Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRIDSI TERNAK DASAR

DISUSUN OLEH:

Nama : Hermanto gultom

Npm : E1C015071

Prodi : Peternakan

Dosen : prof.Dr.Yosi Fenita,MP

Co ass : Asta Dearny Zega

Tegu Rafian

M.Iqbal Tawakal

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2016
ABSTRAK

Praktikum ini dilakukan bertujuan agar Mahasiswa bisa mengetahui bagaimana


kinerja dari pada nutrisi ternak dasar itu terjadi dan kita bisa merasakan bagaimana
melakukan penelitian  sendiri dengan cara melakukan praktikum.pratikum ini sangat
bermanfaat bagi Mahasiswa,karena ini akan membantu Mahasiswa nanti saat penelitian
skripsi apabila mengambil judul nutrisi ternak, walaupun belum mengetahui secara
keseluruhan tapi setidaknya kita pernah melakukanya secara seksama di labolatorium
jurusan peternakan universitas bengkulu sehingga Mahasiswa tidak kaget pada saat
penelitian nantinya.

               Pratikum ini dilakukan dengan cara langsung di laboratorium. Dengan


melakukan  satu per satu pecboaan perkelompok sampai dengan selesai, dengan sampel
kosentrat BR-I dan yang di praktikumkan adalah Penetapan Kadar Air,Penetapan Kadar
Abu,Penetapan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar), dan Serat Kasar.

                   Kegiatan ini memerlukan waktu yang tidak sedikit, selama satu minggu
kami menjalankannya, dengan menggunakan beberapa metode yang nantinya akan
mendapatkan hasil sebagai acuan pemberian pakan ternak yang sesuai dengan
kebutuhan hewan ternak.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dicerna
dengan sempurna atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan pada ternak.
Didalam bahan pakan terdapat zat-zat yang dinamakan nutrient yang dibutuhkan oleh
ternak untuk metabolisme yang menghasilkan energi untuk hidup pokok dan untuk
produksi. Pada pelaksanaan praktikum ini dilakukan adalah untuk menganalisis suatu
bahan atau sampel dengan menggunakan  suatu metode penganalisisan proses kimia
untuk dapat mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein,lemak dan serat pada
suatu zat makanan dari sampel bahan pakan yang digunakan dalam praktikum. Analisis
proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan
terutama pada standar zat gizi pada makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya.
Selain itu manfaat dari analisis proksimat adalah dasar untuk memformulasikan ransum
dan bagian dari prosedur untuk uji kecernaan. Zat gizi sangat diperlukan oleh hewan
untuk pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Makanan ternak yang mengandung zat
gizi  untuk kebutuhan energi dan fungsi-fungsi tersebut. Adapun setiap hewan ternak
yang mencerna makanan memiliki kandungan zat gizi yang dibutuhkannnya berbeda-
beda. Mempunyai suatu keuntungan bahwa zat gizi, selain mineral dan vitamin tidak
sendiri-sendiri mempunyai sifat kimia.

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi


kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan
dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian
kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya
terkandung di dalamnya. Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven
dengan suhu 100°-105°C dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air
yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi.
Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 550°C selama 3-8 jam sehingga
seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan
berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan
kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu
merupakan total mineral dalam bahan. Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat
larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat
kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut
tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu
dengan abu adalah serat kasar.

Di dalam pengenalan bahan pakan, terlebih dahulu bahan pakan itu sendiri
terbagi menjadi pakan sumber protein hewani yang dibagi menjadi tepung ikan dan
protein nabati dibagi menjadi bungkil kelapa dan bungkil kedele. Sedangkan sumber
energi dibagi menjadi ada yang berbentuk biji-bijian atau butiran yang terbagi atas :
padi, jagung, millet merah dan millet putih. Berbentuk tepung terbagi atas dedak halus,
jagung giling, dan dedak halus. Berbentuk cairan terdiri atas : minyak sayur. Sumber
mineral terdiri dari garam dan kerang. Bahan-bahan pakan sumber energi antara lain
jagung, beras, sorgum, dedak padi, hijauan (SK). Sumber protein antara lain tepung
ikan, bungkil kedele, ampas tahu. Sumber lemak antara lain minyak sayur; sumber
vitamin antara lain premik. Sumber mineral antaralain tepung tulanh, tepung kerabang
telur, tepung kulit kerang, dll. Nutrient-nutrient dalam bahan pakan tersebut adalah
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Energi tidak termasuk kedalam
nutrieny karena energi diperoleh dari pembakarn zat makanan tersebut. Perbedaan bajan
pakan yang dikonsumsi oleh ternal antara lain ternak ruminan dengan unggas hanyalah
perbedaan bentuk/ struktur bahan pakan tetapu kandungan yang dibutuhkan oleh ternak
tidak berbeda.

Manfaat dari praktikum bahan pakan formulasi ransum adalah suapaya kita
mengetahui kandungan dari zat pakan ternak, sehingga dalam menyusun ransum kita
dapat mengerjakan tanpa adanya kekurangan sample makanan atau kelebihan jumlah zat
makanan, kita dapat lebih mengenal dan membedakan secara lebih spesifik antara
berbagai macam bahan pakan ternak, kita dapat mengetahui energi yang terkandung
didalam bahan yang digunakan, alat – alatnya dan cara menentukan energi .
Inilah yang menjadi alasan kami melakukan praktikum Nutrisi Ternak Dasar serta
belajar menyusun suatu formula ransum sesuai dengan tujuan dan kebutuhan ternak dan
mengetahui apa saja yang dipratikumkan dan dijelaskan oleh asisten dosen, tentang
bagaimana cara penyusunan ransum dan bahan-bahan apa saja yang digunakan dalam
penyususnan ransum serta persentase pemakaian bahan pakan yang akan digunakan,
dan yang terpenting adalah praktikan mendapatkan pengalaman mencampur ransom
secara manual.

1.Kadar Air
Air merupakan kandungan penting pada banyak makanan.Semua bahan
makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda.Banyaknya air dalam suatu
bahan tidak dapat ditentukan dari keadaan fisik bahan tersebut.Kandungan air dalam
bahan makanan ikut menentukan accettability, kesegaran dan daya tahan bahan tersebut.
Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik
bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya,
Tujuan khusus pengeringan hijaun ini adalah agar tanaman yang berlebihan dapat
disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam
mendapatkan pakan hijauan pada musim musim kemarau. Telah dilakukan analisa kadar
air pada hijauan yang sudah dikeringkan. Metode ini didasarkan pada prinsip kehilangan
bobot pada pemanasan 105C dianggap sebagai kadar air yang terdapat pada contoh
praktikum dilaksanakan supaya kita mengetahui berapa jumlah kadar air pada hijauan
yang sudah dikeringkan.

2.Kadar Abu
Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan
abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan.Mineral yang terdapat dalam satu
bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam
anorganik.Yang termasuk dalam garam organik misalnya garam- garam asam malat,
oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam
fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Pratikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar
abu suatu bahan.suatu bahan makanan bila dipanaskan pada suhu 6000c maka semuah
zat-zat organiknya akan teroksidasi menjadi CO2.H2O dan gas-gas lai dan yang
tertinggal(tersisa) adalaah zat-zat organiknya( mineral/abu). Abu adalah zat organik sisa
hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya tergantung
pada macam bahan dan cara pengabuannya. Penentuan kadar abu adalah dengan
mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500 – 600 0C
dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
tersebut.

3.Kadar Lemak
Pratikum ini dilaksanakan untuk mengetahui kadar lemak yang terkandung
dalam suatu bahan pakan, lemak dapat diekresi dengan ether menurut sokleat, kemudian
ether diuapkan dan lemak dapat diketahui beratnya, Dalam analisis lemak, sulit untuk
melakukan ekstraksi lemak secara murni.

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok lipid. Karena bersifat
nonpolar maka termasuk lemak lipida tidak larut dalam pelarut polar, seperti air atau
alkohol , tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter atau kloroform. Secara umum
lemak diartikan sebagai trigliserida dalam bentuk padatan pada suhu ruangan
sedangkan minyak diartikan trigliserida dalam bentuk cair. Lemak merupakan
sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam
lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid,
terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus
menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat
maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa. Prinsip soxhlet
ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi
ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan)
dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut
yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi.
Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan
harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
4.Kadar Serat Kasar
Pratikum ini dilaksanakan untuk mengetahui kadar serat kasar yang terkandung
dalam suatu bahan pakan.Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat
kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%).
Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
enzim-enzim pencernaan. Serat terbagi 2 yaitu: Serat Makanan (Dietary Fiber) ,Serat
Kasar (Crude Fiber)

Serat kasar dapat mempengaruhi/menurunkan aktivitas mikroba penyebab


kanker dan melakukan proses pengenceran bahan-bahan penyebab kanker sampai batas
tertentu.Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat
air, selulosa dan pektin.Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa
makanan melalui saluran pencernaan untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat,
feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan
mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-
gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban.Istilah dari serat makanan (dietary
fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan
dalam analisa proksimat bahan pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang
tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan
kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH
3,25%). Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan. Ada beberapa metode analisis serat, antara
lain metode crude fiber, metode deterjen, metode enzimatis yang masing-masing
mempunyai keuntungan dan kekurangan. Data serat kasar yang ditentukan secara kimia
tidak menunjukan sifat serat secara fisiologis, rentang kesalahan apabila menggunakan
nilai serat kasar sebagai total serat makanan adalah antara 10-500%, kesalahan terbesar
terjadi pada analisis serealia dan terkecil pada kotiledon tanaman.

Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti pectin dan gum,
harus menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat larut
mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat.
Metode enzimatik yang dikembangkan oleh Asp, merupakan metode fraksinasi
enzimatik, yaitu penggunaan enzim amilase, yang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin
pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan total, serat makanan larut
dan serat makanan tidak larut secara terpisah.

1.2. Tujuan Praktikum


- Mengetahui jumlah kadar air yang terkandung pada hijauan yang sudah
dikeringkan.
- Untuk mentukan persentase kadar air pada pada bahan pakan
- Menentukan Kadar Ekstrak Eter (Lemak Kasar)
- Untuk mengetahui persentasi kadar serat kasar pada bahan pakan ternak
- Untuk mengetahui persentasi protein Dedak padi
BAB II

METODE PRAKTIKUM

 Penetapan Kadar Air

Alat-alat :

- Cawan

- Oven

- Timbangan Analitik Listrik

- Desikator

- Tang Penjepit

- Spatula

Cara Kerja :

1. Cawan yang bersih dikeringkan di oven pada suhu 105C selama 1 jam dengan
tutup lepas

2. Kemudian dinginkan dalam desikator selama 1 jam

3. Sesudah dingin, timbang dalam keadaan tertutup (x gram)

4. Menimbang bahan sampel sebanyak 2 gram dalam cawan (Y gram) dan dikeringkan
didalam oven pengering pada suhu 105C selama 8 jam

5. Keluarkan, dan dinginkan didalam desikator selama satu jam dengan tutup dilepas.
Setelah dingin, ditutup kembali dan ditimbang. Penimbangan diulangi sebanyak 3 kali
setiap jam sampai beratnya tetap (Z gram)
 Penetapan Kadar Abu

Alat-alat:

- Silica disk

- Tanur

- Timbangan analitik listrik

- Desikator

- Tang penjepit

- Spatula

Cara Kerja :

1. Silica disk yang sudah bersih dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam

2. Kemudian dinginkan didalam desikator selama 1 jam. Selanjutnya ditimbang (x


gram)

3. Ke dalam silica disk ditimbang bahan sampel sebanyak 2 gram (Y gram) dan
dimasukkan ke dalam tanur. Nyalakan tanur sampai suhu 5500C

4. Dinginkan tanur sampai suhunya turun ke 1050C. lalu dimasukkan dalam desikator
selama 1 jam

5. Sesudah dingin kemudian ditimbang


 Penetapan Kadar Estrak Eter (Lemak Kasar)

Alat-alat:

- Soklet sistim HT 2 Ekxtraction Unit Tecator dan selongsongnya

- Labu penampung

- Alat pendingin

- Penangas/waterbath

- Timbangan analitik

- Spatula

- Gelas arloji

- Kertas saring bebas lemak

- Oven

REAGENTIA :

N- Heksan/Petroleun Benzene pa atau dapat juga menggunakan pelarut lemak yang lain
seperti alcohol, petroleum ether, ethyl ether dan lain sebagainya.

Cara Kerja:

1. Timbang kertas saring bebas lemak (a gram). Kemudian tambahkan sampel sebanyak
2 gram (b gram) dan kemudian bungkus dengan baik sehingga tidak berceceran (seperti
membungkus obat puyer)

2. Oven bungkusan sampel tersebut dengan temperature 105C selama 6 jam

3. Stelah dioven, kemudian ditimbang (dalam keadaan panas) dengan cepat (c gram),
kemudian dimasukkan ke soklet
4. Labu penampung, alat ekstraksi dan alat pendingin dipasang dan diletakkan diatas
penangas air. Kemudian dimasukkan petroleum benzene (pelarut lemak) melalui lubang

pendingin sampai petroleum benzene seluruhnya turun dan masuk ke dalam labu
penampung. Kemudian diisi lagi sampai setengah bagian dari alat ekstraksi.

5. Alirkan air pada labu pendingin, baru kemudian diikuti dengan pemanasan labu
penampung (penangas/waterbath)

6. Diekstraksi selama 16 jam (namun hanya 14 jam) sampai petroleum benzene ang ada
dalam air menjadi jernih/tidak berwarna

7. Setelah ekstraksi dihentikan, keluarkan sampel dan letakkan diatas gelas arloji,
kemudian anginkan sampai kering

8. Oven bungkusan sampel tersebut dengan temperature 1050C selama 6 jam

9. Setelah dioven kemudian timbang (dalam keadaan panas) dengan cepat

 Penetapan Kadar Serat Kasar

Alat-alat :

- Beaker glass 600 ml

- Saringan dari linen

- Serat gelas (glass wool)

- Alat penyaring Buchner atau gooch crucible

- Desikator

- Tanur

- Pompa vacuum

- Tang penjepit

- Timbangan analitik listrik


- Gelas ukur 100 ml

- Corong gelas diameter 10 cm

REAGENTIA

- H2SO4 1,25%

- NaOH 1,25%

- Aquadest

- Aceton

- Etyl Alkohol 95%

Cara Kerja:

1. Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan kedalam 2 beaker glass 600 ml ditambahkan


dengan 200 ml H2SO4 1,25% dan dipasang pada pemanas dan pendingin yaitu aquadest
yang diletakkan diatas kaca arloji kemudian digunakan untuk menutupi gelas beaker.
Didihkan selama 30 menit

2. Kemudian disaring dengan menggunakan saringan linen atau serat gelas dengan
menggunakan alat penyaring Buchner atau Gooch cruicible. Hasil saringan dimasukkan
kedalam beaker gelas

3. Beaker glass dicuci, hasil saringan beserta serat kasar dimasukkan dalam beaker glass
dan ditambah dengan 210 ml NaOH 1,25% dan didihkan selama 30 menit

4. Kemudian disaring dengan menggunakan Gooch cruicible yang sudah dilapisi


glasswool. Selanjutnya dicuci dengan beberapa ml air panas dan kemudian dengan 15
ml etyl alcohol 95%

5. Hasil saringan termasuk serat gelas dalam Gooch cruicible dianginkan sampai kering
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105C selama satu
malam. Setelah itu didinginkan didalam desikator selama 1 jam. Setelah dingin
ditimbang (Y gram)

6. Kemudian diabukan didalam tanur dengan suhu 550C selama 2 jam

7. Turunkan suhu sampai 1200C, kemudian didinginkan ke dalam desikator selama 1


jam, setelah dingin kemudian timbang (Z gram)
3.2 Pembahasan

A. Penetapan Kadar Air

Pada pengamatan I dan II didapat hasil berturut-turut sebagai berikut


9,84% dan 18,5%. Penetapan kadar air dilakukan dengan cara menghitung
perbedaan bobot sampel sebelum dan sesudah dipanaskan. Karena air akan
menguap seluruhnya jika dipanaskan pada suhu 105ºC. Sehingga selisih
bobot yang hilang dapat dikatakan merupakan bobot kadar air dalam pakan.
Menurut literatur seharusnya kadar air dalam BR-I adalah maksimal
12%.Percobaan pada pengamatan I berhasil sedangkan pada pengamata II
tidak berhasil,perbedaan ini diperkirakan karena saat praktikum tatalaksana
cara kerja penetapan air dilakukan tidak sesuai dengan tatalaksana yang
sebenarnya. Menyebabkan hasil yang didapat lebih besar dari literatur.

B. Penetapan Kadar Abu

Pada pengamatan I dan II didapat hasil berturut-turut sebagai berikut


5,92 % dan 5,13%. Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara menghitung
bobot sampel setelah memanaskan sampel pada suhu 550ºC. Karena bila
suatu bahan makanan bila dipanaskan pada suhu 550ºC maka semua zat-zat
organiknya akan teroksidasi menjadi CO, H2O, dan gas-gas lain, sehingga
yang tersisa (tertinggal) adalah zat-zat anorganik (mineral/abu). Menurut
Amrullah (2002) bahwa kadar abu banyak dipengaruhi oleh umur tanaman.

C. Penetapan Kadar Lemak (EE)

Pada pengamatan I dan II didapat hasil berturut-turut sebagai berikut


5,61 % dan 5,72%. Penetapan kadar lemak (EE) dilakukan dengan cara
mengektraksi dengan ether menurut Soklet, kemudian ether diuapkan dan
lemak dapat diketahui bobotnya. Pada hasil pengamtan I dan pengamatan II
berhasil,karena data kadar lemak pakan BR-I minimal 5 %. Hal ini disetujui
oleh Amrullah (2002) bahwa berbagai karotenoid, steroid, pigmen tanaman,
wax, dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak semuanya itu akan
terhitung sebagai lemak.
D. Penetapan Kadar Serat Kasar

Pada pengamatan I dan II didapat hasil berturut-turut sebagai berikut


2,85 % dan 2,59%. Penetapan kadar serat kasar dilakukan dengan cara
menghilangkan bebas air dan bebas lemak. Pertama-tama direbus dengan
asam lemah, kemudian dengan basa lemah. Bahan organik yang tertinggal
disaring dengan cruicible. Hilangnya berat setelah dipijarkan adalah serat
kasar.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa kadar air pada BR-I yang
didapat adalah 9,84% dan 18,5%.Kadar abu pada BR-I yang didapat adalah 5,92%
dan 5,13%.Kadar lemak (EE) pada BR-I yang didapat adalah 5,61% dan
5,72%.Kadar serat kasar pada BR-I yang didapat adalah 2,85% dan 2,59%.

4.2 Saran

Pada praktikum ini sebaiknya praktikan har

us tetiliti dan cekatan, hal ini dikarenakan banyak peralatan yang dipakai menggunakan
alat yang mudah rusak, dan praktikan harus bergerak cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2002. Seri Beternak Mandiri Nutrisi Ayam Broiler. Satu Gunung Budi,
Bogor.

Anshory Irfan , 1984. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Jakarta : Erlangga.

Guntoro, S. 2008. Membuat Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. Agromedia


Pustaka. Jakarta.
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum Ternak. Laboratorium Makanan Ternak
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Lubis, D. A. 1993. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Bogor.
Prasetyo, A., T. Herawati, dan Muryanto. 2006. Produksi dan Kualitas Limbah
Pertanian sebagai Pakan Subtitusi Ternak Ruminansia Kecil Di Kabupaten
Brebes. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Ungaran.
Ramadhani Safitri S. 2010. Penetapan Lemak Kasar Dan Komponen Lipid (Penetapan
Lemak Dengan Metode Soxhlet). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rizky Unsyah. 2007. Kadar Abu. http://rizkyunsyah.blogspot.com

Soejono, M. 2004. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas


Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Trobos. 2007. Pasar Menganga Bibit Langka. PT. PWI. Jakarta.

Widhi. 2009. Kadar Air. Http://www.maduhutan.com

Yeti Pudy Astuti. 2009. Penetapan Kadar Air. Http://empus.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai