Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah budidaya perairan menunjukkan keadaan yang diinginkan dalam
menghadapi perikanan laut di masa yang akan datang. Kita menghadapi
kebutuhan untuk mengembangkan perikanan laut dan meningkatkan hasil tangkap
dengan peraturan internasional yang telditentukan. Dalam hubungan ini istilah
budidaya perikanan merupakan usaha pengolahan sumber-sumber perikanan yang
paling rasional dilakukan secara buatan atau arti fusial dan tidak bergantung pada
metode tradisional. Berdasarkan perbedaan diatas, budidaya perairan merupakan
suatu proses yang dapat diuraikan sebagai berikut, dalam bidang pembenihan
besar-besaran terhadap beberapa organism laut atau air. Sesudah itu benih ikan
dibiakkan dibawah pengawasan pengelola. Indonesia mempunyai perairan air
tawar yang sangat luas, berbagai macam ikan banyak yang hidup di perairan
tersebut, makadariitupotensiakankekayaanikantawarsangatbanyak,
sebabsekarangpemerintahtelahmencanangkanseluruhwarga Indonesia
dianjurkanuntukmengonsumsiikansebanyak-banyaknya, yaitu per tahunsetiap
orang dianjurkanmakanikansebanyak 28 kg.
Makadariitujugamembukapeluangusaha yang sangatbaikpadaprospekkedepannya
(Dewi, 2011).
2. Indonesia mempunyaipenduduk yang
semakinharisemakinbertambah. Peledakanjumlahpenduduktelahmembawaakib
at yang
cukupluasdiberbagaisegikehidupanmanusia. Berbagaiupayatelahditempuuntuk
meningkatkanperoduksipangan, dalamhalmemenuhikebutuhangizi,
terutamapadaberasaldarihewanidiantaranyapadaikan,
akibatnyapermintaanakanprodukperikanansemakinmeningkat, salahsatucara
yang
dapatdilakukanuntukmengatasipermasalahantersebutadalahmengembangkanus
ahabudidayaikan.Budidayaikansebenrnyasudah lama dikenal orang
namunmetode yang
digunakanmasihbersifattradisionalatausederhana. Untukmeningktkanproduksi

Universitas Sriwijaya
Kebutuhanikanbagimasyarakatsemakinpenting,
makawajarusahadibidangperikananterutamaikan air
tawarsangatdipacuuntukpengembangannya, pengembanganbudidayaikan air
tawarterusdiupayakanuntukmeningkatkankontribusipadapembangunanperikanan
di Indonesia dalamrangkauntukmemenuhiketersediaanbahanpangan protein
herwani.Peningkatanproduksiperikananmemerlukanpengembangansumberdayaala
m yang optimal.Pengembangansumberdayaalamtidakhanyaterbataspadarawa,
perairanpayaumaupunperairanlaut.Banyaknyapeminattentuharusdiimbangidengan
produksi yang mencukupi, sehinggapembudidayaannyaharusdilakukandenganbaik
(Mimit et. al, 2006).

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum dasar-dasar akuakultur adalah mengaplikasikan materi
yang diperoleh pada saat mata kuliah dasar-dasar akuakultur berlangsung di
lingkungan menerapkan prinsip dasar akuakultur.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Lele


MenurutSaanin (1984) dalamHilwa (2004), klasifikasiikanleleadalah :
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Ostarophysi
famili : Clariidae
genus : Clarias
spesies : ClariasBatrachus

gambar 2.1.1 ikan lele (ClariasBatrachus)


Ikanleleadalahsatujenisikan air tawar yang
termasukkedalamordiSiluriformesdandigolongkankedalamikanbertulangsejati.Lel
edicirikandengantubuhnya yang licindanpipihmemanjang, sertaadanyasungut yang
menyembuldaridaerahsekitarmulutnya.Ikanleleberwarnakehitamanataukeabuanme
milikibentukbadan yang memanjangpipihkebawah,
berkepalapipihdanmemilikiempatpasang kumis yang
memanjangsebagaialatperaba.Kanlelemem[unyaisirippunggung D.68-79, sirip
dada P.9-10, siripperut V.5-6 danjumlahsungutsebanyakempatpasang,
satupasangdiantaranylebihpanjangdanbesar. Sirip dada
dilengkpaidengansepasangduritajamataupatil yang memilikipanjangmencapai
40mm terutamapadaikanleledewasa, sedangkanpadaikanlele yang
sudahtuasudahberkurangracunnya.Panjangbaku 5-6 kali

