Anda di halaman 1dari 12

1.

1 Latar Belakang
Air merupakan kandungan penting dalam bahan pangan termasuk makanan, semua bahan
makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda baik itu bahan makanan hewani
maupun nabati. Sedangkan kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan
pangan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting
dalam bahan pangan,karena air dapat mempengaruhi kenampakan tekstur dan cita rasa pada bahan
pangan. Kadar air dalaam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
berkembang biak,sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. (Dwijosepputro.1994)
Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air,
konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Keberadaan
air dalam bahan pangan selalu dihubungkan dengan mutu bahan pangan dan sebagai pengukur
bagian bahan kering atau padatan. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai
dengan lingkungannya, dan hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan
pangan tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan
pengelolaan pasca olah bahan pangan (Purnomo,1995).
Analisa kadar air dalam bahan pangan penting untuk bahan pangan segar dan olahan.
Analisa sering menjadi tidak sederhana karena air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat
secara fisik atau kimia dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan
ikatan-ikatan air tersebut. Pentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan
metode khusus. Namun, pada praktikum hanya dilakukan metode pengeringan dengan oven.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilakukannya praktium ini adalah untuk menganalisa kadar air bahan pangan
dengan metode oven.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Air


Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam
satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan
karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya
awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk
berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Haryanto 1992). Kadar air
adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila
diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban
udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya
tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang
baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya.
Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap
serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Winarno 2004).
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada
sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam
oven pada suhu 105 – 110 °C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan
yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain
pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kdang-kadang
pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan
H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno 2004).
2.2 Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung yang terbuat dari biji gandum melalui proses penggilingan.
Kata “terigu” sendiri diserap dari bahasa Portugis “trigo” yang berarti gandum. Definisi tepung
terigu sebagai bahan makanan menurut SNI (Standard Nasional Indonesia) adalah tepung yang
dibuat dari endosperm biji gandum Triticum aestivum L. (Club wheat) dan/atau Triticum
campactum Host atau campuran keduanya dengan penambahan fortifikan zat besi (Fe), seng (Zn),
vitamin B1, vitamin B2 dan asam folat. Boleh juga ditambahkan BTP (bahan tambahan pangan)
yang diijinkan sesuai peraturan tentang BTP (Anonim 2010). Tepung terigu merupakan
tepung/bubuk halus yang berasal dari biji gandum dengan kadar air tepung terigu maksimal sebesar
12% (SNI 2006).
Tepung terigu relatif lebih mudah terdispersi dan tidak mempunyai daya serap yang terlalu
tinggi. Tepung merupakan komponen paling banyak dalam pembuatan makanan. Tepung terigu
berfungsi sebagai bahan dasar untuk pembentukan adonan pada makanan (Matz dan Matz 1978
dalam Soliha I 2008). Berdasarkan kandungan proteinnya, tepung dapat dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu terigu keras (kadar protein minimal 12%), terigu sedang (kadar protein sebesar 10-
11%), dan terigu lunak (kadar protein sebesar 7-9%). Komponen terbesar tepung terigu adalah
pati. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut
amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut dengan amilopektin (Winarno 1997 dalam Azizah 2009).
Pada seratus gram tepung terigu terkandung kalori sebesar 365 kalori, protein 8.9 g, lemak
1.3 g, karbohidrat 77.3 g, kalsium 16 mg, fosfor 106 mg, besi 1.2 mg, vitamin A 0 mg, vitamin B1
0.12 mg, vitamin C 0 mg, air 12 mg (Prawiranegara 1989 dalam Azizah 2009).

2.3 Tepung Beras


Tepung beras dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tepung beras dan tepung beras ketan. Hal
ini dibedakan dari kandungan amilosa yang mempengaruhi sifat-sifat pemasakan (Cooking
quality) dan kualitas rasa (Eating Quality). Untuk tepung beras kadar amilosanya berkisar 17-32%,
akan berpengaruh pada hasil pemasakan, beras ketan akan tetap lunak walaupun dibiarkan satu
malam setelah dimasak. Sedangkan tepung beras umumnya kadar amilosanya kurang dari 25 %,
pengaruhnya setelah pemasak, volume beras akan besar tetapi keras bila sudah dingin. Hal lain
yang penting dalam penanganan tepung beras dan tepung beras ketan adalah kadar air yang
terkandung didalamnya, mengikat kadar air yang berubah-ubah tergantung merek dan kemasan,
maka dianjurkan bagi para pemula untuk mengontrol penggunaan cairan dalam pembuatan jajan
pasar. (Utomo 2005)

