PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena
berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari
segi kuantitas dan kualitasnya. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu
dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya
mewujudkan insan yang berharkat dan bermartabat serta mempunyai basis
sumberdaya manusia yang berkualitas. Pemerintah menyadari pentingnya
keamanan pangan yang dikonsumsi oleh manusia sehingga sehingga menetapkan
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 yang mengatur pangan di Indonesia.
Selain itu juga terdapat perarturan pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
keamaman, mutu dan gizi pangan, yang member wewenang kepada Badan BPOM
untu melakukan pengawasan keamanan, mutu dan gizi terhadap pangan.
Kadar air merupakan bagian yang hilang jika dipanaskan pada kondisi uji
tertentu. Kadar air pada bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu
bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun
pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Penentuan kadar air dalam
makanan dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Abu adalah zat organik sisa suatu pembakaran zat organik dalam bahan
pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsure-unsur mineral. Penentuan kadar abu dapat digunakan
untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tudaknya suatu
pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu
parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Danarti, 2006). Terdapat dua metode
pengabuan yaitu metode pengabuan basah dan kering. Kadar abu dapat dianalisis
dalam suatu bahan pangan.
Vitamin C adalah satu nutrient yang diperlukan oleh manusia dan hewan.
Vitamin C secara luas digunakan pada berbagai jenis makanan seperti suplemen
dan sebagai antioksidan. Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif, tubuh dapat
menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai 100 mg sehari.
Konsumsi melebihi taraf kejenuhan akan dikeluarkan melalui urin (Almatsier,
2001). Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu
sayur, dan buah seperti jeruk, nanas, rambutan, papaya, gandaria, tomat, dan
bawang putih.
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak juga merupakan sumber energy yang
lebih efektif disbanding dengan karbohidrat dan protein. Satu lemak dapat
menghasilkan 9 kkal/gram sedangkan protein dan karbohidrat hanya
menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak terdapat hamper di semua bahan pangan
dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak sering kali ditambahkan
dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Lemak yang
ditambahkan ke dalam bahan pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan
persyaratan dan sifat-sifat tertentu (Budiyanto, 2005). Minyak pangan dalam
bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan tidak murni bercampur dengan
komponen-komponen yang disebut fraksi lipid terdiri dsri lemak, fosfolida, sterol,
hidrokarbon, dan pigmen. Dengan cara ekstraksi yang menggunakan pelarut
lemak seperti petroleum eter, etill eter, benzene, dan klorofrm komponen-
komponen fraksi lipida dapat dipisahkan (Winarno, 1992).
Protein merupakan salah satu bio-makrotein omolekul yang penting
peranannya dalam makhluk hidup. Fungsi dari protein secara garis besar dapat
dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu sebagai bahan structural dan sebagai
mesin yang bekerja pada tingkat molekular. Protein dapat memerankan fungsi
sebagai bahan structural karena seperti halnya polimer lain. Selain itu protein juga
dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam system
makhluk hidup. Oleh karena itu, praktikum dilakukan agar mengetahui analisis
kara air, abu, vitamin C, gula pereduksi, lemak dan protein.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kadar air bahan pangan dan hasil pertanian.
2. Untuk mengetahui preparasi bahan dan cara penyimpanan sampel selama
menunggu bahan untuk ditimbang.
3. Untuk mengetahui cara pengukuran yang sesuai dengan macam bahan hasil
pertanian.
4. Untuk mengetahui cara analisis kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian.
5. Untuk mengukur kadar abu bahan pangan dan hasil pertanian dengan metode
pengabuan kering.
6. Untuk mengetahui cara penentuan gula reduksi bahan pangan dan hasil
pertanian.
7. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel yang akan dianalisa
(homogenesasi)
8. Untuk mengetahui cara ekstraksi gula reduksi di dalam preparasi sampel bahan
pangan dan hasil pertanian yang akan dianalisis kadar gula reduksinya.
9. Untuk mengetahui cara analisis kadar lemak atau minyak pada bahan pangan
dan hasil pertanian dengan metode ekstraksi soxhlet.
10. Untuk mengetahui cara analisis kadar protein metode kjeldahl pada bahan
pangan dan hasil pertanian.
11. Untuk menetapkan kadar protein dengan metode kjeldahl.
12. Untuk mengetahui cara penentuan vitamin C pada bahan pangan.
13. Menetapkan kadar vitamin C dengan metode titrasi Jod.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada analisis kadar abu dan serat seringkali digunakan jenis pengabuan
dalam tanur (Khopkar 2003). Pada praktikum penentuan kadar abu ini digunakan
tanur. Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengabuan
cara langsung (cara kering) dan pengabuan cara tidak langsung (cara basah).
Prinsip pengabuan cara langsung (cara kering) yaitu jumlah mineral atau abu
merupakan sisa pembakaran bahan-bahan organik maupun anorganik bahan
pangan dan hasil pertanian pada suhu 500-600oC (Tim Pembina Analisis Mutu
PHP, 2017), kemudian zat yang tertinggal setelah proses pembakaran ditimbang.
Sedangkan prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu bahan ditambahkan
reagen kimia tertentu sebelum dilakukan pengabuan (Apriantono & Fardian
1989).
2.1.3 Kadar Protein
Protein adalah zat makanan yang paling kompleks. Protein terdiri dari
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur dan biasanya fosfor. Protein sering
disebut sebagai zat makanan bernitrogen. Protein merupakan makromolekul
penting yang tersusun oleh asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur
utama C, H, O dan N. Molekul protein juga mengandung unsur belerang, fosfor,
besi dan tembaga, asam-asam amino tersebut dihubungkan oleh ikatan peptida
(Stayanarayana dan Chakrapati, 2007).
Protein berdasarkan sumbernya dibagi menjadi protein nabati dan protein
hewani. Protein dari sumber nabati lebih baik bagi tubuh dibanding protein
hewani. Sumber makanan berprotein tinggi yang baik dan mudah dicerna dapat
diperoleh antara lain dari ikan, daging, kacang-kacangan, susu, yoghurt, telur, dan
produk olahannya.
Kandungan protein dalam makanan umumnya ditetapkan berdasarkan total
nitrogen yang terkandung di dalamnya yang disebut sebagai protein kasar.
