Anda di halaman 1dari 8

DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRAN

Laporan kunjungan BBI Ringdikit, KJA Bali Barramundi Patas, Tambak


Udang Danu Mas Pejarakan, BBRBLPP Gondol

NAMA : SILUH MADE MARIA THERESIA PUTRI PUSPITHA

NIM : 1913111001

PRODI : S1 AKUAKULTUR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2019
1. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau, bergaris pantai sepanjang 81.000 km.
Sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan, hal ini dikonfirmasi dari data
KKP, luas wilayah daratan sebesar 1,91 juta km2 sedangkan luas wilayah perairan mencapai
6,32 juta km2. Dari latar belakang tersebut tidak heran Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar, khususnya pada sector perikanan. Di Indonesia sector perikanan tangkap saat ini
memiliki masalah yaitu overfishing, overfishing ini dapat diakibatkan dari beberapa hal
diantaranya adalah kenaikan pesat dalam kebutuhan produk perikanan, penggunaan jaring
yang ukuran lubangnya kecil sehingga anakan ikan ikut tersangkut pada jaring, dan
menggunakan teknik penangkapan yang merusak.
Agar permasalahan overfishing ini dapat dikendalikan dan diatasi, maka dilakukan
upaya budidaya perikanan yang meliputi, budidaya ikan, budidaya Mollusca, budidaya
rumput laut, budidaya air payau dan budidaya air tawar. Budidaya perikanan ini dapat
dilakukan di berbagai media, seperti kolam, KJA, bak fiber dan masih banyak lagi sesuai
dengan jenis ikan yang ingin dibudidayakan. Dalam kunjungan pada tanggal 19 November
2019 mahasiswa Perikanan dan Kelautan semester 1 UNDIKSHA, melakukan kunjungan ke
berbagai tempat budidaya perikanan. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui langsung
kegiatan budidaya di lapangan, mulai dari pembibitan ikan air tawar, pembesaran udang
vannamei dalam tambak, bentuk Karamba Jaring Apung dan pembudidayaan abalone beserta
teripang. Diharapkan dari kegiatan ini mahasiswa dapat mengenal kegiatan budidaya yang
ada dan mengetahui banyak informasi yang tidak bisa didapatkan didalam kelas saja.

2. HASIL DAN DISKUSI


2.1 BALAI BENIH IKAN, RINGDIKIT
Di balai benih ikan yang berlokasi di
Ringdikit ini, dibudidayakan beberapa jenis ikan
idukan air tawar seperti Indukan Nila
(Oreochromis niloticus), Karper (Cyprinus
carpio), dan Koi . Untuk kolam dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu kolam untuk pemijahan,
larva, perawatan benih dan kolam indukan. Untuk ukuran kolam bervariasi sesuai dengan
jenis kolam tersebut, kolam indukan berukuran 3x6 dengan kedalaman 1,5 m , untuk kolam
pembenihan berukuran 5x7 m dengan betina 30 ekor dengan 50 ekor.
Untuk tempat telur pemijahan digunakan
kakaban dari ijuk, setelah 3 hari telur akan menetas
dan dibawa ke kolam larva. Biasanya telur yang
bagus akan menetas selama 1 hari, pemindahan
bibit akan melalui saluran outlet yang mengarah ke
kolam perawatan larva, setelah itu larva akan diberi
pakan berupa tepung ikan.

Penyebaran pupuk kandang juga digunakan di


pojok-pojok kolam untuk mempertahankan
kualitas air, dan membantu proses pakan alami.
Harga untuk bibit ikan Nila Rp. 500,- untuk 1
ekor bibit. Untuk sumber perairan di Balai Benih
Ikan ini berasal dari perairan subak, aliran kolam
menggunakan saluran inlet dan outlet. Untuk saluran inlet berada lebih tinggi dibandingkan
kolam agar memudahkan air masuk, sedangkan untuk saluran outlet lebih rendah untuk
memudahkan mengeluarkan air.

Untuk jenis pakan ada dua, yaitu


pakan mengapung dan pakan
tenggelam. Pakan tenggelam ini berupa
konsentrat yang ukurannya lebih besar
dibandingkan pakan mengapung dan
bentuknya menyerupai tabung,
sedangkan pakan mengapung lebih kecil dan bentuknya bulat kecil-kecil menyerupai tepung
sehingga dapat mengapung di air. Didalam kolam juga dikembangbiakan lumut yang
digunakan sebagai pakan alami ikan yang dibudidayakan.
Untuk memisahkan indukan dari
anakan/larva yang telah menetas akan
digunakan jaring, ukuran lubang jaring
sedikit lebih besar dari ukuran anakan tetapi lebih kecil disbanding ukuran indukan ikan
sehingga dapat menyaring indukan ikannya saja. Sedangkan untuk mengambil bibit ikan
untuk dijual menggunakan jaring yang lebih kecil yang sudah dikaitkan dengan bamboo,
sehingga nantinya bibit ikan dapat terambil dengan baik.

