DOSEN PENGAMPU :
Ir.surhaini, M.P
Dr.Mursalin, S.TP.,M.Si
Asisten Dosen :
Jauharie Rizal
Oleh :
Nama
NIM
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini yaitu untuk menganalisis kadar air bahan pangan (tepung).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam
pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan
terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat
digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Winarno, 2004).
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada
sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 105 110 C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk
bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan
lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kdangkadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan
H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno, 2004).
2.2 Tepung-Tepungan
2.2.1 Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum, dan
digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi dan roti. Kata terigu dalam bahasa Indonesia
diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang berarti "gandum".
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum, dan
digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie dan roti. Tepung terigu mengandung banyak
zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung
protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang
terbuat dari bahan terigu (Bogasari baking center, 2004)
Tepung terigu mengandung banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut
dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu. Tepung terigu juga berasal dari
gandum, bedanya terigu berasal dari biji gandum yang dihaluskan, sedangkan tepung gandum
utuh (whole wheat flour) berasal dari gandum beserta kulit arinya yang ditumbuk.
Tepung terigu relatif lebih mudah terdispersi dan tidak mempunyai daya serap yang
terlalu tinggi.Tepung merupakan komponen paling banyak dalam pembuatan makanan. Tepung
terigu berfungsi sebagai bahan dasar untuk pembentukan adonan pada makanan (Matz dan Matz
1978 dalam Soliha I 2008). Berdasarkan kandungan proteinnya tepung dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, terigu keras (kadar protein minimal 12%), terigu sedang (kadar protein sebesar 1011%), dan terigu lunak (kadar protein sebesar (7-9%). Komponen terbesar tepung terigu adalah
pati. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut
amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut dengan amilopektin (Winarno 1997 dalam Azizah 2009).
Komposisi Gizi tepung terigu (100 gram), yaitu Kalori 365 kal, Protein 8.9 g, Lemak 1.3
g, Karbohidrat 77.3 g, Kalsium 16 mg, Fosfor 106 mg, Besi 1.2 mg, Vitamin A 0 mg, Vitamin B1
0.12 mg, Vitamin C 0 mg, Air 12 mg. Pada tepung terigu, kadar air yang dimiliki sekitar 11-14%,
serealia dalam keadaan cukup masak dan kering. Lebih tinggi dari itu akan mudah ditumbuhi
cendawan dan cepat rusak. (Makfoeld, 1982).
pembuatan puding, sop, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan
lain-lain. Ampas tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak.
Rendahnya derajat putih pada tapioka disebabkan oleh warna coklat dan hitam yang
disebabkan oleh jamur pada gaplek yang dihasilkan oleh petani dengan mengandalkan
pengeringan menggunakan sinar matahari.
2.2.4 Tepung Ketan
Beras ketan (Oryza sativa qlutinous) mengandung karbohidrat yang cukup tinggi,yaitu
sekitar 80%. Selain karbohidrat, kandungan dalam beras ketan adalah lemak sekitar 4%, protein
6%, dan air 10%. Karbohidrat di dalam tepung ketan terdapat dua senyawa, yaitu amilosa dan
amilopektin dengan kadar masing-masing sebesar 1% dan 99%.
Pati merupakan komponen kimiawi penyusun utama beras ketan. Beras ketan putih
berdasarkan pada berat keringnya mengandung senyawa pati sebanyak 90 %, berupa amilosa 1-2
% dan amilopektin 88-89% (Juliano, 1972) . Dengan demikian, amilopektin merupakan
penyusun terbanyak dalam beras ketan. Kadar amilosa mempunyai korelasi negatif terhadap
kelunakan dan kelengketan nasi. Sifat kelunakan tersebut dipengaruhi oleh suhu gelatenisasinya
dan konsistensi gel beras. Beras ketan memiliki kandungan amilosa rendah sehingga bila diolah
hasilnya sangat lekat dan basah.
Tepung ketan sifatnya lengket seperti beras ketan. Dapat dimasak menjadi berbagai
makanan kecil atau jajan. Karena bersifat lengket, bila dicampur dengan santan menjadi tidak
terlalu lengket. Ada dua macam ketan, yaitu ketan putih dan ketan hitam. Ketan hitam biasanya
dibuat tape atau dimasak bubur ketan hitam yang dihidangkan dengan santan kental, sangat
kontras dengan warna ketan. Jadi, sangat menarik dan rasanya sangat gurih (Soejoetu, 1998)
Tepung ketan merupakan bahan pokok pembuatan kue-kue Indonesia yang banyak
digunakan sebagaimana juga hal dengan tepung beras. Tepung ketan saat ini sangat mudah untuk
mendapatkannnya karena banyak dijual dipasaran dalam bentuk tepung yang halus dan kering.
Tepung ketan memiliki amilopektin yang lebih besar dibandingkandengan tepung-tepung
lainnya. Amilopektin inilah yang menyebabkan tepung ketan (beras ketan) lebih pulen
dibandingkan dengan tepung lainnya. Tepung yang baik akan mempunyai komposisi sebagai
berikut :Kadar air : 13%, Kadar protein : 12 13%, Kadar hidrat arang : 72 73%, Kadar
lemak : 1 % (Anni 2008). Sedangkan menurut SNI (2004) tepung ketan memiliki amilopektin
lebih besar dibandingkan dengan tepung-tepung lainnya, kandungan airnya adalah 7,56 %.