Penetapan protein kasar bertujuan untuk menentukan jumlah protein total di
dalam bahan pangan.
Prosedur analisis protein menggunakan metode penetapan kadar protein
yang paling lazim digunakan adalah metode Kjeldahl (Legowo dkk., 2005).
Metode Kjeldahl ini secara luas digunakan dalam ilmu dan teknologi pangan dan
telah diaplikasikan secara mendunia untuk menentukan kadar nitrogen dalam
berbagai jenis makanan dan merupakan metode standard yang lazim dilakukan
untuk penetapan kadar protein (Isaac, 1990).
2.1.4 Kadar Lemak
Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid,
yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non-polar. Lemak merupakan salah satu zat yang
dibutuhkan oleh tubuh. Lemah ini mencakup kurang lebih 15% berat badan dan
dibagi menjadi empat kelas yaitu trigliserida, phospholipid, sterol, dan
lipoprotein. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber
energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi
paling tinggi yang menghasilkan 9 kkal untuk tiap gramnya, yaitu 2,5 kali energi
yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama
(Almatsier 2000).
Nasi putih memiliki indeks glikemik tinggi yang dapat meningkatkan kadar
glukosa darah postprandial. Konsumsi nasi putih setiap hari dapat meningkatkan
risiko terjadinya kerusakan jaringan vascular dan organ-organ lainnya. Selain itu,
konsumsi nasi secara rutin juga meningkatkan risisko terjadinya diabetes mellitus
tipe 2. Komposisi kimia nasi sebagai berikut :
Komposisi Jumlah
Karbohidrat 40,6%
Protein 2,1%
Serat 0,13%
Air 57%
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan Depkes RI 1995
2.2.5 Apel
Buah apel mengandung karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Buah apel
banyak mengandung mineral yang berguna bagi kesehatan manusia. Kandungan
protein dan lemak relatif sedikit. Komponen terbesar buah apel adalah air.
Menurut Susanto dan Saneto 1994), dari segi komposisi kimianya buah apel
mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi. Buah apel juga mengandung karoten,
karoten memiliki aktivitas sebagai vitamin A dan juga antioksidan yang berguna
untuk menangkal serangan radikal bebas penyebab berbagai penyakit degeneratif.
Apel mengandung banyak vitamin C dan B, selain itu apel kerap menjadi pilihan
para pelaku diet sebagai makanan substansi karena kandungan gizinya (Prihatmin,
2005). Kandungan zat-zat gizi dalam 100 gram buah apel, berikut ini komposisi
kirim buah apel seperti pada tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kimia Buah Apel (tiap 100 gram buah)
Komposisi Jumlah
Air 84,10
Kalori (kal) 58,00
Protein (g) 0,30
Lemak (g) 0,40
Karbohidrat (g) 14,9
Kalsium (mg) 6,00
Fosfor (mg) 10,00
Besi (mg) 0,30
Natrium (mg) 1,00
2.3.9 Pb asetat
Pb-asetat merupakan zat penjernih yang paling banyak digunakan, hal ini
karena sifat timbal yang cukup effektif dalam mengendapkan asam amino,
protein, tanin, polifenol, dan asam organik pada umumnya. Pada analisa total gula
metode anthrone Pb-asetat berfungsi untuk mengendapkan partikel gula reduksi
(Fieha, 2005).
Pb-asetat berbentuk kristal, granul atau serbuk, berwarna putih, abu-abu
atau coklat, sedikit berbau asam asetat, titik leleh 327.40C; titik didih 1740C;
kelarutan: dalam air 1600 ml, dalam air panas 0,5 ml, dalam alkohol 30 ml, cepat
larut dalam gliserol, pH dalam larutan aqua 5% pada 250C = 5,5–6,5; rumus
molekul Pb(C2H3O2)2 . 3H2O, tekanan uap 7.22E-04 mm Hg 250C; kerapatan
spesifik 2,55.
2.3.10 Na Oksalat
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4
dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini
biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH, dibagian anionnya dikenal
sebagai oksalat, juga agen pereduktor.
Natrium Oksalat mempunyai pH 8, dengan densitas 2,27 g/cm3, senyawa
ini termasuk berbahaya jika terkena kulit, mata dan tertelan. Fungsinya pada
analisis karbohidrat metode anthrone yaitu untuk mengendapkan sisa Pb-asetat
sehingga terbentuk Pb-oksalat (Giandwood, 2007).
2.3.11 Gula Standar
Gula standart yang digunakan sebagai sampel pengujian pembuatan kurva
standart dan sebagai pembanding pada uji gula pereduksi (Winarno, 2008).
2.3.12 Reagen Nelson
Penambahan reagen nelson ini bertujuan untuk mereduksi kupri oksida
menjadi kupro oksida karena K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagen nelson
berfungsi untuk mencegah terjadunya pengendapan kupri oksida.
2.3.13 Arsenomolibdat (Gula Reduksi )
Berupa larutan berwarna biru. Reagen arsenomolibdat memiliki waktu
simpan yang terbatas dan bersifat beracun, jika tertelan akan menimbulkan rasa
pusing, mual, dan sesak. Jangan menghirup debunya dan hindari kontak dengan
mata. Jika kontak dengan mata atu kulit segera bilas dengan banyak air. Jika
tertelan cuci mulut dengan air yang banyak dan minum air yang banyak serta
minta bantuan medis (Suryana, 2007).
2.3.14 Amilum
Amilum disebut juga pati yang terdapat pada umbi,daun, batang, dan biji.
Amilum merupakan kelompok terbesar karbohidrat cadangan yang dimiliki oleh
tumbuhan sesudah selulosa. Karbohidrat golongan polisakarida ini banyak
terdapat di alam, terutama pada sebagian besar tumbuhan. Komponen penting
penyusun pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilum berwarna putih berupa
butiran halus yang berasal dari tumbuhan dan merupakan campuran dari dua
polimer yaitu amilosa dan amilopektin. Pati alam mengandung 10-20 % amilosa
dan 80-90 % amilopektin, bila terhidrolisis akan berubah dengan membentuk
dekstrin dan kemudian berakhir dengan menghasilkan glukosa. Struktur kimianya
secara pasti belum diketahui namun diduga bahwa bagian luar dari butiran amilum
sebagai amilosa sedangkan bagian dalam butirannya sebagai amilopektin
(Mulyono,2006). Sebelum dilakukan titrasi pada metode iodimetri, sampel
dilakukan penambahan amilum 1%. Amilum ini berfungsi sebagai indikator yang
akan memberikan warna biru kehitaman pada saat tercapainya titik akhir titrasi
(Rohman, 2007).
2.3.15 Iodin (Vitamin C)
Iodin berfungsi untuk oksidator yang akan mengoksidasi votmaiin C
menggunakan amilum sebagai indikatornya (Sirajuddina, 2011).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
Pengovenan 20
menitpadasuhu 105°C
Eksikator 15 menit
Sampel
Penimbangan botol
timbang Penghalusan Sampel
Eksikator 15 menit
Penimbangan botol
timbang + tahu
Kurs Porselen
Eksikator 15 menit
Sampel
Eksikator 15 menit
Sampel yang digunakan pada praktikum ini ada empat sampel yaitu tahu,
kedelai, beras, dan nasi. Masing-masing sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram dan
menggunakan blanko aquades sebanyak 0,5 mL. Setelah itu dimasukkan pada
labu kjeldahl yang berfungsi untuk destruksi bahan makanan pada proses
penentuan kadar protein. Berikutnya penambahan 1 gram selenium dan 1 ml
H2SO4, setelah ditambahkan labu kjeldahl dipasang ke alat destruksi. Kemudian
dilakukan destruksi selama 1 jam. Setelah didestruksi didinginkan selama 1 jam.
Kemudian ditambahkan aquadest sebanyak 5 ml dan dilanjutkan dengan destilasi
selama 4 menit. Selanjutnya dititrasi dengan HCl kemudain dihitung sebagai
jumlah N.
Aquades Pendinginan
Pendistilasian
a. Persiapan Alat
Pertama, labu lemak sebelum digunakan harus dioven terlebih dahulu agar
mendapatkan berat yang konstan pada proses penimbangan. Kemudian setelah
dioven, labu lemak dieksikator 15 menit bertujuan untuk menstabilkan
kelembapan dan terakhir ditimbang (A).
LabuLemak
Pengovenan
Eksikator
PenimbanganLabuLemak
Pengovenan 20 menit
Eksikator
Penimbangan
PenambahanSampelbasah 5g dansampelkering 2 g
Pengovenan 24 jam
Eksikator 15 menit
Penimbangankembali
PeletakkandalamtabungekstraksiSoxhlet
Penuanganpelarutkedalamlabulemak
Pemanasan
Eksikator 15 menit
Penimbangan 1 (gram)
Eksikator 15 menit
Penimbangan 2 (gram)
Penghancuran bahan
Peneraan volume
larutan sampai batas
tera
Penambahan
aquades 30mL
Penyaringan
Pengadukan dan
Pemanasan dengan
Sentrifuse
stirrer (15’)
Penambahan
aquades 30mL
Pendinginan
Pengadukan dan
Pemanasan dengan Pemanasan 20’
stirrer (15’)
Penambahan
Sentrifuse CaCO₃
Penyaringan
Penuangan dalam 9
tabung berbeda
Pencampuran
reagen A dan
reagen B
Pendinginan
Penghomogenan
Penambahan
Penyetaran volume
arsenomolybdat
dengan penambahan
1mL/tabung aquades hingga volume
akhir 10mL
Vortex
c. Analisis Gula Pereduksi
Praktikum analisis kadar gula pada tahap ketiga yaitu dilakukan
analisa terhadap gula pereduksi pada sampel yang telah diekstrak. Kemudian
ditambahkan sampel terlebih dahulu ke dalam tsbung reaksi dan ditambahkan 1
Reagen Nelson sebanyak 1 ml dengan perbandingan 25:1. Fungsi Reagen Nelson
yaitu untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida karena K-Na-tartrat
yang terkandung dalam reagen nelson berfungsi untuk mencegah terjadunya
pengendapan kupri oksida. Setelah itu dilakukan pendidihan selama 20 menit
sambil distirrer. Kemudian dilakukan penambahan air arsenomolybdat sebanyak 1
ml. berikutnya dilakukan peneraan hingga volemunya mencapai 10 ml yang
menggunakan aquadest. Selanjutnya dilakukan peneraan dengan volume 10 ml
menggunakan aquadest . peneraan ini bertujuan agar tidak terlalu banyak nilai
yang didapatkan pada hasil akhirnya. Setelah itu dilakukan pengukuran adsorbansi
pada sampel glukosa standart agar dapat diketahui dan dibuat kurva standartnya.
