Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH AIR TERHADAP KETAHANAN PANGAN

Oleh : Ilham Widyachandra


Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Informatika
Universitas Jenderal Achmad Yani
widyachandrailham@gmail.com

Abstrak
Seringkali dijumpai konsumen mengeluhkan bahan pangan yang diketahui
bersifat mudah busuk atau lebih cepat berjamur, kemudian masyarakat hanya
memandang jika penghasil bahan pangan tersebut yang harus bertanggung jawab
atas produk yang mereka hasilkan. Jika dilihat kembali terhadap kebiasaan
masyarakat dalam penanganan atau penyimpanan bahan makanan yang masih
tidak sesuai dengan anjuran dan klasifikasi dari tiap bahan makanan yang terkait.
Jamur merupakan hal yang sering dikeluhkan dalam soal ketahanan pangan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jamur adalah jenis tumbuhan
yang tidak berdaun dan tidak berbuah, berkembang biak dengan spora, biasanya
berbentuk payung, tumbuh di daerah berair atau lembap atau batang busuk.
Dilihat dari definisi tersebut, penanganan yang salah dapat berakibat buruk
terhadap bahan pangan tersebut dikarenakan kondisi yang lebih lembab dapat
mempercepat proses dekomposisi atau penguraian pada bahan pangan.
Kata Kunci : Bahan pangan, jamur, ketahanan pangan, air, dekomposisi
(penguraian)

A. PENDAHULUAN
Air dalam bahan pangan Kandungan air dalam bahan
berperan sebagai pelarut dari makanan mempengaruhi daya tahan
beberapa komponen di samping ikut bahan makanan terhadap serangan
sebagai bahan pereaksi, sedangkan mikroba yang dinyatakan Aw yaitu
bentuk air dapat ditemukan sebagai jumlah air bebas yang dapat
air bebas dan air terikat. Air bebas digunakan oleh mikroorganisme
dapat dengan mudah hilang apabila untuk pertumbuhannya. Berbagai
terjadi penguapan atau pengeringan, mikroorganisme mempunyai AW
sedangkan air terikat sulit dibebaskan minimum (Water Activity Minimum)
dengan cara tersebut. Sebenarnya air agar dapat tumbuh dengan baik,
dapat terikat secara fisik, yaitu ikatan misalnya bakteri AW : 0,90 ; khamir
menurut sistem kapiler dan air terikat AW : 0,80-0,90 ; kapang AW : 0,60-
secara kimia, antara lain air kristal 0,70. Untuk memperpanjang daya
dan air yang terikat dalam sistem tahan suatu bahan, sebagian air
dispersi (Purnomo,1995). dalam bahan harus dihilangkan
dengan beberapa cara tergantung dari
jenis bahan. Umumnya dilakukan Bila badan manusia hidup
pengeringan, baik dengan dianalisis komposisi kimianya, maka
penjemuran atau dengan alat akan diketahui bahwa kandungan
pengering buatan (Winarno,1992). airnya rata-rata 65% atau sekitar 47
liter per orang dewasa. Setiap hari
Semua bahan makanan sekitar 2,5 liter harus diganti dengan
mengandung air dalam jumlah yang air yang baru. Diperkirakan dari
berbeda-beda, baik itu bahan sejumlah air yang harus diganti
makanan hewani maupun nabati. Air tersebut 1,5 liter berasal dari air
berperan sebagai pembawa zat-zat minum dan sekitar 1,0 liter berasal
makanan dan sisa-sisa metabolisme, dari bahan makanan yang
sebagai media reaksi yang dikomsumsi. Dalam keadaan
menstabilkan pembentukan kesulitan bahan pangan dan air,
boiopolimer, dan sebagainya. manusia mungkin dapat tahan hidup
Bahan pangan kita baik yang tanpa makanan selama lebih dari 2
berupa buah, sayuran, daging, bulan, tetapi tanpa minum akan
maupun susu, telah banyak berjasa meninggal dunia dalam waktu
dalam memenuhi kebutuhan air kurang dari satu minggu.
manusia. Buah mentah yang menjadi Yang terdapat pada bahan
matang selalu bertambah kandungan pangan berbeda-beda. Untuk
airnya, misalnya calon buah apel menentukan kadar air pada bahan
yang hanya mengandung 10% air pangan tersebut, harus dilakukan
akan dapat menghasilkan buah apel dengan uji analisa kandungan air
yang kadar airnya 80%, nenas yang dilakukan dengan suatu metode
mempunyai kadar air 87% dan tomat tertentu. Bentuk fisik bahan pangan
95%. Buah yang paling banyak tidak dapat dijadikan patokan untuk
kandungan airnya adalah semangka menentukan kandungan air bahan.
dengan kadar air 97%.
Kadar air adalah persentase
Kandungan air dalam bahan kandungan air suatu bahan yang
makanan ikut menentukan dapat dinyatakan berdasarkan berat
acceptability, kesegaran, dan daya basah (wet basis) atau berdasarkan
tahan bahan itu. Selain merupakan berat kering (dry basis). Kadar air
bagian dari suatu bahan makanan, air berat basah mempunyai batas
merupakan pencuci yang baik bagi maksimum teoritis sebesar 100
bahan makanan tersebut atau alat-alat persen, sedangkan kadar air
yang akan digunakan dalam berdasarkan berat kering dapat lebih
pengolahannya. Sebagian besar dari dari 100 persen. (Syarif dan Halid,
perubahan-perubahan bahan 1993).
makanan terjadi dalam media air
yang ditambahkan atau yang berasal
dari bahan itu sendiri.
B. METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian
ini dilakukan menggunakan pendekatan dan pembiasaan terhadap pelaku
penelitian agar mengklasifikasikan sampel berupa bahan pangan sesuai dengan
kandungan air yang terikat dalam tiap sampel, kemudian memisahkan sampel dan
menempatkan sebagian sampel kedalam penyimpanan bersuhu rendah (cold
storage) dan sebagian kedalam penyimpanan bersuhu ruang (ambient). Hasil
penelitian didapat dengan menguji kualitas tiap sampel setelah melalui
serangkaian langkah pengujian.

C. HASIL
Setelah melalui serangkaian percobaan, diperoleh hasil uji kualitatif dari
metoda tersebut bahwa sampel yang sebelumnya disimpan kedalam penyimpanan
bersuhu rendah memiliki ketahanan lebih baik, bahkan tidak ditemukan tanda
tanda kerusakan pada sampel. Sampel yang sebelumnya disimpan di suhu ruangan
memiliki ketahanan yang baik selama kemasan belum dibuka atau dilepas,
kemudian setelah beberapa hari berselang ditemukan kerusakan pada sampel yang
membuatnya terlihat lebih kering dan nampak adanya serabut halus yang
dipastikan merupakan kehadiran jamur.

D. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian dan pengumpulan literatur dari berbagai argumentasi
ilmiah yang dikemukakan oleh para ahli yang berkaitan di bidangnya, hal yang
paling sederhana untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pangan yang
diakibatkan oleh eksistensinya mikroorganisme berupa bakteri maupun pathogen.
Dengan menekan kadar air yang terkandung dalam sebuah bahan pangan menuju
titik persentasi terendah yang bisa dicapai oleh bahan pangan tersebut.
Sebagai individu awam, tindakan awal yang bisa kita lakukan adalah
mengklasifikasikan jenis bahan pangan dari bahan pangan yang memiliki kadar
air tertinggi menuju yang terendah, dengan melihat komposisi air pada kemasan
bahan pangan tersebut, atau mudahnya adalah dengan menerka seberapa
basah/lembap bahan pangan tersebut. Semakin basah atau banyak air yang
terkandung, maka sudah bisa dipastikan kadar airnya semakin tinggi, berlaku
sebaliknya.
Setelah pengklasifikasian, dilakukan pemisahan storage yang kemudian
akan digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan pangan tersebut. yang harus
diperhatikan adalah untuk tetap menjaga tempat penyimpanan di suhu rendah dan
bebas dari paparan sinar matahari. Suhu rendah memungkinkan terjadinya
stunting dan terhentinya proses perkembangbiakan mikroorganisme dan
memungkinkan untuk membunuh mikroorganisme tersebut karena terhentinya
metabolisme mikroorganisme. Sinar matahari membantu proses penyebaran dan
perkembangbiakan mikroorganisme, sama halnya seperti makhluk hidup lain yang
juga memerlukan manfaat dari sinar matahari.

E. PENUTUP
Melihat dari hasil penelitian ini, faktor yang mempengaruhi kerusakan
bahan makanan secara major adalah tingginya kadar air yang terikat pada bahan
makanan, kemudian didukung dengan paparan sinar matahari yang membantu
proses penyebaran, metabolisme dan perkembangbiakan mikroorganisme.
Tindakan yang bisa menekan kerusakan bahan makanan adalah dengan cara
menjaganya tetap berada di tempat penyimpanan bersuhu rendah dan diusahakan
penyimpanan tersebut dalam kondisi kering. Hindari paparan sinar matahari untuk
mencegah penyebaran, proses metabolisme dan perkembangbiakan
mikroorganisme sebagai perusak bahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, H. (1995). Aktifitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan


Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Syarif dan Halid, 1993. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil
Pertanian. PT. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Winarno F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai