Anda di halaman 1dari 13

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai Negara kepulauan terbanyak didunia yang kaya

akan sumber daya alam bahari. Indonesiapun dikenal sebagai salah satu negara

penghasil ikan laut terbesar di dunia. Tahun 2008, Indonesia menduduki peringkat

ketiga dunia setelah Cina dan Peru sebagai negara penghasil ikan laut tangkapan

(Edwards, 2010).

Pakan merupakan komponen penting dalam budidaya ikan terutama dalam

energi ikan dalam melakukan aktifitas, berkembang, reproduksi dan lain-lain.

Pada habitatnya ikan dapat melengkapi kebutuhan makanannya dengan pakan

yang tersedia di alam. Karena pakan yang berasal dari alam telah sesuai dengan

selera organisme tersebut (hany, 2010). Pakan buatan adalah pakan yang dibuat

dari berbagai macam bahan baku hewani dan nabati dengan memperhatikan

kandungan gizi, sifat dan ukuran ikan yang akan mengkonsumsi pakan tersebut

dengan cara dibuat oleh manusia dengan bantuan peralatan pakan (gusrina, 2008).

Produksi pakan buatan merupakan bidang yang mempelajari tentang usaha

penyediaan pakan yang dibuat oleh manusia untuk organisme peliharaan yang

berasal dari berbagai macam bahan baku dengan kandungan gizi yang baik sesuai

dengan kebutuhannya dan dalam pembuatannya sangat memperhatikan sifat dan

ukuran biota air yang dibudidayakan. (Sary, 2013)

Pakan buatan yang produksi harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi

organisme yang dibudidayakan, sehingga dapat memberikan pertumbuhan yang

baik. Pakan juga yang diproduksi sendiri harus mempunyai kandungan protein
dan energi yang sesuai dengan kebutuhan organisme yang dibudidayakan. Hal lain

yang harus diamati dalam membuat pakan adalah perolehan bahan baku yang

tidak mengganggu keseimbangan lingkungan, karena lingkungan alam merupakan

faktor penting bagi kehidupan semua makhluk hidup. Lingkungan alam yang

dijaga dengan baik maka akan memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi

kehidupan. (Sary, 2013)

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan biologi

pakan yang dihasilkan. Praktikum ini diharapkan sebagai bahan informasi terkait

tampilan kualitas pakan dari segi fisik, kimia dan biologinya.


BAB 2 TINJUAN PUSTAKA

2.1 Pakan

Pakan merupakan komponen penting di dalam budidaya ikan. Biaya

terbesar yang digunakan dalam berbudidaya diperuntukkan untuk pakan. Pakan

sebagai sumber energi dipergunakan ikan untuk energi basal, beraktivitas,

reproduksi, dan pertumbuhan. Bahan baku yang digunakan untuk membuat pakan

harus memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan ikan yang dibudidayakan,

mudah didapatkan secara berkesinambungan, dan harganya murah. Memilih

bahan baku pakan harus juga memperhatikan kandungan nutrisi bahan. Hal yang

harus diperhatikan dalam mengenai pakan yaitu pakan tidak boleh disimpan dalam

2 minggu, tempat penyimpanan pakan sebaiknya kering (tidak lembap). (Basir dan

Nursyahran 2018).

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk peliharaan

yang berasal dari berbagai macam bahan baku yang mempunyai kandungan gizi

baik sesuai dengan kebutuhan ikan dan didalam pembuatannya sangat

memperhatikan sifat dan ikuran ikan. (Gusrina, 2008)

2.2 Evaluasi Pakan

penilaian pakan pelet meliputi kestabilan pelet dalam air dan gross energy

serta komposisi pelet (Loveli, 1975). evaluasi pakan perlu dilakukan dalam

pengontrolan kualitas di proses pembuatan pakan iakn. Adanya evaluasi pakan

akan mempertahankan mutu dan sifat orisinil berasal bahan pakan. Pengontrolan

atau bahanjadi meliputi evaluasi kimia yaitu analisis proksimat yg menentukan

kadar protein serta kadar air, serta analisis fisik pakan (floating ability).
2.2.1 Evaluasi Fisika tentang kekerasan pakan dll

penilaian ekamatra merupakan cara evaluasi awal pakan,

menggunakan cara melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan pakan

dapat dilakukan baik secara eksklusif (makroskopis) maupun menggunakan indera

bantu (mikroskopis). Pengujian secara fisik disamping dilakukan untuk mengenali

bahan pakan secara fisik jua dapat buat mengevaluasi bahan pakan secara

kualitatif. Sebenarnya analisis secara fisik saja tidak relatif, karena adanya variasi

antara bahan sehingga diharapkan analisis lebih lanjut, seperti analisis secara

kimia atau secara biologis atau kombinasinya (Suparjo, 2008).