2.2 PT. BALI BARRAMUNDI, PATAS

Bentuk Karamba Jaring Apung (KJA) yang ada di PT. Bali Barramundi ini ada dua
jenis, yaitu berbentuk lingkaran yang berbahan dasar plastic yang ramah lingkungan dan jenis
yang kedua berbentuk persegi yang diberikan sekat-sekat pembatas antara kolam lain
menggunakan jaring. Diatas KJA yang berbentuk persegi ini terdapat papan kayu sebagai
pijakan untuk berjalan, serta terdapat rumah jaga. Untuk ikan yang dibudidayakan dalam KJA
lingkaran adalah ikan kakap putih (Lates calcarifer) . Untuk kedalaman KJA ini 2,5 m dan
untuk satu kolam dapat menampung ikan sebanyak 4000 ekor.
Untuk pakan diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore),
kebutuhan sekali pakan dapat menghabiskan 10 karung.
Bentuk pakan ini lebih besar dibandingkan pellet, bentuknya
bulat dan jenisnya merupakan pakan tenggelam. Ikan yang
ukurannya kecil terlebih dahulu ditempatkan diKJA
berbentuk persegi, setelah besar baru akan dipindahkan ke
KJA berbentuk lingkaran. Ikan baru akan diletakan ke KJA
setelah berusia 2 bulan dari hatchery.
Ikan yang hidup dalam karamba jaring apung ini rentan terkena stress dikarenakan adanya
faktor perubahan suhu air. Selain ikan kakap disini juga dibudidayakan ikan bawal
(Bramidae), dan ikan scubia. Ikan scubia (lele laut) ini diberikan pakan berupa ikan rucah
segar, ciri-ciri nya tidak memiliki gigi dan menyerupai ikan hiu.
2.3 PT. MENJANGAN MAS, PEJARAKAN
Pada tahun 2014 PT
Menjangan Mas digantikan
menjadi PT Piramid Paramun
Indonesia. Total adanya
kolam di PT Piramid
Paramun Indonesia ini total
101 kotak kolam dengan luas
2000-2500 m3, dengan kedalaman kolam 2 meter. Untuk alas kolam menggunakan plasti
HDPE Geomembrane karena biaya produksi dan perbaikan kolam yang menggunakan
plastic ini lebih murah dibandingkan menggunakan beton. Pada bagian atas kolam
dibentangkan benang nylon untuk menjaga agar burung tidak bisa memangsa udang yang ada
di kolam, padat tebar 120 ekor/m3.
Untuk pemberian pakan diberikan 5 kali
sehari menggunakan pakan pellet. Pemberian
pakan dilakukan dengan menggunakan
automatic feeder yang otomatis menyala saat
menit-menit tertentu dan pemberian pakan juga
dilakukan secara manual. Dalam kolam juga
terdapat jembatan anco yang digunakan untuk
mengecek udang secara berkala. Usia udang vannamei 28 DOC (Day of Culture) yang artinya
28 hari setelah tebar, setelah tebar udang vanamei diberikan bakteri 2 hari sekali dan diselingi
dengan pemberian plankton. Air yang ada pada kolam dapat menentukan jumlah bakteri yang
ada, ketika air sudah mulai agak jernih maka jumlah bakteri menurundan akan dilakukan
penambahan bakteri sehingga jumlah mencukupi. Untuk sterilisasi air kolam biasanya
menggunakan kaporit, dan pemupukan menggunakan pupuk kandang.
Penggunaan kincir untuk satu blok kolam berjumlah
12 kincir, peranan kincir sebagai pemasok oksigen dan
untuk membuat arus air agar kotoran beserta endapan
dasar kolam dapat mengumpul di satu tempat sehingga
memudahkan ketika melakukan sipon (pengangkatan
sedimen dasar kolam). Pada saat siang hari kincir dihidupkan hanya beberapa saja, hal ini
dilakukan untuk menghemat listrik dan ketika siang hari pasokan oksigen lebih banyak
dibandingkan malam hari. Ukuran kecerahan kolamsekitar 30-40 cm. Kolam yang baik
biasanya berwarna hijau karena menandakan adanya banyak plankton. Udang molting saat
bulan purnama/ 15 hari sekali.
Pada saat berusia DOC 40
udang vannamei rentan terkena
penyakit, penyakit yang biasa
menyerang yaitu MYO, penyakit ini
menyerang system syaraf pada udang
dengan ciri-ciri udang yang terkena
penyakit warna ekornya merah.
Penyakit MYO ini, disebabkan oleh virus, selain itu penyakit MYO disebabkan oleh kualitas
air yang buruk, kondisi lingkungan, tingkat padat tebar yang tinggi, dan kadar oksigen yang
kurang. Untuk mengatasi penyakit MYO ini biasanya dilakukan pembuangan terhadap udang
yang terkena penyakit karena dapat menularkan penyakit ini kepada udang yang lainnya.
Penyakit lain yang muncul berupa white feses yaitu berak putih, gejalanya udang akan
berwarna pucat dan munculnya feses berwarna putih di permukaan air tambak.
Panen udang vannamei dilakukan setelah berumur 90-100 hari. Untuk teknis
pemanenan, terlebih dahulu air yang ada dalam kolam dibuang melalui saluran outlet, setelah
itu air disisakan secukupnya lalu akan di jaring dan diseleksi menjadi beberapa ukuran.
Harga untuk panen dibagi menjadi beberapa size yaitu, Size 100 (100 ekor udang dalam 1 kg)
diberikan harga Rp. 50.000,- , untuk Size 40 Rp. 90.000,- semakin kecil sizenya maka
semakin mahal harganya. Namun, size yang terlalu kecil biasanya tidak laku di pasaran.

2.4 BALAI BESAR RISET BUDIDAYA LAUT, GONDOL


TERIPANG

Di Balai Besar Riset Budidaya Laut ini


dibudidayakan teripang, untuk
pakannya terlebih dahulu air dipupuk
menggunakan pupuk pertanian agar
ditumbuhi benthos. Pemijahan
dilakukan di dalam bak fiber, apabila telur sudah menetas akan dipindahkan ke kolam larva.
Proses pembenihan dilakukan 5 bulan lamanya, kemudian setelah itu akan dipindahkan ke
kolam tambak. Penyakit pada teripang biasanya adalah jamur putih.
Teripang mengandung 80% air dalam tubuhnya, dan ketika basah bisa dijual dengan harga
Rp. 20.000,- per kg. Pakan yang diberikan sebanyak 1 kali sehari berupa campuran antara
probiotik dan tepung ikan. Ketika teripang mengalami stress, tubuhnya akan hancur dan juga
dapat mengeluarkan organ dalam tubuhnya dan meregenerasinya kembali. Teripang dapat
dijadikan obat dan makanan. Disini juga ada teripang Gamat yang didatangkan dari Labuan
bajo, bentuknya memanjang, berwarna kuning dengan bintik hitam, dan bagian permukaan
tubuhnya keras

ABALONE
Abalone merupakan hewan endmik dari Indonesia, pada tahun 2007 abalone sudah dapat
dikatakan overfishing, karena sebelumnya untuk mendapatkan 10kg abalone dialam sangat
mudah sedangkan sekarang sudah mulai menurun. Abalone dipasarkan ke Hongkong dan
Thailand. Untuk membedakan jantan dan betina, terdapat warna pada bagian antara
cangkang dengan badannya yang lunak. Apabila warnanya krem maka itu jantan dan jika
warnanya hijau berjenis kelamin betina. Untuk indukan berusia 18 bulan, larva abalone yang
dimasukan ke keranjang berusia 2 bulan. Makanannya dapat berupa plankton yang menempel
dan diatom. Dalam kolan diberikan aerator oksigen untuk memasok oksigen dalam air kolam.
Untuk saat ini Abalone hanya dipasarkan untuk konsumsi.
3. KESIMPULAN

Dari kunjungan BBI Ringdikit, KJA Bali Barramundi Patas, Tambak Udang Danu Mas
Pejarakan, dan BBRBLPP Gondol dapat ditarik kesimpulan, budidaya ikan merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi overfishing yang ada di Indonesia, selain itu juga
untuk mendapatkan keuntungan dalam kegiatan budidaya. Dalam usaha budidaya ini juga
membutuhkan lahan, alat-alat, pakan, dan sumber daya manusia yang memadai untuk
mengelola budidaya ikan. Yang sangat perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya ikan ini
adalah manajemen air, karena air merupakan media tempat ikan hidup, apabila manajemen
kualitas air buruk maka akan meyebabkan ikan mudah stress dan terkena penyakit. Selain itu
dari kunjungan lapangan ke empat lokasi berbeda ini para mahasiswa dapat menambah ilmu
pengetahuan tentang budidaya mulai dari pembibitan, budidaya air tawar, air payau dan air
laut. Sehingga nantinya dapat pergunakan pada masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai