Anda di halaman 1dari 18

BUDIDAYA KEPITING DAN

UDANG

NURUL FADHILA
AGUSTINAWATI
MEILIANA
KEPITING
ASAL USUL KEPITING
Kepiting bakau mempunyai daerah penyebaran geografis mulai
dari Pantai Barat Afrika Selatan, Madagaskar, India, Sri Langka,
Seluruh Asia Tenggara sampai kepulauan Hawaii; Di sebelah Utara:
dari Jepang bagian Selatan sampai Pantai Utara Australia, dan di
Pantai Barat Amerika bagian Selatan. Kepiting bakau sesuai dengan
jenisnya, memiliki wilayah habitat yang juga spesifik. Sejak tahun
1980-an, kepiting bakau telah menjadi komoditas perikanan penting,
mempunyai nilai ekonomis penting, dan memiliki harga yang tinggi
baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri, antara lain di Asia
(seperti Singapura, Thailand, Taiwan, Hongkong dan China), maupun
di Amerika dan Eropa.
TAHAPAN ATAU PROSES BUDIDAYA KEPITING
A. Teknik Budidaya
1. Persiapan tambak
2. Pemilihan
3. Panen dan pasca panen
B. Teknik Budidaya Pembesaran
1. Pemilihan lokasi budidaya
2. Tempat pemeliharaan
3. Pemilihan benih
4. Pengangkuta Benih
5. Penebaran
6. Pemilihan Benih
7. Pemanenan
1. Pemilihan lokasi budidaya
Pemilihan lokasi budidaya harus tepat secara teknis operasional dengan
mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya mutu air cukup baik, salinitas dan
pH air
2. Tempat pemeliharaan
Untuk tempat pemeliharaan kepiting yang berasal dari kurungan bambu (karamba)
disarankan berukuran 1,5x1x1meter atau 2x1x1meter, hal ini bertujuan
memperrmudah pengelolaannya terutama pada waktu mengangkat karamba di
waktu panen
3. Pemilihan benih
Kesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang menunjang keberhasilan
dalam usaha penggemukan kepiting. Oleh sebab itu pemilihan dan pengelolaan
benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga bisa dilihat dari kelengkapan
kaki-kakinya.
4. Pengangkutan benih
Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan sewaktu suhu udara rendah dan kurang sinar
matahari. Tereksposenya benih kepiting ke dalam sinar matahari bisa menimbulkan
dehidrasi yang pada akhirnya cairan dalam tubuh kepiting akan keluar semuanya sehingga
menyebabkan kematian
5. Penebaran
Penebaran kepiting dilakukan pada pagi atau sore hari pada karamba. Benih kepiting yang
ditebarberukuran berat 200 – 300 gram per ekor. Untuk ukuran karamba 1,5 – 2 x 1 x 1
meter kepadatan tebar nya kurang lebih 15 – 25 kg atau sebanyak 60 – 70 ekor.
6. Pemeliharaan
Posisi karamba sebaiknya menggantung berjarak 15 cm dari dasar perairan yang tujuannya
agar sisa pakan yang tidak termakan jatuh ke dasar perairan tidak mengendap di dalam
karamba.
7. Pemanenan
Untuk memanen kepiting digunakan alat berupa seser baik untuk tujuan pemanenan total
maupun selektif. Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga terampil untuk menangkap
dan kemudian mengikatnya.
MANFAAT BUDIDAYA KEPITING

1. Dapat memperoleh keuntungan baik dari segi ekonomis maupun dari


segi konsumsi sebagai makanan
2. Dapat memperoleh hasil yang maksimal dari kualitas hasil produksi.
3. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena terbukanya
lapangan pekerjaan.
KARAKTERISTIK KEPITING

Karakteristik kepiting bakau memiliki bentuk badan relatif pendek


dengan abdomen yang tereduksi. Badan yang pendek diakibatkan oleh fusi
antara kepala dan toraks membentuk cefalotoraks dan ditutupi oleh karapas.
Karapas berbentuk menyerupai segi enam, agak bulat atau oval, ukuran chela
kanan lebih panjang daripada chela kiri, pasangan kaki terakhir berbentuk
pipih dan diadaptasikan untuk berenang. Sisi anteroteral karapas berduri
sembilan buah dengan ukuran yang hampir sama. Jarak antar ruang rongga
mata (orbital) luas, bagian depan mempunyai enam buah duri, serta memiliki
ruas propodus cheliped yang menggembung. Pasangan kaki pejalan yang
terakhir (pleopod V) berbentuk memipih pada ruas terakhirnya (propodus dan
daktilus). Capit (pleopod I) mempunyai bagian propodus menggembung
dengan permukaan yang licin. Kepiting bakau memiliki 6 buah duri diantara
sepasang mata, dan 9 duri disamping kiri dan kanan mata.
DOMESTIFIKASI KEPITING

Domestifikasi induk kepiting bakau yang berasal dari tambak pada semua
kelompok ukuran menghasilkan pertumbuhan dan kelulusan kehidupan yang
lebih baik dibanding dengan kehidupan atau habitat aslinya . Budidaya kepiting
bakau saat ini mulai berkembang dengan domestifikasi yang dilakukan manusia
pada kepiting berupa cangkang yang lunak sehingga dalam mengkonsumsi
kepiting akan jadi lebih mudah.
UDANG
ASAL USUL UDANG
Udang vaname atau biasa juga disebut udang vannamei (Litopenaeus
vannamei) merupakan udang introduksi. Habitat asli udang ini adalah di
perairan pantai dan laut yang ada di Pantai Pasifik Barat Amerika Latin.
Pertama kali udang ini diperkenalkan di Tahiti pada awal tahun 1970, tetapi
hanya sebatas pada penelitian tentang potensi yang dimiliki oleh udang
tersebut. Lalu selanjutnya untuk pengembangan budidaya yang intensif di
lakukan di Hawaii (Barat Pantai Pasifik), Teluk Meksiko (Texas), Balize,
Nikaragua, Kolombia, Venezuela dan di Brazil pada akhir 1970an.
TAHAPAN ATAU PROSES BUDIDAYA
1. Persiapan tambak
Persiapan tambak bertujuan membantu proses oksidasi yang dapat menetralkan sifat
keasaman tanah, menghilangkan gas-gas beracun dan membantu membunuh telur-telur hama
yang tertinggal. Persiapan tambak meliputi pengeringan dasar tambak, pengapuran dan
pemupukan.
2. Pengeringan tambak
Budidaya udang dimulai dengan kegiatan pengeringan tambak. Dasar tambak dikeringkan,
sehingga retak-retak. Selama pengeringan, sisa-sisa klekap, lumut dan tumbuhan lain
dibuang dan dibersihkan. Pengeringan lahan tambak selama 2 – 3 minggu, tergantung dari
keadaan cuaca.
3. Pengapuran
Kapur berfungsi meningkatkan kapasitas penyangga air dan menstabilkan pH.
4. Pemupukan
Pupuk berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi udang selama dibudidayakan. Pupuk
organik antara lain bungkil biji teh, saponin dan pakan rusak
5. Pengisian air
Sebelum dilakukan pengisian air, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
pemasangan filter air pada pintu pemasukan yang bertujusn untuk menyaring ikan beserta
telurnya dan organisme-organisme lain yang menjadi pengganggu, penyaing, bahkan
sebagai pemangsa udang yang dipelihara.
6. Penumbuhan plankton
Untuk menumbuhkan plankton ada beberapa persyaratan yaitu adanya bibit plankton di
dalam air baik dari alam maupun dari penebaran yang sengaja dilakukan, memeberikan
jenis pupuk yang sesuai dengan jenis plankton.
7. Pemberian fermentasi bakteri
Pemberian fermentasi bakteri dilakukan pada pagi hari yaitu sebelum matahari terbit dan
disebarkan merata pada seluruh kolam. Pemberian fermentasi bakteri bertujuan untuk
memacu pertumbuhan plankton terutama phitoplankton, membantu proses penguraian
bahan organik yang berasal dari kotoran udang/ikan, sisa pakan, plankton mati, bangkai
udang/ikan, serta bahan organik yang terbawa dari sumber air,
8. Ukuran benur/benih realtif seragam
Benur yang lulus seleksi dan telah mengalami proses aklimatisasi bisa langsung
ditebar perlahan-lahan kedalam petak pembesaran dengan kepadatan 100 – 125
ekor/m2.
9. Manajemen pakan
Pemberian pakan yang baik merata, dalam arti dapat diusahakan agar satu individu
udang dapat memperoleh bagian pakan yang sama dengan individu yang lainnya.
Pemberian pakan yang merata menghindari terjadinya kompetisi dalam mendapatkan
makanan.
10. Panen
Udang vaname dapat dipanen setelah berumur 120 hari dengan berat berkisar 16 –
20 g/ekor. Pemanenan udang dapat dilakukan kapan saja, tetapi umumnya
pemanenan dilakukan pada malam hari. Selain untuk menghindari terik matahari,
pemanenan pada malam hari juga bertujuan untuk mengurangi resiko udang ganti
kulit selama panen akibat stres, karena udang yang ganti kulit akan menyebabkan
penurunan harga jual.
MANFAAT BUDIDAYA UDANG

