Praktikum Ke 1-5
1. Murah
2. Hasil analisis secara garis besar mendekati nilai sebenarnya
3. Mudah di lakukan dalam proses analisis
4. Berdasarkan hasil analisis, ndapat di tentukan nilai TDN ( total digesible nutrion )
suatu bahan pakan.
1. Analisis air
Tidak hanya air yang menguap, tetapi juga senyawa-senyawa asam-basa organik
sederhana (berat molekul rendah) yang ikut menguap ( misal : asam asetat, asam butirat,
propionate, ester dan lain-lain). Air yang terikat dalam senyawa unsur sukar untuk
menguap sehingga mengurangi total air sebernarnya.
2. Analisis abu
Tidak seluruhnya unsur utama pembentuk senyawa organik dapat terbakar dan
berubah menjadi gas oksigen yang masih tinggal abu sehingga bahan yang tertinggal di
anggap sebagai mineral atau abu, tetapi masih terdapat senyawa oksida ( misal : CaO )
dan karbon sebagai karbohidrat. Sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas ( misal :
sulfuer sebagai H2S ).
Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga terdapat
dalam senyawa organik lain yang bukan protein. Senyawa nitrogen yang bukan berasal
dari senyawa protein di sebut NPN ( Non Protein Nitrogen ) sehingga terhitung sebagai
PK ( Protein Kasar . Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung bahan yang dianalilis.
Umunya protein nabati nilai nitrogen ( 16 % ) 6,25.
Tidak hanya lemak yang dapat larut dalam pelarut lemak ( organik ), tetapi terdapat
pula senyawa komponen organik lain yang bukan lemak larut dalam pelarut llemak
( misal : pigmen, asam organik, klorofil, sterol, vitamin A,D,E dan K ). Lemak dengan
bobot molekul besar serta komplek sulit larut dalam pelarut lemak.
Terdapat sebagian kecilp senyawa organik yang tergolong serat masih dapat larut
dalam asam dan basa lemah ( konsentrasi lemah ), sehingga mengurangi nilai kandungan
komponen serat.
1. Bahan kering
Bahan kering di peroleh dengan jalan memanaskan bahan pakan 105-110 ̊C selama ±
15 jam sehingga air yang ada menguap sampai mencapai berat tetap dari suatu bahan
cuplikan ( sampel ). Kondisi ini di sebut juga kering mutlak kering oven, kering mutlak
pada sushu 105-110̊C atau dry matter. Berat kering yaitu suatu bahyan pakan/ makanan
apabila menggunakan oven selama 3 hari sampai
mencapai kadar air 10-15 %. Bahan pakan k0onsentrat pada umumnya berada pada
kondisi ini dan sering di sebut kondisi As Feed ( keadaan apa adanya ).
2. Abu
Abu atau mineral di peroleh dengan jalan membakar sempurna bahan pakan pada
temperatur 550-600 ̊C selama 2 jam atau sampai semua bahan organik terbakar dan sisa
yang tertinggal sudah berwarna putih.
3. Ekstrak Eter
Semua bahan orgaik yang karut daam pelarut lemak ( organik ) termasuk lipida dan
zat yang tidak berlemak. Dalam analisis lemakan tidak mengambarkan lemak yang
sebenarnya ( gliserol dan 3 asam lemak ). Energi lemak adaah 9 kcal/g. Bagaimana
dengan EE?, apakah juga menghasilkan kalori sebesar 9 kcal/g.
4. Serat Ksar ( SK ).
Serat kasar (SK) : adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis asam dan basa
lemah, melalui proses perebusan dengan sam lemah dan basa lemah dengan waktu
perebusan masing-masing 30 menit pencucian 1 dengan aquades 80 ̊C asam lemah
pencucian kedua di lakukan dengan aquades 80 ̊C asam lemah dan pelarut masing-
masing 50 cc setelah perebusan dengan basa lemah.
Protein kasar di peroleh dan hasil penetapan N x 6,25 (protein rata-rata mengandung
16 %). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling di ikatkan dengan ikatan
peptida. Energi protein 5,50 kcal/g, bila di gunakan sebagai enrgi 1,25 kcal/g keluar
sebagai urea dan setiap unit protein, tinggal 4,25 kcal/g. Oleh larena digesti protein tidak
sempurna, nilai energi berkurang 0,25 kcal/g jadi tinggal 4 kcal/g.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Kadar Air
Kadar Air Kadar air sangat menentukan nilai nutrisi bahan pakan. Kadar air dalam
bahan pakan perlu diketahui untuk membandingkan nilai nutrisinya berdasarkan bahan kering
(Kamal, 1994). Air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah,
dan air terikat kuat. Substansi sederhana dalam pakan yang dapat dihitung berdasarkan
kehilangan bobot sampel setelah dikeringkan dalam oven sampai bobotnya tidak susut lagi
(Anggorodi, 1994).
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat di perlukan dalam berbagai bidang.
Salah satu bidang yang memerlukan pengukuran kadar air adalah bidang pertanian. Komoditi
pertanian yang cukup pnting untuk di ketahui kadar airnya adalah padi. Mutu beras terutama
di tentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air beras, mutunya semakin jelak.
Tingginya kadar air beras dapat berakibat tumbuhnya jamur-jamur penghasil mikotoksin
( racun ) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kadar air juga perlu di ketahui
untuk biji-bijian yang lain. Di bidang peternkan, perhitungan kadar bahan kering sangat di
perlukan untuk menentjan jadar nutrisi dalam suatu bahan pakan. Dengan di tentukannya
kadar air suatu bahan bahan pakan, maka zat yang terkandung dalam bahan pakan tersebut
dapat di ketahui, sehingga ransum ternk dapat di formulasi. Prinsip dari metode oven
pengering adalalh air yang terkandung dlaam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut
di panaskan pada suhu 105 ̊C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan
sesudah di panaskan adalah kadar air.
Abu adalah zat organik daru sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan
kadar abu ada hubungannya dengan minera suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu
bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam., yaitu garam organik misalnya asetat, pektat, mallat,
dan garam organik, misalnya karbohidrat, fosfat, sulfat, dan nitrat. Proses untuk menntukakn
jumlah mineral pada bahan terkandung dari jenis bahan dan cara penggabungannya. Dalam
menentukan kadar abu bahan yang akan ditentukan kadar abu di bakar dalam tanur (furnace)
dnegan ushu 550-600 ̊C selama 2 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa
organik (C, H, O, N) habis terbakardan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar
adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan.
Mineral dalam makanan biasanya ditentukan dengan pengabuan atau insinerasi
(pembakaran). Pembakaran ini merusak senyawa organikdan meninggalkan mineral (Deman,
1997).
Lemak kasar Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni.
Selain mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin), asam
organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan lemak tidak
sepenuhnya benar (Anggorodi, 1997). Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan N-
hexan sebagai pelarut. Fungsi dari N-hexan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk
melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).
Melarutkan (Ekstrasi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelarut lemak
(pelarut organik) selama 3-8 jam sampai larutan pelarut bening. Ekstraksi menggunakan alat
sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat di gunakan adalah kloroform, heksana atau benzena dan
aseton. Leak yang terektrasi (larut dalam pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu
penyaring) kemudian di pisahkan dari pelarutnya dengan cara di panaskan dalam oven suhu
105 ̊C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik didih lebih dari 105 ̊C, sehingga
tidak menguap dan tinggal di dala wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah di tentuykan
beratnya Lemak Kasar (%).
Serat kasar adalah komponen sisa hasil hidrolisis suatu bahan pangan dengan asam
lemah selanjutnya di hidrolisis dengan basa lemah sehngga terjadi kehilangan selulosa sekitar
50 % dan hemiselulosa 85 % serat kasar yang terdapat dalam pakan sebagian besar tidak
dapat di cerna pada ternak non ruminansia namun di gunakan secara luas pada ternak
ruminansia namun dinding di gunakan secara luas pada ternak ruminansia. Sebagian berasal
dari sel dinding tanaman dan mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin. Metode
pengukuran kandungan serat kasar pad dasarnya mempunyai konsep yang sederhana.
Langkah pertama metode pengukuran serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang
larut dalam asam dengan pendidihan (perebusan) dalam asam sulfat konsentrasi lemah.
Bahan yang larut dalam alkali di hilangkan dengan pendidihan (perebusan) dalam larutan
sodium alkali (NaOH lemah). Residu yang tidak larut dikenal sebagai serat kasar. Kita
ketahui bahwa komposisi kimia serat makanan bervariasi tergantuk dari komposisi dinding
sel tanaman terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, gum, mucilage yang
kesemuanya ini termasuk ke dalamserat makanan. Serat makanan terbagi ke dalam dua
kelomom yaitu serat makanan larut (unsoluble dietary fiber ) dan serat manan yang larut
( soluble dietary fiber ). Seat tidak larut contohnya selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang di
temukan pada serealia, kacang-kacangan dan sayuran. Serat manana larut contohnya gum,
pektin dan mucilage.
Protein kasar adalah semua zat yang mengandung nitrogen. Di ketahui bahwa dalam
protein rata-rata mengandung nitrogen 10 % (kisaran 13-19). Penetapan nilai protein kasar
dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini di dasarkan pada penentuan kadar
nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang di peroleh di kalikan dengan
6,25 sebagai angka konversi nitrogen menjadi nlai protein. Nilai 6,25 di peroleh dari asumsi
bahwa protein mengandung 16 % nitrogen (perbandingan protein : nitrogen = 100 : 16 + 6,25
: 1).
Penentuan nitrogen dalam analisis ini melalui tiga tahapan analisis kimia :
Destruksi
Destilasi
Yaitu pengikatan komponen organik tidak hanya kepada nitrogen saja, tetapi juga
terhadap komponen lain, oleh karena itu nitrogen harus di isolasi. Untuk melepaskan nitrohen
dalam larutan hasil destruksii adalah dengan membentuk gas NH3. Pemberian NaOH 45 %
akan merubah (NH4)2SO4 menjadu NH4OH. NH4OH bila dipanaskan akan berubah menjadi
gas NH3 dan air, yang kemudian di kondensasi. NH3 akhirnya di tangkap oleh larutan asam
borat 4% membentuk (NH4)3BO3.
Titrasi
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat
= (25+10-30) / 10 × 100 %
= 50 % air.
= (100-50) % = 50 %
Alat
Tanur
Oven pengering
Cawan porselen dan tutup
Napan stainless
Timbangan analitik
Desikator
Bahan
Dedak
Cara kerja
1) Cawan pprselen di keringkan dalam oven suhu 105 ̊C selama 1 (satu jam),
2) Kemudian di dinginkan dalam desikator 15 menit dan berat cawan di
timbang (x) yaitu di temukan 10 gram,
3) Sampel bahan di tikbang dengan berat kira-kira 2 gram (y) dalam cawan
porselen
4) Kemudian di masukan ke dalam tanur listrik dengan suhun 550 ̊C selama 2
jam
5) Seteleh sampel abu berwarna putih, tanur di matikan dan di diamkan selama
12 jam sampai suhu turun
6)