PENDAHULUAN
(Hariyadi, P. (2010). Penanganan kontaminan pangan dalam rangka menjamin keamanan pangan. Makalah disampaikan
pada Workshop Pokja Keamanan Pangan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011– 2015, Selasa BPOM RI; 5 Oktober
2010. Diakses melalui https://www.researchgate.net/profile/Purwiyatno_Hariyadi2/publicati
on/259480309_PENANGANAN_KONTAMINAN_PANGAN_DALAM_RAN
GKA_MENJAMIN_KEAMANAN_PANGAN/links/0deec52c180c347db80 00000/ pada 28 Oktober 2020.
Nuraida, L., Syamsir, E., & Herawati, D. (2009). Modul 3: Kontaminasi kimia dan pengendaliannya. Dalam buku materi
pokok PANG4318 keamanan pangan. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sparringa, R. (2014). Cemaran kimia pangan dan dampaknya terhadap kesehatan. Disampaikan pada Temu
Ilmiah Internasional PERSAGI XV Penguatan Profesi Gizi Untuk Mendukung pemerintahan dalam Mencegah
Masalah Stunting dan Penyakit Degeneratif. Yogyakarta, 27 November 2014. Diakses melalui
https://file.persagi.org/share/63%20KaBPOM%20- %20Cemaran%20Kimia%20Pangan.pdf pada 28 Oktober
2020.)
Pada 2011 sampai dengan 2014, Kementerian Kesehatan telah melakukan analisis
terhadap pangan jajanan anak sekolah SD/MI (Pusat Data dan Informasi Kemenkes, 2015).
Setiap tahun diambil sampel pangan jajan dari 4500 sekolah, dan dilakukan pembinaan
terhadap sekolah yang telah disampel mulai tahun 2012. Hasil pengujian terhadap 10.429
sampel menunjukkan 76,18% memenuhi syarat dan 28,82% tidak memenuhi syarat
keamanan pangan. Penyebab tidak memenuhi syarat karena pencemaran oleh mikroba, BTP
(bahan tambahan pangan) yang berlebihan, dan penggunaan bahan berbahaya.
Jajanan yang diuji adalah bakso sebelum diseduh, jeli/agar-agar dan produk gelatin
lain, minuman es, mie yang siap dikonsumsi, minuman berwarna dan sirup, kudapan
(gorengan seperti: bakwan, tahu goreng, cilok, sosis, batagor, empek-empek), lontong, dan
lain-lain, makanan ringan (kerupuk, keripik, produk ekstrusi, dan sejenisnya). Hasil
pemeriksaan yang paling tidak memenuhi syarat adalah berturut-turut dari yang paling tinggi,
minuman berwarna/sirup, minuman es, jeli/agar-agar, dan bakso. Penyebab tidak memenuhi
syarat keamanan pangan adalah karena menggunakan bahan berbahaya yang dilarang untuk
pangan yaitu BTP yang melebihi batas minimal, cemaran logam berat yang melebih batas
minimal, dan kualitas mutu mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat. Departemen
Kesehatan kemudian mengadakan pengawasan, pembinaan dan pengawalan terhadap 16.990
SD/MI sejak 2012–2014. Oleh karena itu perlu kiranya untuk mempelajari mengenai kimia
pangan khususnya peran instrumentasi dalam menganalisis pangan.
(Dina Mustafa, 2018, Seminar Nasional FMIPA Universitas Terbuka, PENERAPAN KIMIA HIJAU UNTUK
MENJAMIN KEAMANAN PANGAN, Hal 25-50.
Pusat Data dan Informasi – Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi pangan jajanan anak sekolah tahun 2014.
Jakarta: Kemenkes RI. Diakses melalui www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/i
nfodatin...pdf pada 28 Oktober 2020.)
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
a) Untuk mengetahui kandungan penting dalam bahan pangan yang biasanya diukur.
b) Untuk mengetahui cara mengukur kandungan penting yang terdapat dalam bahan
pangan.
BAB 2
PEMBAHASAN
(Dr. Ir. Anni Faridah M.Si, Dr. Yuliana Sp.M.Si, Rahmi Holinesti, STP, M.Si. Ilmu Bahan Makanan Bersumber
dari Nabati. 2013. Jakarta Selatan: Gifari Prasetama.)
2.2 Cara Mengukur Kandungan Penting yang Terdapat Dalam Bahan Pangan
Analisis pangan menghasilkan data-data yang sangat dibutuhkan untuk mendukung
suatu keputusan dalam menentukan mutu pangan ataupun tingkat keamanannya. Oleh karena
itu, analisis harus dilakukan dengan baik agar data yang diperoleh mempunyai ketepatan dan
ketelitian yang tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu data-data
yang diperoleh harus dilaporkan sesuai dengan kaidah yang ada agar tidak menimbulkan
kesalahan dalam menginterpretasikannya. Berikut merupakan langkah dalam menganalisis
kandungan bahan pangan.
(Dr.Ir. Nuri Andarwulan, M.Si. Dr.Ir. Feri Kusnandar, M.Sc. Dian Herawati, STP. Pengelolaan Data Analisis
Pangan. Universitas Terbuka)