2.4 Teh
Teh adalah suatu produk yang dibuat dari daun muda (pucuk daun) dari tanaman teh
Camellia sinensis L. Daun teh mengalami beberapa proses pengolahan untuk dapat menjadi produk
seperti teh hitam dan teh hijau. Untuk membuatnya, daun biasanya dilayukan dan kemudian
digulung dengan alat pemutar OTR (Open Top Roller), kemudian dihamparkan keudara agar
teroksidasi atau terfermentasi. Daun kemudian dikeringkan dengan udara panas, dan dihasilkan
teh hitam. (Harler, 1996)
Pada daun teh segar, kadar tanin pada tahap pengolahan teh hitam secara berturut- turut
semakin kecil konsentrasinya, sedangkan pada teh hijau sebaliknya. Tanin dalam bentuk
epigalokatekin galat merupakan tanin predominan dari teh hijau yang paling berkhasiat. Tanin
memiliki rasa yang sepat sehingga mudah untuk dideteksi. (Ramayanti,2003)

2.5 Kopi
Kopi merupakan produk pangan yang sarat dengan radikal bebas. Biji kopi yang di
panggang menghasilkan sejumlah molekul yang berpotensi sebgai radikal bebas, namun dengan
didukung adanya zat yang berperan sebgai antioksidan, maka dampak buruk dari zat berbahaya
tersebut dapat diabaikan. Bahkan biji kopi yang telah dipangganng hingga menjadi biji kopi yang
gosong justru lebih berkhasiat sebgai antioksidan dibandingkan biji kopi yang masih segar.
Pemanggangan akan menghasilkan metal piridium yang berasal dari trigonelin yang terdapat pada
biji kopi segar (Haryanto, 1992).

Daftar Pustaka
Sofiya. 2006. Jenis-jenis tepung dan kegunaannya. [terhubung
berkala]http://alkiram.net/salam/2006/08/31/jenis-jenis-tepung-dan-kegunaannya/ (12 Maret
2016).
Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian.Yogyakarta : Liberty.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Latar Belakang
Air adalah substansi kimia yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada suatu atom oksigen. Air merupakan suatu pelarut yang penting dan memiliki
kemampuan melarutkan banyak zat kimia lain kadar air dalam bahan pangan sangat
mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Kadar air dapat juga
mempengaruhi penampakan, rasa, tekstur dan warna bahan sekalipun. Semua bahan makanan
memiliki kadar air yang berbeda-beda tergantung karakteristik bahan itu sendiri.
Penentuan kadar air dilakukan untuk mengetahui apakah bahan pangan tersebut memiliki
daya simpan yang panjang dan kualitas yang baik. Dengan penentuan kadar air maka dapat
ditentukan proses penyimpanan, pengolahan, pendistribusian serta penanganan yang tepat.
Semakin tinggi kadar air suatu bahan maka semakin cepat bahan pangan tersebut untuk mengalami
kerusakan atau kebusukan. Untuk mengetahui kadar air suatu bahan, maka dilakukan penentuan
kadar air.
Penentuan kadar air dapat di lakukan dengan beberapa metode dan salah satunya yaitu
metode pengerinagnatau oven. Metode ini merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan
menggunakan energi panas. Metode dapat dilakukan dan cukup mudah diterapkan pada bahan
pangan untuk mengetahui daya simpan dan kualitas dari bahan tersebut. Oleh karna itu, pentingnya
dilakukan penentuan kadar air ini dalam menentukan mutu dari suatu bahan pangan.

Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah untuk menentukan kadar air beberapa bahan
pangan dan hasil pertanian menggunakan metode pengeringan oven, metode oven vakum, metode
detilasi dan metode Rapid Moisture Analyzer.
TINJAUAN PUSTAKA

Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan senyawa yang terdapat dalam
bahan makanan. Untuk beberapa bahan, air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat melarutkan
berbagai bahan seperti garam, vitamin yang larut air, mineral dan senyawa citarasa. Banyaknya
kandungan air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan
dan aktifitas enzim, aktifitas mixroba dan aktifitas kimiawi, yaitu terjadi ketengikan, reaksi non
enzimatis sehingga menimbulkan sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan cita rasa gizi
yang berubah. Air bebas adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan,
membran, kapiler, serat dan lain – lain, jika air ini diuapkan seluruhnya maka kandungan air bahan
berkisar antara 12 – 25 % tergantung jenis bahan dan suhu (Amanu, 2014).
Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari
bahan pangan tersebut. Apabila kadar air bahan pangan tersebut tidak memenuhi syarat makabahan
pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang ditandai dengan tumbuhnya
mikroorganisme pada makanan sehingga bahan pangan tersebut tidak layak untuk
dikonsumsi.penentuan kadar air dari suatubahan pangan sangat penting agar dalam proses
pengolahan dan pendisribusian mendapat penanganan yang tepat. Dengan memanaskan suatu
bahan pangan dengan suhu tertentu maka air dalam bahan pangan tersebut akan menguap dan berat
bahan pangan akan konstan. Berkurangnya berat bahan pangan tersebut berati banyaknya air yang
terkandung dalam bahan pangan tersebut (Saputra, 2015).
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan
yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungaan air dlam
bahan. Metode penetapan kadar air dengan menggunakan destinasi toluen, kandungan air dalam
bahan yang dinyatakan dalam % v/b terhadap berat ekstrak. Kadar air bahan berpengaruh terhadap
masa simpan. Kadar air yang tinggi menyebabkan kerentanan terhadap aktifitas mikroba.
Kandungan air dalam ekstrak merupakan media tumbuhnya kapang dan jamur (Guntarti, 2015).
Penentuan kadar air dilakukan dengan memasukkan sampel dalam oven pada suhu 105˚C
selama 3 jam. Kemudian berat sampel ditimbang kadar air dalam bahan dapat dihitungan dengan
rumus :
% kadar air = berat awal - berat akhir x 100%
berat awal
Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui ketahanan suatu bahan dalam
penyimpanannya dan merupakan cara penanganan yang baik bagi suatu bahan untuk menghindari
pengaruh aktifitas mikroba. Jumlah kadar air yang rendah membuat bahan akan lebih tahan
disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama (Malangi, 2015).
Kadar air merupakan parameter mutu sosis yang penting karna sosis merupakan produk
yang masa simpannya di pengaruhi oleh kadar air. Kadar air sosis fermentasi lele berkisar antara
59,22-55,65%. Hal ini sesuai dengan SNI 01-3820-1995 tentang sosis yaitu kadar air maksimal
67,0%. Hal ini disebabakan karena penambahan bahan baku dan penguapan selama proses
pengasupan dari fermentasi. Pada saat sebelum fermentasi sebagian molekul airmembentuk hidrat
dengan molekul lain yang mengandung atomoksigen,nitrogen, karbohidrat, protein, garam dan
senyawa organik lainnya sehingga air yang terikat berubah menjadi air bebas (Nisa, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Amanu. F.N. 2014. Pembuatan tepung mocap di Madura ( kajian vanetas dan
lokasi penanaman) terhadap mutu dan rendemen jurnal pangan dan agroindustri vol. 2 (3)
: 161 – 169.
Guntarti, A. 2015. Penentuan parameter NON spesifik Ekstrak Etanol Kulit
Buah Manggis (Garcinia Mangostana) pada Variasi asal daerah. Jurnal
Farmasains Vo. 2 (5)

Malangngi,L.P. 2012. penentuan kandungan tanin dan uji aktifits antioksidan


Ekstrak biji buah Alpukat (persea americana mill) JURNAL MIPA
UNSRAT vol. 1 (1) : 5-10

Nisa,A.K. 2016. Pengaruh lama pengasapan dan lama Fermentasi Terhadap


sosis Fermentasi Ikan Lele (Clarias Gariepinus) Jurnal Pangan dan
Agrandustri vol. 4 (1) : 367 – 376

Saputra,A. 2015. perancangan simulator pengovenan pakan ternak


menggunakan sensor suhu dan kelembaban berbasis Microkontroler
atmega 128 Simposium Nasional Rapi vol. 14 (1)
I.PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu senyawa yang dibutuhkan dalam kehidupan


organisme, baik tumbuhan, hewan, manusia, maupun mikroorganisme. Air
memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup. Air berperan
dalam proses kimia dan biokimia yang terjadi dalam tubuh organisme. Air
berguna sebagai pelarut senyawa tertentu dan zat pengangkut serta sebagai
pemelihara suhu tubuh.

Air merupakan komponen yang penting dari suatu bahan pangan. Setiap bahan
pangan mempunyai jumlah air yang berbeda-beda. Tak terkecuali bahan
pangan yang kering seperti buah kering, tepung, maupun biji-bijian. Air ini
berfungsi sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme,
sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer, dan
sebagainya. (Tejasari,2005)

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air dalam bahan akan mempengaruhi
penampakan, tekstur, kesegaran, daya tahan dan citra rasa bahan pangan
tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan
khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan (Winarno, 1997).

Penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam
proses pengolahan maupun pendisribusian mendapat penanganan yang tepat
dan juga dapat memperpanjang daya simpan suatu bahan pangan, apabila
sebagian air dalam bahan pangan dihilangkan. Penentuan kadar air dalam
bahan pangan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
dengan metode pengeringan (dengan oven biasa), metode kimia, metode
distilasi dan metode khusus seperti refraktometer. (Buckle,1985)

Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air
dilakukan dengan mengeringkan bahan pangan dalam oven pada suhu 105 –
110 °C selama 5 jam, kemudian 1 jam. Jika belum mencapai berat yang
konstan, maka ulangi pengeringan 1 jam berikutnya sampai didapat berat yang
konstan. Berat yang konstan berasal dari pengurangan berat akhir dengan
berat sebelumnya yaitu tidak boleh lebih dari 0,002. Sedangkan bahan yang
tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap
dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih
rendah. Kdang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan
dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering,
hingga mencapai berat yang konstan (Winarno,2004).

Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan
mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti
sayuran dan susu, menggunakan metode distilasi dengan pelarut tertentu,
sedangkan untuk bahan yang mengandung kadar gula tinggi, kadar airnya
dapat diukur dengan menggunakan refraktometer disamping menentukan
padatan terlarutnya pula. Disamping cara fisik, ada pula cara kimia untuk
menentukan kadar air. Mc Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas
asitilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dalam bahan yang akan
diperiksa, cara bahan ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun,
tepung, kulit, buuk biji panili, mentega dan sari buah (Winarno, 2004).

Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan
bahan kering (dry basis) dan berdasarkan bahan basah (wet basis). Kadar air
secara dry basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut
dengan berat keringnya. Bahan kering adalah berat bahan asal setelah
dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan kadar air secara wet basis adalah
perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat bahan
mentah .(Suharjo, 1977)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Water Content of fruit and vegetable. University Kentucky.


College Agriculture. Diakses online melalui
www2.ca.uky.edu/enri/pubs/enri129.pdf pada tanggal 7 Oktober 2014

Apriyanto, Anton, et al. 1989. Analisis Pangan. Bogor: IPB-press

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia Press.
Jakarta.

Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhandi. 1989.Analisa Bahan makanan dan


Pertanian. Liberty: Yogyakarta
Suhardjo dkk, 1977 . Pangan, Gizi dan Pertanian, Universitas Indonesia,
Jakarta.

Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia; Jakarta.


1.1 Latar Belakang
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari
pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat
penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan
yang tepat. Kandungan air bahan pangan bervariasi. Ada yang sangat rendah, contohnya
serelia dan kacang-kacangan kering. Ada yang sangat tinggi contohnya, sayuran buah-
buahan atau pangan segar. Sebagai contoh kadar air yaitu kacang kering sebesar 3%,
sedangakan semangka sebesar 97%.

Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air,
konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air.
Keberadaan air dalam bahan pangan selalu dihubungkan dengan mutu bahan pangan
dan sebagai pengukur bagian bahan kering atau padatan. Air dalam bahan dapat
digunakan sebagai indeks kestabilan selama penyimpanan serta penentu mutu
organoleptik terutama rasa dan keempukan. Analisa kadar air dalam bahan pangan
penting untuk bahan pangan segar dan olahan. Analisa sering menjadi tidak sederhana
karena air dalam bahan pangan berada dalam bentuk terikat secara fisik atau kimia
dengan komponen bahan pangan lainnya sehingga sulit memecahkan ikatan-ikatan air
tersebut. Penentuan kadar air dalam makanan dapat dilakukan dengan metode yaitu
metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode
khusus. Namun, pada praktikum hanya dilakukan metode pengeringan dengan oven.

2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisa kadar air bahan pangan dengan
metode oven

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air
berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar
air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif dan Halid, 1993).

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan
dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat pentinh dalam bahan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet
bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakter, kapang,
dan khamir untuk berkembang biak, akan terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 1993 ).

DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of the Associatian of Official Analytical
Chemitry. 14th Ed. Virgina : AOC, Inc

Crampton, EW. 1959. Fundamental of Nutrition. USA. Freeman And Company


Haryanto, 1992. Anlisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta. Liberty: Yogyakarta

Syarief, R Dan A.Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanain. Mediatama
Sarana Perkasa: Jakarta

Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi Dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai