Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM BUDIDAYA PERIKANAN AIR PAYAU DAN LAUT

TEKNIK PEMBESARAN IKAN BUDIDAYA LAUT

OLEH:

WIKHA KHALFIANUR
ANTONI
RISKY ORLANDO SITEPU
IRMAWARNY MANULLANG
MUTIA IKA WILIANTI
RIZA RASULDI
RINAWATI SIREGAR
RAHMAT FITRADI
RIEKI INDRA WISHARI
NURHAYATI
ROJA FADILLAH

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja dan
enrgi, untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis penting dengan
memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. Kegiatan budidaya
telah dilakukan oleh manusia sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam media air
dengan pemberian makanan untuk organisme air yang dipelihara.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang salah satu bagian terpenting
dari kondisi geografisnya adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km. Budidaya laut dapat dikembangkan dan menjadi alternatif
bagi pekerjaan masyarakat. Meskipun budidaya laut di indonesia telah
berkembang, namun perkembangannya belum optimal. Hal ini disebabkan belum
menyebarnya pengetahuan mengenai komoditas organisme laut serta teknologi
budidaya laut tersebut dikalangan masyarakat.
Pemanfaatan perairan laut dan pantai serta sumberdayanya untuk kegiatan
budidaya ikan telah lama dikembangkan dan terus ditingkatkan. Salah satu
pemanfaatan perairan laut pantai yang menjanjikan prospek yang bagus adalah
budidaya ikan kerapu. Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan yang
mempunyai nilai ekonomis penting dan potensial untuk dibudidayakan karena
cepat pertumbuhannya dan toleran terhadap ruang terbatas. Ikan kerapu terutama
dalam keadaan hidup merupakan ikan yang mempunyai nilai jual tinggi terutama
di pasar Asia (Taiwan, Jepang, Thailand, Singapura dan Hongkong) (Murdjani,
1999 dan Rahman et al., 1998).Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam
proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih.

1.2. Tujuan Praktikum


a. Mahasiswa dapat memahami secara langsung kegiatan dalam suatu unit usaha
pembesaran ikan budidaya laut dengan baik.
b. Mahasiswa dapat mengenal bentuk dan fungsi peralatan yang digunakan dalam
kegiatan peembesaran ikan budidaya laut.
1.3. Rumusan Permasalahan

Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui teknik pemijahan ikan budidaya laut terutama ikan


kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).
2. Untuk mengetahui perkembangan dari pembenihan ikan kerapu macan
serta permasalahan yang terdapat dalam melakukan pemijahan.

1.4.Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
dan gambaran secara langsung mengenai pembenihan ikan kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota
Langsa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. Ikan Kerapu Macan


Kerapu merupakan salah satu jenis ikan karang yang paling populer di
daerah Asia-Pasifik dan mempunyai nilai ekspor cukup tinggi. Salah satu jenis
ikan kerapu yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu ikan kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus). Kerapu macan umumnya tumbuh cepat, kuat dan
cocok untuk budidaya intensif maupun tradisional serta mempunyai kekhasan
dalam pasca panen serta penyajian dalam konsumsi (Tarwiyah, 2001).

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kerapu (Epinephelus fuscoguttatus)


Menurut Myers, et.al, (2005), menjelaskan bahwa kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Sub class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Sub family : Epinephelinae
Genus : Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,
Spesies : (Epinephelus fuscoguttatus)

Gambar 1. Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)


Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai jari-jari sirip yang
keras pada sirip punggung 11 buah, sirip dubur 3 buah, sirip dada 1 buah dan sirip
perut 1 buah. Jari-jari sirip yang lemah pada sirip puggung terdapat 15-16 buah,
sirip dubur 8 buah, sirip dada 17 buah dan sirip perut 5 buah. Kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo matang dengan tubuh
bagian verikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical
berwarna gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warna sawo
(Mucharie, A; et.al. 1991).

2.3 Habitat Ikan Kerapu Macan (Ephinepelus fuscoguttatus)


Adapun habitat ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup
diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak
dewasa beruaya keperairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m, biasanya
perpindahan ini berlansung pada senja dan siang hari. Telur dan larva bersifat
pelagis sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat domersal. Habitat favorit
larva dan kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar
pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kebanyakan ikan kerapu
tinggal di terumbu karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup di pantai
sekitar muara sungai. Kerapu besar biasanya ditemukan diperairan pantai yang
berlumpur didepan muara sungai (Mucharie, A; et.al. 1991).

2.4. Cara Makan dan Jenis Makanan


Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)merupakan
hewankarnifora yang memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-
udangan,sedangkan larva merupakan memansa larva moluska. Ikan kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) bersifat karnifora dan cenderung
menangkap/memangsa yang aktif bergerak di dalam air (Sudjiharno, 2003), ikan
kerapu macan juga bersifat kanibal. Biasanya mulai terjadi saat larva kerapu
berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat
dengan kepadatan tinggi.

2.5.Teknik Pembesaran Kerapu Macan di KJA


KJA ditempatkan di lokasi budidaya secara berjejer antara satu unit dengan
unit KJA lainnya dan saling menyambung, tujuannya untuk mempermudah
pemilik atau penjaga KJA dalam memelihara serta mengawasinya. Budidaya ikan
sistem KJA dalam operasionalnya dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang
terdiri atas rumah jaga, tempat pakan, dan kolam karantina.
a. Penyediaan Benih
Benih kerapu di alam susah didapat (Akbar, 2002), akan tetapi benih
kerapu yang dipoduksi dari hatchery dapat memenuhi kebutuhan untuk budidaya
ikan di Indonesia. Sepanjang induk kerapu dapat bertelur setiap bulan maka benih
ikan kerapu akan tersedia sepanjang tahun.
b. Penebaran Benih
Kondisi benih yang lemah selama transportasi akan mudah terserang
penyakit. Selama transportasi, benih mendapatkan banyak stress akibat perlakuan
yang tidak sesuai. Penanganan benih dapat dilakukan dengan cara
aklimatisasi/penyesuaian suhu dan waktu penebaran harus disesuaikan dengan
lingkungan perairan (Sutarmat dkk., 2004).
Sebelum ditebar, biasanya benih di grading sesuai dengan umur, berat, besar
dan jenis ikan yang sama. Peebaran benih sebaiknya dilakukan pad pagi hari,
karena pada sore hari ikan bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu yang
cukup untuk beradaptasi pada tempat yang baru sebelum malam (Sutarmat dkk.,
2004).
c. Pemberian Pakan
Pakan ikan kerapu bisa menggunakan pelet dan pakan rucah. Ikan rucah
digunakan sebagai pakan agar tidak kesulitan dalam mendapatkan pakan secara
kontinyu(terus-menerus). Kualitas ikan rucah yang jelek ditandai dengan ikan
yang membusuk, bau yang tidak sedap dan ikan yang telah teroksidasi sebaiknya
tidak digunakan sebagai pakan (Sutarmat dkk., 2003).
d. Pengelolaan Kualitas Air dan Jaring
Kualitas air baik secara langsung maupun tidak langsung mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menentukan pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan yang dibudidayakan (Rizal, 2010 dalam Septian, 2013). Di dalam air
laut jaring cepat tersumbat dengan lumpur dan penempelan organisme lain seperti
alga dan kepiting. Jaring harus sering diganti dan dicuci untuk menjaga agar
sirkulasi air berjalan lancar. Ini adalah salah satu cara pengeloalan untuk menjaga
kesehatan ikan khususnya mencegah penyakit yang disebabkan parasit.
Jarak waktu penggatian jaring tergantung dari kondisi perairan tempat
pemeliharaan. Pada jaring dengan mata yang kecil lebih cepat terjadi
penyumbatan (Budidarma, 2011). Pencucian jaring dilakukan saat jarig sudah
terlihat kotor, pada waktu yang sama dilakukan monitoring pertumbuhan ikan
dengan cara menimbang berat badan ikan (Zulkifli, 1999).
e. Perawatan Jaring
Secara reguler jaring harus di cek dan diperbaiki bila ada yang rusak.
Binatang menempel harus selalu dibersihkan dengan sikat atau spreyer. Buang
sampah atau potongan kayu di sekitar KJA yang dapat merusak jaring. Lakukan
pertukaran jaring sebulan sekali. Sebelum jaring dipergunakan dicek terlebih
dahulu keutuhannya.
f. Pemanenan Ikan kerapu
Ikan kerapu dapat dipanen setelah mencapai ukuran 400 gram/ekor atau
lebih etrgantung pada ukuran yang dikehendaki. Ikan kerapu dipasarkan dalam
keadaan masih hidup.
Sebelum dipanen ikan kerapu dipuasakan terlebih dahulu 1-2 hari, jaring
dikontrol keutuhannya. Angkat jaring menuju ke salah satu sudut. Gunakan jaring
serok halus untuk menangkap ikan kerapu. Hindari ikan luka, sisiknya hilang atau
stress karena ikan ini harganya menjadi turun. Ikan kerapu dijual dalam kondisi
masih hidup.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Teknik Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus). ini dilaksanakan di Unit Usaha Budidaya Laut Keramba Jaring
Apung (KJA) di Perairan Pulau Tikus Kuala Langsa, Kota Langsa. Pada hari
jumat Tanggal 11 mei 2018 sampai dengan selesai.

3.2. Metodologi digunakan :


a. Metode wawancara yang dilakukan dengan menanyakan langsung kepada
narasumber di lapangan, yaitu petugas teknis lintas bidang dan divisi seperti
fasilitas, pakan, pengelolaan kualitas air, persiapan KJA, pemanenan, dan
pemasaran dan informasi lainnya baik teknis maupun non teknis.
b. Metode observasi, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data-data
primer yang dilaksanakan selama praktikum teknik pembesaran ikan
budidaya laut di keramba jaring apung (KJA), perairan pulau tikus Kuala
Langsa Kota Langsa.

3.3. Prosedur Kerja


a. Setiap praktikan dibagi kedalam kelompok berjumlah 10 orang
b. Mahasiswa melakukan kunjungan ke unit usaha budidaya laut, keramba
jaring apung (KJA) perairan pulau tikus, Kuala Langsa Kota Langsa dan
mengidentifikasikan jenis ika budidaya laut dan melakukan pencatatan data
baik data sekunder maupun primer berkaitan dengan serangkaian kegiatan
usaha pembesaran ikan budidaya baik secara langsung maupun selama
kegiatan tersebut berjalan.
c. Setiap kelompok wajib membuat laporan pelaksanaan sementara dan laporan
akhir lengkap dengan setiap acara praktikum yang dilaksanakan pada setiap
pertemuan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Kualitas Air


a. Suhu
Pengukuran suhu yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa dengan menggunakan alat thermometer dalam tigakali
pengukuran yaitu pagi hari, siang hari dan sore hari sedangkan suhu yang terdapat
adalah sebbagai berikut : pada pagi hari 27 0C, pada siang hari 31 0C dan pada
sore hari 29 0C. sesuai dengan pernyatan Murtidjo (2002) kisaran uptimum suhu
0
yang baik bagi kehidupan ikan kerapu macan adalah 25-32 C.
Jadidapatdisimpulkansuhu air di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota
Langsa normal dansangatbagusuntukbudidayaikankerapumacan.

b. Salinitas
Pengukuran salinitas yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa yaitu dengan menggunakan alat revraktometer.Pengukuran
salinitas di lakukan di semua bak induk dan bak larva ikan kerapu macan pada
waktu pagi dan sore hari, hasil yang didapatkan yaitu berkisar 33-35 ppt dengan
nilai rata-rata 34 ppt. Pada umumnya ikan laut memijah pada perairan dengan
salinitas tinggi antara 30-35 ppt, ikan kerapu umunya menyukai salinitas 30-35
ppt (Ghufran, 2001).

c. OksigenTerlarut (DO)
Pengukuranoksigenterlalur yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut
Kuala Langsa, Kota Langsayaitudenganmenggunakanalat DO meter.Pengukuran
di lakukanpadawaktupagihari, siangharidan sore
haridenganhasilpengukuransebagaiberikutpagihari 5,2, sianghari 6,1 dan sore hari,
5,8. Menurut Kordi(2001) Untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan laut,
kandungan oksigen terlarut dalam air minimal 3 ppm.

d. DerajatKeasaman (pH)
PengukuranpH yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsayaitudenganmenggunakanalat pH meter. Pengukuran
dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasi pengukuran
yaitu berkisar antara 7,5-9 dengan nilai rata-rata 8,5. Menurut Kordoi (2001)
usaha budidaya ikan laut akan berhasil dengan baik dengan pH 6,5-9.

4.2. Jenis dan Pemberian Pakan


a. Pakan segar : berupa ikan segar atau yang telah dibekukan. Ikan-ikan yang
biasa digunakan antara lain, ikan runcah dan harus di potong-potong terlebih
dahulu.
b. Pakan buatan : pakan buatan pabrik yang nutrisinya dapat memenuhi
kebutuhan enrgi dan pembentukan daging bagi ikan budidaya. Selain itu
ketersediaannya lebih sabil tanpa dipengauhi oleh musim

4.3. Perawatan Keramba


Jaring harus selalu dibersihkan dari kotoran, lumut, maupun hewan
penempel setiap 2-4 minggu, guna memperlancar proses pergantian air agar
kualitas air dalam keramba dapat terjaga dengan baik. (bila umur jaring sudah dua
bulan pindahkan ikan pada jaring yang baru). Perbandingan ketersediaan jaring
1:1 pada tiap tiap kotak.

4.4. Pemanenan Ikan


Pemanenan ikan dilaksanakan ketika sudah mencapai ukuran panen yaitu
500 gram hingga 1200 gram atau sesuai dengan permintaan pasar dengan harga
yang cukup baik. Ikan yang mempunyai nilai ekonomis adalah ikan yang tidak
cacat. Disarankan beberapa hari menjelang panen pembudidaya memantau harga
dipasaran agar mendapatkan harga yang tertinggi.
Menjelang panen, ikan tidak diberi makan (pemberokan) selama 2 hari
jika panennya adalah panen ikan hidup. Tujuan dari pemberokan ini adalah agar
pada saat transportasi ikan tidak muntah. Juga bertujuan untuk mengurangi
kotoran ikan dalam perjalanan yang akan meningkatkan amonia dan dapat
menyebabkan kematian.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diberikan dari makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dapat dilakukan
dengan menggunakan metode budidaya dengan sistem Keramba Jaring Apung
(KJA). Dalam penerapannya budidaya dengan menggunakan sistem KJA perlu
memperhatikan beberapa faktor diantaranya faktor kondisi lingkungan, konstruksi
keramba, kualitas air, pakan, dan gangguan dari hama dan penyakit. Menejemen
budidaya seperti pengaturan kepadatan penebaran benih, monitoring kualitas air,
dan manajemen pemberian pakan harus diperhatikan secara benar agar proses
budidaya ikan kerapu macan di KJA berjalan dengan baik.
2. Permasalahan yang sering terjadi dalam budidaya ikan kerapu macan sistem
keramba jaring apung (KJA) antara lain adalah kondisi lingkungan yang sering
berubah-ubah, formulasi pakan dan manajemen pemberian pakan yang tidak
sesuai, kontruksi wadah budidaya yang rentan rusak, serta ancaman dari hama
serta penyakit yang diakibatkan dari mikroorganisme dan hewan predator lainnya
yang dapat mengancam keberhasilan budidaya.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan suatu kajian lebih mendalam mengenai keefektifitasan dari
metode budidaya ikan kerapu sistem KJA terutama pada ketahanan konstruksi
KJA dari serangan hama dan lingkungan, sehingga permasalah yang selama ini
dialami dapat diberikan solusi yang sesuai.
2. Diperlukan suatu pembelajaran lebih lanjut dan sosialisasi mengenai metode
budidaya ikan kerapu sistem KJA kepada masyarkat pelaku budidaya agar dapat
meningkatkan produksi ikan kerapu secara nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A., 2009. Estimasi daya Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomasa
Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan
Sulamadaha, Maluku Utara (Suatu Pendekatan Pengelolan
Ekologis). Tesis.Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.

Ditjen Perikanan Budidaya. 2002. Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang


Pembudidayaan. Badan Standarisasi Nasional.

Effendi MI. 2006. Riset Terapan Pengembangan Sea Farming di Kepulauan


Seribu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian
Bogor (PKSPL-IPB). Bogor.

Kordi, M. Gufron H. 2011. Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis.
Penerbit : ANDI. Yogyakarta.

Langkosono. 2007. Budidaya Ikan Kerapu (Serranidae) dan Kualitas Perairan.


Neptunus, 14(1):61-67.

Mayunar. 1993. Perkembangan Pembenihan Ikan Kerapu Macan di Indonesia.


Oseana, 18(3):95-108.

Sugama, K., M.A. Rimmer, S. Ismi, Isti K., Ketut S., Giri dan V.R. Alava. 2013.
Pengelolaan Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus):suatu panduan praktik terbaik. Monograf ACIAR No.
149a. Australian Centre of Internasional Agriculture Research.
Canberra.

Sutrisna, Aris. 2011. Pertumbuhan Ikan Kerapu


Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tiskiantoro, Fendiawan. 2006. Analisis Kesesuaian Lokasi Budidaya Karamba


Jaring Apung dengn Aplikasi Sistem Informasi Geografis di Pulau
Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Universitas Dipponegoro. Semarang
Zulkifli AK, M. Nasir U, T.Iskandar, Mukhlisuddin, A. Azis, Yulham, Bahrum,
Cut Nina H, Amir Y, Baharuddin dan Zuardi E., 2004. Rakitan
Teknologi Budidaya Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung (KJA).
Jurnal Penelitian Budidaya Pantai. Vol.1 : No.5 : 51 - 60.

Anda mungkin juga menyukai