1. Dapat memperoleh keuntungan baik dari segi ekonomis maupun dari segi
konsumsi sebagai makanan
2. Dapat memperoleh hasil yang maksimal dari kualitas hasil produksi.
3. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena terbukanya lapangan
pekerjaan.
4. Budidaya udang dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengelola potensi sumber
daya alam
KARAKTERISTIK UDANG

Karakteristik udang vaname yaitu memiliki tubuh yang dibalut kulit


tipis keras dari bahan chitin berwarna putih kekuning-kuningan dengan kaki
berwarna putih. Untuk ukuran tubuhnya sendiri bila dibandingkan dengan
udang windu ataupun udang jrebug, udang vaname memiliki ukuran yang
lebih kecil. Tubuh udang vaname dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu
bagian cephalothorax yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen
yang terdiri atas perut dan ekor. Cephalothorax dilindungi oleh chitin yang
tebal atau disebut juga dengan karapas (carapace). Bagian cephalothorax ini
terdiri atas lima ruas kepala dan delapan ruas dada.Sedangkan untuk bagian
tubuhnya (abdomen) terdiri atas enam ruas dan satu ekor (telson). Ada bagian
dari kepala yang sedikit menjorok keluar, sebenarnya bagian ini adalah
kelopak kepala yang memanjang dengan bagian pinggir bergerigi yang disebut
juga dengan cucuk (rostrum). Pada bagian rostrum bergerigi dengan sembilan
gerigi pada bagian atas dan dua gerigi pada bagian bawah. Sementara itu
untuk bagian di bawah pangkal kepala terdapat sepasang mata.
PROSES DOMESTIFIKASI

Induk udang vannamei sudah didemostikasi (produksi secara missal).


Keberhasilan demostikasi membuka peluang untuk melakukan rekayasa
genetika (improvement genetika) sehingga saat ini mampu dihasilkan induk
yang tahan penyakit specific phatogen resistan (SPR) dan induk bebas
penyakit specific phatogen free (SPF).
Hawaii dan Equador yang melakukan riset dan kajian sejak tahun
1992, yang pada tahun 1996 telah berhasil mendomistikasi sehingga dapat
memproduksi induk udang secara missal yang bebas penyakit (specific
phatogen free) dan tahan penyakit specific phatogen free.

Anda mungkin juga menyukai