Kertas saring
Pengeringan dengan
oven (60ºC, 15’)
2 gram Penimbangan
sampel
Pengeringan
Pendinginan dalam
desikator
Penimbangan
Petroleum Pemasukan
benzen
Sampel
yang telah Pemasangan
dibungkus+ rangkaian soxhlet
diikat
Pemanasan selama 3 jam
Ekstraksi ,penyaringan
Filtrat 1 Filtrat 2
+1 ml larutan amilum 1%
A. Kadar Air
Sebelum
Setelah Pengovenan
Pengovenan
Ulangan
Ulangan
Berat Berat Berat Berat
Sampel cawan+abu
cawan cawan+sampel sampel abu (g)
(g)
(g) (g) (g)
Tahu 1 33.2200 35.2400 2.0200 33.2252 0.0052
2 31.4205 33.5339 2.1134 31.4278 0.0073
Kedelai 1 33.4889 35.4632 1.9743 33.5826 0.0937
2 33.1397 35.1532 2.0135 33.2363 0.0966
3 33.1395 35.1326 1.9931 33.2397 0.1002
Nasi 1 33.7031 35.7175 2.0144 33.7078 0.0047
2 33.7017 35.6241 1.9224 33.7066 0.0049
Beras 1 34.2455 36.2398 1.9943 34.4275 0.1820
2 32.4102 34.4548 2.0446 32.4246 0.0144
C. Kadar Protein
Volume Volume HCl
Berat Volume HCl
Ulangan
0.25
Jumlah Glukosa (mg)
y = 0.1118x - 0.0038
0.2
R² = 0.9999
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2
Nilai Absorban
2. Pengujian Sampel
Berat Nilai Nilai Nilai
Faktor
Sampel Ulangan Sampel Absorbansi Absorbansi Absorban
Pengenceran
(g) Blanko Sampel
Apel 1 2.4283 500 0.068 1.552 1.484
2 2.4283 500 0.068 1.649 1.581
3 2.4318 500 0.068 1.461 1.393
4 2.4318 500 0.068 1.578 1.510
Melon 1 2.0795 500 0.068 0.585 0.517
2 2.0795 500 0.068 0.592 0.524
3 2.0795 500 0.068 0.549 0.481
4 2.147 500 0.068 0.583 0.515
5 2.147 500 0.068 0.596 0.528
6 2.147 500 0.068 0.573 0.505
F. Kadar Vitamin C
Volume
Volume Volum Volum
Volum Iod
Berat Cuplika e Iod e Iod
Ulangan
Kadar air
Sampel Ulangan
Basis Basah (%) Basis Kering (%)
1 84.4513 543.1410
2 84.3809 540.2435
Tahu Rata -rata 84.4161 541.6922
Standar Deviasi 0.0498 2.0488
Relative Standard Deviation 0.0589 0.3782
1 9.8895 10.9749
2 9.9023 10.9906
3 9.4294 10.4112
Kedelai
Rata -rata 9.7404 10.7922
Standar Deviasi 0.2694 0.3301
Relative Standard Deviation 2.7657 3.0587
1 68.7968 220.4800
2 68.4085 216.5408
3 60.1319 150.8273
Nasi 4 61.0167 156.5201
Rata -rata 64.5885 186.0920
Standar Deviasi 4.6519 37.5400
Relative Standard Deviation 7.2024 20.1728
13.3067
1 15.3491
2 13.0280 14.9796
Beras 3 14.0509 16.3479
Rata -rata 13.4619 15.5589
Standar Deviasi 0.5288 0.7079
Relative Standard Deviation 3.9280 4.5496
4.2.2 Kadar Abu
Kadar air
Sampel Ulangan
Basis Basah (%) Basis Kering (%)
1 0.2574 1.6519
2 0.3454 2.2165
Tahu Rata -rata 0.3014 1.9342
Standar Deviasi 0.0622 0.3992
Relative Standard Deviation 20.6415 20.6415
1 4.7460 5.2582
2 4.7976 5.3154
3 5.0273 5.5699
Kedelai
Rata -rata 4.8570 5.3811
Standar Deviasi 0.1498 0.1659
Relative Standard Deviation 3.0838 3.0838
1 0.2333 0.6589
2 0.2549 0.7198
Nasi Rata -rata 0.2441 0.6893
Standar Deviasi 0.0153 0.0431
Relative Standard Deviation 6.2481 6.2481
1 9.1260 10.5457
2 0.7043 0.8139
Beras Rata -rata 4.9152 5.6798
Standar Deviasi 5.9551 6.8814
Relative Standard Deviation 121.1570 121.1570
4.2.3 Kadar Protein
Kadar air
Sampel Ulangan %N
Basis Basah (%) Basis Kering (%)
Kadar air
Sampel Ulangan
Basis Basah (%) Basis Kering (%)
1 5.2788 33.8733
2 4.4620 28.6321
Tahu Rata -rata 4.8704 31.2527
Standar Deviasi 0.5775 3.7060
Relative Standard Deviation 11.8583 11.8583
1 18.8598 20.8950
2 18.7509 20.7744
Kedelai Rata -rata 18.8053 20.8347
Standar Deviasi 0.0770 0.0853
Relative Standard Deviation 0.4094 0.4094
1 0.0886 0.2502
2 0.0566 0.1597
Nasi Rata -rata 0.0726 0.2049
Standar Deviasi 0.0226 0.0639
Relative Standard Deviation 31.2013 31.2013
1 0.0988 0.1142
2 0.3423 0.3956
Beras Rata -rata 0.2206 0.2549
Standar Deviasi 0.1722 0.1990
Relative Standard Deviation 78.0620 78.0620
4.2.5 Kadar Karbohidrat (Gula Reduksi)
Sampel yang digunakan pada penentuan kadar air yaitu tahu, kedelai,
beras, dan nasi. Metode yang digunakan yaitu metode oven (gravimetri).
Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air (Astuti,
2010). Pada sampel tahu tingkat berat pengeringan sampel paling tinggi, karena
luas permukaan besar setelah dilakukan preparasi sehingga semakin cepat proses
pengeringan. Pada sampel kedelai tingkat pengeringan sampel paling rendah
diantara tahu, nasi, dan beras. Pada sampel kedelai, diperoleh data perhitungan
yang tidak sesuai dengan literature. Kadar air kedelai sebesar 4,14% (Ferawati).
Hal ini dapat disebabkan karena pada saat proses penimbangan sampel yang
kurang teliti.
Dari data kedua sampel berat basah dan berat kering akan diperoleh nilai
standart deviasi dan RSD yang menggambarkan tingkat ketelitian suatu
pengamatan atau penelitian. Semakin kecil nilai standart deviasi dan RSD
semakin tinggi ketelitian data tersebut (Sari, 2015). Nilai standart deviasi untuk
bahan sampel tahu dengan basis basah mendapatkan 0,0498 % dan basis kering
diperoleh nilai yang tidak sesuiai dengan literature yaitu mendapatkan 2,0488 % .
pada sampel kedelai basis basah didapatkan 0,0694% dan basis kering didapatkan
hasil 0,3301 % , itu sesuai dengan literature. Pada sampel nasi basis basah
didapatkan 4, 6519 dan basis kering 37,5400, itu tidak sesuai dengan literature.
Pada sampel beras basis basah didapatkan 0,5288% dan basis kering didapatkan
0,7079 %. Bahwa standart deviasi akan lebih baik apabila nilai yang dihasilkan
kurang dari 1 (Ferawati, 2009). Berdasarkan literature, nilai standart deviasi yang
diperoleh yaitu lebih dari 1 sehingga tingkat ke akurasian dari data tersebut rendah
karena nilai standart deviasi dapat dikatakan baik atau kurang ketelitiannya tinggi
yaitu kurang dari 1.
Dari nilai standart deviasi yang telah diperoleh akan diketahui akan
diketahui nilai RSDnya. Nilai RSD digunakan untuk menggambarkan tingkat
ketelitian suatu pengamatan atau penelitian. Semakin kecil nilai RSD semakin
tinggi ketelitian data tersebut (Sari, 2015). Dari data diatas diperoleh ketelitian
yang baik karena kurang dari 5, kecuali RSD pada sampel nasi yang memiliki
nilai yang lebih dari 5. Hal ini dapat disebabkan oleh pengulangan pengamatan
pada sampel yang perlakuannya berbeda ataupun alat yang digunakan belum
dikalibrasi, sehingga data yang dihasilkan kurang tepat.
Pada data yang diperoleh, diketahui rata-rata kadar protein basis basah
tahu 8,2394, nasi kadar protein basis basah 2,7914, beras kadar protein basis
basah 6,9194. Hal ini menunjukkan bahwa kadar protein tahu, nasi, dan beras
kadar basis basah hampir sesuai dengan syarat mutu menurut SNI (1998) yaitu
kadar protein basis basah minimal 9,0%. Sedangkan pada sampel kedelai
diperoleh rata-rata kadar basis basah 31,7085%. Menurut Santoso (2005),
menyatakan bahwa kandungan protein adalah 35,9 gram per 100 gram atau setara
dngan 35,9%. Sehingga data hasil pengamatan yang dilakukan masih belum
sesuai dengan literature yang ada.
Hasil rata-rata yang diperoleh dari basis basah dan basis kering pada
masig-masing sampel diperlukan dalam perhitungan SD dan RSD. Nilai standart
deviasi dan RSD yang berfungsi menggambarkan tingkat ketelitian suatu
pengamatan atau penelitian. Semakin nilai SD dan RSD semakin tinggi ketelitian
data tersebut (Sari, 2015). Dari data perhitungan SD yang diperoleh pada
pengamatan menunjukkan bahwa ketelitian pada sampel sudah baik karena nilai
yang dihasilkan kurang dari angka 1 ( angka maksimal SD). Sedangkan untuk
RSD dari sampel kedelai memiliki ketetapan dan ketelitian yang tinggi karena
dibawah nilai 5 yang merupakan nilai maksimal RSD. Untuk sampel tahu, nasi ,
dan beras didapatkan RSD melebihi dari angka 5.
5.5 Kadar Karbohidrat
Penentuan kadar vitamin C digunakan sampel berupa buah jeruk dan tomat
masing-masing dilakukan 2 kali pengulangan. Pengamatan kadar vitamin C ini
dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iod dengan prinsip memakai
iodium sebagai oksidator yang akan mengoksidasi vitamin C dan memakai
amilum sebagai indikatornya. Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam
erlenmeyer berubah warna menjadi biru, warna biru yang dihasilkan merupakan
merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai
titik akhir. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data yang
berbeda-beda.
Pada sampel jeruk diperoleh rata-rata yang akan digunakan untuk
menghitung nilai SD dan RSD sampel. SD dan RSD berfungsi menggambarkan
tingkat ketelitian suatu pengamatan atau penelitian. Semakin kecil nilai standar
deviasi dan RSD semakin tinggi ketelitian data tersebut (Sari, 2015). Dari
perbandingan dari kedua sampel tersebut dapat diketahui bahwa nilai dari sampel
jeruk memiliki ketelitian lebih baik daripada tomat. Hal ini dikarenakan bahwa
semakin kecil nilai RSD maka ketelitian lebih bagus. Berdasarkan literatur,
semakin kecil nilai standar deviasi dan RSD semakin tinggi ketelitian data
tersebut (Sari, 2015). Tetapi kedua nilai dari sampel tersebut menunjukkan bahwa
data pengamatan yang diperoleh mempunyai ketelitan yang rendah, karena nilai
RSD yang melebihi nilai maksimal RSD yaitu 5.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum kali ini, yaitu:
a. Sebaiknya penentuan kadar air, abu, karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin dilakukan dengan teliti agar hasil yang diperoleh benar dan sesuai
tanpa ada kesalahan, misalnya pada saat penimbangan bahan perlu
dilakukan secara teliti, karena dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
b. Alat yang diperlukan pada penentuan kadar air, abu, karbohidrat, lemak,
protein, dan vitamin harus memadai agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama . Jakarta
Danarti. 2006. Kopi, Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Dianti. 2010. Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara.
De Man. 2007. Informasi Produksi dan Konsumsi Tanaman Pangan dan
Hortikultura. Jakarta: Departemen Pertanian.
Suryana. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet Edisi kedua.
Jakarta: Departemen Pertanian.
Tabrani. 1997. Teknologi Hasil Perairan. Riau. Universitas Islam Riau Press.
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Edisi kelima. Bagian I. Jakarta: Kalman Pustaka.
Sirajuddin. 2011. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Jakarta: Dian
Rakyat.
Yuwono. 2013. A To Z Food Supplement. Yogyakarta: Andi
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Tahu
1. 17,9860 – 17,6689 = 0,3171 g
2. 15,2243 – 14,9122 = 0,3121 g
Kedelai
1. 19,8903 – 18,0060 = 1,8843 g
2. 17,5449 – 15,7470 = 1,7979 g
3. 16,7473 – 14,9329 = 1,8144 g
Nasi
1. 17,2298 – 16,6048 = 0,6250 g
2. 17,3998 – 16,8569 = 0,5429 g
3. 15,9858 – 15,1880 = 0,7978 g
4. 16,5408 – 15,7448 = 0,7960
Beras
1. 17,9828 – 16,2485 = 1,7343 g
2. 18,4706 – 16,7329 = 1,7377 g
3. 19,5629 – 17,8532 = 1,7097 g
Tahu
1. 2,0394 – 0,3171 = 1,7223 g
2. 1,9982 – 0,3121 = 1,6861 g
Kedelai
1. 2,0911 – 1,8144 = 0,2068 g
2. 1,9955 – 1,7979 = 0,1976 g
3. 2,0033 – 1,8144 = 0,1889
Nasi
1. 2,0030 – 0,6250 = 1,3780 g
2. 1,7185 – 0,5429 = 1,1756 g
3. 2,0011 – 0,7978 = 1,2033 g
4. 2,0419 – 0,7960 = 1,2459 g
Beras
1. 2,0005 – 1,7343 = 0,2662 g
2. 1,9980 – 1,7377 = 0,2603 g
3. 1,9892 – 1,7097 = 0,2795 g
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
Kadar air beratbasah (bb) (Rumus :𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑣𝑒𝑛𝑎𝑛 𝑥 100)
Tahu
1,7223
1. 𝑥 100 = 84,4513%
2,0394
1,6861
2. 𝑥 100 = 84,3809%
1,9982
Kedelai
0,2068
1. 2,0911 𝑥 100 = 9,8895%
0,1976
2. 𝑥 100 = 9,9022%
1,9955
0,1889
3. 2,0033 𝑥 100 = 9,4294%
Nasi
1,3780
1. 𝑥 100 = 68,7968%
2,0030
1,1756
2. 𝑥 100 = 68,4084%
1,7185
1,2033
3. 𝑥 100 = 60,1319%
2,0011
1,2459
4. 𝑥 100 = 61,0167%
2,0419
Beras
0,2662
1. 𝑥 100 = 13,3066%
2,0005
0,2603
2. 𝑥 100 = 13,0280%
1,9980
0,2795
3. 𝑥 100 = 14,0508%
1,9892
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Rata – rata basis basah (Rumus : 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
84,4513+84,3809
Tahu : = 84,4161%
2
9,8895+ 9,9022+ 9,4294
Kedelai : = 9,7403%
3
68,7968+68,4084+60,1319+61,0167
Nasi : = 64,5884%
4
13,3066+13,0280+14,0508
Beras : = 13,4618%
3
StandarDeviasi
(84,4513−84,4161)2 +(84,3809−84,4161)²
Tahu: √ 2−1
0,00123904+0,00123904
=√ 1
= √0,00247808
= 0,0498
(9,8895−9,7403)2 +(9,9022−9,7403)2 +(9,4294−9,7403)²
Kedelai :√ 3−1
0,02226064+0,02621161+0,09665881
=√ 2
0,14513106
=√ 2
= √0,07256553
= 0,2693
Nasi
(68,7968−64,5884)2 +(68,4084−64,5884)2 +(60,1319−64,5884)2 +(61,0167−64,5884)²
√
4−1
17,71063056+14,5924+19,86039225+12,75704089
=√ 3
64,9204637
=√ 3
=√21,64015457
= 4,6518
(13,3066−13,4618)2 +(13,0280−13,4618)2 +(14,0508−13,4618)²
Beras :√ 3−1
0,02408704+0,18818244+0,346921
=√ 2
0,55919048
=√
2
=√0,27959524
=0,5287
RSD
0,0498
Tahu : 84,4161 𝑥 100% = 0,0589%
0,2693
Kedelai : 𝑥 100% = 2,7648%
9,7403
4,6518
Nasi : 64,5884 𝑥 100% = 7,2022%
0,5287
Beras : 13,4618 𝑥 100% = 3,9274%
Tahu
1.35,2400 - 33,2200= 2, 0200 g
2. 33,5339 - 31,4205 = 2,1134 g
Kedelai
1. 35,4632 – 33,4889 = 1,9743 g
2. 35,1532 – 33,1397 = 2,0135 g
3. 35,1326 – 33,1395 = 1,9931 g
Nasi
1. 35,7175 – 33,7031 = 2,0144 g
2. 35,6241 – 33,7017= 1,9224 g
Beras
1. 36,2398 – 34,2455 = 1,9943 g
2. 34,4548 – 32,4102= 2,0446 g
Tahu
1. 33,2252 – 33,2200 = 0,0052 g
2. 31,4278 – 31,4205= 0,0073 g
Kedelai
1. 33,5826 – 33,4889 = 0,0937 g
2. 33,2363 – 33,1395= 0,0966 g
3. 33,2397 – 33,1395 = 0,1002 g
Nasi
1. 33,7078 – 33,7031= 0,0047 g
2. 33,7066 – 33,7017 = 0,0049g
Beras
1. 34,4275 – 34,2455 = 0,1820 g
2. 32,4246 – 32,4102 = 0,0144 g
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu berat basah (bb) (Rumus :𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100)
Tahu
0,0052
1. 𝑥 100 = 0,2574%
2,0200
0,0073
2. 𝑥 100 = 0,3454%
2,1134
Kedelai
0,0937
1. 1,9743 𝑥 100 = 4,7459%
0,0966
2. 2,0135 𝑥 100 = 4,7976%
0,1002
3. 1,9931 𝑥 100 = 5,0273%
Nasi
0,0047
1. 𝑥 100 = 0,2333%
2,0144
0,0049
2. 𝑥 100 = 0,2548%
1,9224
Beras
0,1820
1. 𝑥 100 = 9,1260%
1,9943
0,0144
2. 𝑥 100 = 0,7043%
2,0446
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Rata – rata basis basah (Rumus : 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
0,2574+0,3454
Tahu : = 0,3014%
2
4,7459+ 4,7976+ 5,0273
Kedelai : = 4,8569%
3
0,2333+0,2548
Nasi : = 0,2440%
2
9,1260+0,7043
Beras : = 4,91515%
2
StandarDeviasi
(0,2574−0,3014)2 +(0,3454−0,3014)²
Tahu: √ 2−1
0,+0,00123904
=√ 1
= √0,00247808
= 0,0498
(4,7959−4,8569)2 +(4,7976−4,8569)2 +(5,0273−4,8569)²
Kedelai :√ 3−1
0,003721+0,00351649+0,0293616
=√ 2
0,03627365
=√ 2
= √0,018136825
= 0,1346
(0,2333−0,2440)2 +(0,2548−0,2440)2
Nasi √ 2−1
0,00011449+0,00011664
=√
1
0,00023113
=√ 1
= 0,0153
(9,1260−4,91515)2 +(0,7043−4,91515))²
Beras:√ 2−1
17,73125772+17,73125772
=√ 1
=√35,4625
=5,9550
RSD
0,0498
Tahu : 𝑥 100% = 16,52289%
0,3014
0,1346
Kedelai : 𝑥 100% = 2,7713%
4,8569
0,0153
Nasi : 𝑥 100% = 6,27049%
0,2440
5,9550
Beras : 4,91515 𝑥 100% = 121,1560%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑏𝑏)
Kadar abu berat kering (bk) (Rumus : 100−𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 𝑥 100)
Tahu
0,2574
3. 𝑥 100 = 1,6517%
100−84,4161
0,3454
4. 𝑥 100 = 2,2164%
100−84,4161
Kedelai
4,7459
1. 100−9,7403 𝑥 100 = 5,2580%
4,7976
2. 100−9,7403 𝑥 100 = 5,3153%
5,0278
3. 100−9,7403 𝑥 100 = 5,5704%
Nasi
0,2333
3. 𝑥 100 = 0,6588%
100−64,5884
0,2548
4. 𝑥 100 = 0,7198%
100−64,5884
Beras
9,1260
3. 𝑥 100 = 10,5456%
100−13,4618
0,7043
4. 𝑥 100 = 0,81386%
100−13,4618
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Rata – rata basis kering (Rumus : 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1,6517+2,2164
Tahu : = 1,93405%
2
5,2580+ 5,3153+ 5,5704
Kedelai : = 5,3812%
3
0,6588+0,7198
Nasi : = 0,6893%
2
10,5456+0,813836
Beras : = 5,6797%
2
Standar Deviasi
(1,6517−1,93405)2 +(2,2164−1,93405)²
Tahu: √ 2−1
0,0797+0,0797
=√ 1
= √0,1594
= 0,3992
(5,2580−5,3812)2 +(5,3153−5,3812)2 +(5,5704−5,3812)²
Kedelai :√ 3−1
0,0152+0,00434+0,0358
=√ 2
0,02765
=√ 2
= √0, 0138
= 0,1175
(0,6588−0,6893)2 +(0,7198−0,6893)2
Nasi √ 2−1
0,00093025+0,00093025
=√ 1
=√0,001865
= 0,0431
(10,5456−5,6797)2 +(0,813836−5,6797)2
Beras:√ 2−1
23,67698+23,64939
=√ 1
=√43,32637
= 6,8794
RSD
0,3992
Tahu : 1,93405 𝑥 100% = 20,6406%
0,1175
Kedelai : 𝑥 100% = 2,1835%
5,3812
0,0431
Nasi : 𝑥 100% = 6,2527%
0,6893
6,8794
Beras : 5,6797 𝑥 100% = 121,1226%
3. Analisis Kadar Karbohidrat/Gula Reduksi
A. JumlahGlukosa (mg)
Rumus : y = 0.1118x - 0.0038
Apel y = 0.0540
2. y = (0.1118×0.524) - 0.0038
1. y = (0.1118×1.484) - 0.0038
y = 0.0586 – 0.0038
y = 0.1659 – 0.0038
y = 0.0548
y = 0.1621
3. y = (0.1118×0.481) - 0.0038
2. y = (0.1118×1.581) - 0.0038
y = 0.0538 – 0.0038
y = 0.1768 – 0.0038
y = 0.0500
y = 0.1730
4. y = (0.1118×0.515) - 0.0038
3. y = (0.1118×1.393) - 0.0038
y = 0.0576 – 0.0038
y = 0.1557 – 0.0038
y = 0.0538
y = 0.1519
5. y = (0.1118×0.528) - 0.0038
4. y = (0.1118×1.510) - 0.0038
y = 0.0590 – 0.0038
y = 0.1688 – 0.0038
y = 0.0552
y = 0.1650
6. y = (0.1118×0.505) - 0.0038
Melon
y = 0.0565 – 0.0038
1. y = (0.1118×0.517) - 0.0038
y = 0.0527
y = 0.0578 – 0.0038
B. KandunganGulaPereduksi
Rumus :
Kandungan GP =(y/beratsampel)×FaktorPengenceran×(1/1000)×100
Apel
1. %GP =(0.1621/2.4283)×500 ×(1/1000)×100
%GP =3.3380
2. %GP =(0.1730/2.4283)×500 ×(1/1000)×100
%GP =3.5613
3. %GP =(0.1519/2.4318)×500 ×(1/1000)×100
%GP =3.1240
4. %GP =(0.1650/2.4283)×500 ×(1/1000)×100
%GP =3.3929
Melon
1. %GP =(0.0540/2.0795)×500 ×(1/1000)×100
%GP = 1.2984
2. %GP =(0.0548/2.0795)×500 ×(1/1000)×100
%GP =1.3172
3. %GP =(0.0500/2.0795)×500 ×(1/1000)×100
%GP = 1.2016
4. %GP =(0.0538/2.147)×500 ×(1/1000)×100
%GP =1.2524
5. %GP =(0.0552/2.147)×500 ×(1/1000)×100
%GP =1.2862
6. %GP =(0.0527/2.147)×500 ×(1/1000)×100
%GP =1.2263
C. Kadar pati (bb)
Rumus:
Kadar pati (bb) = kandunganGP×faktorkonversi
Factor konversi = 0.9
Apel
1. %BB = 3.3380×0.9= 3.0042
2.%BB =3.5613×0.9 = 3.2051
3.%BB = 3.1240×0.9 =2.8116
4.%BB =3.3929×0.9 =3.0536
3.0042+3.2051+2.8116+3.0536
Rata-rata = = 3.0186%
4
= 0.1624%
0,1624
RSD = 3.0186 𝑥 100% = 5.3788%
Melon
1. %BB = 1.2984×0.9 =1.1686
2. %BB = 1.3172×0.9 = 1.1855
3. %BB = 1.2016×0.9 = 1.0815
4. %BB = 1.2524×0.9 = 1.1271
5. %BB = 1.2862×0.9 = 1.1576
6. %BB = 1.2263×0.9 = 1.1037
1.1686+1.1855+1.0815+1.1271+1.1576+1.1037
Rata-rata = = 1.1373%
6
SD =
(1.1686−1.1373)2 +(1.1855−1.1373)2 +(1.0815−1.1373)2 +(1.1271−1.1373)2 +(1.1576−1.1373)2 +(1.1037−1.1373)2
√
6−1
=0.0402%
0,0402
RSD = 1.1373 𝑥 100% = 3.5306%
= 0.9607%
0.9607
RSD = 17.8617 𝑥 100% = 5.3788%
Melon
1.1686
1. %BK = (100−91.2) 𝑥 100 = 13.2791%
1.1855
2. %BK = (100−91.2) 𝑥 100 = 13.4716%
1.0815
3. %BK = (100−91.2) 𝑥 100 = 12.2894%
1.1271
4. %BK = (100−91.2) 𝑥 100 = 12.8084%
1.1576
5. %BK = (100−91.2) 𝑥 100 = 13.1545%
1.1037
6. %BK = (100−91.2) 𝑥 100 = 12.5421%
13.2791+13.4716+12.2894+12.8084+13.1545+12.5421
Rata-rata = = 12.9242%
6
SD =
(13.2791−12.9242)2 +(13.4716−12.9242)2 +(12.2894−12.9242)2 +(12.8084−12.9242)2 +(13.1545−12.9242)2 +(13.5421−1
√
6−1
=0.4563%
0,4563
RSD = 12.9242 𝑥 100% = 3.5306%
5. Kadar Lemak
5. Kadar Protein
A. Persentase nitrogen
(𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ −𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)×𝑁 𝐻𝑐𝑙×14,007
%N= × 100)
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)
Tahu Nasi
(27,8−1,0)×0,02×14,007 (10,0−1,0)×0,02×14,007
1. % N= × 1. % N= ×
514,7 569,4
100 100
% N= 1,4587 % % N= 0,4428 %
(26,0−0,1)×0,02×14,007 (9,2−1,0)×0,02×14,007
2. % N= × 2. % N= ×
515,6 514,5
100 100
% N= 1,4072 % % N= 0,4955 %
Kedelai Beras
(20,8−1,0)×0,02×14,007 (24,4−1,0)×0,02×14,007
1. % N= × 1. % N= ×
100,7 579,2
100 100
% N= 5,5082 % % N= 1,1318 %
(23,0−0,1)×0,02×14,007 (22,0−0,1)×0,02×14,007
2. % N= × 2. % N= ×
116,2 513,8
100 100
% N= 5,5208 % % N= 1,1941 %
= 0,6261
(8,3873−8,2394)2 +(8,0915−8,2394)2
=√ 2−1 Beras
Basis basah (bb)
= 0,2092
𝛴(𝑋𝑖−𝑥̅ )2
Basis kering (bk) Sd= √ 𝑛−1
𝛴(𝑋𝑖−𝑥̅ )2 (6,7341−6,9194)2 +(7,1046−6,9194)2
Sd= √ =√
𝑛−1 2−1
= = 0,2620
(53,8205−52,8714)2 +(51,9223−52,8714)2
√ Basis kering (bk)
2−1
𝛴(𝑋𝑖−𝑥̅ )2
= 1,3422 Sd= √ 𝑛−1
Kedelai =√
(7,7817−7,9957)2 +(8,2098−7,9957)2
Basis basah (bb) 2−1
𝛴(𝑋𝑖−𝑥̅ )2
= 0,3028
Sd= √ 𝑛−1
√
(31,6722−31,7085)2 +(31,7448−31,7085)2 Tahu
2−1 Basis basah (bb)
0.2092
= 0,0513 Cv= 8.2394 𝑥 100%
= 2.5387%
Basis kering (bk)
Basis kering (bk)
𝛴(𝑋𝑖−𝑥̅ )2 1.3422
Sd= √ Cv= 52.8714 𝑥 100%
𝑛−1
= = 2.5387%
(35,1705−35,1303)2 +(35,0902−35,1303)2 Kedelai
√
2−1 Basis basah (bb)
0.0513
= 0,0568 Cv= 31.7085 𝑥 100%
Nasi = 0.1618%
Basis basah (bb) Basis kering (bk)
𝛴(𝑋𝑖−𝑥̅ )2 0.0568
Sd= √ Cv= 35.1303 𝑥 100%
𝑛−1
(2,6346−2,7914)2 +(2,9481−2,7914)2 = 0,1618%
=√ 2−1
Nasi
= 0,2217 Basis basah (bb)
0.2217
Cv= 2.7914 𝑥 100% = 3.7867%
= 7.9422%
Basis kering (bk)
0.6261
Cv= 7.8827 𝑥 100% Basis Kering (bk)
0.3028
= 0,6261% Cv= 𝑥 100%
7.9957
Beras = 3.7867%
Basis basah (bb)
0.2620
Cv= 6.9194 𝑥 100%
DOKUMENTASI
1. Kadar Air
No. Gambar Keterangan
1. Penyiapan sampel
2. Kadar Abu
No Gambar Keterangan
1. Pengabuan dalam tanur
3. Penimbangan
6. Peletakkantanurkedalam oven
keadaantertutup
3. Karbohidrat
No. Gambar Keterangan
1. Pengambilan sampel
2. Penyaringan
4. Penambahan glukosa
5. Penambahan 1 ml
arsenomolybdat
4. Kadar Lemak
No. Gambar Keterangan
1. Pengambilan labu minyak
dan sampel (bahan) dari
oven.
2. Pemasukan labu minyak dan
sampel pada desikator
4. penimbangan dilakukan
sebelum diekstraksi agar
diketahui berat awal pada
sampel.
8. Pemasukan petrolium
benzene kedalam labu
minyak.
9. Perangkaian tabung soxhlet
6. Kadar Vitamin C
No Gambar Keterangan
.
1. Titrasi pada bahan
2. Titrasiblanko
3. Pengulitan pada
buahjeruksebelumditimbang dan
hanyatersisabulir-bulirnyasaja.
4. Pengambilansampel
8. Pemberianlarutanpati yang
sudahdiberisampel.
9. Penimbangansampel
10. Penghancuranataupenghalusansamp
el
11. Pemanasandenganstirer
21. Sampelhasilekstraksibuahjeruk 2
gram
22.
23. Proses titrasidenganpenambahan
natrium thiosulfate
hinggaberwarnakebiruansepertiblan
ko yang telahdititrasi