Universitas Sriwijaya
tinggibadandanperbandinganantarapanjangbakudanpanjangkepalaadalah1 : 3-4.
Ukuranmata 1/8

panjangkepalanya.Giginyaberbentukvilivormdanmenempelpadarahang.
(Rahardjodanmuniarti, 1984).
MenurutPuspowardoyodanDjarijah (2002), morfologilelelokal
(Clariasbatrachus).Bentuktubuhmemanjang, agakbulat,
kepalagepengdanbatokkepalanyakeras, tidakbersisikdanberkulitlicin, mulutbesar,
warnakulitbadannyaterdapatbercak-bercakkelabusepertijamurkulitmanusia
(panu).IkanleledalambahasaInggrisdisebut pula catfish, siluroid, mudfish dan
walking catfish.8 Ciri-cirimorfologislelelainnyaadalahsungutnya.Sungutberada di
sekitarmulutberjumlahdelapanbuahatau 4 pasangterdiridarisungut nasal duabuah,
sungut mandibular luarduabuah, mandibular dalamduabuah,
sertasungutmaxilarduabuah.Ikanlelemengenalmangsanyadenganalatpenciuman,
leledumbojugadapatmengenaldanmenemukanmakanandengancararabaan
(tentakel) denganmenggerak-gerakansalahsatusungutnyaterutama mandibular
(Santoso, 1994). Lelemempunyailimabuahsirip yang terdiridarisirippasangan
(ganda) dansiriptunggal. Sirip yang berpasanganadalahsirip dada (pectoral)
dansiripperut (ventral), sedangkan yang tunggaladalahsirippunggung (dorsal),
ekor (caudal) sertasiripdubur (anal). Sirip dada
ikanleledumbodilengkapidenganpatilatautajitidakberacun.Patilleledumbolebihpen
dekdantumpulbiladibandingkandenganlelelokal (Santoso, 1994).

2.2. Habitat dan penyebaran ikan lele


Ikan lele merupakan jenis ikan air tawar dan dapat ditemukan di sungai,
rawa, sawah. Ikan lele sering bersembunyi di liang-liang tepi sungai tempat
habitat hidupnya. Ikan lele termasuk ikan yang aktif didasar, dimana hal tersebut
dapat dilihat dari bentuk mulutnya yang agak kebawah. Ikan lele idup di sungai-
sugai besar dan muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia, India dan
Myanmar. Ikan lele termasuk jenis ikan liar yang mudah beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan dan tumbuh normal dalam klam terbatas. Ikan lele mudah

Universitas Sriwijaya
untuk menyesuaikan diri dengan perairan tenang ataupu mengalir. Perubahan dari
parameter air secara nyata dapat diamati pada tingkah laku ikan (Amri,2002).
2.2. Kebiasaan Makan Ikan Lele
Ikan lele termasuk dalam golongan pemakan segalanya (omnivora), tetapi
cenderung pemakan daging (karnivora). Selain bersifat karnivorus, ikan lele juga
makan sisa-sisa benda yang membusuk. Ikan lele dapat menyesuaikan diri untuk
memakan pakan buatan. Makanan alami ikan lele yaitu binatang-binatang renik,
seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, Copepoda), cacing-cacing, larva
(jentik-jentik serangga), siput-siput kecil dan bangkai binatang. Meskipun
demikia, jika telah dibudidayakan misalnya dipelihara di kolam lele dapat
memakan pakan buatan seperti pellet, limbah peternakan ayam, dan limbah
peternakan lainnya. Lele merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan.
Artinya, hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-
hari akan disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini cepat besar (bongsor)
dalam masa yang singkat, pemberian pakan yang mengandung nutrisi tinggi untuk
menggenjot laju pertumbuhannya (Himawan, 2015).
Karena bersifat pemakan daging (karnivora) pakan tambahan yang baik untuk
lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan
banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya akan lambat. hewan ini juga
bersifat kanibalisme, suka memangsa jenisnya sendiri jika kekurangan pakan. lele
tidak segan-segan memakan kawannya sendiri yang berukuran kecil, oleh karena
itu jangan sampai terlambat memberinya makan. Sifat kanibalisme juga
ditimbulkan oleh adanya perbedaan ukuran Ikan lele yang berukuran besar akan
memangsa lele yang berukuran kecil. Pakan yang baik untuk ikan lele adalah
pakan tambahan yang mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan
banyak mengandung protein nabati, pertumbuhan akan lambat. Lele bersifat
kanibalisme, yaitu suka memakan jenis sendiri. Ikan lele mempunyai kebiasaan
makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder) (Tehasparagus, 2012).
2.4. Kualitas Air
Adapun kualitas air harus diperhatikan agar budidaya ikan lele berlangsung
dengan baik, kualitas air meliputi pH, DO, dan suhu sebagai berikut,
2.4.1. pH

Universitas Sriwijaya
pH (Power of Hydrogen) adalah keberadaan ion hidrogen di dalam perairan
yang menggambarkan derajat keasaman suatu perairan. Klasifikasi nilai pH
adalah sebagai berikut: pH = 7 : netral, 7 < pH < 14 : basa dan 0 < pH < 7: asam.
Banyak orang mengatakan bahwa pH sama dengan keasaman, padahal tidak.
Keasaman (asiditas) melibatkan dua komponen yaitu jumlah asam dan konsentrasi
ion Hidrogen. Pada dasarnya, asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air
untuk menetralkan basa hingga pH tertentu, yang dikenal dengan sebutan base-
neutralizing capacity (NBC), sedangkan pH hanya menggambarkan konsentrasi
ion Hidrogen. Nilai pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada
pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH makin tinggi pula
nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas (Mackereth,
1989 dalam Effendi, 2004).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai
pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Pada pH < 4, sebagian
besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah.
Namun alga Chlamydomonas acidophila masih dapat bertahan hidup pada pH
yang sangat rendah, yaitu 1 dan alga Euglena masih dapat bertahan hidup pada pH
1,6 (Effendi, 2004).
Untuk memenuhi syarat suatu kehidupan, air harus mempunyai pH sekitar 6,5-7,5.
Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH < 6,5
maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH > 7,5 maka
bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang
akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik yang sensitif terhadap
perubahan pH (Wardhana, 2004).
2.4.2 DO (Dissolved Oxygen)
Kandungan oksigen terlarut dalam suatu perairan merupakan salah satu
parameter kimia dalam menentukan kualitas air. Oksigen terlarut atau DO
(Disolvent Oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air.
Oksigen terlarut merupakan difusi antara tumbuhan laut dan hasil fotosintesis
fitoplankton (APHA,1989). Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi
oksigen yang terdapat di udara bebas. Tingkat kebutuhan oksigen dari tiap-tiap

Universitas Sriwijaya
perairan berbeda antara perairan satu dengan lainnya. Perairan tawar memiliki
kisaran oksigen terlarut antara 15 mg/L pada suhu 0 oC hingga 8 mg/L pada suhu
25 oC. Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor suhu dan cuaca serta jenis
organisme yang menempati perairan tersebut. Umumnya, kadar oksigen terlarut
dalam suatu perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/L (Widjowati, 1977).
Nilai DO yang seimbang untuk hewan budidaya adalah lebih dari 5mg/L. Jika
oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan stress pada ikan karena otak
ikan tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta kematian akibat kekurangan
oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat
oksigen yang terlarut dalam darah (Kordi, et al., 2007).

2.4.3. Suhu

Suhu air optimal dalampertumbuhanikanleleadalah 28ºC. Hal


tersebutterkaitdenganlajumetebolismenya (Tai et al., 1994). Suhu di
luarbatastertentuakanmengurangiseleramakanpadaikan. Berdasarkanpenelitian
yang dilakukanBritzdan Hecht (1987),
untukpembesaranbenihikanleledidapatbahwalajupertumbuhanikanleleakanbaikpad
asuhu 25º-33ºC dansuhu optimum 30ºC.Perubahansuhu air yang
drastisdapatmematikan biota air karenaterjadiperubahandayaangkutdarah.
Suhuberkaitandengankonsentrasioksigenterlarutdalam air
dankonsumsioksigenhewan air. Pertumbuhandankehidupan biota air
sangatdipengaruhisuhu air. Kisaransuhu optimal bagikehidupan di
perairantropisadalahantara 28−320C.
Padakisarantersebutkonsumsioksigenmencapai 2,2 mg/l berattubuh-jam.
Dibawahsuhu 250C, konsumsioksigenmencapai 1,2 mg/l berattubuh-jam.
Padasuhu 18−250C,
ikanmasihdapatbertahanhiduptetapinafsumakannyamulainurun. Suhu air 12−180C
mulaimembahayakanikan, sedangkansuhudibawah 120C
akanmenyebabkanikantropismatikedinginan (Kordi, 2010).

SuhuperairanmemegangperanpentingdalamkaitannyadenganpertumbuhanikanNila
. Suhu air

Universitas Sriwijaya
sangatberpengaruhterhadapsifatfisikakimiaperairanmaupunsifatfisiologiikan.
Selainitupengaruhsuhuterhadappertumbuhanikanjugabergantungkepadainteraksik
onsumsipakandanmetabolisme.
Kenaikansuhudalamsuatuperairanakanmenaikkanlajumetabolismedalamtubuhsehi
nggakebutuhanoksigenlebihkritisdalam air yang bersuhutinggidibandingkan air
yang suhunya relative rendah (Raharjo, 2004).

PadaSuhu yang turunmendadakakanterjadidegenarasiseldarahmerahsehingga


proses respirasimengganggu. Selainitu,
suhurendahdapatmenyebabkanikantidakaktif,
bergerombolsertaikantidakmauberenangdanmakansehinggaimunitasnyaterhadappe
nyakitberkurang. Sebaliknyapadasuhu yang
meningkattinggimengakibatkanikanaktifbergerak,
tidakmauberhentimakandanmetabolismenyacepatmeningkatsehinggakotorannyam
enjadilebih 10 Universitas Sumatera Utara banyak.
Sementarakebutuhanoksigenmenjadinaik, padahalketersediaanoksigenpada air
yang
burukakanberkurangsehinggaikanakanmengalamikekuranganoksigendalamdarah
(Panjaitan, 2004).