2.2.2 Evaluasi Kimiawi (protein karbohidrat lemak kadar abu serat

kasar dan kadar air)

Uji kimiawi pakan meliputi uji protein serta lemak, dan analisis proksimat

pakan. berdasarkan Sutikno (2011) uji kimiawi dimaksudkan buat mengetahui

kandungan gizi asal pakan tadi, yaitu kadar protein, lemak, karbohidrat, abu serat

dan kadar air. Uji kimiawi bisa dilakukan pada Laboratorium. Parameter yg diuji

antara lain energi gross, protein kasar, lemak kasar serta kandungan serat.

2.2.3 Uji Proksimat

Kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar abu, dan kadar air dari

pakan dianalisis. Protein berperan penting untuk pertumbuhan, sebab mengandung

asam amino esensial serta non-esensial. Protein adalah sumber energi utama di

ikan, Bila kebutuhan protein tidak dicukupi dalam maknannya, maka akan terjadi

penurunan drastis atau penghentian pertumbuhan atau kehilangan bobot tubuh

karena ikam akan menarik balik protein berasal beberapa jaringan buat
mempertahankan fungsi asal jaringan yg lebih penting. Lemak adalah senyawa

organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut pada pelarut organik menjadi

sumber energi terpenting buat pertumbuhan dan kelangsungan hayati iakn

(Watanabe, 1988 dalam Rostika, 1997). Kadar abu pada pakan mewakili kadar

mineral pakan, kadar yang sinkron ialah 3-7% (Winarno, 1997). Pakan ikan yang

baik bagi ikan artinya pakan yang mengandung nutrisi (protein, lemak, abu, air,

serta serat kasar) yang seimbang dan sinkron dengan kebutuhan ikan. Kebutuhan

nutrisi tersebut harus sinkron dengan kebutuhan ikan agar pertumbuhan optimal.

2.2.4 Evaluasi Biologi

Bahan yang diuji digiling dengan ukuran tertentu dan diperiksa dibawah

mikroskop. Dikaji adanya penyimpangan yang berkaitan dengan ukuran, warna,

dan penampilan dari bahan yang diuji. Uji biologis cenderung sulit dan memakan

waktu. Nilai konversi pakan ikan perlu diketahui dengan melakukan pengujian di

lapangan pada berbagai tipe percobaan (Umiyati dan Anna, 2008).

2.2.5 Daya Pikat Ikan Pada Pakan

dari Mudjuman (2008) menyatakan bahwa bau dan rasa pakan buatan yaitu

biasa dimakan sang ikan. menggunakan demikian pelet yg didesain tersebut sudah

memenuhi kriteria bau yaitu bau alami. buat syarat warna pelet, ternyata hasil yg

didapat sama dengan warna pelet yg biasa dijual/komersial yaitu kecoklatan.

terdapat beberapa jenis ikan yang sifatnya memilih terhadai pakan yg diberikan

serta sifat tersebut ternyata ada kaitannya menggunakan daya tarik dari pakan

diantaranya dipengaruhi oleh bau, rasa serta warna (Mudjiman, 2008).


2.2.6 Palatabilitas Pakan

Menurut Schroeder (1999); Anonymous (2001); Stallings (2003) bahwa

tepung ikan adalah pakan yg kaya protein namun palabitasnya rendah terutama

bagi organisme, sebab aromanya yg tajam sebagai akibatnya penggunaannya di

pada pakan harus dibatasi. Walaupun tidak membagikan disparitas secara nyata

pada parameter konsumsi pakan dan efisiensi pemanfaatannya yang mencakup

kecernaan, pertumbuhan bobot badan, serta konversi pakan yg diberikan.

2.2.7 Kecernaan Pakan

Menurut Wooton et al (1980) semakin besar ukuran ikan, kecernaan

komponen serat semakin baik. Selain faktor berukuran ikan, nilai kecernaan

dipengaruhi sang komposisi pakan, jumlah konsumsi, status fisiolgi, serta cara

pemberian pakan. Komposisi pakan tersebut salah satunya artinya protein. Lovell

(1989) menyatakan bahwa penggunaan tepung ikan buat pakan ikan nila

mempunyai tingkat kecernaan protein tinggi yaitu sebanyak 80-95% serta masih

berada dalam kisaran kecernaan protein normal. Kecernaan proteinpada pakan

ikan fc206ad04f4e2453ce9aad41266780bc bergantung kandungan serat kasar.

Daya cerna ikan terhadap karbohidrat sangat rendah, tergantung di spesies ikannya

(Zonnelveld et al.,1991).
BAB 3 METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 19 Desember 2021 pukul

15.00-selesai dan bertempat di Laboratorium Kualitas Air dan Biologi Akuatik

Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel 3-1.

Tabel 3-1 Alat yang digunakan dalam praktikum beserta fungsinya.

No. Nama Alat Fungsi


1. Akuarium Sebagai wadah pemeliharaan ikan uji
2. Aerasi Untuk mensuplai oksigen
3. Pipa paralon Untuk menguci kecepatan pecah pakan
4. Stopwatch Untuk menghitung waktu pengujian

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pakan yang telah dibuat,

benih ikan nila, dan air tawar.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum pembuatan pakan ikan adalah sebagai berikut :

1. Mengukur kecepatan pakan, dilakukan dengan memasukkan air ke dalam

toples kemudian mengisi hingga kedalaman 16 cm. Selanjutnya memasukkan

10 butir pakan buatan lalu melakukan pengamatan hingga pakan hancur.

2. Menguji kecepatan tenggelam pakan, dilakukan dengan memasukkan 10 butir

pakan buatan ke dalam akuarium yang berisi air dengan kedalaman 16 cm,

selanjutnya mencatat waktu yang dibutuhkan pakan hingga pakan sampai ke

dasar akuarium.
3. Menguji tingkat kekerasan pakan, dilakukan dengan memasukkan 5 butir

pakan kedalam pipa parolan sepanjang satu metee, kemudian menjatuhkan

batu ke dalam pipa. Selanjutnya mengumpulkan pakan, lalu menimbang total

keseluruhan pakan

4. Menguji daya pikat pakan oleh ikan, dilakukan dengan memasukkan 1 ekor

ikan ke dalam akuarium kemudian memberikan pakan. Selanjutnya

menghitung waktu menggunakan stopwatch hingga pakan tersebut dicicipi

oleh ikan.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktek pembuatan pakan ikan sebagai

berikut:

4.1.1 Kecepatan Pecah Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pakan

yang diuji kecepatan pecahnya bertahan selama 120 detik di dalam air.

4.1.2 Kecepatan Tenggelam Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pakan

yang diuji kecepatan tenggelamnya bertahan selama 6 detik dipermukaan air.

4.1.3 Tingkat Kekerasan Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pakan

yang diuji tingkat kekerasannya menghasilkan pecahan sebanyak 0,039 gr dari

total berat pakan yang diuji 0,69 %.

4.1.4 Daya Pikat Ikan Terhadap Pakan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pakan yang

diuji daya pikatnya membutuhkan waktu 492 detik untuk dicicipi oleh ikan.
4.2 Pembahasan

4.2.1 Mengukur Kecepatan Pecah pakan

Dari Pengujian Kami Mengukur Kecepatan Pecah Pakan dengan hasil waktu

yang didapatkan yaitu 120 Detik Pecah. Pengujian uji kecepatan pecah digunakan

untuk mengukur berapa lama waktu pakan hancur di dalam air. Uji kecepatan

pecah diamati secara visual (Saade dan Alamsyah, 2009)

4.2.2 Menguji Kecepatan Tenggelam Pakan

Pada semua pakan uji dilakukan pencampuran bahan pakan secara manual

karena keterbatasan alat, sehingga bahan pakan tidak tercampur merata yang

menyebabkan pakan tidak menyatu dengan baik. Semakin halus bahan pakan,

akan semakin stabil pellet berada dalam air, sehingga tidak cepat tenggelam ke

dasar atau pecah berantakan (Asmawi, 1983).

4.2.3 Menguji Tingkat Kekerasan Pakan

Pellet yang baik mempunyai ketahanan yang tinggi terutama pada kondisi

penyimpanan, didukung oleh pendapat Widiyanti dkk (2004). Pellet yang baik

mempunyai kekerasan diatas 90% atau kandungan tepung dibawah 10%.

4.2.4 Menguji Daya Pikat Pakan Oleh Ikan

Tingkat kesukaan pada pakan dengan perekat tapioka dan eceng gondok

rata-rata disukai oleh ikan. Hal ini disebabkan oleh pakan uji mengandung bahan

yang memberikan daya lezat yang baik. Tepung ikan yang digunakan sebagai

bahan baku pada pakan uji dari semua bahan perekat yang baik, sehingga pakan

mengeluarkan aroma pakan yang tajam dan disukai ikan. Murdinah dkk.(1999).
11

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tingkat evaluasi fisik, kimiawi dan biologi pakan mencakup kecepatan

pecah (seberapa lama pakan dapat bertahan dalam air sampai pakan tersebut

hancur), uji kimiawi pengujian kandungan nutrien pakan (protein, karbohidrat,

lemak, kadar abu) selanjutnya pengujian biologi meliputi tingkat daya pikatpakan

pada ikan pakan, palatabilitas pakan dan kecernaan pakan

5.2 Saran

Saran yang dapat praktikan berikan adalah sebaiknya sebelum melakukan

praktek praktikan harus mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan,sehingga

dalam melaksanakan praktikum berjalan dengan baik.


12

DAFTAR PUSTAKA

Agustini F., Mudzanatun, Indriasari I. 2019. Pelatihan Pemanfaatan Limbah Ikan


Menjadi Pakan Ikan Pada Pengrajin Bandeng Presto Kuningan Semarang.
Semarang. Universitas PGRI Semarang: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Vol. 3 No. 1
Basir. B., Nursyahran. 2018. Efektivitas Penggunaan Daun Kelor Sebagai Bahan
Baku Pakan Ikan Nila (oreochromis niloticus). Makassar. Sekolah Tinggi
Teknologi Kelautan Balik Diwa: Octopus Jurnal Ilmu Perikanan: Vol 7.
No 2
Darmawiyanti V., Baidhowi. 2015. Teknik Produksi Pakan Buatan Di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (Bpbap) Situbondo Jawa Timur.
Situbondo. Program Studi Budidaya Perikanan, Akademi Perikanan
Ibrahimy Situbondo: Jurnalilmu perikanan: vol. 6 no 2.
Elfrida, Yuspita Y. (2017). Pengaruh Pemberian Pakan Daun Talas Terhadap
Pertumbuhan Ikan Gurami (osphronemus gouramy) Di Desa Sungai Liput
Kabupaten Aceh Tamiang. Aceh. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Samudra: Jurnal Jeumpa: Vol 4. No 2
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Hany H., Wahyu W. 2010 . Nutrisi Ikan. Hal 1. Malang : UMM press.

Insani S.A., Suseno S.H., Jacoeb A.M. 2017. Karakteristik Squalene Minyak Hati Ikan
Cucut Hasil Produksi Industri Rumah Tangga,Pelabuhan Ratu. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol 20 (3): 494-504.
Matanjun P, Mohamed S, Mustapha NM, Muhammad K. 2009. Nutrient content
of tropical edible seaweeds Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera, and
Sargassum polycystum. Journal of Applied Phycology 21: 75−80.
Muchtaromah B., Susilowati R., Kusumastuti A. 2000. Pemanfaatan Tepung Hasil
Fermentasi Eceng Gondok (eichornia crassipes) Sebagai Campuran Pakan
Ikan Untuk Meningkatan Berat Badan Dan Daya Cerna Protein Ikan Nila
Merah (oreochromis Sp). Malang. Staf Pengajar Jur. Biologi F.Sainstek
UIN Malang.
Puji, Awik D.N.1, Nova Maulidina Ashuri1, Asti Riski Febiyani1, Dewi
Hidayati1, Noor Nailis Sa’adah1, Farid Kamal Muzaki1, Iska Desmawati1
dan Edwin Setiawan1. 2016 . Bioprospek Limbah Tangkapan Ikan
Menjadi Pelet Dalam Usaha Peningkatan Kesejahteraan Pada Kelompok
Petani Tambak Truno Djoyo Di Wonorejo, Surabaya. Conference: Temu
Ilmiah Nasional UGM. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
13

Sary R. I. 2013. Buku Teks Bahan Ajar Siswa Program Keahlian Teknologi
Budidaya Perairan Dasar Keahlian. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Dengan Pusat Pengembangan Dan Pemberddayaan
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Subandiyono, Hastuti S. 2016. Buku Ajar Nutrisi Ikan. Semarang. Lembaga
pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan universitas diponegoro
semarang.

Utomo N. B., Susan, Setiawati M. 2013. Peran tepung ikan dari berbagai bahan
baku terhadap pertumbuhan lele sangkuriang Clarias sp. Bogor.
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Dramaga Bogor: Jurnal Akuakultur
Indonesia. Vol 12. No 2.
Yulianto T. 2018. Uji stabilitas, daya apung dan warna serta aroma pada pellet
yang berbeda. Tanjung Pinang. Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji: Dinamika Maritim: vol
6 no.2

Anda mungkin juga menyukai