Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Lapangan Akuakultur

Sistem Budidaya Udang Putih secara Intensif di Daerah Punaga

Disusun Oleh Sri Handayani Alam 091414010 Kelas B

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar 2011
1

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT sebagai pencipta langit, bumi dan seluruh isinya karena berkat karuania yang begitu besar yang diberikan kepada kita yang harus kita manfaatkan sebagaimana mestinya. Tak lupa pula shalawat kita panjatkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawakan cahaya ke dalam kehidupan kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Lapangan dengan Judul Sistem Budidaya Udang Putih secara Intensif di Daerah Punaga. Pertama-tama penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Junda yang telah mengajarkan Mata Kuliah Akuakultur sehingga hingga saat ini, penulis telah memiliki ilmu tentang pembudidayaan ikan ataupun udang meskipun dalam hal ini, ilmu yang penulis dapat masih sangat kurang jika dibandingkan dengan ilmu yang lain. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah banyak membantu selama proses pembelajaran. Ucapan terima kasih untuk para pegawai tambah di daerah pembudidayaan udang putih di Punaga yang menerima kunjungan kami semua dengan senang hati. Penulis yang sebelumnya telah melakukan kunjungan ke daerah Punaga untuk melihat pembudidayaan udang putih secara langsung, kemudian akan membuat laporan tentang pembudidayaan udang putih secara intensif di Punaga sebagai pelengkap tugas sebelumnya. Penulis meminta maaf atas kesalahan yang ada dalam pembuatan Laporan ini. Penulis sadar ada banyak hal yang jauh dari kesempurnaan, meskipun begitu penulis telah berusaha secara maksimal untuk hasil yang terbaik. Penulis mengharapkan koreksi dan saran untuk laporan yang penulis buat ini. Makassar, 29 Desember 2011 telah

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi

i ...ii ...1 ...1 ...1 ...2 ...3 ...8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODLOGI PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka Lampiran

...9 .12 .12 .12

.13 ..iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagaian besar dari kawasan Indonesia merupakan wilayah perairan dengan laut yang cukup luas. Banyak sumber daya alam hayati yang terdapat dalam laut Indonesia yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan dalam kehidupan kita, salah satunya adalah dengan pembudidayaan udang.

Pembudidayaan udang yang dimaksudkan disini adalah pembudidayaan udang putih. Udang vanamei atau umumnya disebut dengan udang putih saat ini sangat terkenal dikalangan pembudidayaan udang karena nilai ekonominya tinggi. Selain itu, udang vanamei ini juga termasuk jenis udang yang mudah untuk dibudidayaan dalam system tambak secara intensif seperti yang dilakukan oleh pekerja-pekerja yang ada di daerah pertambakan Udang Vanamei di Punaga yang beberapa waktu yang lalu telah dikunjungi oleh mahasiswa jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar. Kunjungan yang dilakukan beberapa waktu yang lalu, merupakan salah satu program Mata kuliah dimana kita dapat membandingkan aplikasinya dari teori-teori yang telah diterima sebelumnya. Dalam kunjungan yang dilakukan, kita bisa membandingkan secara nyata bagaimana system tambak secara intensif untuk udang khususnya udang putih dalam teori dan dalam pengaplikasiannya terkhusus bagi pekerja yang ada di daerah Punaga agar mampu menjadi pelajaran yang dapat diterapkan oleh masyakat sekitar Punaga tanpa terkecuali bagi penulis sendiri. B. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan laporan praktikum lapangan yang dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian system budidaya udang secara intensif di daerah Punaga.

C. Manfaat Adapun manfaat yang didapatkan dari kegiatan ini adalah pembaca dapat mengetahui bagaimana pengaplikasian terhadap teori-teori yang sudah ada sebelumnya mengenai system tambak udang putih secara intensif khususnya di daerah Punaga sebagai tempat pembudidayaan udang terbesar di kawasan Sulawesi Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuakultur dapat didefinisikan menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya (Pillay, 1990). Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi) dan menumbuhkan (growth) serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan. Ruang lingkup akuakultur bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Ruang lingkup akuakultur bisa berdasarkan kegiatan, spasial, sumber air. Akuakultur merupakan sistem produksi yang mencakup input produksi (prasarana dan sarana produksi), proses produksi (sejak persiapan hingga pemanenan) dan output produksi (penanganan pascapanen dan pemasaran). Tujuan industri akuakultur adalah memproduksi ikan dan akhirnya mendapatkan keuntungan. Output dari kegiatan akuakultur tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia, tetapi memiliki banyak tujuan. Meskipun demikian, tujuan umum akuakultur adalah memenuhi kebutuhan hidup manusia akan pangan dan bukan pangan (non-food uses), antara lain kebutuhan akan hiburan, lingkungan (Anonima, 2011). Kolam merupakan sistem yang paling umum digunakan dalam akuakultur. Sistem budidaya kolam atau tambak dirancang berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui sebuah studi kelayakan. Data-data yang diperlukan ketika akan membuat kolam adalah: (1) data meteorologi yang meliputi kisaran suhu bulanan, curah hujan, penguapan, kelembaban, sinar matahari, serta arah dan kecepatan angin, (2) peta kontur daerah yang akan menjadi lokasi budidaya yang berguna dalam menentukan posisi yang tepat, (3) sumber air, (4) karakter tanah dan topografi lokasi harus memiliki jenis tanah yang dapat menahan air dengan baik dengan kualitas dan kuantitas air yang memadai. Kolam umumnya berbentuk persegi empat walaupun ada beberapa yang berbentuk bujur sangkar, bulat atau tidak beraturan. Kolam berbentuk

persegi empat atau bujur sangkar lebih disukai karena penggunaan ruang yang lebih efisien dan lebih mudah dalam pemanenan (Anonima, 2011). Fasilitas kolam terdiri dari sebuah peternakan contoh dengan 26 kolam pertumbahaun dengan ukuran mulai 0,065-1,6 hektar, kolam penyelesaian dua (0,7 ha) dan reservoir air (0,5 ha). Produksi pertanian di dekatnya terdiri dari 20 kolam pembiakan (1,6 ha) dan sebuah kolam pemukiman (0,7 ha). Kolam dengan kesehatan yang tinggi, tahan penyakit TSV udang putih (L. vannamei) dengan kepadatan khas dari 120 hewan m2. Semua kolam sepenuhnya dilapisi dengan high density polyethylene liner (HDPE) dan diaerasi dengan roda dayung dan baling-baling aspirators (50 hp ha_ 1), yang membuat arus beredar. Kolam dipertahankan pada 1,8 m dalam tanpa pertukaran air sepanjang musim pertumbuhan 4 bulan. Lumpur yang terakumulasi di tengah kolam, sebagai hasil dari deposisi produk limbah dari makan dan detritus lainnya, sebagian dibuang secara berkala melalui pusat saluran atau sifon. Kapur, besi dan silikat ditambahkan sepanjang musim untuk buffer pH, mengikat sulfida yang latedilepaskan dari lumpur, dan mempromosikan pembentukan materi flocculated. Tetes ditambahkan untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Air dikuras dari kolam di tanah pertanian percontohan selama panen ditempatkan di kolam penyelesaian selama 7 hari sebelum digunakan kembali untuk mengisi kolam yang lain sebelum tebar (Burford, 2002).

Udang Putih (Litopenaeus vannamei Boone.) merupakan salah satu


komoditas perikanan laut Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi baik di pasar domestik maupun global. Proses budidaya komoditas ini sudah berkembang secara pesat terutama penggunaan teknologi berdasarkan pada proses autotrof yang menggunakan proses fotosintesis fitoplankton sebagai faktor penentu produktivitas perairan tambak (Anonimb, 2011). Daerah penyebaran L. Vannamei meliputi Pantai Pasifik,

Meksiko, Laut Tengah dan SelatanAmerika. Sebuah wilayah dimana suhu air secara umum berkisar di atas 20 C sepanjang tahun.Di sini merupakan tempat

populasi

L. Vannamei

berada.

Karena

spesies

ini

relatif

mudah

untuk berkembang biak dan dibudidayakan, maka L. Vannamei menjad i salah satu spesies andalan dalam budidaya udang di beberapa negara dunia (Anonimc, 2011) Menurut Anonimc (2011), Taksonomi Udang Vannamei ( Litopenaeus Vannamei ) Phylum : Arthropoda Class : Crustacea Subclass : Malacostraca Series : Eumalacostraca Superorder : Eucarida Order : Decapoda Suborder : Dendrobrachiata Infraorder : Peneidea Superfamily : Penaeoidea Family : Penaeidae Genus : Penaeus Subgenus : Litopenaeus Species : Litopenaeus vannamei Udang putih termasuk hewan omnivora yang mampu memanfaatkan pakan alami yang terdapat dalam tambak seperti plankton dan detritus yang ada pada kolom air sehingga dapat mengurangi input pakan berupa pelet. Konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR) udang putih 1,3- 1,4 (Boyd dan Clay,2002). Kandungan protein pada pakan untuk udang putih relatif lebih rendah dibandingkan udang windu. Menurut Briggs et al (2004), udang putih membutuhkan pakan dengan kadar protein 20-35%. Dengan menggunakan pakan yang berkadar protein rendah maka biaya untuk pembelian pakan lebih kecil sehingga dapat menekan biaya produksi. Udang putih dapat tumbuh baik dengan kepadatan tebar yang tinggi, yaitu 60-150 ekor/m2 (Briggs et al, 2004) dengan tingkat pertumbuhan 1-1,5 gr/minggu. Hal ini disebabkan udang putih mampu memanfaatkan kolom air sebagai tempat hidup sehingga ruang hidup udang menjadi lebih luas. Hal ini yang menjadi dasar petambak untuk
8

meningkatkan (Supono, 2008).

produksi

udang

dengan

meningkatkan

kepadatan

tebar

Menurut Anonime (2011), berikut syarat teknis dalam membudidayakan udang putih, yaitu: 1. Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah. 2. Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26 300C dan bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya. 3. Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah. 4. Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain. 5. Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai Generator sendiri. Konsentrasi kitosan dan kitosan menerapkan teknik yang dioptimalkan sesuai dengan efisiensi flokulasi maksimum dengan kitosan minimum yang digunakan dalam sistem. Flokulasi sel fitoplankton dari budidaya udang di luar ruangan tangki menggunakan kitosan diselidiki. Udang putih (Litopenaeus vannamei) dengan berat rata-rata 5,2 g, yang dikumpulkan dari sebuah peternakan udang di Provinsi Pathumthani, Thailand, dikultur 10 udang / tangki dalam 80 L air laut dengan salinitas 5 ppt. Udang diberi makan 2-3 kali sehari dengan pakan udang komersial (35% protein kasar) sebesar 5% dari berat badan. Ujian 4-5 terdiri dari tiga tangki kontrol (tanpa penyesuaian pH dan penambahan kitosan) dan tiga tangki pengobatan dengan fitoplankton dibuang oleh kitosan flokulasi. Dalam tangki pengobatan, begitu air menjadi keruh dan kepadatan fitoplankton mencapai sekitar 4,5 x 105 sel dalam 1 mL, sekitar 20 L air laut dari tangki budidaya udang luar dipindahkan ke tangki flokulasi dan kitosan, pada konsentrasi yang optimal, kemudian ditambahkan dengan teknik yang tepat diperoleh dari percobaan sebelumnya. Sekitar 90% dari supernatan dikembalikan ke tangki budidaya udang
9

dan menetap floc habis. Klorofil-a dan padatan tersuspensi dalam tangki kontrol dan perlakuan yang dimonitor menggunakan metode standar untuk analisis air laut (Lertsutthiwong, 2009).

10

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Hari/Tanggal Waktu Tempat B. Alat dan Bahan a. Alat tulis menulis b. Kamera C. Prosedur Kerja a. Mengunjungi tambak di Punaga Kabupaten Takalar. b. Menyiapkan alat tulis menulis. c. Menyimak perkenalan oleh pengelola tambak dan pemaparan yang disampaikan mengenai sistem pengeloaan tambak, serta mencatat hal-hal yang dianggap penting. d. Melihat secara langsung udang yang ada pada tambak dan memotreknya dengan kamera. e. Mengamati area tambak dengan sistem budidaya yang digunakannya dan memotreknya dengan kamera. : Jumat/ 16 Desember 2011 : 13.00 s.d. 15.30 WITA : Punaga Kabupaten Takalar

11

BAB IV PEMBAHASAN

Menurut Anonimd (2011) Tambak intensif adalah tambak dengan pematang semen (beton), dengan pompa air, kincir, pakan 100% pelet dan tingkat penebaran di atas 40.000 per hektar. Target panen minimal 1 ton. Daerah kunjungan praktikum lapangan yang kami kunjungi adalah daerah Punaga, Di daerah tersebut merupakan tempat pembudidayaan udang putih secara intensif. Daerah tambak tersebut terletak di dekat laut, hal ini dimaksudkan agar mempermudah pengambilan air laut sebagai sumber pengairan untuk tambak udang tersebut, begitupun dengan pembuangan airnya yang dimaksudkan agar air limbah yang dihasilkan dari tambak dapat dibuang ke laut. Meskipun begitu, pekerja-pekerja di tempat tersebut telah menyediakan saluran khusus untuk pemasukan air dan pembuangan air laut agar limbah-limbah tersebut tidak mengakibatkan gangguan yang besar terhadap ekosistem yang ada di lautan sekitar tambak tersebut. Persiapan sarana seperti tambak dilakukan dengan cara pengeringan kemudian pengapuran dan selanjutnya pengairan, pengairan tambak dengan menggunakan air laut yang berasal dari dekat tempat tersebut. Dalam setiap tambak, memiliki kincir yang bervariasi. Salah satu tambak yang kami amati yang ada di daerah tersebut dipasangkan dengan 8 kincir yang disebar sedemikian rupa agar dapat melakukan fungsinya dengan maksimal. Kincir yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu, kincir dengan 2 daun dan kincir dengan 4 daun. Menurut pegawai tambak tersebut, pergantian air dapat dilakukan apabila pada permukaan tambak terdapat banyak gumpalan busa coklat. Di Punaga memiliki setidaknya 15 tambak fungsional yang masing-masing berukuran 0,5 Ha dengan kedalaman sekitar 1 meter . Pembudidayaan udang putih di daerah tersebut dipilih dari bibit-bibit yang dipasok dari daerah sekitar Punaga sendiri, bibit udang tersebut dibudidayakan secara intensif di sebuah tambak. Kepadatan penyebaran bibit udang sekitar 50-100 ekor

12

dalam satu m2. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan yaitu pellet. Selain itu, udang putih yang dibudidayakan juga diberikan vitamin untuk menambah daya tahan udang terhadap penyakit yang mungkin akan menyerang udang tersebut. Pemberian mikroorganisme untuk nitrifikasi ammonia juga diutamakan agar kadar ammonia dalam air tersebut dapat dikontrol. Khusus untuk pemberian pakan, untuk udang dewasa diberikan 4 kali sehari, sekitar 2 sack untuk satu kali makan. Pemanenan udang dapat dilakukan jika udang telah dipelihara selama 4 bulan, ukuran dan umur udang pada saat itu sudah cukup besar dan siap untuk dipasarkan. Untuk pemasaran udang putih ini telah memiliki pembeli tetap yaitu perusahaan dari Surabaya, dan sebagian lagi didistribusikan di sekitar daerah tersebut. Penjualan udang putih ini, dijual dengan harga Rp. 53.000/kg, sementara produksi udang putih untuk satu petak tambak mencapai 17 ton, maka dapat diperkirakan pendapatan tiap panen satu petak tambak adalah sekitar 1 milyar rupiah dan untuk 15 tambak yang dimiliki, pendapatannya mencapai 15 milyar untuk sekali panen. Sungguh pendapatan yang memuaskan, keuntungan yang besar didapatkan dari pengorbanan yang besar pula. Salah satu keuntungan dari adanya budidaya udang putih ini yaitu menciptakan lapangan kerja bagi penduduk yang tinggal di sekitar daerah pembudidayaan tersebut. Beberapa teori yang telah kami dapatkan mengenai system budidaya intensif sesuai dengan aplikasinya di daerah Punaga tersebut, tapi menurut pegawai tempat tersebut tidak menutup kemungkinan dari beberapa teori yang ada tidak diterapkan pada system budidaya di tempat tersebut dengan alas an keadaan yang tidak mendukung untuk menerapakan teori yang ada. Teknologi budidaya intensif ditandai dengan: 1. Petak tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil. Luas petak tambak antara 0,2-0,5 ha, walaupun ada pada petak yang luasnya 1,0 ha yang dikelola secara intensif 2. Persiapan lahan untuk pemeliharaan (pengelolaan tanah dan perbaikan wadah budidaya) dan penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk, dan bahan kimia) menjadi sangat mutlak dibutuhkan.
13

3. Biota budidaya bergantung sepenuhnya pada pakan buatan atau pakan yang diberikan secara teratur. 4. Penggunaan sarana budidaya untuk mendukung usaha budidaya, seperti pompa dan aerator. 5. Produksi (hasil panen) sangat tinggi. Kendala untuk budidaya udang secara intensif yaitu : 1. Kualitas air tetap kunci utama keberhasilan budidaya. Pada saat kondisi air lebih asam, amoniak hasil dekomposisi sisa-sisa pakan dan kotoran udang atau makhluk hidup lain yang berada di sekitarnya menjadi lebih beracun. Parahnya lagi suasana asam membuat plankton membludak lalu menjadi kompetitor penyerap oksigen. 2. Hujan. Limpahan air dari kemurahan alam itu menyebabkan kualitas air berubah.

14

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil kunjungan ke daerah Punaga yang merupakan tempat pembudidayaan Udang Putih secara intensif dapat disimpulkan bahwa, dari teori yang diterima dalam proses perkuliahan tentang system budidaya secara intensif, sebagian besar teori telah diaplikasikan pada system budidaya udang putih di Punaga. Misalnya, dalam hal penggunaan pakan buatan secara teratur, penggunaan aerator, dan luas tambak yang digunakan yaitu sekitar 0,5 Ha sedangkan menurut teori yang ada tambak intensif adalah tambak dengan

pematang semen (beton), dengan pompa air, kincir, pakan 100% pelet dan tingkat penebaran di atas 40.000 per hektar. Target panen minimal 1 ton. B. Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan yakni dalam setiap usaha yang akan dimulai, kita harus mencoba dan tidak takut untuk rugi karena dibalik usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas nantinya akan mendapat hasil yang maksimal pula.

15

DAFTAR PUSTAKA

Anonima . 2011. Budidaya Perikanan. http://pustaka.ut.ac.id/index.php?option=com _content&view=category&id=128&Itemid=95 Anonimb. 2011. Aplikasi Bioflok Dalam Budidaya Udang Putih. file:///C:/Users/ Axioo/Downloads/udang/Aplikasi%20teknologi%20bioflok%20dalam%20b udidaya%20udang%20putih_files/Aplikasi%20teknologi%20bioflok%20dal am%20budidaya%20udang%20putih.htm Anonimc.2011. Mengenal Udang Putih Vanamei /30829740/Mengenal-Udang-Putih-Vanamei http://www.scribd.com/doc

Anonimd. 2011. Produksi Udang putih untuk Ekspor. http://foragri.blogsome.com/ Anonime. 2011. Budidaya Udang.
http://teknisbudidaya.blogspot.com/2007/10/ budidaya-udang.html

Burford, Michele A, dkk. 2002. Nutrient and microbial dynamics in high-intensityzero-exchange shrimp ponds in Belize. aCSIRO Marine Research. Australia. Lertsutthiwong, Pranee, dkk. 2009. Optimization Of Chitosan Flocculation For Phytoplankton Removal In Shrimp Culture Ponds. Metallurgy and Materials Science Research Institute, Chulalongkorn University, Bangkok. Thailand. S u p o n o, Wardiyanto, 2008. Evaluasi budidaya udang putih (litopenaeus vannamei) dengan Meningkatkan kepadatan tebar Di tambak intensif. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

16

Anda mungkin juga menyukai