Anda di halaman 1dari 22

INTRODUKSI DAN DOMESTIKASI IKAN BUDIDAYA

Pemijahan pada Lobster Air Tawar ( Cherax quadricarinatus )

Disusun oleh :

Yulia Sri Dewi Padusi


26020117130087

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Vivi Endar H., S.Pi, M.Si.

AKUAKULTUR – C

DEPARTEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lobster air tawar sebagai salah satu komoditas baik pada perikanan
budidaya maupun hasil tangkapan sungai. Permintaan yang semakin tinggi
membuat ketersediaan lobster tidak dapat mencukupi, belum lagi lobster dari
tangkapan alam yang terus-menerus diambil sehingga ketersediaan lobster air
tawar di alam semakin sedikit, hal ini berdampak langsung pada ketersediaan
benih lobster air tawar di alam semakin sedikit pula, jika hal ini terjadi terus-
menerus tanpa ada usaha regulasi lobster air tawar, maka bukan tidak mungkin
jika nantinya lobster air tawar menjadi komoditas yang langka. Usaha untuk
meningkatkan ketersediaan lobster air tawar tanpa mengganggu atau merusak
ketersediaan lobster air tawar di alam, maka usaha satu-satunya adalah dengan
cara melakukan usaha pembenihan. Usaha pembenihan lobster membuat peluang
benih lobster dapat hidup lebih besar dibandingkan benih lobster dari alam.
Lobster air tawar memiliki kandungan nutrisi dan rasa gurih tidak kalah
dengan lobster air laut, serta lebih mudah dibudidayakan dibandingkan udang
windu maupun udang galah. Kunci dari kesuksesan pembenihan lobster adalah
tercukupinya secara kualitas dan kuantitas pada pakan dan media air serta sarana
prasarana yang mendukung daya tetas dan kelulushidupan benih hingga menjadi
lobster ukuran konsumsi atau ukuran permintaan pasar. al ini diperkuat oleh
Sidharta et al. (2018) yang menyatakan bahwa kualitas air sangat mempengaruhi
keberhasilan bagi lobster air tawar saat pematangan gonad, fekunditas, serta
derajat penetasan. kualitas air yang buruk dapat menyebabkan rontoknya telur
lobster air tawar saat dibawa oleh induk betina atau dierami.
Lobster air tawar memiliki sifat kanibalisme yang sangat tinggi, bahkan
induk lobster tidak segan-segan memakan anaknya atau benih lobster yang baru
menetas untuk mempertahankan hidupnya dari kelaparan setelah memijah. Hal ini
menjadi masalah besar pada tingkat kelulushidupan benih hingga untuk
pertumbuhan. Maka perlu diketahui teknik-teknik pemijahan yang benar untuk
memaksimalkan hasil telur, daya tetas telur, kelulushidupan benih agar mampu
bertahan hidup hingga dewasa tanpa di mangsa. Hal yang perlu diperhatikan
adalah teknik pemijahan yang meminimalisir induk memakan anak atau benihnya
sendiri serta pemberian pakan bagi lobster yang baru menetas dan membutuhkan

1
pakan untuk segera diberi pakan. Pakan yang dibutuhkan umumnya berupa pakan
alami belum mampu menunjang pertumbuhan. Hal ini diperkuat oleh Putri et al.
(2019) yang menyatakan bahwa masalah yang dihadapi pada budidaya lobster air
tawar belum maksimal baik dari pakan alami maupun pakan buatan meskipun
dengan protein tinggi dengan dosis berkisar 3-15% bahkan dengan pemberian
secara ad libitum.
Khusus bagi induk, kandungan pakan selain protein ketersediaan lemak juga
dibutuhkan untuk perkembangan gonad, lemak ini nantinya akan menjadi sumber
energi sementara bagi lobster yang baru menetas. Kesuksesan pemijahan harus
diimbangi pula oleh teknik pemijahan dan penunjang pemijahan dan pembenihan
seperti pakan dan kualitas air. Induk lobster air tawar yang berkualitas adalah
memiliki fekunditas yang tinggi, bisa bertelur beberapa kali, dan menghasilkan
benih berukuran besar dan sehat. Kendala pembenihan adalah kurangnya pakan
bagi induk dan umumnya hanya bisa dibuahi dua kali dalam setahun ( Sidharta et
al., 2018 ).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi, morfologi, anatomi dari lobster air tawar ?
2. Bagaimana teknik pemijahan pada lobster air tawar ?
3. Apa media yang diperlukan dalam pembenihan lobster air tawar ?
4. Apa pakan yang digunakan bagi benih lobster air tawar ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian, Taksonomi , Morfologi, dan Habitat
2.1.1. Pengertian
Lobster air tawar memiliki morfologi yang hampir mirip seperti
udang, oleh karena itu lobster air tawar termasuk genus dari kelompok udang atau
crustacea. Terlihat mirip dengan lobster air laut namun jenis ini hanya mampu dan
ditemukan pada perairan tawar, seperti di danau, sungai, dan rawa. Lobster yang
ditemukan di alam atau habitat aslinya, biasanya ditemukan dibawah benda-benda
sepertu bebatuan atau celah-celah akar tumbuhan berkayu. Berdasarkan
penyebaran lobster air tawar yang ada di dunia, lobster air tawar terbagi dalam
tiga famili, yaitu astacidae, cambaridae,dan parastacidae. famili astacidae dan
cambaridae banyak tersebar pada bagian bumi utara seperti Eropa dan Amerika.
Famili yang banyak ditemukan di bumi selatan seperti Indonesia dan Australia