Kecepatanreaksiakanmeningkatseiringdenganmeningkatnyasuhusampaibatassuhu
optimum danapabila di atassuhu optimum enzim-
enzimtersebutakanmengalamidenaturasisehinggatidakdapatmenghasilkanproduk.
Pertumbuhanakanterjadiapabilaterdapatkelebihanenergisetelahenergi yang
dihasilkantersebutdikurangidenganenergi yang
digunakanuntukseluruhaktivitashiduptermasukenergi yang hilanglewatfesesdan
urine. Kelebihanenergitersebutakandigunakanuntukmembangunjaringanbaru yang
berakibatpadapertumbuhan (Taufik et. al., 2009).

Suhumemeberikanpengaruh yang nyatapadapenggunaanenergiuntukpertumbuhan.


Peningkatansuhuakanmeningkatkankebutuhanpakankarenaikanakanbergeraklebih
aktif.
Meningkatnyajumlahpakanikanakanmenyebabkanmeningkatnyalajupertumbuhani
kan. Selanjutnyasuhu yang

Universitas Sriwijaya
lebihtinggikonversimakanannyamenjadidaginglebihefisiendibandingkanpadasuhu
yang lebihrendah (Zonneveld et, al., 1991).

2.5. Penggaraman (Definisi, Fungsi, Jenis, dan Dosis)

Penggaraman merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengawetkan


produk hasil perikanan dengan menggunakan garam (NaCl). Pada proses
penggaraman, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi kadar air dalam
tubuh ikan dan dalam tubuh bakteri sehingga bakteri tidak dapat hidup dan
berkembang lagi. Istilah penggaraman juga sering disebut pengasinan. Teknologi
penggaraman biasanya tidak digunakan sebagai metode pengawetan tunggal,
tetapi masih dilanjutkan dengan proses pengawetan lain seperti pengeringan
ataupun dengan perebusan. Proses lanjutan ini akan menghasilkan tiga macam
produk ikan asin yang berbeda, yaitu: ikan asin basah, ikan asin kering dan ikan
asin rebus (ikan pindang).Metode pengawetan dengan garam merupakan metode
yang paling sederhana dan banyak dilakukan oleh pengolah ikan. Hampir 65%
produk perikanan masih diolah dan diawetkan dengan penggaraman. Hal ini
menyebabkan produk ikan asin merupakan produk yang mudah dijumpai di
seluruh wilayah Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa metode penggaraman
merupakan metode pengawetan ikan yang banyak dilakukan, antara lain:

a. Teknik penggaraman merupakan teknik yang sederhana dan dapat


dilakukan oleh semua orang.

b. Teknik penggaraman merupakan teknik yang murah dilihat dari segi


biaya produksi.

c. Hasil olahan penggaraman yang dikombinasikan dengan pengeringan


mempunyai daya awet/daya tahan yang lama dan tidak memerlukan
perlakuan khusus sehingga pemasarannya sangat luas.

d. Produk ikan asin harganya murah sehingga dapat dijangkau oleh semua
lapisan masyarakat.

Universitas Sriwijaya
Fungsi dilakukan penggaraman yaitu untuk pengawetan pada ikan dan
menambah cita rasa. Metode penggaraman kering menggunakan kristal garam
yang dicampurkan dengan ikan. Pada umumnya, ikan yang berukuran besar
dibuang isi perut dan badannya dibelah dua. Dalam proses penggaraman ikan
ditempatkan didalam wadah yang kedap air. Ikan disusun rapi dalam wadah
selapis demi selapis dengan setiap lapisan ikan ditaburi garam. Lapisan paling atas
dan paling bawah wadah merupakan lapisan garam. Garam yang digunakan pada
proses penggaraman umumnya berjumlah 10 % - 35 % dari berat ikan
yangdigarami. Pada waktu ikan bersentuhan dengan kulit / daging ikan (yang
basah/berair), garam itu mula-mula akan membentuk larutan pekat. Larutan ini
kemudian akan meresap kedalam daging ikan melalui proses osmosa. Jadi, kristal
garam tidak langsung menyerap air, tetapi terlebih dahulu berubah jadi larutan.
Semakin lama larutan akan semakin banyak dan ini berarti kandungan air dalam
tubuh ikan semakin berkurang. Penggaraman basah menggunakan larutan garam
30 - 35 % (dalam 1liter air terdapat 30 – 35 gram garam). Ikan yang akan
digaramidimasukkan kedalam larutan garam tersebut, kemudian bagian atas
wadah ditutup dan diberi pemberat agar semua ikan terendam. Lama waktu
perendaman tergantung pada ukuran ketebalan tubuh ikan dan derajat keasinan
yang diinginkan. Dalam proses osmosa, kepekatan larutan garam akan semakin
berkurang karena adanya kandungan air yang keluar dari tubuh ikan, sementara
itu molekul garam masuk kedalam tubuh ikan. Proses osmosa akan berhenti
apabila kepekatan larutan diluar dan didalam tubuh ikan sudah seimbang. Kench
Salting pada dasarnya, teknik penggaraman ini sama dengan pengaraman kering
(dry salting) tetapi tidak mengunakan bak atau wadah penyimpanan. Ikan
dicampur dengan garam dan dibiarkan diataslantai atau geladak kapal, larutan air
yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang. Kelemahan dari cara ini adalah
memerlukanjumlah garam yang lebih banyak dan proses penggaraman
berlangsung sangat lambat. Ada dua metode pengeringan yang biasa dilakukan
yaitu: Pengeringan alami dan pengeringan mekanis. Keuntungan pengeringan
alami antara lain adalah tidak memerlukan peralatan dan keterampilan khusus
tetapi memiliki kelemahan yaitu membutuhkan tempat yang luas serta waktu
pengeringan (suhu) sulit dikendalikan. Keuntungan pengeringan mekanis antara

