1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan kimia tentang analisis penentuan kadar air
pada protein ini.
Cimahi, Februari2019
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................5
1.4 Manfaat................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................16
5.2 Saran..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah zat makanan berupa asam-asam amino yang berfungsi
sebagai pembangun dan pengatur bagi tubuh. Protein mengandung unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein juga mengandung posfor, belerang serta
beberapa protein memiliki unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto,
2009). Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, artinya yang utama
atau yang di dahulukan. Protein ditemukan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus
Mulder (1802-1880).
Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino (20 jenis asam amino) yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Dari dua puluh macam asam
amino, tubuh orang dewasa membutuhkan delapan jenis asam amino esensial
yaitu lisin, leusin, isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin, metionin, treonin,
sedangkan untuk anak-anak yang sedang tumbuh, ditambahkan dua jenis lagi
yaitu histidin dan arginin. Adapun contoh asam amino non esensial yaitu
prolin, serin, tirosin, sistein, glisin, asam aspartat, aspargin, ornitin (Irianto dan
Waluyo, 2004).
Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah
karbon 55%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, sulfur 1% dan kurang
dari 1% fosfor. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di
dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat pada karbohidrat dan lemak.
Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal
berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang
membentuknya (Almatsier, 1989).
Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang
dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis
sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih
dari 100 persen (Anonim, 2010).
4
Air yang terdapat dalam suatu sampel bahan sesuai dengan yang ada
pada Anonim (2010) terdapat dalam tiga bentuk:
1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-
pori yang terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada
permukaan koloid makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa.
Selain itu air juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan merupakan pelarut
zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap
mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan.
3. Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya
berifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak
membeku meskipun pada suhu 00 C.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kadar air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering
(dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar
100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100
persen (Syarif dan Halid, 1993).
Kadar air merupakan pemegang peranan penting, kecuali temperatur
maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan
dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan proses
mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya.
Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana kini telah
diketahui bahwa hanya air bebas yang dapat membantu berlangsungnya
proses tersebut (Tabrani,1997).
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat
bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut kadar
air berat basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami
pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada
proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya
diuapkan (Kusumah, dan Andarwulan, 1989).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat 5
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang
tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 1997).
Air ada yang berbentuk bebas, ada pula yang terikat baik didalam
matriks bahan maupun didalam jaringannya. Air yang berbentuk bebas sangat
mudah menguap karena biasanya terdapat pada permukaan bahan pangan.
Kadar air perlu diukur untuk menentukan umur simpan suatu bahan pangan.
Dengan demikian, suatu produsen makanan olahan dapat langsung
mengetahui umur simpan produknya tanpa harus menunggu sampai
produknya busuk.
6
Beberapa cara untuk menetapkan kadar air suatu bahan makanan
misalnya dengan metode pemanasan langsung dan dengan metode destilasi
(Azeotroph). Metode destilasi menggunakan pelarut yang tidak bercampur
dalam air dan mempunyai titik didih sedikit diatas titik didih air, sehingga
ketika dilakukan destilasi, air akan terkumpul dan jatuh dalam tabung
Aufhauser. Hal ini dapat terjadi karena berat jenis air lebih besar dari pada
berat jenis pelarut.
Ketika semua air telah terdestilasi, volume air dapat dibaca pada skala
tabung Aufhauser. Pada percobaan ini kami menggunakan pelarut toluene dan
xylene. Penentuan kadar air bahan pangan. Penetapan kadar air bahan pangan
dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari sifat bahannya. Pada
umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan sejumlah
sampel dalam oven pada suhu 105-110° C selama 3 jam atau hingga didapat
berat yang 6 konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
banyaknya air yang diuapkan.
7
pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Kadar air dalam suatu
bahan pangan sangat berpengaruh pada mutu produk pangan tersebut.
Semakin banyak kadar air yang terkandung, umur simpannya semakin
sebentar, karena kalau suatu bahan banyak mengandung kadar air, maka
sangat memungkinkan adanya mikroba yang tumbuh. Oleh karena itu kita
harus mengetahui kandungan air dalam suatu bahan agar dapat
memprekdisikan umur simpannya. (Christian 1980).
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan
daya tahan bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan
bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari
bahan itu sendiri. Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau
bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain:
- Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui
suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat
dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti
karbohidrat, protein atau garam.
- Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan
molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air
murni.
- Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan
seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering disebut dengan
air bebas.
- Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air
murni, dengan sifat-sifat air biasa.
8
dengan telur unggas lainnya (Redaksi Agromedia, 2007). Berikut ini merupakan
kandungan gizi telur puyuh per 100 gramnya.
TELUR PROTEIN LEMAK KARBOHIDRAT ABU KADAR
AIR
% % % %
%
Puyuh 13,6 8,24 1,0 1,1 73,7
Telur puyuh berukuran kecil, rata-rata beratnya 10-15 gram per butir.
Warna telurnya ada yang cokelat muda, biru, putih, dan kekuning-kuningan
dengan bercak hitam, cokelat atau biru. Kulitnya tipis sehingga mudah sekali
pecah kalau tidak ditangani secara hati-hati. Telur puyuh juga mudah
mengalami dehidrasi atau kehilangan air sehingga perlu tempat khusus untuk
menyimpannya.
9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat Dan Bahan
Alat :
Alat Pelindung Diri (APD)
Cawan
Oven
Desikator
Timbangan Analitik
Krustang
Sarung tangan
Mangkok Porselen
Bahan :
Telur puyuh
11
Cara Kerja Oven
1. Pertama, Hubungan oven ke sumber listrik.
2. Tekan tombol ‘ON’ dan tunggu beberapa saat hingga muncul
tampilan menu.
3. Sentuh temperature/suhu dan atur hingga 105oC,tekan tombol
tengah pada oven agar konstan.
4. Jika suhu sudah menunjukan 1050C, Buka Oven kearah kanan
hingga bunyi ‘klek’.
5. Masukan cawan kedalam oven dengan menggunakan krustang.
6. Tutup oven sampai bunyi ‘klek’.
7. Sentuh tombol waktu dan atur hingga waktu yang
dibutuhkan,tekan tombol tengah pada oven agar stabil.
8. Sentuh tombol flap hingga 100%, tekan tombol tengah pada oven
agar stabil.
9. Tunggu hingga waktu yang dibutuhkan. Jika sudah buka oven
kearah kanan hingga bunyi ‘klek’.
10. Ambil cawan menggunakan krustang dan simpan di mangkok
porselen.
11. Tutup kembali oven sampai bunyi ‘klek’.
12. Jika sudah selesai digunakan matikan oven dengan menekan
tombol ‘OFF’ hingga tampilan menu mati.
13. Cabut oven dari sumber listrik.
12
3.3 Data Pengamatan
Hasil timbang cawan kosong (h.1)
Hasil timbang pertama = 39,7249 gram
Hasil timbang kedua = 39,7248 gram
Rata – rata = 39,7249 + 39,7248
79,4497
=
2
= 39,7248 gram
13
Perhitungan kadar air
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎)−(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
= x100%
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎)
8,9147 − 7,3562
= x100%
8,9147
= 17,48%
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Air merupakan substansi yang dibutuhkan dalam komponen penyusun
bahan pangan dengan jumlah yang cukup. Setiap bahan pangan memiliki kadar
air yang berbeda-beda. Kadar air merupakan suatu indikator yang dapat
digunakan sebagai penyimpanan. Kadar air sangat mempengaruhi masa
kadaluarsa dari bahan pangan itu sendiri. Bahan pangan yang kering akan lebih
tahan lama dibandingkan dengan bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi
karena hal ini sangat memungkinkan untuk hidupnya suatu mikrooorganisme.
Contoh bahan pangan yang mengandung protein adalah telur puyuh. Oleh
sebab itu dilakukan analisa untuk menentukan kadar air dalam telur puyuh
dengan menggunakan metode oven.
Praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode
pengeringan/oven (Thermogravimetri). Dimana air yang terkdandung dalam
suatu sampel akan meguap seluruhnya bila dipanaskan dengan oven 105°C
selama beberpa waktu dengan tekanan udara bebas.
Hasil analisa penentuan kadar air yang sudah dilakukan menunjukkan
bahwa telur puyuh mengandung kadar air sebesar 17,48% dengan berat
sample sebelum dikeringkan sebesar 8,9147 gram. Tetapi hasil tersebut
berbeda jauh dengan kadar air yang ada di teori, jika diteori per100gram telur
puyuh mengandung 73,7% kadar air. Maka seharusnya jika telur puyuh yang
dianalisa mempunyai berat 9 gram maka kadar air yang di peroleh sekitar
6,63%.
Faktor yang mempengaruhi mengapa hasil dari analisa tidak sesuai
dengan yang ada diteori adalah :
- Saat melakukan praktikum oven dibuka tutup karena ada beberapa
siswa yang belum mengkonstankan cawan sehingga mempengaruhi
suhu dan kelembaban udara oven.
- Sampel yang digunakan terkontaminasi dengan bahan lain saat
penyimpanan atau dalam desikator.
- Telur puyuh juga mudah mengalami dehidrasi atau kehilangan air
sehingga perlu tempat khusus untuk menyimpannya.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung
dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada
suhu 105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan
sesudah dipanaskan adalah kadar air
2. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh kadar air dalam telur puyuh
sebesar 17,48%
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum siswa lebih mempelajari bahan dan metode
yang akan diuji untuk mempermudah proses praktikum. Saat pengeringan
dioven sebaiknya menggunakan waktu yang seharusnya agar didapatkan hasil
yang tepat dan memakai APD.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mallardsgroups.com/kadar-air/
https://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-fungsi-struktur-dan-
jenis-protein.html
https://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapan-kadar-air-
metode-oven-pengering-aa/
http://eprints.ung.ac.id/3180/3/2012-1-1002-612309025-bab2-
10082012043452.pdf
http://wahyusisilia.blogspot.com/2015/10/laporan-penentuan-kadar-air-
dengan.html
https://www.scribd.com/doc/186318211/LAPORAN-PRAKTIKUM-TELUR
https://www.medicalogy.com/blog/inilah-cara-penggunaan-oven-
laboratorium-yang-benar/
http://eprints.umm.ac.id/36840/3/jiptummpp-gdl-azizahnurl-51531-3-
babii.pdf
https://www.academia.edu/29578828/LAPORAN_PRAKTIKUM_KADAR_AIR_
FATEPA_UNRAM.doc
17