2
adalah famili parastacidae. Terdapat 47 spesies lobster air tawar yang diketahui.
Meskipun beberapa spesies lobster air tawar yang popular berasal dari Australia
dan Amerika, Indonesia juga memiliki daerah sebagai asal dari lobster air tawar
yaitu aliran sungai-sungai di Lembah Baliem, Papua. Lobster air tawar mulai di
budidayakan di Indonesia sejak tahun 2000, hingga saat ini ( Djunaidi et al, 2015 )
2.1.2. Taksonomi
Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus ) diklasifikasikan sebagai
berikut: Phylum : Arthropoda; Klas : Crustacea; Ordo : Decapoda; Family :
Parastacidae; Genus : Cherax Species : Cherax quadricarinatus/ red claw.
2.1.3. Morfologi
Lobster air tawar merupakan genus Cherax, diketahui dari tubuh lobster
air tawar dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu sefalotoraks merupakan bagian
kepala hingga dada dan abdomen merupakan bagian perut atau badan.
Sefalotoraks pada Cherax memiliki beberapa bagian, antara lain: sepasang antena,
sepasang antelulla, sepasang maksila, mandibula, maksilipedia, serta 4 pasang
kaki jalan atau pereipoda. Bagian abdomen terdapat 6 pasang kaki renang atau
pleopoda , 2 pasang ekor sampir atau uropoda, dan satu buah telson. Cherax
memiliki capit yang besar dan kokoh, serta rostrum membentuk segitiga yang
meruncing pada bagian belakang. Cherax ( lobster air tawar ) hanya memiliki
kerangka luar dan tidak memiliki kerangka dalam. Rangka penutup sefalotoraks
terbuat dari zat tanduk (kitin) yang sangat tebal. Kitin mengandung molekul-
molekul nitrogen polisakarida yang dikeluarkan oleh epidermis, kitin dapat
mengelupas untuk mengganti dengan kitin yang baru agar menyesuaikan dengan
ukuran tubuh yang terus membesar atau tumbuh. Karapas berfungsi untuk
melindungi organ tubuh dalam, seperti insang dan alat pencernaan. Alat
pencernaan pada lobster air tawar antara lain yaitu: hepatopankreas, jantung, dan
organ reproduksi. Sebagian besar organ dalam lobster berada pada sefalotoraks,
sedangkan pada abdomen berisi otot dan usus yang memanjang dari sefalotoraks
hingga ujung abdomen.
Moulting atau pergantian kulit / rangka tidak hanya terjadi saat pertumbuhan
badan yang semakin besar, namun juga terjadi pada masa pemijahan. Moulting
memiliki tiga tahap, yaitu : Pramoulting – Moulting – Pascamoulting.

3
 Tahap pramoulting memiliki ciri-ciri menurunnya nafsu makan, kulit kepala
terangkat sebagai bagian awal terlepasnya kulit atau rangka. Moulting terjadi jika
tubuhnya mulai lebih besar daripada kulitnya.
 Tahap moulting terjadi saat kulit akan lepas dari tubuh lobster. Tahap ini
merupakan kondisi terlemah bagi lobster karena kehilangan penutup atau
pelindung tubuhnya, tahap ini lobster perlu diberi tempat sebagai perlindungan
dari sesama lobster yang dapat memangsanya karena kondisi tubuh yang lemah
dan lunak. Kecepatan terlepasnya kulit tergantung ukuran, bagi lobster dewasa
atau induk lobster membutuhkan waktu 3-4 menit.
 Tahap pascamoulting merupakan fase pembentukan kulit lobster kembali,
tahap ini merupakan tahap paling lama, yaitu beberapa hari, pada bagian bawah
lobster terlihat menonjol dengan bentuk setengah bola dan berwarna putih.
Tonjolan ini disebut gastrolith. Gastrolith berisi kalsium sebagai bahan untuk
pembentukan kulitnya kembali.
Induk lobster baik jantan maupun betina mengalami moulting baik saat akan
memijah maupun setelah memijah. Menurut Khalil et al. (2019), menyatakan
bahwa induk lobster betina mengalami 2 kali moulting sebelum mengerami telur
dan 1 kali moulting setelah menetaskan telur. Induk jantan mengalami 3 kali
moulting sebelum perkawinan dan 2 kali moulting setelah melakukan perkawinan.
Larva lobser mengalami moulting pertamanya pada umur 1 minggu sebanyak 1-2
kali dalam sebulan.
Ketika lobster moulting, lobster akan segera mencari tempat persembunyian
dengan cara menggali atau berlindung di benda yang dapat menutupi lobster dari
pemangsaan sesama lobster lainnya. Maka saat pemijahan perlu dipisahkan antara
lobster yang sedang molting. Benda yang dapat digunakan untuk membantu
perlindungan lobster saat moltng adalah pipa atau pralon, batu koral, batu bata,
atau mesh. Tempat Perlindungan dapat memberikan pengamanan bagi lobster
pada saat berganti kulit, udang akan bersembunyi dan berdiam diri di tempat
tersebut untuk menghindari serangan udang lain agar dapat menghemat energi
dalam pertumbuhan ( Djunaidi et al. 2015 )

4
2.1.4. Habitat
Habitat asli lobster air tawar dapat diketahui dari tempat mana lobster
ditemukan di alam, yaitu rawa-rawa, sungai, dan danau air tawar. Lobster air
tawar tersebar di berbagai tempat atau engara beriklim tropis, pada Australia
tersebar di Australia bagian Utara. Suhu dibawah 10 C dan diatas 31 bahkan 36
dalam waktu yang lama, lobster akan mati. Maka dari itu lobster kurang optimal
dibudidayakan di negara dengan 4 musim, karena tidak tahan dengan suhu yang
terlalu dingin dan suhu yang terlalu panas. Hal ini karena lobster sulit beradaptasi
dan melampaui batas toleransinya. Lobster ditemukan diantara tumbuhan pada
perairanya agar memberi rasa teduh dan dapat untuk perlindungan. Hal ini
diperkuat oleh Budi et al. (2019) yang menyatakan bahwa habitat alam yang
selalu ditempati lobster air tawar juga harus dilengkapi tumbuhan air atau
tumbuhan darat yang memiliki akar atau batang terendam air dan daunnya berada
di atas permukaan air. dengan suhu air 26-30 ℃.
Lobster hidup dengan pH pada perairan antara 7-9, yaitu perairan yang
sedikit alkaline. Lobster jarang dijumpai pada perairan yang memiliki pH kurang
dari 7. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan mineral atau kalsium yang
dibutuhkan lobster sebagai bahan pembentukkan cangkang. Nilai kesadahan para
perairan agar cocok bagi habitat lobster adalah tingkat sedang hingga tinggi. Hal
ini karena untuk menjaga kandungan kalsium yang terlarut cukup tinggi untuk
menjamin ketersediaannya dalam jangka lama atau terus menerus, namun
konsentrasi kalsium pada perairan yang terlalu tinggi juga berdampak buruk bagi
lobster, hal ini terkait dengan homeostasi lobster dengan lingungan perairan.

