Nama : Andriani
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah yang Maha Esa, sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Dimana
makalah ini yang berjudul “ ANALISIS KADAR AIR DALAM PANGAN”
Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terimakasih
banyak kepada seluru pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini, Semoga Tuhan senantiasa membalas dengan
kebaikan yang berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan
makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Andriani
BAB I
PENDAHULUAN
Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam
makanan. Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber nutrien seperti bahan
makanan lain, namun sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimia
organisme hidup. Salah satu pertimbangan penting dalam penentuan lokasi pabrik
pengolahan bahan makanan adalah adanya sumber air yang secara kualitatif
memenuhi syarat. Dalam pabrik pengolahan pangan, air diperlukan untuk berbagai
keperluan misalnya : pencucian, pengupasan umbi atau buah, penentuan kualitas
bahan (tenggelam atau mengambang), bahan baku proses, medium pemanasan
atau pendinginan, pembentukan uap, sterilisasi, melarutkan dan mencuci bahan sisa
(Sudarmadji,2003).
Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen
di samping ikut sebagai bahan pereaksi, sedangkan bentuk air dapat ditemukan
sebagai air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila
terjadi penguapan atau pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan dengan
cara tersebut. Sebenarnya air dapat terikat secara fisik, yaitu ikatan menurut sistem
kapiler dan air terikat secara kimia, antara lain air kristal dan air yang terikat dalam
sistem dispersi (Purnomo,1995).
Air di dalam bahan pangan ada dalam tiga bentuk, yaitu: (1) air bebas, (2) air
terikat lemah atau air teradsorbsi, dan (3) air terikat kuat. Pada umumnya air bentuk
pertama dan yang kedua dominan, sedangkan air terikat jumlahnya sangat kecil.
1. Air Bebas
Air bebas ada didalam ruang antar sel, intergranular, pori-pori bahan,
Atau bahkan pada permukaan bahan. Air bebas sering disebut juga sebagai
Aktivitas air atau “water activity” yang diberi notasi Aw. Disebut aktivitas air,
Karena air bebas mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan
Aktivitas reaksi-reaksi kimiawi pada bahan pangan. Didalam air bebas Terlarut
beberapa nutrient yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba untuk Tumbuh dan
berkembang. Adanya nutrient terlarut tersebut juga Memungkinkan beberapa
reaksi kimia dapat berlangsung. Oleh sebab itu, Bahan yang mempunyai
kandungan atau nilai Aw tinggi pada umumnya Cepat mengalami kerusakan,
baik akibat pertumbuhan mikroba pembusuk Maupun akibat terjadinya reaksi
kimia tertentu, seperti oksidasi dan reaksi Enzimatik. Air bebas sangat mudah
untuk dibekukan maupun diuapkan.
2. Air Teradsorbsi
Air yang terikat lemah atau air teradsorbsi terserap pada permukaan Koloid
makromolekul (protein, pati, dll) bahan. Air teradsorbsi juga terdispersi Diantara
koloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam sel. Ikatan antara air
dengan koloid merupakan ikatan hidrogen. Air teradsorbsi Relatif bebas bergerak
dan relatif mudah dibekukan ataupun diuapkan.
3. Air Terikat Kuat
Air terikat kuat sering juga disebut air hidrat, karena air tersebut Membentuk
hidrat dengan beberapa molekul lain dengan ikatan bersifat ionik. Air terikat kuat
jumlahnya sangat kecil dan sangat sulit diuapkan dan Dibekukan.
Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu terjadinya Proses
kerusakan bahan makanan misalnya proses mikrobilogis, kimiawi, Ensimatik,
bahkan oleh aktivitas serangga perusak (Sudarmadji,2003).
Jumlah air bebas dalam bahan pangan yang dapat digunakan oleh
Mikroorganisme dinyatakan dalam besaran aktivitas air (Aw = water activity).
Mikroorganisme memerlukan kecukupan air untuk tumbuh dan berkembang Biak.
Seperti halnya pH, mikroba mempunyai niali Aw minimum, maksimum Dan optimum
untuk tumbuh dan berkembang biak ( Ahmadi & Estiasih,2009).