Universitas Sriwijaya
lain: waktu pengeringan (suhu) dapat dikendalikan dan tidak memerlukan tempat
yang luas. Kelemahan pengeringan mekanis antara lain membutuhkan sarana dan
keterampilan khusus. Pengeringan mekanis memiliki beberapa keunggulan
sebagai berikut :

1. Ketinggian suhu, kelembaban dan kecepatan udara mudah diatur

2. Sanitasi dan higiene lebih mudah dikendalikan

3. Tidak memerlukan tempat yang luas

4. Waktu pengeringan menjadi lebih teratur (tidak terpengaruh oleh adanya


musim hujan.

2.6. Jenis-jenis Kolam Pemeliharaan

Secara keseluruhan usaha perikanan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu


usaha memproduksi hasil perikanan, usaha memproses produksi hasil perikanan,
dan usaha memasarkan hasil perikanan. Adapun usaha memproduksi hasil
perikanan air tawar meliputi kegiatan penangkapan di perairan umum seperti
danau dan sungai, rawa erta kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di dalam
kolam. Usaha pemeliharaan atau lebih dikenal dengan usaha budidaya (kultur) ini
terdiri dari kegiatan pembenihan dan pembesaran.
Pembenihan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan benih
hingga berukuran tertentu. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan pemeliharaan
induk, pengawinan atau pemijahan, perawatan telur hingga penetasan, perawatan
benih yang baru menetas, perawatan benih hingga berukuran tertentu (Heru,1995)
Sementara kegiatan pembesaran lebih banyak untuk memperoleh ikan
berukuran konsumsi atau untuk menjadi induk kembali. Dengan demikian,
kegiatan pembesaran sebagai kegiatan lanjutan dari pembenihan. Begitu pula
sebaliknya, pembenihan adalah tindak lanjut dari pembesaran.Atau bisa dikatakan
sebagai pola mata rantai.
Sepintas sudah dapat dibayangkan bahwa pembenihan lebih banyak

Universitas Sriwijaya
membutuhkan jumlah kolam. Setiap kegiatan pembenihan mempunyai ciri dan
keistimewaan tersendiri sehingga membutuhkan kolam dan perlakuan yang
tersendiri pula. Sementara pembesaran hanya membutuhkan satu jenis kolam
(pembesaran) yang agak luas.
Dalam budidaya ikan, dikenal berbagai jenis kolam berdasarkan fungsinya, yang
sangat berpengaruh terhadap proses produksi dan kelangsungan usaha
( Susanto,1995 )

2.6.1. Kolam Tanah

Kolam tanah adalah salah satu media pembudidayaan ikan termasuk ikan
lele yang dibuat dengan bahan utama tanah yang digali. Cara budidaya ikan lele di
kolam tanah juga relatif mudah. Pembuatan kolam tanah sebaiknya melihat dulu
jenis tanahnya, apakah mudah menyerap air atau tidak. Untuk kolam tanah
sebaiknya dibuat pada jenis tanah yang tidak mudah menyerap air. Kolam tanah
tidak bisa dibuat pada tanah yang berpasir, tanah berporous, dan tanah galian.
Kelebihan dari kolam tanah pun bermacam-macam, diantaranya ,ketersediaan
pakan alami pada kolam tanah akan lebih banyak. karena tanah merupakan
tempat tumbuhnya mikroorganisme yang bisa untuk pakan tambahan lele,yang
kedua biaya dalam pembuatan kolam tanah relatif lebih murah dibandingkan
dengan kolam jenis lain.Selain itu pada kolam tanah, proses perombakan sisa
pakan dan metabolisme bisa terjadi secara alami dan kolam tanah bisa dan
gampang untuk dialihfungsikan, misalnya menjadi sawah.Namun dibalik banyak
kelebihan tersebut, terdapat beberapa kekurangan dari kolam tanah. Salah
satunya adalah kolam tanah rentan bocor. Kebocoran rentan terjadi pada tanggul
kolam sehingga peteranak harus telaten dalam merawatnya. Debit air yang masuk
ke dalam kolam pun sulit di kontrol serta hewan predator di dalam kolam sulit
untuk terdeteksi.( Fajri,2017)

Universitas Sriwijaya
Sebelum memulai budidaya ikan lele di kolam tanah, perlu ada hal yang
diperhatikan mulai dari kolam, pakan, hingga masa panen. Namun hal utama yang
harus dipersiapkan tentunya adalah kolam. Berikut persiapan dan cara dalam
membuat kolam tanah.Sebelum menuju ke proses penggalian, pastikan lokasi
untuk pembuatan kolam tanah telah bersih dari sampah. Selanjutnya mulailah
menggali tanah dengan ukuran 5 x 3 meter dengan kedalaman 80 – 150 cm.
Penggalian tanah bisa dilakukan menggunakan cangkul atau alat modern. Tanah
hasil galian jangan dibuang, sebaiknya jadikan tanah hasil galian sebagai tanggul.
Tanggul di buat di pinggiran kolam dengan lebar dan kuat agar nantinya kolam
tidak mudah bocor. Jangan lupa untuk memberikan salah satu pipa pengeluaran air
di salah satu sudut tanggul kolam agar air tidak meluap. Jangan lupa untuk
membuat kemalir atau parit di tengah kolam dengan ukuran lebar 40 cm dan
kedalaman 20 cm. Pembuatan kemalir ini bertujuan untuk memudahkan saat lele
akan dipanen.Setelah proses penggalian kolam selesai, maka kolam harus
dikeringkan terlebih dahulu. Keringkan kolam di bawah sinar matahari selama 3 –
7 hari. Pastikan kolam harus benar-benar kering, tandanya adalah dengan melihat
tanah di dasar kolam yang retak-retak. Proses pengeringan ini berfungsi untuk
membunuh segala bakteri yang ada di tanah kolam yang bisa menimbulkan bibit
penyakit bagi ikan lele. Selain itu gas-gas beracun yang terperangkap di dalam
tanah akan menguap hilang jika terpapar sinar matahari. Setelah tanah dasar
kolam dipastikan benar-benar kering, proses selanjutnya adalah penggemburan
tanah. Tanah digemburkan atau di bajak (di balik) menggunakan cangkul dengan
kedalaman sekitar 10 cm. Tanah yang gembur mudah ditumbuhi mikroorganisme
baik.Apabila tanah dasar kolam sudah digemburkan, maka harus dilakukan proses
penebaran kapur. Proses pengapuran berfungsi untuk menyeimbangkan tingkat
keasaman atau pH pada tanah. Taburkan kapur tohor dengan dosis 50 – 200
gram/m2. Semakin asam tanah, maka jumlah kapur tohor yang ditaburkan pun
semakin tinggi. Setelah kapur ditaburkan, aduk-aduk dengan tanah yang telah
gemburkan sampai tercampur rata dan biarkan hingga 7 hari. (Indriah,2015)

Universitas Sriwijaya
2.6.2. Kolam Terpal

Wadah budidaya ikan kolam terpal pada dasarnya wadah budidaya ikan di kolam
terpal adalah solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan yang sempit, modal
yang tidak terlalu besar dan solusi untuk daerah yang minim air. Kolam terpal
adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal.
Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah
maupun kolam beton. Terpal yang dibutuhkan untuk membuat kolam ini adalah
jenis terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres
sehingga tidak terjadi kebocoran.Teknologi budidaya ikan dengan kolam terpal
antara lain adalah untuk meningkatkan pemanfaatan lahan kering yang biasanya
digarap sekali setahun dengan komoditas tertentu saja menjadi lahan produktif
sepanjang tahun dengan komoditasnya beraneka ragam,meningatkan pendapatan
petani/pengelolanya dengan melakukan beberapa diversifikasi usaha antara lain
budidaya ikan, peternakan dan budidaya tanaman dalam satu unit
lahan,meningkatkan pendapatan petani/pengelola karena kolam terpal sangat
efektif dan efisiensi dan dapat disinergikan dengan kegiatan lainnya,dapat
menghemat air karena terpal adalah bahan yang kedap air,menghemat biaya
produksi dengan memanfaatkan pakan alami berupa sayurdan dedaunan yang ada
disekitarnya menghemat pupuk untuk pertanian karena air buangan limbah dan
kegiatan budidaya ikan mengandung pupuk organik.(Azwar ,2009)

Adapun sumber air digunakan sumur galianAir yang ada di dalam terpal
digunakan untuk memelihara ikan lele dumbo. Sisa buangan/limbah tendon sudah
melalui proses penyuburan secara alami dari hasil metabolisme ikan, hancuran
pakan ikan berupa dedaunan dan kotoran ayam yang ada di atas kolam dialirkan
pada lahan pertanian merupakan air yang mengandung pupuk organic yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman.Teknologi budidaya ikan dengan menggunakan plastic
atau terpal sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat perikanan, di
beberapadaerah sudah banyak diterapkan teknologi kolam plastik. Ada beberapa
perbedaan kolam terpal yang lazim digunakan pada umumnya yaitu terletak pada
lokasi dan kegunaannya. Tendon air yang kini diterapkan bisa digunakan pada

Universitas Sriwijaya
lahan kering dengab pemanfaatan limbah buangan atau limpasan airnya dapat
digunakan untuk mengairi lahan pertanian. Teknologi tendon air ini disinergikan
dengan kegiatan pertanian hortikultura yang dapat menghasikan produk pertanian
yang tinggi dan ramahlingkungan,berawal dari penerapan konsep pertanian
terpadu (integrated farming) dilahan marginal (kering), dimana dalam satu unit
lahan pertanian dapat diaplikasikan beberapa kegiatan antara lain kegiatan
pertanian tanaman pangan,kegiatan budidaya perikanan (pembesaran lele) dan
kegiatan peternakan dengan memelihara ayam diatas kolam terpal atan dikenal
LONGYAM (kolong ayam).Semua sub kegiatan merupakan mata rantai yang
saling terkait dan saling membutuhkan (bersimbiosis) satu sama lainnya.
Penerapan pertanian terpadu terutama pada lahan yang kekurangan air sangat
bermanfaat bagi petani dan memberikan keuntungan ganda,keunggulan teknologi
kolam terpal/tendon air,dapat diaplikasikan pada lahan kering,mudah dan murah
dilakukan oleh petani ( Sobari,2010).

2.6.3. Kolam Beton

Secara umum kolam budidaya dibedakan menjadi kolam permanen dan kolam
semipermanen,diantara satu dengan yang lain tidak ada yang lebih baik, apapun
yang dipilih, sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
lingkungan.Kolam semen adalah kolam yang bagian dasar kolam dan
pematangnya di beton sehingga tidak mudah rusak (permanen). Untuk kolam ini
umumnya denganluasan 100 m², lebar pematang cukup dibuat dengan lebar 30-40
cm dengan ketinggian 1-1,5 m, dan ketinggian air 60-100 cm.,kolam semen ini
bersifat permanen sehingga untuk kegiatan budidaya ikan dalam jangka waktu
panjang sangat cocok untuk diterapkan. Ada beberapa faktor mengapa kolam
semen dipilih dalam melakukan kegiatan budidaya, yaituKolam ini bersifat
permanen sehingga untuk kegiatan budidaya ikan dalam waktu jangka panjang
sangat cocok untuk diterapkan . Adapun beberapa faktor mengapa kolam semen
atau beton dipilih dalam kegiatan budidaya ikan yaitu,keadaan tanah/lingkungan
tidak memungkinkan atau kurang sesuai untuk dibuat kolam tanah, sistem
pemeliharaan yang dipilih.,kolam semen memiliki sebutan kolam solid, karena
kolam ini secara keseluruhan baik dinding maupun dasar kolam terlapisi bahan

Universitas Sriwijaya
solid yang air seperti semen, batu cetak, fiber, kaca ataupun logam anti karat. Air
dalam kolam ini tidak bersentuhan langsung dengan tanah bebas/bumi.
(Anisya,2010)

Kelebihan dan kekurangan dari kolam semen merupakan salah satu opsi
yang digunakan dalam pemeliharaan kultivan. Kolam semen memiliki kelebihan
yaitu sebagai berikut.1.Air kolam dapat dibiarkan melewati atau di atas
permukaan tanah, sehingga air tidakmerembes.Penggunaan relatif lebih lama
yakni mampu bertahan hingga 5-10 tahun, sistem pengairan dapat dibuat dengan
baik, untuk memaksimalkan sirkulasi air, pengeringan kolam dan juga
perawatan,kolam tidak mudah rusak, terkikis maupun berlubang, perawatan
kolam yang lebih mudah,ukuran kolam yang lebih tepat, presisi dan lebih flexible
dalam bentuk, sesuai dengankebutuhan,kolam terlihat lebih rapi,proses
pengeringan kolam lebih cepat (1-2 hari),relatif lebih aman dari predator dan
kompetitor alami, sedangkan kekurangan dari kolam semen yaitu sebagai
berikut,biaya pembuatan kolam yang relatif, bersifat permanen, jadi tidak bisa
dipindah-pindah,pertumbuhan plankton dan hewan renik pada kolam solid tidak
dapat mencapai dari tingkatan optimal dikarenakan media yang tidak alami,lokasi
dari pembuatan kolam semen,manapun selama mencukupi untuk dibuat kolam.
Konstruksi kolam semen yang perlu diperhatikan adalah tidak mudah pecah atau
retak. Kolam semen dapat dibuatdiatas tanah yang baik maupun poros tergantung
keinginan,bentuk kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan ada
beberapa macam antara lain adalah kolam berbentuk segi empat/empat persegi
panjang, berbentuk bujur sangkar, berbentuk lingkaran atau berbentuk
segitiga,bentuk dari kolam ikan yang ideal untuk pemeliharaan adalah empat
persegi panjang dengan ukuran berkisar 100-500 m, dengan kedalam kolam
berkisar 1-1,5 m dengan setiap sudut tidak diruncingkan agar kotoran tidak
menumpuk pada sudut kolam dan memiliki monik (pintu) inlet dan outlet.
(Bachtiar 2010 ).

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-dasar Akuakultur dilaksanakan pada tanggal 8 Februari
2020, Pukul 07.30 WIB sampai dengan selesai pemanenan, di Kolam Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Dasar-dasar Akuakultur
sebagai berikut, yaitu cangkul, ember, terpal. Bahan yang digunakan yaitu benih
ikan lele (Clarias batrachus) sebanyak 50 ekor, air, pakan pellet.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja praktikum yang dilakukan dalam praktikum Dasar-dasar
Akuakultur sebagai berikut:

3.3.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan


Persiapan dimulai dengan mempersiapkan wadah pemeliharaan.
Pemeliharaan berupa terpal dengan ukuran 1×1×1 m³ yang dipasang rangka
bambu yang dibentuk 1×1×1 m³ dengan kedalaman air di dalam jaring adalah
sekitar 70-80 cm atau berupa akuarium 30×30×30 cm³ diisi dengan 20 liter air.

3.3.2. Penebaran
Padat tebar ikan disesuaikan dengan jenis ukuran dan target lama waktu
pemeliharaan ikan nya benih. Ikan yang akan ditebar terlebih dahulu perlu
dilakukan proses aklimatisasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stres
ikan yang dipelihara. Prosedur aklimatisasi benih ikan yaitu memasukkan benih
ikan yang masih berada di dalam kantong plastik ke dalam air tempat
pemeliharaan. Kantong plastik dibuka, lalu dimasukkan air tempat pemeliharaan
sedikit demi sedikit hingga benih terlihat sudah dapat beraktivitas normal. Benih
ikan tersebut dibiarkan keluar sendirinya.

3.3.3. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan

Universitas Sriwijaya
Sebelum dilakukan pemeliharaan ikan, terlebih dahulu dipuasakan selama
24 jam kemudian dilakukan penimbangan dan pengukur berat dan panjang tubuh
ikan sebagai data awal. Ikan ditebar sebanyak 1 ekor per 2 liter (media tergantung
ukuran ikan yang dipelihara). Pakan diberikan 3 kali sehari (pukul 08.00, 12.00,
dan 16.00) sebanyak 3% dari total bobot ikan. Pakan yang diberikan selama
pemeliharaan dihitung untuk mengetahui nilai konversi pakan dan pemeliharaan
dilakukan selama 30 hari.

3.3.4. Parameter yang Diamati


Dalam menentukan pertumbuhan ikan maka diperlukan data awal panjang
atau bobot ikan awal dan data panjang atau bobot ikan pada waktu tertentu, di
mana dihitung pertumbuhan bobot mutlak pertumbuhan panjang laju pertumbuhan
spesifik atau spesifik growth rate, serta dihitung kelangsungan hidup atau Survival
rate, nilai konversi pakan atau food conversion rate.

3.3.5. Parameter Kualitas Air


Parameter kualitas air yang diukur pada praktikum dasar-dasar akuakultur
ini yaitu meliputi suhu dengan termometer, oksigen terlarut dengan DO meter, PH
dengan lakmus dan PH meter, dan amonia dengan spektrofotometer. Pengukuran
suhu dan PH dilakukan setiap hari, sedangkan oksigen terlarut dan amonia pada
awal dan akhir pemeliharaan.

3.3.6. Analisis Data


Hasil percobaan dijabarkan menggunakan statistik deskriptif terhadap
parameter uji seperti pertumbuhan bobot dan panjang mutlak (BM dan PM), laju
pertumbuhan spesifik kelangsungan hidup (SGR), laju konversi pakan (FCR), dan
kualitas air selama pemeliharaan berupa suhu, oksigen terlarut, pH, dan amonia.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapat dalam praktikum Dasar-dasar
Akuakultur adalah sebagai berikut,
1. Benih ikan lele akan banyak yang mati karena telat memberikan pakan,
kurangnya pengontrolan kualitas air, dan adanya penyakit.
2. Pemberian pakan ikan lele ( Clarias sp. ) dilakukan dengan metode
adsatiation yaitu pakan diberikan sekenyang-kenyangnya.

4.2. Saran
Seharusnya praktikan selalu memberi pakan ikan lele secara rutin serta
mengontrol pH dan suhu air kolam. Praktikan dalam kelompok harus memiliki
hubungan yang baik agar tidak terjadi miss komunikasi. Praktikan juga
seharusnya jangan egois, jangan ngobrol ketika asisten sedang menyampaikan
materi. Kemudian, praktikan harus jujur dalam responsi dan memberi bukti
pemberian pakan berupa foto terhadap asisten. Selanjutnya, seharusnya kolam
Budidaya Perairan terletak di area jurusan agar pemberian pakan dilakukan
dengan optimal, karena jarak antara jurusan dengan kolam belakang terletak agak
berjauhan. Lalu, untuk asisten diharapkan agar selalu mengkoordinir praktikan
agar tetap jujur, disiplin, dan memiliki rasa kekeluargaan dalam setiap kelompok.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai