DISUSUN OLEH:
Npm : E1C015071
Prodi : Peternakan
Tegu Rafian
M.Iqbal Tawakal
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
ABSTRAK
Kegiatan ini memerlukan waktu yang tidak sedikit, selama satu minggu
kami menjalankannya, dengan menggunakan beberapa metode yang nantinya akan
mendapatkan hasil sebagai acuan pemberian pakan ternak yang sesuai dengan
kebutuhan hewan ternak.
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dicerna
dengan sempurna atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan pada ternak.
Didalam bahan pakan terdapat zat-zat yang dinamakan nutrient yang dibutuhkan oleh
ternak untuk metabolisme yang menghasilkan energi untuk hidup pokok dan untuk
produksi. Pada pelaksanaan praktikum ini dilakukan adalah untuk menganalisis suatu
bahan atau sampel dengan menggunakan suatu metode penganalisisan proses kimia
untuk dapat mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein,lemak dan serat pada
suatu zat makanan dari sampel bahan pakan yang digunakan dalam praktikum. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
terutama pada standar zat gizi pada makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya.
Selain itu manfaat dari analisis proksimat adalah dasar untuk memformulasikan ransum
dan bagian dari prosedur untuk uji kecernaan. Zat gizi sangat diperlukan oleh hewan
untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Makanan ternak yang mengandung zat
gizi untuk kebutuhan energi dan fungsi-fungsi tersebut. Adapun setiap hewan ternak
yang mencerna makanan memiliki kandungan zat gizi yang dibutuhkannnya berbeda-
beda. Mempunyai suatu keuntungan bahwa zat gizi, selain mineral dan vitamin tidak
sendiri-sendiri mempunyai sifat kimia.
Di dalam pengenalan bahan pakan, terlebih dahulu bahan pakan itu sendiri
terbagi menjadi pakan sumber protein hewani yang dibagi menjadi tepung ikan dan
protein nabati dibagi menjadi bungkil kelapa dan bungkil kedele. Sedangkan sumber
energi dibagi menjadi ada yang berbentuk biji-bijian atau butiran yang terbagi atas :
padi, jagung, millet merah dan millet putih. Berbentuk tepung terbagi atas dedak halus,
jagung giling, dan dedak halus. Berbentuk cairan terdiri atas : minyak sayur. Sumber
mineral terdiri dari garam dan kerang. Bahan-bahan pakan sumber energi antara lain
jagung, beras, sorgum, dedak padi, hijauan (SK). Sumber protein antara lain tepung
ikan, bungkil kedele, ampas tahu. Sumber lemak antara lain minyak sayur; sumber
vitamin antara lain premik. Sumber mineral antaralain tepung tulanh, tepung kerabang
telur, tepung kulit kerang, dll. Nutrient-nutrient dalam bahan pakan tersebut adalah
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Energi tidak termasuk kedalam
nutrieny karena energi diperoleh dari pembakarn zat makanan tersebut. Perbedaan bajan
pakan yang dikonsumsi oleh ternal antara lain ternak ruminan dengan unggas hanyalah
perbedaan bentuk/ struktur bahan pakan tetapu kandungan yang dibutuhkan oleh ternak
tidak berbeda.
Manfaat dari praktikum bahan pakan formulasi ransum adalah suapaya kita
mengetahui kandungan dari zat pakan ternak, sehingga dalam menyusun ransum kita
dapat mengerjakan tanpa adanya kekurangan sample makanan atau kelebihan jumlah zat
makanan, kita dapat lebih mengenal dan membedakan secara lebih spesifik antara
berbagai macam bahan pakan ternak, kita dapat mengetahui energi yang terkandung
didalam bahan yang digunakan, alat – alatnya dan cara menentukan energi .
Inilah yang menjadi alasan kami melakukan praktikum Nutrisi Ternak Dasar serta
belajar menyusun suatu formula ransum sesuai dengan tujuan dan kebutuhan ternak dan
mengetahui apa saja yang dipratikumkan dan dijelaskan oleh asisten dosen, tentang
bagaimana cara penyusunan ransum dan bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam
penyususnan ransum serta persentase pemakaian bahan pakan yang akan digunakan,
dan yang terpenting adalah praktikan mendapatkan pengalaman mencampur ransom
secara manual.
1.Kadar Air
Air merupakan kandungan penting pada banyak makanan.Semua bahan
makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda.Banyaknya air dalam suatu
bahan tidak dapat ditentukan dari keadaan fisik bahan tersebut.Kandungan air dalam
bahan makanan ikut menentukan accettability, kesegaran dan daya tahan bahan tersebut.
Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik
bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya,
Tujuan khusus pengeringan hijaun ini adalah agar tanaman yang berlebihan dapat
disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam
mendapatkan pakan hijauan pada musim musim kemarau. Telah dilakukan analisa kadar
air pada hijauan yang sudah dikeringkan. Metode ini didasarkan pada prinsip kehilangan
bobot pada pemanasan 105C dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada contoh
praktikum dilaksanakan supaya kita mengetahui berapa jumlah kadar air pada hijauan
yang sudah dikeringkan.
2.Kadar Abu
Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan
abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan.Mineral yang terdapat dalam satu
bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam
anorganik.Yang termasuk dalam garam organik misalnya garam- garam asam malat,
oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam
fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Pratikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar
abu suatu bahan.suatu bahan makanan bila dipanaskan pada suhu 6000c maka semuah
zat-zat organiknya akan teroksidasi menjadi CO2.H2O dan gas-gas lai dan yang
tertinggal(tersisa) adalaah zat-zat organiknya( mineral/abu). Abu adalah zat organik sisa
hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung
pada macam bahan dan cara pengabuannya. Penentuan kadar abu adalah dengan
mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500 – 600 0C
dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
tersebut.
3.Kadar Lemak
Pratikum ini dilaksanakan untuk mengetahui kadar lemak yang terkandung
dalam suatu bahan pakan, lemak dapat diekresi dengan ether menurut sokleat, kemudian
ether diuapkan dan lemak dapat diketahui beratnya, Dalam analisis lemak, sulit untuk
melakukan ekstraksi lemak secara murni.
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok lipid. Karena bersifat
nonpolar maka termasuk lemak lipida tidak larut dalam pelarut polar, seperti air atau
alkohol , tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter atau kloroform. Secara umum
lemak diartikan sebagai trigliserida dalam bentuk padatan pada suhu ruangan
sedangkan minyak diartikan trigliserida dalam bentuk cair. Lemak merupakan
sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam
lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid,
terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus
menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat
maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa. Prinsip soxhlet
ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi
ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan)
dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut
yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi.
Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan
harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
4.Kadar Serat Kasar
Pratikum ini dilaksanakan untuk mengetahui kadar serat kasar yang terkandung
dalam suatu bahan pakan.Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat
kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%).
Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
enzim-enzim pencernaan. Serat terbagi 2 yaitu: Serat Makanan (Dietary Fiber) ,Serat
Kasar (Crude Fiber)
Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti pectin dan gum,
harus menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat larut
mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat.
Metode enzimatik yang dikembangkan oleh Asp, merupakan metode fraksinasi
enzimatik, yaitu penggunaan enzim amilase, yang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin
pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan total, serat makanan larut
dan serat makanan tidak larut secara terpisah.
METODE PRAKTIKUM
Alat-alat :
- Cawan
- Oven
- Desikator
- Tang Penjepit
- Spatula
Cara Kerja :
1. Cawan yang bersih dikeringkan di oven pada suhu 105C selama 1 jam dengan
tutup lepas
4. Menimbang bahan sampel sebanyak 2 gram dalam cawan (Y gram) dan dikeringkan
didalam oven pengering pada suhu 105C selama 8 jam
5. Keluarkan, dan dinginkan didalam desikator selama satu jam dengan tutup dilepas.
Setelah dingin, ditutup kembali dan ditimbang. Penimbangan diulangi sebanyak 3 kali
setiap jam sampai beratnya tetap (Z gram)
Penetapan Kadar Abu
Alat-alat:
- Silica disk
- Tanur
- Desikator
- Tang penjepit
- Spatula
Cara Kerja :
1. Silica disk yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam
3. Ke dalam silica disk ditimbang bahan sampel sebanyak 2 gram (Y gram) dan
dimasukkan ke dalam tanur. Nyalakan tanur sampai suhu 5500C
4. Dinginkan tanur sampai suhunya turun ke 1050C. lalu dimasukkan dalam desikator
selama 1 jam
Alat-alat:
- Labu penampung
- Alat pendingin
- Penangas/waterbath
- Timbangan analitik
- Spatula
- Gelas arloji
- Oven
REAGENTIA :
N- Heksan/Petroleun Benzene pa atau dapat juga menggunakan pelarut lemak yang lain
seperti alcohol, petroleum ether, ethyl ether dan lain sebagainya.
Cara Kerja:
1. Timbang kertas saring bebas lemak (a gram). Kemudian tambahkan sampel sebanyak
2 gram (b gram) dan kemudian bungkus dengan baik sehingga tidak berceceran (seperti
membungkus obat puyer)
3. Stelah dioven, kemudian ditimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (c gram),
kemudian dimasukkan ke soklet
4. Labu penampung, alat ekstraksi dan alat pendingin dipasang dan diletakkan diatas
penangas air. Kemudian dimasukkan petroleum benzene (pelarut lemak) melalui lubang
pendingin sampai petroleum benzene seluruhnya turun dan masuk ke dalam labu
penampung. Kemudian diisi lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi.
5. Alirkan air pada labu pendingin, baru kemudian diikuti dengan pemanasan labu
penampung (penangas/waterbath)
6. Diekstraksi selama 16 jam (namun hanya 14 jam) sampai petroleum benzene ang ada
dalam air menjadi jernih/tidak berwarna
7. Setelah ekstraksi dihentikan, keluarkan sampel dan letakkan diatas gelas arloji,
kemudian anginkan sampai kering
Alat-alat :
- Desikator
- Tanur
- Pompa vacuum
- Tang penjepit
REAGENTIA
- H2SO4 1,25%
- NaOH 1,25%
- Aquadest
- Aceton
Cara Kerja:
2. Kemudian disaring dengan menggunakan saringan linen atau serat gelas dengan
menggunakan alat penyaring Buchner atau Gooch cruicible. Hasil saringan dimasukkan
kedalam beaker gelas
3. Beaker glass dicuci, hasil saringan beserta serat kasar dimasukkan dalam beaker glass
dan ditambah dengan 210 ml NaOH 1,25% dan didihkan selama 30 menit
5. Hasil saringan termasuk serat gelas dalam Gooch cruicible dianginkan sampai kering
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105C selama satu
malam. Setelah itu didinginkan didalam desikator selama 1 jam. Setelah dingin
ditimbang (Y gram)
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa kadar air pada BR-I yang
didapat adalah 9,84% dan 18,5%.Kadar abu pada BR-I yang didapat adalah 5,92%
dan 5,13%.Kadar lemak (EE) pada BR-I yang didapat adalah 5,61% dan
5,72%.Kadar serat kasar pada BR-I yang didapat adalah 2,85% dan 2,59%.
4.2 Saran
us tetiliti dan cekatan, hal ini dikarenakan banyak peralatan yang dipakai menggunakan
alat yang mudah rusak, dan praktikan harus bergerak cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2002. Seri Beternak Mandiri Nutrisi Ayam Broiler. Satu Gunung Budi,
Bogor.
Anshory Irfan , 1984. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Jakarta : Erlangga.