Sampai sekarang belum diperoleh sebuah istilah yang tepat untuk air Yang
terdapat dalam bahan makanan. Istilah yang umumnya dipakai hingga sekarang ini
adalah “air terikat” (bound water). Walaupun sebenarnya istilah Ini kurang tepat,
karena keterikatan air dalam bahan berbeda-beda, bahkan Ada yang tidak terikat.
Karena itu, istilah “air terikat” ini dianggap suatu sistem Yang mempunyai derajat
keterikatan berbeda-beda dalam bahan (Winarno,1992).
Menurut derajat keterikatan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe.
a. Tipe I adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain Melalui
suatu ikatan hidrogen yang berenergi besar. Air tipe ini tidak Dapat membeku
pada proses pembekuan, tetapi sebagian air ini dapat Dihilangkan dengan
cara pengeringan biasa. Air tipe ini terikat kuat dan Sering kali disebut air
terikat dalam arti sebenarnya.
b. Tipe II, yaitu molekul-molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan Molekul
air lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak Berbeda dengan air
minum. Air ini lebih sukar dihilangkan dan Penghilangan air tipe II akan
mengakibatkan penurunan Aw (water Activity). Jika air tipe II dihilangkan
seluruhnya, kadar air bahan akan Berkisar 3-7 % dan kestabilan optimum
bahan makanan akan tercapai, Kecuali pada produk-produk yang dapat
mengalami oksidasi akibat Adanya kandungan lemak tidak jenuh.
c. Tipe III adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks Bahan
seperti membran, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III inilah Yang sering
kali disebut dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan Dan dapat
dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi Reaksi-reaksi
kimiawi. Apabila air tipe ini diuapkan seluruhnya, Kandungan air bahan
berkisar antara 12-25 % dengan Aw (water Activity) kira-kira 0,8% tergantung
dari jenis bahan dan suhu.
d. Tipe IV adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau Air
murni dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh (Winarno,1992).
Nilai Aw suatu bahan atau produk pangan dinyatakan dalam skala 0 sampai
1. Nilai 0 berarti dalam makanan tersebut tidak terdapat air bebas, sedangkan nilai 1
menunjukkan bahwa bahan pangan tersebut hanya terdiri dari air murni. Kapang,
khamir, dan bakteri ternyata memerlukan nilai Aw yang paling tinggi untuk
pertumbuhannya. Niai Aw terendah dimana bakteri dapat hidup adalah 0,86. Bakteri-
bakteri yang bersifat halofilik atau dapat tumbuh pada kadar garam tinggi dapat
hidup pada nilai Aw yang lebih rendah yaitu 0,75. Sebagian besar makanan segar
mempunyai nilai Aw = 0,99. Pada produk pangan tertentu supaya lebih awet biasa
dilakukan penurunan nilai Aw. Cara menurunkan nilai Aw antara lain dengan
menambahkan suatu senyawa yang dapat mengikat air ( Ahmadi & Estiasih,2009).
Jika dilihat dari bentuk fisik, seharusnya kadar air nenas harusnya lebih tinggi
dari kol, namun pada kenyataanya, kadar air Kol lebih tinggi dari nenas bahkan dari
susu sapi yang bentuk fisiknya adalah cair. Karena itu untuk mengetahui kandungan
air suatu bahan perlu dilakukan suatu analisa yang nantinya bukan hanya
menentukan jumlah kandungan air tetapi juga berfungsi untuk mengetahui tipe air
dari bahan pangan tersebut.
Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3 jam atau
sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan
adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas,
dilakukan pemanasan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Seperti
bahan bekadar gula tinggi, minyak daging, kecap, dan lain-lain. kadang-kadang
pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator
dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, sehingga mencapai berat yang konstan.
Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan
menggunakan refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya pula.
Dalam hal ini, air dan gula dianggap sebagai komponen-komponen yang
mempengaruhi indeks refraksi. Disamping cara-cara fisik, ada pula cara-cara kimia
untuk menentukan kadar air. Mc Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas
asetilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan bahan yang akan
diperiksa. cara ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung, kulit,
bubuk biji panili, mentega, dan sari buah. Karl Fischer pada tahun 1935
menggunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dari titrasi langsung
dari bahan basah dengan larutan iodine, sulfur, dioksida, dan piridina dalam
methanol. Perubahan warna menunjukkan titik akhir titrasi (Winarno.1992).
Kadar air dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan beragai cara
antara lain :
Metode pengeringan
Metode destilasi
Metode kimiawi
Metode fisis
1) Penentuan Kadar Air Cara Pengeringan
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan
pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua
air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini adalah :
Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang
bersamadengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan
lain-lain.
Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau
karamelisasi,
lemak mengalami oksidasi. Bahan yang dapat mengikat air secara kuat
sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang
menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan. Maka
dapat dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan
diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya
(Sudarmadji.2003).
a. Metode Oven
Dari keseluruhan metode-metode yang dapat digunakan untuk penentuan
kadar air bahan cara langsung maka yang akan diterapkan dalam praktik analisis
pangan adalah terbatas pada penentuan kadar air dengan menggunakan metode
oven udara yang mengacu pada metode oven yang dikembangkan oleh AOAC
(1984). Pada metode ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketelitian
penentuan kadar air bahan, yaitu: yang berhubungan dengan penanganan bahan,
kondisi oven dan perlakuan bahan setelah pengeringan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penanganan bahan yang
mempengaruhi analisis kadar air meliputi:
Jenis bahan
Ukuran bahan
Partikel bahan
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi oven yang dapat
mempengaruhi analisis kadar air meliputi:
Suhu oven
Gradien suhu oven
Kecepatan aliran dan kelembaban udara oven
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perlakuan bahan setelah
pengeringan yang dapat mempengaruhi analisis kadar air meliputi:
ifat higroskopis bahan
Kelembaban udara ruang analisis
Kelembaban udara ruang penimbangan
Untuk dapat mengurangi pengaruh faktor-faktor tersebut di atas maka
perlu dilakukan beberapa langkah awal sebagai persiapan sebagai berikut:
Persiapan Bahan
Untuk bahan yang mengandung banyak air seperti buah-buahan,
sayuran (tomat, timun, labu air) hingga bentuk selai, saus atau kecap,
diperlukan sebanyak 10 – 20 g bahan. Selanjutnya bahan diuapkan
sampai mengental baru kemudian dikeringkan dalam oven hingga
mencapai berat konstan. Untuk bahan semi basah seperti produk cake,
bolu dan roti diperlukan sebanyak 5 – 10 g bahan. Terhadap bahan jenis
ini juga dilakukan penguapan terlebih dahulu, lalu dihancurkan hingga
kehalusan 20 mesh, baru kemudian dikeringkan dalam oven hingga
mencapai berat konstan. Untuk bahan kering seperti tepung dan susu
bubuk diperlukan sebanyak 2 – 5 g bahan. Bahan jenis ini dapat
langsung dikeringkan dalam oven. Namun untuk bahan kering seperti biji-
bijian atau kacang-kacangan harus dihancurkan terlebih dahulu hingga
kehalusan 20 – 40 mesh, baru kemudian dikeringkan dalam oven hingga
mencapai berat konstan. Penentuan banyaknya bahan yang digunakan
dalam analisis ini diperlukan untuk mendapatkan residu (bahan kering)
berkisar 1 – 2 g. untuk menghindari kesalahan dalam penimbangan.
Persiapan Wadah Pengering dan Oven
Untuk wadah pengering dapat digunakan cawan yang terbuat dari
bahan porselen, 5 – 9 cm. dengan kedalaman cawan 2 – 3 cm. Tutup
cawan disesuaikan ukuran cawan
Oven yang digunakan dalam keadaan baik, dilengkapi dengan termostat,
sehingga suhunya dapat di kontrol (Gambar 1.2). Selama pengeringan
suhu harus dijaga konstan dengan fluktuasi suhu tidak melebihi 0,5°C.
Untuk oven vakum disarankan pengaturan penggun
100k buah-buahan, kacang-kacangan, lemak dan minyak.
50 mmHg untuk gula dan produk-produk dari gula.
25 mmHg untuk biji-bijian, telur dan produk-produk dari telur.
Persiapan Penanganan Residu Bahan Kering
pada wadah pengering yang telah dikeringkan dalam oven perlu
dijaga agar tetap kering. Karenanya cawan berisi bahan yang akan
dikeluarkan dari oven, ditutup dengan penutup cawan yang sama-sama
dikeringkan dalam oven. Cawan berisi bahan kering dari oven langsung
dimasukkan dalam desikator yang kering dan berisi bahan pengikat air
seperti fosfor pentoksida kering, kalsium klorida atau butiran halus silika
gel (Gambar 1.3). Ruang timbangan analitis juga diusahakan dalam
keadaan kering dan penimbangan dilakukan dengan segera. Sebaiknya
analisis kadar air bahan dilakukan pada saat lingkungan kelembaban
udara kering atau tidak hujan
Analisis Kadar Air Dengan Metode Oven Udara
a) Prinsip
Bahan dikeringkan dalam oven udara pada suhu 100 – 102°C
sampai diperoleh berat konstan dari residu bahan kering yang dihasilkan.
Kehilangan berat selama pengeringan meripakan jumlah air yang
terdapat dalam bahan pangan yang dianalisis.
b) Peralatan
Peralatan yang digunakan pada analisis kadar air dengan metode
ini adalah oven udara seperti terlihat pada Gambar 1.2. di atas, cawan
dengan tutupnya yang terbuat dari bahan porselen, nikel, baja tahan
karat atau aluminium. Desikator yang berisi bahan pengikat air, penjepit
cawan, dan timbangan analitis.
c) Prosedur kerja
Lakukan langkah berikut:
Lakukan persiapan sebagaimana tersebut di atas terhadap bahan
yang akan dianalisis, persiapkan wadah pengeringan yang
diperlukan sesuai karakter bahan yang dianalisis dan dalam
keadaan bersih, persiapkan oven dengan termostat dalam
keadaan baik, serta persiapkan peralatan untuk penanganan
residu bahan kering.
Cawan kosong beserta tutupnya dikeringkan dalam oven pada
suhu 105°C. selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator
selama 10 menit untuk cawan aluminium dan 20 menit untuk
cawan porselen. Cawan kemudian ditimbang. Pengeringan cawan
diulangi hingga diperoleh berat konstan dari cawan dan tutupnya
Bahan yang telah dipersiapkan sebagaimana tersebut pada
persiapan bahan di atas segera dimasukkan dalam cawan dan
ditutup. Dalam keadaan terbuka cawan berisi bahan beserta tutup
cawan dikeringkan dalam oven pada suhu 100 – 102°C. selama 6
jam. Cawan diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyentuh dinding dalam oven. Untuk bahan yang tidak
terdekomposisi dengan pemanasan yang lama, dapat dikeringkan
dalam oven selama satu malam (16 jam).
Setelah pemanasan, dengan penjepit cawan, cawan berisi bahan
dikeluarkan dari oven langsung dimasukkan dalam desikator dan
ditutup dengan penutup cawan. Dinginkan selama 10 – 20 menit,
lalu timbang cawan berisi bahan kering tertutup penutup cawan.
Setelah penimbangan, cawan berisi bahan beserta tutupnya
dikeringkan kembali ke dalam oven hingga diperoleh berat
konstan dari cawan berisi bahan beserta tutupnya.
Keterangan:
Ws = berat sampel (g)
Vs = volume air yang didestilasi dari sampel (ml)
FD = faktor destilasi
3) Metode Kimiawi
Ada beberapa cara penentuan kadar air dalam bahan secara kimiawi
3.1. Kesimpulan
Air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan pangan,
meskipun bukan sumber nutrient namun keberadaannya sangat esensial
dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup. Air di dalam bahan
pangan ada dalam tiga bentuk, yaitu: (1) air bebas, (2) air terikat lemah atau
air teradsorbsi, dan (3) air terikat kuat. Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa
dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar)
dan temperature 273,15 K (0ºC).
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah
dilakukan pemanasan. Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan
beberapa cara, tergantung pada sifat bahannya. Kadar air dalam bahan
makanan dapat ditentukan dengan beragai cara antara lain :
1. Metode pengeringan
2. Metode destilasi
3. Metode kimiawi
4. Metode fisis
DAFTAR PUSTAKA