5
menurut Rachimi et al (2016), menyatakan bahwa organisme yang hidup pada
kondisi lingkungan ang mendekati isoosmotik akan memerlukan sedikit nergi
untuk osmoregulasi dibandingkan pada kondisi yang hipoosmotik maupun
hiperosmotik. Energi yang igunakan dalam proses osmoregulasi kecil maka lokasi
energi untuk pertumbuhan akan lebih besar sehingga organisme akan tumbuh
lebih optimal.
2.2. Tahap Pemijahan
2.2.1. Persiapan Media dan Wadah Pemijahan
a. Parameter Air dan Sumber Air
Pemijahan lobster sangat dipengaruhi oleh musim. Lobster akan memijah
pada suhu yang tidak terlalu tinggi, suhu optimal berkisar antara 27-30 C. Suhu
ini terjadi di Indonesia sepanjang tahun karena sebagai negara yang dilewati garis
khatulistiwa, maka suhunya cenderung hangat, sedikit panas, atau suhu dingin
hanya pada musim hujan, maka pemijahannya dapat dilakukan sepanjang tahun
jika dilakukan di Indonesia. Hal ini sebagai peluang besar bagi pembudidaya di
Indonesia, jika suhu sudah sesuai, maka faktor penting selanjutnya yang harus
dimiliki untuk mendukung keberhasilan pemijahan adalah kualitas air .
Air sangat berkaitan dengan kutlivan di dalamnya, karena air mengandung
materi yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan kultivan. Air
menentukan sehat atau tidaknya kultivan. Air sebagai perantara suhu atau kalor
dari lingkungan, air membawa zat organik, serta faktor biologi lainnya yang dapat
membuat kultivan semakin sehat atau malah sakit dengan membawa penyakit
seperti bakteri atau virus, dan air mengandung ion yang dapat mempengaruhi
parameter air. Kunci mendapatkan air berkualitas baik atau sesuai dengan
kebutuhan lobster, tergantung darimana sumber yang didapat. Lobster yang masih
mudah atau benih sangat sensitif dan dengan paparan logam seperti klorin dan
dapat mengakulumasi merkuri. Maka untuk menekan konsentrasi logam berat,
perlu menandonkan atau menampung air terlebih dahulu agar logam berat
mengendap didasar. Lobster juga sangat sensitif dengan pestisida terutama pada
golongan organoklorin dan residu minyak. Hal ini menjadi catatan bagi yang
akan melakukan usaha pembenihan lobster secara terbuka perlu memeriksa secara
seksama darimana sumber air digunakan dan kandungannya. Pastikan kualitas air
yang dipakai tidak melebihi toleransi bagi lobster baik bagi induk maupun bagi

6
benihnya. Perlu diingat bahwa lobster air tawar tidak dapat hidup pada perairan
yang bersalinitas tinggi karena berhubungan dengan kemampuan osmoregulasi.
Usahakan air yang digunakan mendekati isoomotik lobster agar tidak banyak
energi yang dipakai hanya untuk menyeimbangkan tekanan osmotiknya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rachimi et al. (2016), bahwa Energi yang digunakan
dalam proses osmoregulasi kecil maka alokasi energi untuk pertumbuhan akan
lebih besar ehingga organisme akan tumbuh lebih optimal.
Parameter yang perlu diperiksa pada air media lobster adalah pH, oksigen
terlarut, dan kekeruhan. Usaha agar lobster tidak kekurangan oksigen, maka saat
pemijahan dan pemeliharaan benih tidak terlalu padat dalam satu tempat, gunakan
wadah yang cukup besar atau akuarium yang cukup besar sekitar panjangnya 1-2
meter dalam pemijahan yang berisi maksimal 5 induk. Perhatikan faktor yang
mempengaruhi kadar oksigen terlalut dalam air media, salah satunya plankton
perlu dikendalikan konsentrasinya, jika diperlukan dapat melakukan penambahan
oksigen terlarut dengan aerator. Menurut Taufiq et al (2016), menyatalan bahwa
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik mereka ( lobster ) memerlukan kadar
oksigen terlarut lebih dari 4 mg/l.
Seperti ikan pada umumnya, lobster pun akan terganggu dengan keberadaan
amonia dalam perairan. umumnya ambang batas ammonia yang mampu
ditoleransi adalah kurang dari 0,05 mg/l. ammonia dapat berasal dari sisa pakan,
sisa feses, serta telur atau benih yang mati. Maka perlu dilakukan monitoring
keadaan air.
pH merupakan faktor utama selain suhu, karena berkaitan dengan
kemampuan lobster dalam menyerap mineral seperti kalsium untuk pembentukan
kulit. pH yang rendah menunjukkan bahwa ion kalsium sangat rendah. Maka dari
itu sulit menemukan lobster di alam dengan perairan yang memiliki pH rendah,
dibawah 7. pH air media dapat dijaga nilai optimalnya dengan mengendalikan
konsetrasi plankton agar tidak berlebihan serta menjaga kebersihan air media.
Dampak lain dari pH yang rendah adalah nafsu makan lobster berkurang. Menurut
Taufiq et al. (2016), pH pemeliharaan lobster air tawar berkisar antara 7-8. Selain
itu pada pHrendah, yaitu kurang dari 7,5 dapamengakibatkan nafsu makan lobster

7
berkurang, lemah dan mudah stres sehinggapertumbuhan menurun, sedangkan
jika pH tinggi, yaitu lebih dari 9 dapat menyebabkan nafsu makan berkurang
unsur mineral memang dibutuhkan lobster, baik konsetrasi mineral seperti
kapur misal kaslium terlalu rendah maupun terlalu tinggi tetap akan mengganggu
pembentukan kulit lobster. Kadar kalsium yang terlalu tinggi berdampak pada
homeostasis lobster, namun lobster lebih banyak membutuhkan kalsium
dibandingkan ikan finfish. Menurut Rachimi et al. (2016), eksoskeleton yang
menjadi cangkang udang ini tersusun dari bahan-bahan yang sebagian besar
merupakan kalsium, oleh karena itu ketika proses pembentukan eksoskeleton
berlangsung udang akan membutuhkan kalsium dalam jumlah yang lebih banyak.
kadar kalsium yang tinggi juga menyulitkan proses homeostatis ion kalsium
kekeruhan wadah media dapat dilakukan dengan piringan Secci. Piringan
secci dapat diganti dengan CD bekas atau benda lain yang mudah untuk
digunakan melihat kedalaman air. alat dimasukkan ke kolom air hingga alat
menjadi hampir tak terlihat atau saat alat tepat tak terlihat. Kekeruhan dalam batas
normal yaitu 20-40 cm. Artinya, piringan secci tak terlihat pada jarak antara 20-40
cm dari permukaan air dalam digolongkan kekeruhan yang wajar. Kekeruhan
biasanya diakibatkan oleh kelebihan fitoplankton, usaha untuk mengurangi kadar
fitoplankton adalah dengan cara mengurangi input nutrisi untuk plankton atau
melakukan pergantian air secara bertahap.
Tingkat salinitas pada air media tidak melebihi 5 ppt. Hal ini berkaitan
dengan batas kemampuan lobster terhadap tekanan osmotik lingkungan luar yaitu
ion garam dan mineral, jika salinitas yang tinggi dibiarkan, maka lobster akan
lama untuk tumbuh dan terganggu untuk memijah karena energinya semakin
sedikit untuk digunakan oleh tubuhnya mempertahankan tekanan homeostatiknya.
Energi yang sedikit tentunya mengganggu pematangan gonad, hal ini
menyebabkan gonad lama untuk matang bahkan rusak atau mati telur serta
benihnya. Lobster air tawar akan tumbuh optimal jika lingkungan perairannya
berada pada salinitas 0 ppt. Sumber air yang digunakan oleh pembudidaya berasal
dari air sungai yang memperhatikan kebersihannya dari pencemaran. Pilihan lain
selain menggunakan sumber air sungai, dapat diganti dengan menggunakan

8
sumber air tanah. Sumber tanah juga perlu diperhatikan kandungannya, maka
perlu dilakukan pengujian.
Sumber air dari air PAM juga banyak digunakan oleh pembudidaya
pembenihan jika sumber air lainnya tidak sesuai dengan yang diinginkan serta
memiliki kemudahan akses. Air PAM menjadi pilihan terakhir jika air sungai
buruk dan air tanah juga buruk. Penggunaan PAM juga harus dilakukan beberapa
perlakuan agar baik baik induk lobster dan benih lobster. Air PAM untuk media
lobster harus diaerasi terlebih dahulu selama 24 jam untuk memperkaya oksigen
terlarut serta menghilangkan kandungan kaporit. Cara lain untuk menghilangkan
kandungan kaporit adalah dengan cara filrasi menggunakan filter kimia serta
bahan-bahan yang mampu menyerat zat kimia dan logam berat seperti karbon
aktif dan batu zeolit. Penggunaan bahan filter pun juga memiliki masa berlaku
digunakan, jika sudah tidak layak digunakan maka perlu melakukan pencucian
dan penggantian filter berkala. Filter yang usang membuat usaha filtrasi dari air
PAM akan sia-sia karena tidak berfungsi.
a. Akuarium
Jenis-jenis akuarium berdasarkan fungsinya :
- Akuarium pemijahan
Ukuran akuarium pemijahan tergantung pada ukruan serta jumlah indukan
yang ada didalamnya, usahakan menggunakan akuarium pemijahan dengan
ruangan yang cukup luas untuk menghindari kanibalisme dan perkelahian.
Akuarium yang berukuran 80 x 40 x 40 cm ( p x l x t ) dapat memuat hingga 8
indukan berukuran 4 inchi. Induk yang berukuran 5 inchi sebaiknya hanya diisi 6
ekor indukan, serta indukan berukuran 6 inchi sebaiknya hanya diisi oleh 3 ekor
indukan.
- Aquarium pengeraman
Aquarium pengeraman dapat dilakukan usaha agar lahan yang sempit
dapat optimal, yaitu dengan cara penggunaan sekat dengan luas sekitar 15 cm.
Usaha ini selain menghemat tempat, juga memudahkan dalam pemantauan
perkembangan telur yang dierami pada induk betina. Masa pengeraman lobster
berlangsungs selama 30-35 hari.
- Aquarium penetasan

9
Masa penetasan telur lobster menjadi benih berlangsung sekitar 10-12 hari.
Masa ini benih sudah dapat terlihat kelengkapan mata, kaki, dan antenna seperti
pada lobster dewasa. Bagi benih yang lepas dari induknya terjadi secara bertahap.
Masa ini perlu monitoring ekstra karena benih rentan dimakan oleh induk, benih
yang lepas dari induk sebaiknya segera dipindahkan ke aquarium pembenihan.
Akuarium penetasan dapat pula digunakan sebagai pembesaran benih atau benih
tetap dibiarkan hingga umur 2-3 minggu. Setelah umur ini, benih dapat
dimasukkan ke kolam pembesaran benih,jika memiliki lahan ekstra disarankan
pada pembesaran benih dengan kepadatan yang rendah dengan membaginya ke
dua atau lebih akuarium
- Akuarium karantina
Akuarium ini ditujukan untuk induk lobster yang akan molting hingga
selesai molting. Induk yang terlihat tanda-tandanya bahwa akan molting segera
dipindahkan ke akuarium karantina, seperti induk yang baru menetaskan telurnya
agar aman dari kanibalisme. Umumnya induk yang baru menetaskan telurnya
membutuhkan waktu 1-2 hari untuk di karantina untuk pembentukkan kulit
( kitin ) dari lunak menjadi keras, bagi lobster yang masih mudah membutuhkan
waktu yang lebih singkat dalam pembentukkan kulit.
b. Bak Pemijahan
Bak pemijahan bagi lobster umumnya berupa kolam semen untuk
pemijahan secara masal serta dapat dilanjutkan dengan pembesaaran pembenihan
dalam tempat itu juga. Bak ini juga dapat digunakan sebagai kolam pengeraman
dan penetasa telur, namun kurang efisien karena pengeraman tidak membutuhkan
tempat yang besar. Kelebihan bak semen adalah mudah dibuat dan dibentuk
berbagai ukuran. Kolam yang ideal untuk digunakan adalah yang berukuan 2 x 2 x
0,5 m ( p x l x t ), ukuran ini cocok untuk memuat banyak indukan, namun
kembali lagi dengan kondisi yang ada dapat disesuaikan ukurannya. Usahakan
mengoptimalkan lahan yang ada serta pembuatan wadah juga memperhatikan
aspek kemudahan dalam sirkulasi air, yaitu ketika air dikuras untuk diambil
benihnya, air tidak dibuang begitu saja namun dapat dipakai lagi jika masih layak.
Upaya lain untuk memaksimalkan lahan yaitu dengan membuat kolam bertingkat
dengan rangka besi meski membutuhkan biaya cukup tinggi pada awal

10
pembuatan. Kolam bertingkat yang umum dipakai adalah dengan menambah satu
kolam diatas dan diantara dua kolam, jika menggunakan desain ini maka
sebaiknya tinggi kolam pada kolam kedua atau kolam yang diatas adalah 1 meter.
Hal ini untuk mempermudah dalam pemberian pakan dan pemantauan. Setelah
membuat kolam semen, lalu sebaiknya menggunakan pelepah pisang yang dibelah
menjadi beberapa bagian lalu direndam dalam bak semen tersebut, biarkan selama
satu minggu.Usaha ini dilakukan untuk menhilangkan zat-zat dari semen yang
dapat membahayakan lobster air tawar. Selama perendaman, air diganti setiap 2-3
hari sekali. Sebelum digunakan atau dimasukkan lobster, sebaiknnya kolam diuji
dahulu apakah sudah aman bagi kultivan atau belum dengan cara dimasukkan
dahulu benih lobster atau ikan kecil sebagai pengujian. Jika benih lobster atau
ikan ikan kecil tidak mati, maka bak atau kolam semen ini sudah layah dipakai
oleh lobster.
Pipa pembuatan yang dibuat pada kolam semen ini harus menyesuaikan
dengan luas kolam yang ada. Usahakan dalam pembuangan atau pengurasan air
kolam hanya membutuhkan waktu sesingkat mungkin. Hal ini karena pada
umumnya, panen benih lobster dilakukan pada pagi hari untuk menghindari
lobster berganti kulit saat pengiriman. Hari yang semakin siang, maka semakin
banyak lobster yang melakukan pergantian kulit serta lobster tidak tahan terhadap
panas
c. Media Sembunyi (Shelter)
Media sembunyi bagi lobster baik bagi induk yang sedang molting
maupun bagi benih untuk perlindungan dari kanibalisme oleh lobster lain yang
lebih besar dan kuat. Terlebih lagi sifat lobster yang suka untuk bersembunyi
menjadikan media sembunyi atau shelter sangat penting. Kegunaan lagi dari
media sembunyi ini adalah pengoptimalan ruang media. Media sembunyi yang
tersusun secara vertikal dapat meningkatkan tingkat kepadatan tebar. Hal ini dapat
menekan biaya produksi serta meningkatkan pendapatan karena dengan tempat
yang sempit dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Media sembunyi dapat
menambah luas permukaan dan ruang gerak lobster. Tanpa adanya media
perlindungan, maka tingkat kanibalisme semakin tinggi karena meningkatkan
interaksi lobster-lobster di dalam wadah media. Semakin banyak media pelindung,
semakin tinggi pula tingkat survival rate . banyak modifikasi dan alternatif yang

11
digunakan sebagai media pelindung. Berikut adalah jenis-jenis media pelindung
yang banyak dipilih oleh pembudidaya lobster :
- Pralon atau pipa
jenis media perlindungan dari pipa atau pralon banyak digunakan karena
mudah didapat dan memiliki ukuran beragam yang dapat disesuaikan
kebutuhan. Misalnya semakin besar induk lobster, maka semakin besar pula
diameter pipa yang dibutuhkan. Pipa ringan, tipis, dan mudah untuk dipotong-
potong, namun kekurangn dari penggunaan pipa ini antar lobster masih mudah
terjadi interaksi.

- Batu bata roaster


dapat digunakan sebagai alternatif untuk media perlindungan lobster.
Media ini sering digunakan baik dalam kolam pembesaran benih maupun ukuran
dewasa. Kelemahan dari batu ini adalah menjadi merat ketika sudah terendam
dalam air, serta dapat rapuh jika terendam terlalu lama. penggunaan batu ini jika
dalah jumlah banyak akan membutuhkan waktu dan tenaga yang baik untuk
mengangkatan saat panen.
- Tanaman air
Tanaman yang dapat digunakan untuk media perlindungan khusus benih
lobster adalah selada air atau pun enceng gondok. Benih akan senang berada pada
akar tanaman yang memanjang dan padat, membuat burayak aman dari
kanibalisme. Akar tanaman juga sekaligus dapat sebagai pakan benih lobster serta
tanaman ini dapat menyerap racun dalam air. penggunaan tanaman air sebagai
media perlindungan lebih baik bagi pertumbuhan benih lobster dibandingkan yang
tidak ada tanaman.
d. Peralatan Pendukung Pembenihan
Beberapa peralatan yang diperlukan untuk pemijahan dan pembenihan
antara lain adalah :

12
1. Aerator : untuk aerasi akuarium dan kolam, kapasitas 100 line
( 200 liter / detik ).
2. Filter air dan pompa sirkulasi
3. Genset 100 watt jika listrik padam;
4. pH meter digital
5. serokan nilon lembut
6. wadah ember
7. selang air
2.2. Tahap Pemijahan
2.2.1. Seleksi Induk
Lobster air tawar termasuk kelompok dimorfis, yaitu memiliki jenis kelamin
jantan dan betina. Antara lobster air tawar dengan jenis kelamin jantan dan betina
ini dapat dibedakan secara pasti ketika umurnya sudah 2 bulan dengan total
panjang rata-rata 5-7 cm. Ciri-ciri utama yang membedakan antara lobster jantan
dan bentina adalah pada letak alat kelamin dan ukuran capit. Sementara itu untuk
ciri-ciri sekunder adalah kenampakan visualnya berdasarkan warna tubuhnya.
Letak kelamin pada lobster air tawar jantan yaitu pada kaki jalan ke-5 yang
dihitung dari kaki dekat mulut, terlihat tonjolan di dasar tangkai kaki. Sedangkan
alat kelamin pada lobster air tawar betina adalah terletak pada kaki jalan ke-3
yang dihitung dari mulut, terlihat lubang bulat pada dasar kakinya. Perbedaan
antara jantan dan betina berdasarkan ukuran capitnya adalah pada calon induk
jantan memiliki ukuran capitnya mencapai 2-3 kali dari lebar buku pertama atau
tangkai capit, sedangkan pada calon induk betina, memiliki ukuran capit yang
sama atau 1,5 kali dari buku pertama.

Perbedaan Jenis Kelamin - Jantan (kiri) dan betina (kanan)


Berdasarkan ciri-ciri sekunder yang membedakan antara jenis kelamin
jantan dan betina lobster air tawar, yaitu terletak pada warna tubuh. Warna tubuh

13
calon induk jantan lebih cerah daripada warna tubuh pada calon induk betina jika
wadah dan pemeliharaan induk sama. Kecerahan tidak dapat digunakan sebagai
tolok ukur pada induk yang dipelihara dari tempat berbeda dan perlakuan berbeda
karena kecerahannya akan berbeda pula. Warna pada pigmen lobster dipengaruhi
oleh faktor : warna air, jenis pakan, serta kandungan pigmen yang dimiliki tiap
spesies. Setelah dapat menentukan kelamin lobster air tawar, selanjutnya
melakukan usaha untuk mempercepat kematangan gonad. Menurut Sidharta et al.
(2018), menyatakan bahwa prinsip pengelolaan induk yang baik yaitu
mempercepat tingkat kematangan gonad. Induk yang matang gonad dapat dipacu
berbagai cara, yaitu dengan perbaikan faktor lingkungan, nutrisi yang seimbang,
dan pemberian hormon.
Lobster air tawar yang berumur 7-8 bulan, umumnya memiliki bobot rata-
rata 100 gram. Bobot ini juga tergantung pada berbagai faktor, antaranya jenis dan
kandungan protein selama pemeliharaan, suhu, DO, ketinggian air, alkalinitas,
padat tebar, penggunaan arus deras, ketinggian air, serta keberadaan jantan dan
betina selama pemeliharaan. Setelah mendapatkan calon induk yang terbaik,
kemudian dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian lingkungan baru pada tempat
yang akan dilakukan pemijahan. Menurut Khalil et al. (2018), menyatakan bahwa
aklimatisasi adalah proses penyesuaian dua kondisi lingkungan yang berbeda
sehingga perubahan kondisi tersebut tidak menimbulkan stress bagi biota.
Aklimatisasi ini bertujuan agar biota uji mampu menyesuaikan diri dari kondisi
lingkungan awal dengan kondisi lingkungan yang baru. Adaptasi ini dilakukan
selama ± 3 hari.
2.2.2. Periapan Pemijahan
Umumnya pemijahan lobster air tawar masih berlangsung alami tanpa
penambahan hormon atau bahan lainnya. Hanya upaya untuk membuat
lingkungan pemijahan baik baik induk lobster. Bahan dan alat pemijahan
disiapkan oleh manusia, namun pemijahan tergantung antara calon induk jantan
dan betina tergantung apakah menghendaki terjadi perkawinan anatar keduanya
atau tidak serta daya dukung dari linkungan yang mendukung untuk memijah,
sehingga waktu memijah tidak dapat dipastikan. Lobster akan memijah pada suhu
antara 23-29 C suhu optimum pemijahan adalah 27 C, pencahayaan minimal

14
terjadi terang selama 12 jam dan gelap selama 12 jam. Kebutuhan kondisi suhu
dan cahaya ini tidak terlalu sulit bagi Indonesia. Jika dihendaki memijah, maka
telur akan terbuahi lalu dierami oleh lobster betina. Menurut Budi et al. (2019),
lobster air tawar selama hidupnya mengalami beberapa tahapan, yaitu telur, calon
anakan lobster, juvenile, lobster dewasa. Pada fase telur, akan menempel pada
kaki renang (pleopod) induk betina
Terdapat dua teknik dalam pemijahan lobster air tawar, yaitu pemijahan
secara masal dan secara individu. Hal yang dibutuhkan dalam pemijahan masal
adalah : wadah pemijahan berupa bak yang dilengkapi instralagi seperti aerator
dan shelter. Ukuran bak disesuaikan dengan jumlah dan ukuran induk Lobster
yang dipijahkan secara masal adalah yang memiliki ukuran 20-22 cm. Pemijahan
menggunakan perbandingan jantan : betina yaitu 3 : 1 per m 2 bak. Pemijahan
secara individu memerlukan akuarium urukan 100 x 50 x 40 cm sebanyak tiga
buah, lalu pengisian air jernih dan pemasangan aerator kemudian menyeleksi
induk. Induk untuk pemijahan individu dapat menggunakan lobster air tawar yang
berukuran 16-18 cm dengan perbandingan jantan : betina yaitu 1 : 1 per akuarium.
Usahakan akuarium tidak terkena matahari langsung, suasana teduh dan tenang
agar merangsang lobster untuk memijah. Kecuali pada pemijahan masal
menggunakan bak diluar ruangan agar ditumbuhi lumut dan plankton untuk
pertumbuhan benih lobster air tawar.
Letakkan pipa pralon ukuran 2,5 inci dengan panjang 12 cm sebagai shelter
. perlu pemisahan antara induk yang baik dengan induk yang kurang baik. Ciri-ciri
induk betina yang baik untuk dipijahkan adalah ukuran kepala yang lebih kecil
daripada ukuran badan, sedangkan induk jantan memiliki kepalanya lebih besar
daripada badan ( A’yunin et al. 2017 )
2.2.3. Teknik Pemijahan
Lobster betina sangat selektif dalam memilih pasangannya, maka dari itu
usahakan pada bak pemijahan induk jantan lebih banyak daripada induk betina
agar peluang terjadinya pemijahan lebih besar. Pemijahan biasanya dilakukan
pada malam hari. Induk jantan akan mencari lalu mendekati induk betina hingga
terjadi perkawinan. Jika cocok, induk jantan akan mengeluarkan lalu meletakkan
spermanya pada pangkal kaki jalan ke-2 induk betina. Menurut taufiq et al.

15
(2016), agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih calon induk maka induk yang
akan dipijahkan tidak dicampur dengan induk-induk yang lain. Pemijahan
sebaiknya dilakukan pada kolam yang khusus dengan kepadatan dan lingkungan
kolam yang terkendali.
Induk betina secara perlahan mengeluarkan telurnya, setelah 3 hari induk
betina akan bertelur, ditandai ketika induk betika melipatkan ekornya agar
menempel di bawah tubuhnya.Induk betina mengerami telurnya hingga menetas
menjadi benih. Induk betina mengerami telurnya dengan cara menekuk badan dan
telsonnya , sesekali mengibaskan ekor dan kaki renang ke arah telur untuk
memberikan oksigen bagi telur. Proses pengeraman telur berlangsung selama 30-
35 hari. Ketika badannya terlihat menekuk, segera pindahkan ke akuarium lain,
usahakan akuarium hanya berisi 1 induk betina untuk menghindari pertengkaran
yang berkibat pada rontoknya telur-telur. pindahkan pada akuarium ukuran
100x50x25 cm dengan kedalaman air 20-25 cm. Akuarium ini nantinya akan
menjadi tempat penetasan telur. Menurut Khalil et al. (2018), Induk betina akan
mengeluarkan telur secara perlahan-lahan dari alat kelaminnya yang berada pada
pangkal kaki ketiga. Telur tersebut selanjutnya di letakkan dibawah perut lobster
betina, melekat pada bulu-bulu yang terdapat pada umbai-umbai kaki renang
induk betina. Setelah kawin, lobster betina akan meninggalkan induk jantan dan
berdiam diri dalam lubang persembunyian.
Dalam sekali memijah, induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak
200-300 telur lobster. Lama waktu penetasan telur adalah 3-4 hari semua telur
menetas. Telur yang semua menetas menjadi benih, segera ambil induk betina
dalam kurun waktu seminggu, untuk menghindari kanibalisme oleh induk betina
terhadap benih lobster.benih pada minggu pertama hingga berikutnya dapat
terlihat adanya penambahan bulu-bulu ( setae ; perubahan warna pada kulit kitin ,
serta pertambahan bintih hitam pada kulit kitin benih.

16
( Khalil et al. 2018 )
Posisi ekor induk betina menekuk sedang bertelur ( kiri ); telur yang dierami
induk betina ( kanan)
Setelah induk betina melepaskan benihnya, maka induk betina akan
berganti kulit. Maka induk betina harus ditempatkan pada shelter selama 2
minggu. Setelah itu, induk betina dapat dipijahkan lagi. Induk lobster air tawar
mampu hidup hingga umurm 3-4 tahun dengan panjang tubub 20-25 cm serta
berat mencapai 0,5 kg. Semakin tua umur induk lobster, maka semakin banyak
pula telur yang dihasilkan karena tubuh induk semakin besar, kuat dan panjang.
Usaha agar induk betina cepat melakukan pergantian kulit adalah dengan
penambahan kapur seperti CaO pada air media. Menurut Rachimi et al. (2016),
menyatakan bahwa Usaha agar lobster cepat besar sehingga cepat menjadi calon
induk lobster adalah memacu molting dengan menambahkan kapur CaO ke dalam
media pemeliharaan sebagai sumber kalsium untuk mempercepat proses ganti
kulit sehingga rekayasa ini dapat meningkatkan pertumbuhan lobster air tawar.
2.2.4. Pemanenan
Pemanenan benih lobster antara lain penangkapan, penampungan,
pemeriksaan, lalu adaptasi. Alat yang digunakan adalah scoopnet untuk menjaring
induk dan ember plastik untuk menampung induk. ember diisi air jernih setinggi
20 cm dan menurunkan air pada akuarium penetasan telur menjadi 15-20cm.
Induk lobster dapat diambil langsung bersama pipa. Yang tersisa di dalam
akuarium hanyalah benih lalu dilanjutkan untuk pemeliharaan benih untuk
selanjutnya. Menurut Budi et al (2019), Ada pun beberapa cara untuk menjaga
kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster air tawar, antara lain adalah dengan
penggunaan jenis pakan dan jenis shelter yang sesuai, pengaturan kondisi kualitas
air yang optimal, serta penggunaan substrat yang sesuai.
2.2.5. Pertumbuhan Benih
Pertumbuhan benih diawali dengan tumbuhnya bulu-buli halus, umbai /
setae.saat bary lepas dari induk, tubuh benih sangat lembek berwarna kemerahan
dengan kaki dap capit masih rapat. Menurut Khalil et al. (2018) ,Pada minggu I
larva lobster yang berada didalam air masih tidak terlalu tampak jika tidak
diperhatikan secara seksama, tulangnya masih lunak, cangkang larva belum

17
mengandung zat kapur (khitin) dan larva berukuran 0,14 mm. Pada cangkang
belum terlihat adanya bintik pada cangkang (kromatofora). Untuk fase ini semua
organ tubuh lobster sudah terbentuk dengan sempurna. Benih pertama melakukan
molting terjadi pada seminggu setelah lepas dari induk. Moulting diamati mulai
dari kurang nafsu makan, cangkang kepala mulai merenggang sampai pada tahap
cangkang lepas seluruhnya dari badan lobster. Pada minggu II larva lobster masih
terlihat sedikit transparan, terjadi perubahan bentuk selubung kepala dan sudah
mulai tumbuh bulu-bulu halus (setae) pada kaki jalan larva namun jumlahnya
masih belum bisa dipastikan, panjang larva 1cm. Pada bagian cangkang sudah
mulai terlihat bintik-bintik hitam.Pada minggu III bulu-bulu halus yang terdapat
pada bagian kaki jalan larva semakin terlihat dan bertambah disetiap kaki jalan
larva, namun jumlahnya masih belum bisa dipastikan Cangkang larva sudah
mulai menebal dengan ukuran panjang larva 1,3cm. ( Khalil et al. 2018 )
Jangka waktu usaha pembenihan dari awal persiapan pemijahan adalah
selama 6 bulan hingga benih berumur 2 bulan. Resiko kematian pemijahan lobster
air tawar mencapai 20%.
2.2.6. Pencegahan Penyakit pada Benih
Kunci utama mencegah terjadinya penyakit pada benih maupun induk
yaitu dengan menjaga kualitas dan kebersihan air. harus paham darimana sumber
air yang digunakan serta tidak beracun. Ciri-ciri air yang beracun adalah yang
baunya tidak sedap disertai air berwarna keruh. Racun dapat dari sisa pakan
kemudian terus terakumulasi di perairan. Faktor lain adalah pemberian pakan
yang berlebihan lalu tersisa sehingga menjadi sarang mirkoorganisme yang
merugikan. Maka dari itu perlu pengantian air sebulan sekali, namun disesuaikan
juga dengan kondisi yang dimiliki. Perlu pertimbangan manajemen pakan agar
terjadi efisiensi pakan serta kualitas air media tidak cepat turun. Usahakan pakan
yang diberikan dengan jumlah cukup agar pakan dapat dimakan secepatnya dan
habis.
Adapun jenis penyakit yang dapat menjangkit lobster baik baik induk
lobster maupun benih lobter, salah satunya yaitu WSSV. Meskipun lobster
memiliki daya tahan yang baik terhadap penyakit di alami, bukan berarti lobster
resisten terhadap penyakit, terjantung konsentrasu dak keadaan fisiologi lobster.

18
Menurut Fajri et al (2015), menyatakan bahwa penularan virus WSSV pada lobster
air tawar dapat berlangsung melalui konsumsi udang yang telah terinfeksi virus
WSSV serta melalui aliran air. Pleopod atau kaki renang yang dideteksi dengan
teknologi Real Time Polimerase Chain Reaction (RT-PCR) mengandung virus
WSSV yang lebih dominan dibandingkan insang ( Fajri et al. 2015 )
2.2.7. Pakan dan Kebiasaan Makan Benih
Pakan yang dapat diberikan pada benih lobster berupa pakan alami hewani
maupun nabati. Pakan nabati misalnya wortel dan sayuran hijau, sedangkan pakan
alami dapat diberikan berupa cacing beku atau cacing sutera, pemberian pakan
hewani sangat disarankan diberikan pada cacing sutera karena kadar proteinnya
lebih tinggi. Seblum sayuran diberikan, perlu dipotong cacah dan direndam.
Lobster air tawar sebagai hewam dasar, maka pakan yang diberikan harus berupa
pakan tenggelam, jika diberikan pakan yang mengambang justru tidak akan
dimakan. Frekuensi makan benih lobster dalam sehari sebanyak 2 kali, yaitu pada
pagi hari pukul 07.00-09.00 dan sore hari pada pukul 17.00-20.00. menurut
Yusnaini et al. (2018), menyatakan bahwa porsi ideal untuk makan pagi 1 ekor
lobster adalah ¼ sendok teh pelet dan untuk makan sore sebanyak ½ sendok teh.
Untuk cacing sutera atau beku, biasanya 1 liter cacing bisa dihabiskan dalam
waktu 1 minggu untuk 1000 benih lobster. . Usaha budidaya LAT dapat diatur
kuantitas produksi setiap siklus, kualitas dapat dikontrol dan kontinyuitas bisa
dipertahankan,sebagai jaminan mutlak suatu usaha budidaya.
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1. Kunci dari kesuksesan pembenihan lobster adalah tercukupinya
secara kualitas dan kuantitas pada pakan dan media air serta sarana
prasarana yang mendukung daya tetas dan kelulushidupan benih
2. Lobster air tawar memiliki sifat kanibalisme yang sangat tinggi,
bahkan induk lobster dapat memakan benihnya, maka kurang dari satu
minggu, induk segera dipisahkan dari benih.
3. Lobster air tawar merupakan genus Cherax, diketahui dari tubuh
lobster air tawar dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu sefalotoraks

19
merupakan bagian kepala hingga dada dan abdomen merupakan bagian
perut atau badan.
4. Moulting atau pergantian kulit / rangka tidak hanya terjadi saat
pertumbuhan badan yang semakin besar, namun juga terjadi pada masa
pemijahan. Moulting memiliki tiga tahap, yaitu : Pramoulting – Moulting –
Pascamoulting.
5. Habitat di di alam, yaitu rawa-rawa, sungai, dan danau air tawar.
Lobster air tawar tersebar di berbagai tempat atau engara beriklim tropis
6. Pemijahan lobster sangat dipengaruhi oleh musim. Lobster akan
memijah pada suhu yang tidak terlalu tinggi, suhu optimal berkisar antara
27-30 C.
7. Teknik pemijahan lobster air tawar masih alami atau tanpa bantuan
hormon, jenis pemijahan ada pemijahan masal dan pemijahan individu.
8. Pemijahan biasanya dilakukan pada malam hari. Induk jantan akan
mencari lalu mendekati induk betina hingga terjadi perkawinan. Jika cocok,
induk jantan akan mengeluarkan lalu meletakkan spermanya pada pangkal
kaki jalan ke-2 induk betina.
9. Parameter uta ma yang perlu diperhatikan yaitu suhu dan pH. Suhu
optimal 28˚C dan pH 7-9. DO pada nilai aman 4 mg/l.
10. Wadah untuk pemijahan berupa akuarium ada tiga jenis sesuai
fungsinya, yaitu: akurium pemijahan, akuarium penetasan, akuarium
karantina bagi induk lobster air tawar.
11. Pakan bagi larva adalah pakan alami baik nabati seperti sayuran
maupun hewani seperti cacing sutera beku

20
12.
DAFTAR PUSTAKA
A’yunin, Q., E. Sanoesi, dan J. Affifah. 2017. Aplikasi Teknologi Pembenihan
Lobster Air Tawar ( LAT ) sebagai Upaya Peningkatan Produksi Benih
dan Profitabilitas. Journal of Innovation and Applied Tecnology. 3
(1) : 408-413
Budi, B. S., A. R. Rahim, dan M. S. Dadiono. 2019. Pengaruh Jenis Substrat yang
Berbeda terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Lobster Air Tawar (
Cherax quadricarinatus ). Jurnal Perikanan Pantura. 2 (1) : 17-24
Djunaidi. S., E. I. Raharjo, dan Farida. 2015. Pengaruh Tempat Perlindungan yang
Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air
Tawar ( Cherax quadricarinatus ). Jurnal Ruaya. 5 (1) : 1-5
Fajri, N. A., N. M. Ali, dan S. N. Depamede. 2015. Deteksi WSSV ( White Spot
Syndrom Virus) Pada Lobster Air Tawar ( Procam barus Clarkii )
Menggunakan Metode Real Time-PCR. Jurnal Sains Teknologi dan
Lingkungan. 1 (1) : 30-36
Khalil, M., I. Ramadhani, dan E. Ayuzar. 2018. Observasi Aktivitas Pengeraman
Telur dan Perkembangan Lobster Air Tawar ( Cherax quadricarinatus
). Aquatic Science Journal. 5 (1) : 45-51
Putri, D. Utami. 2019. Pertumbuhan dan Sintasan Juvenile Lobster Air Tawar (
Cherax quadricarinatus Von Martens ) yang Diberi Cacing Tanah (
Lumbricus Rubellus ) Dosis Berbeda. Tolis Ilmiah : Jurnal Penelitian.
1 (1) : 1-6
Rachimi, E. I. Raharjo, dan D. A. Putra. 2016. Pengaruh Penambahan Kapur
Tohor ( CaO ) pada Media Budidaya Bersalinitas terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar ( Cherax
quadricarinatus ). 4 (1) : 24-28
Rahmawan, H., Subandiyono, dan E. Arini. 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak
Pepaya dan Ekstrak Nanas terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein
Pakan dan Pertumbuhan Lobster Air Tawar ( Cherax quadricarinatus
). Journal of Aquaculture Management and Technology. 3 (4) : 75-83
Sidharta, V., Pinandoyo, dan R. A. Nugroho. 2018. Performa Kematangan Gonad,
Fekunditas, Derajat Penetasan melalui Strategi Pemberian Pakan
Alami yang Berbeda pada Calon Induk Lobster Air Tawar ( Cherax
quadricarinatus ). Jurnal Sains Akuakultur Tropis. 2 (2) : 64-74
Taufiq, M., K. M. C. Dewi, Handono, dan I. Rosidi. 2016. Pengaruh Pemberian
Berbagai Jenis Pakan terhadap Pertumbuhan Lobster Air Tawar (
Cherax quadricarinatus ). Education and Human Development
Journal. 1 (1) : 98-109
Yusnaini, M. Ramli, Z. Sacnong, M. Idris, dan W. Iba. 2018. Analisis Faktor
Eksternal dan Internal Pengembangan Pembenihan Lobster Air Tawar
( Cherax quadricarinatus ). Di Kabupaten Kolaka Timur. Journal of
Fishery Science and Innovation. 2 (1) : 10-14

21

Anda mungkin juga menyukai