Anda di halaman 1dari 9

PAPER TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN IKAN

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA IKAN PATIN

(Pangasius pangasius)

Dosen Pengampu
Dr. Ir. Adelina, M.Si

OLEH :

Ade Hidayat Ilka 1804112072


Dodi Saputra 1804125458
Nadia Safitri 1804113644

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Ikan Patin (Pangasiussp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

memiliki nilai ekonomis penting dalam dunia akuakultur. Departemen perikanan dan

akuakultur FAO (Food and Agriculture Organization) menempatkan ikan Patindi

urutan kelima setelah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus),

ikan lele (Clarias sp)dan ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Ghufran, 2015).Hal

tersebut dapat dijadikan sebagai peluang bagi Indonesia untuk menduniakan ikan

Patin lokal. Wilayah Sumatera menyumbang 68,07 % dari produksi nasional, dengan

rincian wilayah Sumatera Selatan penyumbang terbesar yakni mencapai 47,23 %

(Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018).

Di Perairan Indonesia ditemui 14 jenis ikan patinyang tersebar di sungai-

sungai besar baik di Kalimantan maupun Sumatera. Selain ikan patin lokal (asli

Indonesia) dikenal juga ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) sebagai ikan

introduksi dari Thailand pada tahun tujuh puluhan. Salah satu jenis ikan patinyang

diperoleh dari sungai di Jambi yaitu ikan patin jambal (Pangasius djambal). Ikan ini

dijadikan sebagai kandidat ikan lokal yang dapat dikembangkan budidayanya karena

mempunyai prospek untuk diekspor.

Ikan Patin adalah salah satu ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan,

karena merupakan salah satu ikan unggul. Patin merupakan ikan penting di dunia

karena daging patin tergolong enak, lezat, dan gurih. Di samping itu, patin

mengandung protein yang tinggi dan kolesterol yang rendah. Penggemar daging patin
bahkan terdapat di berbagai negara melintasi benua. Selain merupakan ikan

berukuran besar dan pertumbuhannya cepat, patin juga respon terhadap pakan buatan

serta dapat dibudidayakan di berbagai tipe perairan dan wadah budi daya (Munisa et

al., 2015).

Pakan salah satu komponen penting dalam kegiatan budidaya ikan. Pakan

merupakan sumber materi dan energi untuk menopang kelangsungan hidup dan

pertumbuhan ikan namun di sisi lain pakan merupakan komponen terbesar (50-70%)

dari biaya produksi. Kian meningkatnya harga pakan ikan tanpa disertai kenaikan

harga jual ikan hasil budidaya adalah permasalahan yang harus dihadapi setiap

pembudidaya ikan. Oleh karena itu, upaya pencarian pakan alternatif yakni pakan

alami yang murah serta mudah dijangkau terus dilakukan agar dapat mengurangi

biaya produksi (Yanuar, 2017). Pada umumnya pembudidaya ikan memberikan

pakan alami pada fase benih. Pakan alami memiliki kandungan nutrisi yang cukup

baik dibanding pakan komersil. Selain itu, pakan alamai memiliki ukuran yang kecil

dan sesuai dengan bukaan mulut benih ikan (Tampubolon, 2016).


BAB II
ISI

2.1. Pengertian Pakan

Pakan terdiri dari dua macam yaitu pakan alami dan buatan.. Pakan alami adalah

pakan yang di konsumsi oleh organisme yang disediakan secara alami dari alam yang

ketersediaannya dapat di budidayakan oleh manusia. Sedangkan, Pakan buatan adalah

pakan yang dibuat oleh manusia dengan menggunakan bahan baku yang mempunyai

kandungan gizi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ikan. Di antara kedua jenis

pakan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, peternak perlu

memperhatikan perbedaan kedua jenis pakan tersebut agar dapat menentukan saat

yang tepat untuk menggunakan pakan alami atau pakan buatan. Pakan alami biasanya

digunakan dalam bentuk hidup dan agak sulit untuk mengembangkannya. Karena

memperlukan perlakuan perlakuan khusus sebelum pakan tersebut diberikan kepada

ikan. Sedangkan, pakan buatan dapat diartikan secara umum sebagai pakan yang

berasal dari olahan beberapa pakan yang memenuhi nutrisi yang di perlukan. Pakan

buatan sering dijumpai dalam bentuk pellet (Afrianto, 2015).

Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci mencapai tujuan

produksi dan ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan tentang gizi ikan dan pakan ikan

berperan penting di dalam mendukung pengembangan budidaya ikan (aquaculture)

dalam mencapai tujuan tersebut. Konversi yang efisien dalam memberikan makan

ikan sangat penting bagi pembudidaya ikan sebab pakan merupakan komponen yang

cukup besar dari total biaya produksi. Bagi pembudidaya ikan, pengetahuan tentang
gizi bahan baku dan pakan merupakan sesuatu yang sangat kritis sebab pakan

menghabiskan biaya 40 sampai 50% dari biaya produksi (Wurganto, S. 2018).

Menurut Darijah AS (2016) pakan mempunyai manfaat yang sangat penting

sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan

perkembangbiakan. Selain itu, pakan juga dapat digunakan, misalnya untuk

menghasilkan warna dan rasa tertentu.. Ikan memenuhi kebutuhan energinya dari

pakan buatan.

2.2. Klasifikasi dan morfologi ikan patin

Menurut Kordik (2005), sistematika ikan patin diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spisies : Pangasius pangasius

Djariah (2001) mengemukakan bahwa Ikan Patin memiliki warna tubuh putih

keperak-perakan dan punggung kebiru-biruan, bentuk tubuh memanjang, kepala

relatif kecil. Ujung kepala terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang sungut pendek.

Susanto dan Amri (2002) menambahkan, pada sirip punggung memiliki sebuah jari-

jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi dan besar di sebelah

belakangnya. Sirip ekor membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak

mempunyai sisik, sirip dubur relatif panjang yang terletak di atas lubang dubur terdiri
dari 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak.

Sirip dada mempunyaii 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jarijari keras yang berubah

menjadi senjata yang dikenal dengan patil. Di bagian permukaan punggung ikan patin

terdapat sirip lemak yang berukuran kecil.

Di Indonesia, ada dua macam ikan patin yang dikenal yaitu patin lokal

(Pangasius pangasius) atau sering pula disebut jambal (Pangasius djambal) dan patin

Bangkok atau patin Siam (Pangasius hypophtalamus sinonim P. sutchi). Patin jambal

memiliki sungut rahang atas jauh lebih panjang dari setengah panjang kepala dan

hidung sedikit menonjol kemuka serta mata agak ke bawah.

2.3. Manajemen Pemberian Pakan

Berdasarkan Hasil Penelitian Para Ahli Perikanan,Untuk mempercepat

pertumbuhan ikan selama pembesaran, setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan

tambahan berupa pelet sebanyak 3 sampai 5% dari bobot tubuhnya

Benih patin pada tahap pendederan satu ini dipelihara selama 3-4 minggu. Hari

kedua atau ketiga setelah menetas diberia pakan artemia sampai hari ketujuh setiap 1-

2 jam sekali. Larva ikan patin diberikan pakan berupa nauplis artemia setelahberumur

30-35 jam setelah menetas hingga larva berumur 7 hari,frekuensi pemberian pakan

berupa nauplis artemia sebanyak 5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Pada hari

kedua dan ketiga sebaiknya frekuensi pemberian pakan disingkatkan menjadi 6

kalidengan interval waktu 4 jam sekali. Larva akan sangat bergairah melihat

makananyang hidup/bergerak. Untuk menjaga agar artemi tidak cepat mati maka air

dalam akuarium tersebut juga harus bersifat asin. Menurut (Khairuman dan Amri,

2018) ; (Komayrah dan Aries, 2016), bahwa kecepatan laju pertumbuhan ikan sangat
dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan Yang diberikan serla kondisi lingkungan.

Pemeliharaan setelah hari ke-14 Sudah bisa dikasih pelet dalam bentuk tepung.

Pemberian pelet setiap 3-4 jam sekali. Usahakan pakan yang diberikan sesuai

kebutuhan benih.

Pemberian pakan dilakukan secara bertahapsebanyak empat kali yaitu pagi, siang,

sore, dan malam hari. Porsi pemberian pakan pada malam hari sebaiknya lebih

banyak daripada pagi, siang, dansore hari, karena ikan patin lebih aktif pada malam

hari. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada

pembudidayaan, dalam usia enam bul.an ikan patin sudah bisa mencapai panjang 35 -

40 cm.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan tambahan berupa pelet

sebanyak 3 sampai 5% dari bobot tubuhnya. Larva ikan patin diberikan pakan berupa

nauplis artemia setelahberumur 30-35 jam setelah menetas. Pemeliharaan setelah hari

ke-14 Sudah bisa dikasih pelet dalam bentuk tepung. Pemberian pakan dilakukan

secara bertahapsebanyak empat kali yaitu pagi, siang, sore, dan malam hari. Porsi

pemberian pakan pada malam hari sebaiknya lebih banyak daripada pagi, siang,

dansore hari, karena ikan patin lebih aktif pada malam hari.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2015. Pakan ikan. Kanisius. Yogyakarta.


Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin, 2018. Kecamatan Talang Kelapa
DalamAngka. BPS Kabupaten Banyuasin.
Darijah AS. 2016. Makanan ikan. Jakarta : PT Penebar swadaya.
Ghufran, M. 2015. Budidaya Ikan Patin Di Kolam Terpal. Andi Offset. Yogyakarta.
Khairuman dan K. Amri. 2018. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka.
Tangerang.

Komaryah, Aries Indra Sertiawan. 2016. Pengaruh Penambahan Berbagai Dosis


Minyak Ikan Yang Berbeda Pada Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan
Ikan Patin (Pangasius pangasius). PENA Akuatika, I (1)

Munisa, Q., Subandiyono dan Pinandoyo. 2015. Pengaruh Kandungan Lemak dan
Energi yang Berbeda dalam Pakan Terhadap Pemanfaatan Pakan Dan
Pertumbuhan Patin (Pangasius pangasius). Journal of Aquaculture Management
and Technology. Vol 4 (3) 12-21.
Tampubolon E.H, Raharjo E.I, dan Farida. 2016. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan
Alami terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Koi
(Cyprinus carpio). Jurnal Fakultas Perikanan Dan ilmu kelautan. Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
Wurganto, S. 2018. Kandungan protein dalam serat kasar. Fakultas Kedokteran
Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Yanuar, V. 2017. Pengaruh Pemberianjenis Pakan yang Berbeda terhadap Laju


Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochiomis Niloticus) dan Kualitas Air di
Akuarium Pemeliharaan. V. 42 (2). ISSN. 2355-3545.

Anda mungkin juga menyukai