Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH TEKNOLOGI

PRODUKSI PAKAN ALAMI


“MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA TAMBAK UDANG
VANAME (Penaeus vannamei)”

DISUSUN OLEH:

SAFIRA_O27120005

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERITAS TADULAKO
PALU
2022
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis crustacea

yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan telah banyak dibudidayakan. Jenis udang

vaname memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah pertumbuhan lebih

cepat, memiliki toleransi yang lebar terhadap parameter lingkungan serta relatif

tahan terhadap penyakit, mampu memanfaatkan seluruh kolam air dari dasar

tambak hingga ke lapisan permukaan, memanfaatkan pakan lebih efisien sehingga

memiliki produktivitas yang tinggi. Faktor-faktor tersebut memungkinkan udang

vaname untuk dipelihara di tambak dengan kondisi padat tebar yang tinggi karena

mampu memanfaatkan pakan dan ruang secara lebih efisien (Khairul dan Iskandar

2008).

Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang vaname

karena menyerap 60−70% dari total biaya operasional. Pemberian pakan yang

sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vaname

secara optimal sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan. Pada prinsipnya

semakin padat penebaran benih udang berarti ketersediaan pakan alami semakin

sedikit dan ketergantungan pada pakan buatan semakin meningkat. Pemberian

pakan buatan didasarkan pada sifat dan tingkah laku makan udang vaname

(Nuhman, 2009).

Manajemen pemberian pakan pada pembesaran udang vaname dilakukan

untuk mepercepat laju pertumbuhan dan mempertahankan tingkat kelangsungan

hidup udang vaname sehingga didapatkan pemberian pakan yang sesuai dengan
dosis dan jenis pakan yang berkualitas baik. Rangkaian kegiatan tersebut pada

dasarnya bertujuan agar lama pemeliharaan singkat, produksi maksimal dan pakan

yang digunakan dapat ditekan seminimal mungkin.

1.2 Tujuan Dan Manfaat

Tujuan penulisan tugas makalah ini adalah untuk menguraikan manajemen

pemberian pakan pada tambak vaname (Penaeus vannamei). Manfaat penulisan

makalah ini adalah diharapkan dapat memperluas wawasan dan sebagai acuan

dalam melakukan kegiatan budidaya udang vaname pada tambak intensif.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Holthuis (1980), pemberian nama ilmiah udang vaname pertama

kali dilakukan oleh Bonne 1931 dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom :

Animalia Subkingdom : Metazoa Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Subordo : Eucarida Ordo :

Decapoda Subordo : Dendrobrachiata Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei Boone 1931.

Gambar 2-1. Udang Kaki Putih (Panaeus vannamei)

Tubuh udang vaname terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan

bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax

yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada.

Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai

sepasang anggota badan (kaki renag) yang beruas-ruas pula. Ujung ruas keenam

terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing (Wayban dan

Sweeney, 1991).
Udang vaname termasuk genus Penaeus dicirikan oleh adanya gigi pada

rostrum bagian atas dan bawah, mempunyai dua gigi di bagian ventral dari

rostrum dan gigi 8-9 di bagian dorsal serta mempunyai antena panjang (Elovaara,

2001). Menurut Kordi (2007), kepala udang vaname antenna, antenula, dan 3

pasang maxilliped. Kepala udang vaname juga dilengkapi 3 pasang maxilliped

dan 5 pasang kaki jalan (periopoda). Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan

berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung periopoda beruas-ruas yang

berbentuk capit (doctylus). Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, ke-3. Abdomen

terdiri dari 6 ruas, ada bagian abdomen terdapat 5 pasang (pliopoda) kaki renang

dan sepasang uropods (ekor) yang membetuk kipas bersama-sama telson

(Suryanto dan Mujiman, 2004).

2.2 Habitat dan Siklus Hidup

Udang vaname adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah dasar

dengan kedalaman 72 meter. Udang vaname dapat ditemukan di perairan atau

lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat udang

vaname berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-

tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vaname bersifat bentis dan

hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang

vaname adalah dasar laut campuran lumpur dan pasir (Haliman dan Adijaya,

2006).
2.3 Makan dan Kebiasaan Makan

Menurut Haliman dan Dian (2005), udang vaname termasuk golongan

omnivora atau pemakan segala. Beberapa sumber pakan udang antara lain udang

kecil (rebon), fitoplankton, copepod, polychaeta, larva kerang dan lumut. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa udang vaname mencari dan mengidentifikasi pakan

menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang

terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior,

antenula, bagian mulut, capit, antena, dan maxilliped. Dengan bantuan sinyal

kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi

sumber pakan. Untuk mendekati sumber pakan, udang akan berenang

menggunakan kaki jalan yang memiliki capit, kemudian dimasukkan ke dalam

mulut. Selanjutnya, pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan

dan oesophagus. Apabila pakan yang dikonsumsi terlalu besar, akan dicerna

secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut.

Spirulina sp. berasal dari golongan Cyanophyta atau alga hijau biru yang

memiliki kandungan protein cukup tinggi yaitu 53-62%, karbohidrat 17-25% dan

lemak 4-6% (Susanna dkk. 2007). Kandungan mineral juga lengkap seperti

Kalsium, Magnesium, Besi, Fosfor, Potassium, Sodium dan Mangaan. Menurut

Moorhead and Capelli (2011) kandungan asam amino esensial cukup lengkap

dengan kandungan leusin yang paling tinggi 8,15%. Asam amino non-esensial

glutamic acid hingga 15%. Kandungan vitamin yang dimiliki juga cukup

kompleks seperti vitamin B1, B2, B3, B6, B9, B12, Vitamin C, Vitamin D dan

Vitamin E dengan kandungan betakaroten yang cukup tinggi (Susanna dkk. 2007)
2.4 Pakan Buatan

Pakan buatan (artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan

disiapkan. Beberapa hal penting perlu diperhatikan selama pemberian pakan pada

hewan budidaya (Nur, 2011), antara lain; (1) pakan berkualitas merupakan hasil

formulasi dengan menyediakan nutrien sesuai dengan kebutuhan kultivan yang

akan dipelihara, diproduksi dengan kualitas baik dimana nutrien yang ada dapat

tercerna secara maksimal; (2) menggunakan pakan yang atraktif, tinggi, serta size

atau ukuran yang sesuai dengan hewan yang dipelihara; (3) mempertahankan

kualitas pakan melalui penyimpanan dan penanganan yang baik dan benar; (4)

memberikan pakan pada kultivan dengan jumlah dan frekuensi yang tepat dan

sesuai dengan jumlah dan ukuran populasi; (5) mendistribusikan pakan secara

merata pada media budidaya (tambak, kolam dan sebagainya) sehingga semua

udang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan; (6)

Pengaturan pakan berdasarkan kualitas air dan nafsu makan udang.

2.5 Kandungan Gizi Pakan Buatan

2.5.1 Protein

Protein penting untuk memfungsikan jaringan secara normal, untuk

memelihara dan memperbaiki protein tubuh serta untuk pertumbuhan udang.

Kebutuhan protein tersebut sekitar 2–3 kali lebih tinggi dari pada kandungan

nutrisi dari mamalia. Kebutuhan protein udang dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti suhu air, tingkat pemberian pakan, keberadaan dan kualitas pakan alami

serta kandungan energi yang dapat dicerna pada pakan terutama protein yang
lebih rendah (25–30%) dari udang yang dibudidayakan di subtropis (30–40%).

Udang membutuhkan makanan yang mengandung protein dalam kisaran yang

berbeda-beda, biasanya antara 20−60% sedangkan kebutuhan optimum berkisar

antara 30–60%. Dimana protein tersebut bersumber dari tumbuhan (protein

nabati) dan protein hewani (Mudjiman dan Suyanto, 1989)

2.5.2 Lemak

Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan

dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber energi

sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil. Fungsi lemak

dalam tubuh udang antara lain sumber energi. Membantu penyerapan kalsium dan

vitamin A dari makanan. Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat,

asam lemak ini banyak terdapat pada bagian kepala udang, di dalam tubuh udang

kelebihan lemak disimpan dalam bentuk trigliserida. Di samping asam lemak

essensial udang juga membutuhkan kolesterol dalam makanannya, sebab udang

tak mampu mensintesa nutrien itu dalam tubuh udang. Kolesterol berperan dalam

proses moulting. Penambahan kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan

akan sangat berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan

sebanyak 0,5% (Frans, 2010).

2.5.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari serat kasar dan

bahan bebas tanpa nitrogen. Unsur-unsur karbohidrat terdiri dari karbon,

hydrogen, dan hydrogen dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat


dalam bentuk yang sederhana pada umumnya lebih mudah larut dalam air dari

pada lemak atau protein (Kordi, 2014).

Karbohidrat juga merupakan bagian dari bahan organic yang paling

banyak terdapat dalam pakan dan dibutuhkan oleh tubuh udang. Peranan

karbohidrat adalah sebagai sumber energi, pembakar lemak, memperkecil

penggunaan protein menjadi energi, menambah citarasa, memelihara kesehatan,

dan fungsi normal alat pencernaan (Christiyanto dan Sunarso, 2010).

2.5.4 Vitamin

Vitamin secara umum dikenal sebagai senyawa organik yang diperlukan

dalam jumlah sedikit, tetapi sangat penting artinya untuk perbaikan, pertumbuhan,

reproduksi dan kesehatan udang. Beberapa jenis vitaman yang dibutuhkan udang

antara lain; vitamin A, vitamin D3, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin

B12 dan vitamin C (Khairul dan Iskandar, 2008). Apabila ikan dan udang

kekurangan vitamin, maka gejalanya adalah nafsu makan hilang, kecepatan

tumbuh berkurang, warna abnormal, keseimbangan hilang, gelisah, mudah

terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna, pembentukan lendir

terganggu. Kebutuhan akan vitamin sangat dipengaruhi oleh usus ikan, umur,

kondisi lingkungan dan suhu air (Khairul dan Iskandar, 2008).

2.5.5 Mineral

Mineral merupakan bahan organik yang dibutuhkan oleh ikan dan udang

untuk pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme serta mempertahankan

keseimbangan osmotic dan untuk proses pertumbuhan normal ikan maupun udang
(Mudjiman dan Suyanto, 1989). Ikan dan udang sebagai organisme air yang

memiliki kemampuan dalam menyerap beberapa unsur anorganik, tidak hanya

dari makanan tetapi juga dari lingkungan. Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh

ikan dan udang sangat sedikit tetapi mempunyai fungsi yang sangat penting.

Dalam penyusunan pakan buatan mineral mix biasanya ditambahkan berkisar

antara 2-5% dari total jumlah bahan baku dan bervariasi bergantung pada jenis

ikan dan udang yang akan mengkonsumsinya (Gusrina, 2008).

2.6 Sifat Fisik Pakan

2.6.1 Water Stability Pakan

Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki oleh suatu

pakan mengingat sifat biologis udang yang mengkonsumsi makanan secara

lambat dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting

dalam menentukan efisiensi pakan secara langsung dapat mempengaruhi tingkat

rasio konversi pakan. Pakan yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air

merupakan pemborosan dan dapat menimbulkan pencemaran air yang akhirnya

menurunkan kualitas air dalam tambak (Harris, 1985 dan Naharuddin, 2008).

2.6.2 Aroma dan Rasa Pakan

Menurut Murdinah (1999), bahwa pakan yang baik mempunyai aroma

khas yang disukai udang. Tepung udang yang mengandung asam amino glisin

yang merupakan bahan pemikat yang dapat merangsang daya tarik udang pada

pakan. Disamping itu, keberadaan tepung dan minyak ikan dalam pakan
mempunyai manfaat dengan tepung kepala udang, yaitu sebagai sumber protein

dan bahan pemikat.

2.7 Manajemen Pemberian Pakan

Menurut Kordi (2010), pemberian pakan buatan dapat diberikan mulai

sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun, ukuran dan jumlah pakan

yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak

mengalami kekurangan pakan (under feeding) atau kelebihan pakan (over

feeding).

Under feeding dapat menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat,

ukuran udang tidak seragam, tubuh tampak keropos dan timbul kanibalisme.

Sementara over feeding bisa menyebabkan kualitas ait tambak menjadi jelek

(Kordi 2010).
BAB 3 METODE BUDIDAYA

3.1 Alat dan Bahan

No Nama alat Kegunaan


Untuk Mengontrol pakan dan kesehatan
1 Anco
udang
2 Baskom Untuk tempat pakan
3 Timbangan digital Untuk menimbang pakan
4 Keranjang Tempat sampel udang
5 Jala lempar Untuk memanen udang

Adapun bahan yang digunakan Bi-klin, Omega protein, pakan buatan, dan

vitamin c.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode partisifasi aktif adalah metode mengumpulkan data dimana peneliti

ikut melakukan apa yang dilakukan narasumber, mengamati apa yang dikerjakan

orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisifasi dalam aktivitas yang

diteliti.

Metode oberservasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala fisik untuk

kemudian dilakukan pencatatan.

3.3 Pemberian Pakan Dianco

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Persentase dari dosis pemberian pakan, diberikan ke anco sesuai dengan

feeding program.

3. Pakan dimasukkan ke anco

4. Anco diturunkan secara perlahan-lahan ke petak pemeliharaan.Pengamatan

pertumbuhan populasi dilakukan setiap hari di bawah mikroskop selama 9

hari menggunakan Sedgwick-rafter perbesaran 10x. Penghitungan

kepadatan spirulina sp dalam satuan unit/ml. satu unit diukur sebagai satu

sudut sinusoid pada filamen. Analisis biomassa menggunakan rumus

dari Anonymous 1971.
BAB 3 Pembahasan

4.1 Pertumbuhan Udang

Pertumbuhan merupakan pertambahan volume, panjang, serta bobot terhadap

satu satuan waktu tertentu. Bobot rata-rata udang yang terus bertambah dari waktu

ke waktu selama pemeliharaan merupakan wujud dari pertumbuhan udang. Dalam

budidaya pertumbuhan merupakan komponen utama menyatakan produktivitas

dengan cara melakukan sampling. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang

diberikan dapat memacu pertumbuhan udang secara optimal. Dengan

memperhatikan cara pemberian pakan yang baik akan memacu pertumbuhan

udang seperti penentuan jumlah pakan, frekuensi pemberian pakan dan waktu

pemberian. Menurut Kordi (2010), jumlah pakan yang dibutuhkan untuk setiap

stadia perkembangan udang berbedabeda. Oleh karena itu, dengan cara pemberian

pakan yang cukup, udang dapat hidup optimal sehingga target produksi dapat

tercapai.

Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang vaname, maka

diperlukan pakan buatan yang memenuhi syarat gizi (nutrisi) yang lengkap dan

seimbang bagi kebutuhan ikan atau udang. Apabila pakan yang diberikan pada

udang mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka akan mempercepat

pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien

tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan

pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak,

karbohidrat, vitamin dan miner


DAFTAR PUSTAKA

Christiyanto. M dan Sunarso. 2010. Manajemen Pakan. Jakatra.

Haliman, R. W. dan Adijaya, D. S., 2005. Sifat Kimia Pakan Buatan Serta
Kandungan Dalam Pakan Buatan. Jakarta: Penebar Swaday

Holthuis, L. B. 1980. Shrimp and prawnsof of the world anannotated catalogue of


spesies of interest to fisheries, FAO Fisheries synopsis. No. 123
Volume 1. Food and agriculture organisation of the united notions.

Khairul dan Iskandar, 2008. Budidaya Udang Vaname di Tambak Intensif

M. Ghufron H. Kordi. K. 2010. Pakan Udang. Nutrisi-Formulasi-


PembuatanPemberian. Jakarta. Akademia.

Nuhman. 2009. Pengaruh Persentase Pemberian Pakan Terhadap Laju


Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei).Surabaya :Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Hang Tuah,. Jurnal Vol 1, No. 2.

Suyanto, S.R. dan Mujiman, A. 1989. Pakan Udang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wiban, JA, Sweeny JN. 1991. Intensive Shrimp Production Technology.


Honolulu, Hawai USA: The Oceanic Institute Makapuu Point. 158 p.

Anda mungkin juga menyukai