Anda di halaman 1dari 4

Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh

bahan-bahan kimia yang digunakan untuk rnenentukan kadar serat kasar, yaitu asarn
sulfat (H2S04 1,25 %) dan natriurn hidroksida (NaOH 1,25 %), sedangkan serat
pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzimenzim pencernaan. Oleh karena itu, kadar serat kasar nilainya lebih rendah
dibandingkan dengan kadar serat pangan, karena asarn sulfat dan natriurn hidroksida
mernpunyai kernampuan yang lebih besar untuk menghidrolisis komponenkomponen pangan dibandingkan dengan enzim-enzim pencernaan (Muchtadi, 2001).
Serat kasar merupakan sisa bahan makanan yang telah mengalami proses
pemanasan dengan asam keras dan basa keras selama 30 menit berturut-turut dalam
prosedur yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak
beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia, dan tidak dapat
diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel (Piliang dan
Djojosoebagio, 1996).
Umumnya tanaman yang tumbuh di wilayah tropis mengandung serat kasar
diatas 6%, maka jika tanaman tersebut digunakan sebagai bahan pakan maka akan
ada kendala tersendiri. Masalahnya, kandungan serat kasar yang terdapat dalam
tanaman tidak boleh lebih dari 3%. Karena jika lebih dari 3% maka akan timbul
penyakit pencernaan seperti mencret dan bisa juga menggangu proses penyerapan
pakan dalam usus, karena serat kasar yang sulit dicerna (Ghufran, 2010).
Analisis serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar pada
bahan baku pakan. Pelaksanaanya di laboratorium dan biasanya dilakukan secara
kimiawi dengan metode Weende. Bahan baku pakan yang diuji dimasak dengan asam
lemak sampai mendidih sehingga menghidrolisis karbohidrat dan protein yang
terdapat dalam bahan bakupakan tersebut. Pemasakan yang selanjutnya menggunakan
alkali, sehingga terjadi penyabunan zat-zat lemak yang ada dalam bahan baku pakan.

Zat-zat yang tidak larut selama proses pemasakan tadi bisa diketahui karena hanya
tinggal terdiri dari serat kasar dan mineral.
Langkah selanjutnya adalah menyaring hasil pemasakan, lalu dikeringkan,
ditimbang, dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan akhirnya ditimbang lagi,
perbedaan berat timbang sebelum dan sesudah proses pemijaran merupakan berat
serat kasar yang ada dalambahan baku pakan. Penyusunan pakan ternak, kadar serat
kasar harus diperhitungkan sesedikit mungkin, terutama untuk bahan pakan bagi
ternak yang produktif (Bambang, 1987).
Rumus
Dapus
Murtidjo. Bambang Agus. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kaninus.
Yogyakarta.17.
Muchtadi, D. 2001. Sayuran sebagai sumber serat pangan untuk mencegah timbulnya
penyakit degeneratif. Teknologi dan Industri Pangan 12:1-2.
Piliang, W.G dan S. Djojosoebagio. 1996. Fisiologi Nutrisi. Edisi Kedua. UI-Press.
Jakarta.
Kordi, K. M. Ghufran. 2010. Budi Daya Ikan Nila di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily
Publisher

Energi Bruto
Energi bruto dalam makanan/pakan dapat diukur dengan alat bomb
calorimeter. Prinsip dari pengukuran EB pakan ini adalah konversi energi dalam
pakan (karbohidrat, lemak, protein) menjadi energi panas dengan cara oksidasi zat
makanan tersebut melalui pembakaran. Bomb calorimeter dapat digunakan untuk
mengukur energi bruto dari pakan secara utuh (whole food) atau dari bagian-bagian
pakan (misalnya glukosa, pati, selulosa), jaringan ternak dan ekskreta (feses, urin).
Nilai energi bruto dari suatu bahan pakan tergantung dari proporsi karbohidrat, lemak
dan protein yang dikandung bahan pakan tersebut. Air dan mineral tidak
menyumbang energi pakan tersebut. Nilai energi bruto tidak menunjukan apakah
energi tersebut tersedia untuk ternak atau tidak tersedia, tergantung dari kecernaan
bahan pakan tersebut. (Hernawati, 2002).
Banyaknya kandunagan

energi bruto didalam bahan makanan sangat

tergantung pada komposisi dari karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam
bahan makanan tersebut. Nilai energi bruto dari berbagai bahan makanan bermacammacam dan tidak menentu, akan tetapi secara umum telah ditetapkan nilai energi
bruto untuk KH = 4,15 kkal/kg, protein = 5,65 kkal/kg, dan lemak = 9,45 kkal/kg.
(Ella Hendalia, et.al. 2008).
Analisi kadar energi bruto adalah usaha untuk mengetahui kadar energi bahan
baku pakan. Dalam analisis ini biasanya dilakukan penentuan energi bruto terlebih
dahulu dengan cara membakar sejumlah bahan baku sehingga diperoleh hasil oksidari
berupa karbon dioksida, air, dan gas lain. Untuk mengukur panas yang dihasilkan
pembakaran tersebut digunakan suatu alat bom kalorimeter. Penentuan energi bruto
dengan menggunakan bom kalorimeter ini menyatakan jumlah energi kalori dalam
bahan baku pakan. Energi metabolis yang dihasilkan dari suatu bahanpakan
merupakan 60% dari total energi brutonya (Bambang, 1987).

RUMUS
DAPUS
Hendalia, et.al. 2008. Biokimia dasar. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi.
Hernawati. 2002. Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan, dan Evaluasi
Energi Pada Ternak. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung
Murtidjo. Bambang Agus. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kaninus.
Yogyakarta.17.

Anda mungkin juga menyukai