OLEH:
WIKHA KHALFIANUR
ANTONI
RISKY ORLANDO SITEPU
IRMAWARNY MANULLANG
MUTIA IKA WILIANTI
RIZA RASULDI
RINAWATI SIREGAR
RAHMAT FITRADI
RIEKI INDRA WISHARI
NURHAYATI
ROJA FADILLAH
1. Latar Belakang
Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja dan
enrgi, untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis penting dengan
memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. Kegiatan budidaya
telah dilakukan oleh manusia sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam media air
dengan pemberian makanan untuk organisme air yang dipelihara.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang salah satu bagian terpenting
dari kondisi geografisnya adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km. Budidaya laut dapat dikembangkan dan menjadi alternatif
bagi pekerjaan masyarakat. Meskipun budidaya laut di indonesia telah
berkembang, namun perkembangannya belum optimal. Hal ini disebabkan belum
menyebarnya pengetahuan mengenai komoditas organisme laut serta teknologi
budidaya laut tersebut dikalangan masyarakat.
Pemanfaatan perairan laut dan pantai serta sumberdayanya untuk kegiatan
budidaya ikan telah lama dikembangkan dan terus ditingkatkan. Salah satu
pemanfaatan perairan laut pantai yang menjanjikan prospek yang bagus adalah
budidaya ikan kerapu. Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan yang
mempunyai nilai ekonomis penting dan potensial untuk dibudidayakan karena
cepat pertumbuhannya dan toleran terhadap ruang terbatas. Ikan kerapu terutama
dalam keadaan hidup merupakan ikan yang mempunyai nilai jual tinggi terutama
di pasar Asia (Taiwan, Jepang, Thailand, Singapura dan Hongkong) (Murdjani,
1999 dan Rahman et al., 1998).Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) telah dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia, namun dalam
proses pengembangannya masih menemui kendala, karena keterbatasan benih.
1.4.Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
dan gambaran secara langsung mengenai pembenihan ikan kerapu macan
(Epinephelus fuscoguttatus) di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala Langsa, Kota
Langsa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Salinitas
Pengukuran salinitas yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsa yaitu dengan menggunakan alat revraktometer.Pengukuran
salinitas di lakukan di semua bak induk dan bak larva ikan kerapu macan pada
waktu pagi dan sore hari, hasil yang didapatkan yaitu berkisar 33-35 ppt dengan
nilai rata-rata 34 ppt. Pada umumnya ikan laut memijah pada perairan dengan
salinitas tinggi antara 30-35 ppt, ikan kerapu umunya menyukai salinitas 30-35
ppt (Ghufran, 2001).
c. OksigenTerlarut (DO)
Pengukuranoksigenterlalur yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut
Kuala Langsa, Kota Langsayaitudenganmenggunakanalat DO meter.Pengukuran
di lakukanpadawaktupagihari, siangharidan sore
haridenganhasilpengukuransebagaiberikutpagihari 5,2, sianghari 6,1 dan sore hari,
5,8. Menurut Kordi(2001) Untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan laut,
kandungan oksigen terlarut dalam air minimal 3 ppm.
d. DerajatKeasaman (pH)
PengukuranpH yang dilakukan di Unit Usaha Budidaya Laut Kuala
Langsa, Kota Langsayaitudenganmenggunakanalat pH meter. Pengukuran
dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan sore hari dengan hasi pengukuran
yaitu berkisar antara 7,5-9 dengan nilai rata-rata 8,5. Menurut Kordoi (2001)
usaha budidaya ikan laut akan berhasil dengan baik dengan pH 6,5-9.
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diberikan dari makalah ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Budidaya ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dapat dilakukan
dengan menggunakan metode budidaya dengan sistem Keramba Jaring Apung
(KJA). Dalam penerapannya budidaya dengan menggunakan sistem KJA perlu
memperhatikan beberapa faktor diantaranya faktor kondisi lingkungan, konstruksi
keramba, kualitas air, pakan, dan gangguan dari hama dan penyakit. Menejemen
budidaya seperti pengaturan kepadatan penebaran benih, monitoring kualitas air,
dan manajemen pemberian pakan harus diperhatikan secara benar agar proses
budidaya ikan kerapu macan di KJA berjalan dengan baik.
2. Permasalahan yang sering terjadi dalam budidaya ikan kerapu macan sistem
keramba jaring apung (KJA) antara lain adalah kondisi lingkungan yang sering
berubah-ubah, formulasi pakan dan manajemen pemberian pakan yang tidak
sesuai, kontruksi wadah budidaya yang rentan rusak, serta ancaman dari hama
serta penyakit yang diakibatkan dari mikroorganisme dan hewan predator lainnya
yang dapat mengancam keberhasilan budidaya.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan suatu kajian lebih mendalam mengenai keefektifitasan dari
metode budidaya ikan kerapu sistem KJA terutama pada ketahanan konstruksi
KJA dari serangan hama dan lingkungan, sehingga permasalah yang selama ini
dialami dapat diberikan solusi yang sesuai.
2. Diperlukan suatu pembelajaran lebih lanjut dan sosialisasi mengenai metode
budidaya ikan kerapu sistem KJA kepada masyarkat pelaku budidaya agar dapat
meningkatkan produksi ikan kerapu secara nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A., 2009. Estimasi daya Dukung Terumbu Karang Berdasarkan Biomasa
Ikan Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Perairan
Sulamadaha, Maluku Utara (Suatu Pendekatan Pengelolan
Ekologis). Tesis.Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.
Kordi, M. Gufron H. 2011. Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis.
Penerbit : ANDI. Yogyakarta.
Sugama, K., M.A. Rimmer, S. Ismi, Isti K., Ketut S., Giri dan V.R. Alava. 2013.
Pengelolaan Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus):suatu panduan praktik terbaik. Monograf ACIAR No.
149a. Australian Centre of Internasional Agriculture Research.
Canberra.