubungkan dengan tali sehingga membentuk
segi empat.
 Diantara keempat ujung rotan diikatkan jaring
 Ujung bahagian atas diberi pemberat 100-200 grm
 Pada titik tengah alat diberi tali dan pelampung
 Diberi umpan dititik tengah persilangan
 Dioperasikan pada kedalaman 30 – 40 cm
 Diangkat pada kedalaman air 80 – 120 Cm
 Angkat pelampung tarik pelan2

Budidaya Kepiting dalam Keramba di Tambak

Pemilihan Lokasi Budidaya


1. Mutu air cukup baik
- Salinitas 15 - 30 ppt
- pH air 7 - 8
- Suhu 25 - 30 C
- Kandungan O >3 ppm
2. Mudah diawasi
3. Substrat dasar tambak adalah lumpur berpasir
4. Untuk sistem karamba harus terhindar dari pengaruh banjir dan
mudah terjangkau oleh pasang surut.
5. Merupakan wilayah penangkapan kepiting

Tempat Pemeliharaan
 Tempat pemeliharaan kepiting bisa berupa kurungan bambu dan waring
 Untuk tempat pemeliharaan kepiting yang berasal dari kurungan bambu
(karamba) disarankan berukuran 1,5x1x1meter atau 2x1x1meter, hal ini
bertujuan memperrmudah pengelolaannya terutama pada waktu
mengangkat karamba diwaktu panen.

Pemilihan Benih:

 Kakinya lengkap
 Warna tidak kemerah-merahan
 Pergerakan cepat

Penebaran

Penebaran kepiting dilakukan pada pagi atau sore hari pada karamba.
Benih kepiting yang ditebar berukuran berat 200 - 300 gram per ekor.
Untuk ukuran karamba 1,5 - 2 x 1 x 1 meter kepadatan tebar nya kurang lebih
15 - 25 kg atau sebanyak 60 - 70 ekor.

Pemeliharaan

Penempatan karamba dalam petak tambak disarankan diletakkan di dekat pintu


masuk/keluar air.

Posisi karamba sebaiknya menggantung berjarak 15 cm dari dasar perairan


yang tujuannya agar sisa pakan yang tidak termakan jatuh ke dasar perairan
tidak mengendap di dalam karamba.

Diusahakan seminggu 2 kali karamba dipindah dari posisi semula hal ini
bertujuan agar terjadi sirkulasi / pergantian air.

Pemberian pakan rucah lebih diutamakan dalam bentuk segar sebanyak 5 -10%
dari berat badan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore/malam hari.
Penggantian air dilakukan bila terjadi penurunan kualitas air.
Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk mengetahui perkembangan
pertumbuhan dan kesehatan kepiting. Pengelolaan pakan yang cermat, cocok
dan tepat jumlah maka dalam tempo 10 hari pertumbuhan kepiting bisa
diketahui.

Pemanenan

Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan selama 15


hari, tergantung pada ukuran benih dan laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan
oleh jenis pakan yang diberikan dan kualitas air tambak.

Untuk memanen kepiting digunakan alat berupa seser baik untuk tujuan
pemanenan total maupun selektif. Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh
tenaga terampil untuk menangkap dan kemudian mengikatnya.

Selain itu tempat dan waktu penyimpanan sebelum didistribusikan kepada


konsumen menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena kehilangan berat
sekitar 3 - 4% dapat menyebabkan kematian.

Pemeliharaan di Tambak

 Konstruksi hampir sama dengan tambak udang


 Adanya gundukan tanah yang ditumbuhi bakau
 Dinding tambak di beri pagar bambu
Bambu Pelapis Pematang

Persipan Tambak

 Persiapan Tambak melalui pengolahan tanah dasar ditujukan


memperbaiki mutu/kualitas tanah untuk mengingkatkan daya dukung
lahan.
 Kegiatan yang dilakukan meliputi pembalikan, penjemuran, pencucian
dan pengapuran.
 Pembalikan tanah bertujuan untuk mempercepat proses penguraian
bahan organik dan gas-gas beracun, yang dilakukan dengan
mencangkul/membajak dengan kedalaman ± 20 – 30 cm. Penjemuran
bertujuan untuk mereduksi bahan organik dan gas-gas beracun yang
dilakukan dengan sinar matahari hingga warna tanah coklat alami. Lama
penjemuran selama 5 – 7 hari.
 Pengapuran bertujuan memperbaikii dan menstabilkan pH tanah hingga
kisaran normal (pH 7 – 8).
 Jenis kapur yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanah dasar
setempat.

Pemilihan dan Penebaran Benih

Benih yang digunakan berukuran berat 30 – 50 gr/ekor atau lebar cangkang


(karapas) 3 -4 cm. Ciri –ciri benih yang baik adalah : anggota tubuh yang
lengkap, menunjukkan tingkah laku untuk menghindar atau melawan bila akan
dipegang dan warna cerah hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.

Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dengan padat
tebar rasio perbandingan jantan dan betina 1 : 1 berkisar antara 1 -2 ek/m2.

Untuk menjamin benih bebas dari parasit sebaiknya direndam dengan


desinfektan ( formalin 200 ppm selama 30 menit).
Kemudian benih disebar merata dengan cara melepas ikatan satu per satu.

Pemberian Pakan

Kegiatan pemberian pakan meliputi : (1) memilih jenis pakan yang sesuai
dengan kebutuhan, (2) cara pemberian pakan, (3) dosis pakan, (4) teknik
sampling. Jenis pakan untuk budidaya kepiting adalah pakan alami seperti
bentos dan cacing, untuk pakan buatan dapat diberikan ikan rucah atau pellet.

Khususnya untuk pakan ikan rucah, daging kerang dan hancuran daging siput
dilakukan dengan cara memberikan ikan setengah kering dengan kadar air
berkisar 30 – 40 %. Jumlah pakan diberikan disesuaikan dengan kebutuhan,
dapat dilihat dari sisa pakan yang tidak termakan. Jika pakan dimakan
seluruhnya, maka pemberian pakan selanjutnya sebaiknya ditambah.

Pengendalian hama dan penyakit

Tindakan pengendalian dapat dilakukan dengan cara pergantian air yang


cukup, pengapuran secara rutin dan penyaringan air pasok dan pemberian feed
aditive (vit. C 2-4 gr/kg pakan, bawang putih 15 – 20 gr/kg pakan secara
periodik. Penggunaan obat-obatan kimia (pabrik) merupakan alternatif paling
akhir jika dengan cara pencegahan tidak berhasil.

Panen

Panen kepiting biasanya dilakukan setelah masa pemeliharaan mencapai 4-5


bulan, dengan ukuran 3-4 ekor/kg. Pasca panen dengan mengikat kaki dan
capit kepiting dengan tali secara individu. Produk hasil panen ditempatkan di
wadah yang berlobang-lobang dengan dialasi pelepah pisang yang dibasahi iar
laut guna mempertahankan tingkat kelembaban, selanjutnya kepiting dapat
dipasarkan langsung ke pengumpul dalam keadaan hidup.

Budidaya Kepiting Lunak (Soka)

 Salah satu kepiting yang paling disukai adalah yang bercangkang lunak,
atau biasa disebut sebagai kepiting soka.
 Sebenarnya bukan jenis atau spesies baru, melainkan hanya rekayasa
para pembudidaya dalam memperlakukan moulting atau
pergantiancangkang.
 Harga kepiting soka di tingkat pembudidaya sekitar Rp 200.000 /kg, jauh
lebih tinggi daripada kepiting biasa yang rata-rata Rp 80.000 hingga Rp
120.000 / kg.
 Permintaan terhadap kepiting soka bukan hanya berasal dari dalam
negeri saja. Sejumlah negara pun kerap mendatangkan kepiting soka
dari Indonesia, terutama Jepang dan AS, yang masing-masing
memerlukan pasokan sebanyak 20-30 ton per bulan.
 Metode Sederhana Metode budidaya kepiting soka sebenarnya relatif
sederhana. Pertama, membeli bahan baku kepiting bakau berukuran 10-
12 ekor per kg, kemudian diadaptasi selama sehari dalam
kolam/tambak. Selanjutnya, kedua capit dan keenam kaki jalannya
dipotong.
 Mengapa capit dan kaki jalannya harus dipotong? Ternyata tindakan ini
dimaksudkan untuk membuat kepiting stres. Sebab, stres bisa
mempercepat proses molting.
 Dengan demikian, hanya tersisa satu bagian yang berdekatan dengan
kedua kaki renangnya yang tetap dibiarkan utuh. Setelah itu, kepiting
dipelihara lagi dalam tambak selama 15 hari, sampai mengalami
pergantian kulit / cangkang (molting).
 Ketika molting, kepiting akan menghasilkan cangkang baru yang lunak
dan siap dipanen. Ukuran tubuhnya pun bertambah sekitar dua size.
 Pembesaran dari bibit ukuran 30-50 g/ekor menjadi ukuran konsumsi
200-300 g/ekor. Dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai situasi
dan potensi lokasi budidaya kepiting bakau. Prinsip yang harus dilakukan
yaitu kepiting bakau tidak boleh lepas, maka perlu kurungan atau
sekeliling tanggul tempat pemeliharaan pagar dari bambu yang cukup
rapat. Dihindari dari kemungkinan besar terjadi kanibalisme. Disarankan
padat tebar 40 ekor/m2. Jika dilakukan sistem tambak disarankan padat
tebar 2 ekor/m2. Lama pemeliharaan 3 bulan.
 Penggemukan dari kepiting bakau dari ukuran 100-150 g/ekor menjadi
ukuran konsumsi 200-300 g/ekor. Disarankan padat tebar40 ekor/m2.
Lama pemeliharaan 3-4 minggu.
 Produksi kepiting bakau-soka, bercangkang lunak. Masa pemeliharaan
biasanya 3-4 minggu. Kepiting bakau yang dipelihara berukuran 150-200
g/ekor dan lama pemeliharaan 2-3 minggu. Pergantian kulit ini secara
alami dirangsang oleh alam yaitu saat air pasang tertinggi,
kemelimpahan pakan. Disarankan padat tebar 40 ekor/m2. Cara ini
dilakukan untuk mencapai kelulus hidupan sampai 100%.
 Produksi kepiting bakau-bertelur, kepiting bakau betina ukuran 200
g/ekor atau lebih yang penuh telur diperoleh dengan cara ablasi mata.
Masa pemeliharaan 1 bulan dan 1-2 minggu setelah ablasi mata
dilakukan. Disarankan padat tebar 40 ekor/m2. Jenis pakan harus kaya
akan protein dengan jumlah yang cukup, dari bebrbagai jenis ikan rucah,
cumi-cumi dan kerang.

Anda mungkin juga menyukai