Beras ketan putih adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Beras ketan putih mengandung energi sebesar 362 kilokalori, protein 6,7 gram,
karbohidrat 79,4 gram, lemak 0,7 gram, kalsium 12 miligram, fosfor 148 miligram, dan zat besi
1 miligram. Selain itu di dalam beras ketan putih juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,
vitamin B1 0,16 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram beras ketan putih, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak
100 %.
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
CAWAN
TEPUNG
CAWAN+
TEPUNG
B.AK
(I)
B.AK
(II)
B.AWB.AK (I)
B.AWB.AK (II)
1. Tepung
Terigu
1,2484
5,0369
6,2853
5,7013
5,8043
0,584
4,4529
1,1595
5,0344
6,1939
5,6031
5,7180
0,5908
4,4436
2. Tepung
Ketan
1,1859
5,0753
6,2612
5,6863
5,8148
0,5749
4,5004
1,1893
5,0581
6,2474
5,6731
5,8051
0,5743
4,4818
3. Tepung
Beras
1,2358
5,0564
6,1921
5,6539
5,7811
0,6383
4,4181
1,2051
5,0891
6,2942
5,6135
5,7583
0,6807
4,4084
4. Tepung
Tapioka
1,18439
5,0170
6,20139
5,6376
5,7934
0,56379
4,45321
1,1961
5,0612
6,2573
5,6782
5,8139
0,5791
4,4821
Perhitungan
1. Tepung Terigu
Total Padatan =
= 4,4529/5,0369 x 100 %
= 88, 4056 %
2. Tepung Beras
Total Padatan =
= 4,6289/5,0753 x 100 %
= 91,20 %
3. Tepung Tapioka
= 0,56379/5,0170 x 100 %
= 11,237 %
Total Padatan =
= 4,6090/5,0170 x 100 %
= 91,86 %
4. Tepung Ketan
Total Padatan =
= 4,5453/5,0564 x 100 %
= 89,89 %
4.2 Pembahasan
Praktikum analisa kadar air dalam praktikum ini dilakukan pada beberapa tepung seperti
tepung terigu, tepung beras, tepung tapioca dan tepung ketan. Prinsip penetapan kadar air
dengan metode pemanasan biasa (oven) adalah menguapkan air yang terkandung dalam bahan
dengan jalan pemanasan. Bahan tersebut dipanaskan sampai memiliki berat yang konstan. Berat
yang konstan menunjukkan bahwa kandungan air pada bahan telah menguap seluruhnya, dan
hanya tersisa berat kering bahan itu sendiri.
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan
dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan
pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran
dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum
dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar
airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya.
Bila di lihat dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa tepung terigu memiliki kadar air yang
lebih tinggi disbanding 3 sampel tepung lainnya. Namun persentasi kadar air dari keempat
sampel ini, perbedaannya tidaklah terlalu jauh, hanya berkisar 0,2 hingga 2,5.
Dalam praktikum ini metode yang di gunakan yaitu dengan menggunakan metode oven.
Metode oven merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu
bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air
menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu.
Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini
terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta
produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan
serealia.
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel
yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan
yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah
konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa
hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan
perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan.
Dalam prosesnya dilakukan dua kali pengulangan untuk mencapai berat yang konstan,
namun perbedaan dari hasil kedua pengulangan ini pun tidak terlalu jauh berbeda sehingga
memudahkan dan tidak membingungkan dalam proses perhitungannya.
Dalam proses ini dapat terjadi beberapa kesalahan. Kesalahan ini dapat disebabkan tidak
meratanya sample yang ada dalam cawan, karena meskipun menggunakan cawan yang besar
apabila bahan atau sample tidak ditebar secara merata, maka proses penguapan pun tetap saja
terhambat dan tidak mencapai hasil yang maksimal atau nilai yang seharusnya.
Selain itu dapat pula dikarenakan pada saat proses pemanasan, cawan tidak diletakan pada posisi
yang sama sehingga suhu panas yang didapatkan oleh setiap cawan menjadi berbeda dan
memberikan hasil yang berbeda pula.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan
dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam
bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air adalah perbedaan
antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila
diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan
kelembaban udara disekitarnya.
Dari pengujian kadar air keempat bahan, diperoleh bahwa tepung terigu memiliki kadar
air yang lebih tinggi sedangkan tepung dengan kadar air yang lebih rendah yaitu tepung
ketan.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical
Chemistry. 14th Ed. Virginia : AOC, Inc.
Crampton, EW. 1959. Fundamental of Nutrition. USA: Freeman and Company
Dwijosepputro.D.1994.Dasar-dasar mikrobiologi.Djambatan.Jakarta
Direktorat Gizi Depkes RI, 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara Karya Aksara,
Jakarta
Haryanto dan A. Irawati, 1992. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.
Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan
Yogyakarta : Liberty
dan Pertanian.
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta : Gramedia