Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN ANALISIS PENENTUAN KADAR AIR

PADA PROTEIN (TELUR PUYUH) DENGAN


METODE OVEN

Adella Fajaretta Gunawan


XI – Kimia Analis

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan kimia tentang analisis penentuan kadar air
pada protein ini.

Laporan kimia ini telah saya susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan lapran ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah kimia ini.

Akhir kata saya berharap semoga laporan kimia tentang analisis


penentuan kadar air pada protein ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Cimahi, Februari2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................5
1.4 Manfaat................................................................

BAB II TIJAUAN TEORI


2.1 Kadar Air......................................................................................................6
2.2 Prinsip Analisa Metode Gravimetri..............................................................7
2.3 Sampel ( Telur Puyuh ).................................................................................8

BAB III METODE PRAKTIKUM


3.1 Alat Dan Bahan..........................................................................................10
3.2 Cara Kerja...................................................................................................10

BAB IV DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Pengamatan.................................................
4.2 Pemabahasan.............................................................................................15

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................16
5.2 Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein adalah zat makanan berupa asam-asam amino yang berfungsi
sebagai pembangun dan pengatur bagi tubuh. Protein mengandung unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein juga mengandung posfor, belerang serta
beberapa protein memiliki unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto,
2009). Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, artinya yang utama
atau yang di dahulukan. Protein ditemukan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus
Mulder (1802-1880).

Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino (20 jenis asam amino) yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Dari dua puluh macam asam
amino, tubuh orang dewasa membutuhkan delapan jenis asam amino esensial
yaitu lisin, leusin, isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin, metionin, treonin,
sedangkan untuk anak-anak yang sedang tumbuh, ditambahkan dua jenis lagi
yaitu histidin dan arginin. Adapun contoh asam amino non esensial yaitu
prolin, serin, tirosin, sistein, glisin, asam aspartat, aspargin, ornitin (Irianto dan
Waluyo, 2004).
Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah
karbon 55%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, sulfur 1% dan kurang
dari 1% fosfor. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di
dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat pada karbohidrat dan lemak.
Molekul protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal
berat molekul dan keanekaragaman unit-unit asam amino yang
membentuknya (Almatsier, 1989).
Kadar air adalah persentase kandungan air pada suatu bahan yang
dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat
kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis
sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih
dari 100 persen (Anonim, 2010).

4
Air yang terdapat dalam suatu sampel bahan sesuai dengan yang ada
pada Anonim (2010) terdapat dalam tiga bentuk:

1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan pori-
pori yang terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada
permukaan koloid makromolekulaer seperti protein, pektin pati, sellulosa.
Selain itu air juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan merupakan pelarut
zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap
mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan.
3. Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya
berifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak
membeku meskipun pada suhu 00 C.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana prinsip penetapan kadar air dengan metode oven
pengering ?
2) Berapakah kadar air yang terdapat di dalam telur puyuh ?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui prinsip penetapan kadar air dengan metode
oven pengering.
2) Untuk mengetahui kadar air yang terdapat di dalam telur puyuh.
1.4 Manfaat Praktikum

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kadar air

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering
(dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar
100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100
persen (Syarif dan Halid, 1993).
Kadar air merupakan pemegang peranan penting, kecuali temperatur
maka aktivitas air mempunyai tempat tersendiri dalam proses pembusukan
dan ketengikan. Kerusakan bahan makanan pada umumnya merupakan proses
mikrobiologis, kimiawi, enzimatik atau kombinasi antara ketiganya.
Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana kini telah
diketahui bahwa hanya air bebas yang dapat membantu berlangsungnya
proses tersebut (Tabrani,1997).
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat
bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gr bahan disebut kadar
air berat basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami
pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada
proses pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya
diuapkan (Kusumah, dan Andarwulan, 1989).
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat 5
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang
tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan
(Winarno, 1997).
Air ada yang berbentuk bebas, ada pula yang terikat baik didalam
matriks bahan maupun didalam jaringannya. Air yang berbentuk bebas sangat
mudah menguap karena biasanya terdapat pada permukaan bahan pangan.
Kadar air perlu diukur untuk menentukan umur simpan suatu bahan pangan.
Dengan demikian, suatu produsen makanan olahan dapat langsung
mengetahui umur simpan produknya tanpa harus menunggu sampai
produknya busuk.

6
Beberapa cara untuk menetapkan kadar air suatu bahan makanan
misalnya dengan metode pemanasan langsung dan dengan metode destilasi
(Azeotroph). Metode destilasi menggunakan pelarut yang tidak bercampur
dalam air dan mempunyai titik didih sedikit diatas titik didih air, sehingga
ketika dilakukan destilasi, air akan terkumpul dan jatuh dalam tabung
Aufhauser. Hal ini dapat terjadi karena berat jenis air lebih besar dari pada
berat jenis pelarut.
Ketika semua air telah terdestilasi, volume air dapat dibaca pada skala
tabung Aufhauser. Pada percobaan ini kami menggunakan pelarut toluene dan
xylene. Penentuan kadar air bahan pangan. Penetapan kadar air bahan pangan
dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari sifat bahannya. Pada
umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan sejumlah
sampel dalam oven pada suhu 105-110° C selama 3 jam atau hingga didapat
berat yang 6 konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
banyaknya air yang diuapkan.

2.2 Prinsip Analisa Metode Gravimetri


Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau
Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan
pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti
semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan
murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang
lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah
dan tekanan vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi,
pemanasan dengan suhu kurang lebih 100º C dapat mengakibatkan
terjadinya pergerakan pada p e r m uka a n b a h a n.
S ua t u ba ha n y a ng tel a h me n g a l a mi pe ng e r i ng a n
l e bi h b e r s i f a t h i d r o s k o p i s d a r i p a d a b a h a n a s a l n y a . O l e h
k a r e n a i t u s e l a m a pendinginan sebelum penimbangan, bahan
telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering misalnya
dalam eksikator atau desikator yang tela h diberi zat penyerapan air.
Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silica
gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau bariumoksida. Silika gel
yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan tersebut
sudah jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh akan berwarna
merah muda, dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru (Sudarmadji,
2007).
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan
daya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari
suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun

7
pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Kadar air dalam suatu
bahan pangan sangat berpengaruh pada mutu produk pangan tersebut.
Semakin banyak kadar air yang terkandung, umur simpannya semakin
sebentar, karena kalau suatu bahan banyak mengandung kadar air, maka
sangat memungkinkan adanya mikroba yang tumbuh. Oleh karena itu kita
harus mengetahui kandungan air dalam suatu bahan agar dapat
memprekdisikan umur simpannya. (Christian 1980).
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan
daya tahan bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahan-perubahan
bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari
bahan itu sendiri. Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau
bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain:
- Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui
suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat
dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti
karbohidrat, protein atau garam.
- Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan
molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air
murni.
- Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan
seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe inisering disebut dengan
air bebas.
- Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air
murni, dengan sifat-sifat air biasa.

2.3 Sampel ( Telur Puyuh )


Telur puyuh merupakan telur yang dihasilkan dari ternak burung puyuh.
Telur puyuh merupakan sumber protein hewani serta menjadi bahan makanan
yang potensial karena banyak memegang peranan dalam membantu
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat (Marni dkk., 2014). Telur puyuh
memiliki ukuran yang kecil seperti buah kelengkeng, dengan warna putih keruh
berbintik-bintik. Nilai gizi yang terkandung didalamnya tidak kalah dengan nilai
gizi pada ayam ras. Dalam telur puyuh juga mengandung berbagai macam
vitamin seperti vitamin A, D, E, K dan mengandung sejumah mineral yang
cukup tinggi (Haryoto, 2002). Struktur telur puyuh secara umum tidak berbeda
dengan struktur telur ayam yang terdiri dari 3 komponen pokok yaitu putih
telur (58%), kuning telur (31%), dan kerabang telur (11%) (Ensminger dan
Nesheim, 1992).
telur puyuh juga merupakan makanan yang dapat dikonsumsi sehari-
hari. Telur puyuh memiliki kandungan lemak relatif rendah jika dibandingkan

8
dengan telur unggas lainnya (Redaksi Agromedia, 2007). Berikut ini merupakan
kandungan gizi telur puyuh per 100 gramnya.
TELUR PROTEIN LEMAK KARBOHIDRAT ABU KADAR
AIR
% % % %
%
Puyuh 13,6 8,24 1,0 1,1 73,7

Telur puyuh berukuran kecil, rata-rata beratnya 10-15 gram per butir.
Warna telurnya ada yang cokelat muda, biru, putih, dan kekuning-kuningan
dengan bercak hitam, cokelat atau biru. Kulitnya tipis sehingga mudah sekali
pecah kalau tidak ditangani secara hati-hati. Telur puyuh juga mudah
mengalami dehidrasi atau kehilangan air sehingga perlu tempat khusus untuk
menyimpannya.

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat Dan Bahan
 Alat :
 Alat Pelindung Diri (APD)
 Cawan
 Oven
 Desikator
 Timbangan Analitik
 Krustang
 Sarung tangan
 Mangkok Porselen
 Bahan :
 Telur puyuh

3.2 Cara Kerja


 Cara Kerja Penentuan Kadar Air Pada Protein
 Pengecekan suhu oven
1. Memasukan thermometer yang dikalibrasi kedalam oven
2. Tunggu hingga thermometer mencapai suhu yang
diinginkan (sekitar 5 menit).
3. Lakukan pengecekan 5 kali
4. Catat hasil suhu yang sudah terbaca pada thermometer.
5. Hitung rata – rata suhu standar deviasi dan RSD.
 Tahap Analisa
1. Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit
pada suhu 1050C
2. Dinginkan cawan pada suhu ruangan selama 5 menit.
3. Masukan cawan kedalam desikator 10 menit.
4. Ambil cawan dengan tangkrus.
5. Timbang cawan kosong tersebut.
6. Catat hasilnya.
7. Lakukan sekali lagi.
8. Hasil dari percobaan kedua dirata ratakan (h.1)
9. Hitung toleransi jika sample yang akan ditimbang
sebanyak 9 gram.
10
10.Masukan zat sampel tahu kedalam kaca arloji
didekatkan ketimbangan.
11.Timbang sesuai toleransi.
12.Catat hasilnya (h.2)
13.Lakukan pengovenan zat + cawan selama 1 jam dengan
suhu 1050C.
14.Dinginkan selama 5 menit.
15.Masukan ke desikator selama 10 menit.
16.Timbang dan catat hasilnya.
17.Lakukan sekali lagi.
18.Timbang dan dirata- ratakan (h.3)
19.Hitung berapa kadar airnya.

 Cara Kerja Neraca Analitik


1. Sebelum menimbang hitung terlebih dulu toleransi sesuai
dengan berapa banyak sample yang akan ditimbang.
2. Atur waterpass pada neraca untuk kesetimbangan.
3. Buka kaca neraca dan bersihkan bagian dalam neraca serta
piringan neraca menggunakan kuas, tutup kembali kaca
neraca.
4. Sambungkan neraca pada sumber listrik.
5. Simpan sample yang akan ditimbang disebelah kanan
menggunakan kaca arloji.
6. Buka kaca neraca dan masukan cawan menggunakan krustang.
7. Masukan sample menggunakan spatula kedalam botol timbang
sesuai tolerasi dan tutup kaca neraca.
8. Catat hasil menimbang yang sesuai dengan toleransi.
9. Bila sudah selesai dicatat, buka kembali kaca neraca dan
keluarkan cawan yang sudah berisi zat dengan krustang dengan
hati-hati dan simpan di mangkok porselen dan tutup kaca
neraca.
10. Cabut neraca dari sumber listrik.
11. Buka kaca neraca dan bersihkan bagian dalam neraca serta
piringan neraca menggunakan kuas, tutup kembali kaca
neraca.

11
 Cara Kerja Oven
1. Pertama, Hubungan oven ke sumber listrik.
2. Tekan tombol ‘ON’ dan tunggu beberapa saat hingga muncul
tampilan menu.
3. Sentuh temperature/suhu dan atur hingga 105oC,tekan tombol
tengah pada oven agar konstan.
4. Jika suhu sudah menunjukan 1050C, Buka Oven kearah kanan
hingga bunyi ‘klek’.
5. Masukan cawan kedalam oven dengan menggunakan krustang.
6. Tutup oven sampai bunyi ‘klek’.
7. Sentuh tombol waktu dan atur hingga waktu yang
dibutuhkan,tekan tombol tengah pada oven agar stabil.
8. Sentuh tombol flap hingga 100%, tekan tombol tengah pada oven
agar stabil.
9. Tunggu hingga waktu yang dibutuhkan. Jika sudah buka oven
kearah kanan hingga bunyi ‘klek’.
10. Ambil cawan menggunakan krustang dan simpan di mangkok
porselen.
11. Tutup kembali oven sampai bunyi ‘klek’.
12. Jika sudah selesai digunakan matikan oven dengan menekan
tombol ‘OFF’ hingga tampilan menu mati.
13. Cabut oven dari sumber listrik.

 Cara Kerja Desikator


1. Buka tutup desikator dengan cara menggeser tutupnya
kesamping.
2. Menaruh silika gel dibawah.
3. Menutup kembali tutup desikator sama seperti saat membukanya.

12
3.3 Data Pengamatan
 Hasil timbang cawan kosong (h.1)
Hasil timbang pertama = 39,7249 gram
Hasil timbang kedua = 39,7248 gram
Rata – rata = 39,7249 + 39,7248
79,4497
=
2
= 39,7248 gram

 Perhitungan Toleransi dan Hasil menimbang


cawan kosong + zat sebelum di oven (h.2)
Berat zat = 9 gram
Berat cawan kosong = 39,7248 gram
Berat cawan kosong + zat = 39,7248 + 9
= 48,7248 gram
Toleransi = 9 x 0,05
= 0,45 gram
Batas atas = 48,7248 + 0,45
= 49,1748 gram
Batas Bawah = 48,7248 – 0,45
= 48,2748 gram
Hasil menimbang cawan kosong + zat sebelum di oven = 48,6395
gram.

 Berat zat sebelum dioven.


(Cawan kosong+zat sebelum dioven) – (Hasil rata rata cawan kosong)
= 48,6395 - 39,7248
= 8,9147 gram.
 Perhitungan cawan + zat setelah di oven (h.3)
Hasil menimbang = 47,0810 gram.
 Berat zat setelah di oven.
= (Hasil cawan+zat setelah dioven) - (Hasil rata rata cawan kosong)
= 47,0810 – 39,7248
= 7,3562 gram.

13
 Perhitungan kadar air
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎)−(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
= x100%
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎)
8,9147 − 7,3562
= x100%
8,9147

= 17,48%

14
BAB IV
PEMBAHASAN
Air merupakan substansi yang dibutuhkan dalam komponen penyusun
bahan pangan dengan jumlah yang cukup. Setiap bahan pangan memiliki kadar
air yang berbeda-beda. Kadar air merupakan suatu indikator yang dapat
digunakan sebagai penyimpanan. Kadar air sangat mempengaruhi masa
kadaluarsa dari bahan pangan itu sendiri. Bahan pangan yang kering akan lebih
tahan lama dibandingkan dengan bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi
karena hal ini sangat memungkinkan untuk hidupnya suatu mikrooorganisme.
Contoh bahan pangan yang mengandung protein adalah telur puyuh. Oleh
sebab itu dilakukan analisa untuk menentukan kadar air dalam telur puyuh
dengan menggunakan metode oven.
Praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode
pengeringan/oven (Thermogravimetri). Dimana air yang terkdandung dalam
suatu sampel akan meguap seluruhnya bila dipanaskan dengan oven 105°C
selama beberpa waktu dengan tekanan udara bebas.
Hasil analisa penentuan kadar air yang sudah dilakukan menunjukkan
bahwa telur puyuh mengandung kadar air sebesar 17,48% dengan berat
sample sebelum dikeringkan sebesar 8,9147 gram. Tetapi hasil tersebut
berbeda jauh dengan kadar air yang ada di teori, jika diteori per100gram telur
puyuh mengandung 73,7% kadar air. Maka seharusnya jika telur puyuh yang
dianalisa mempunyai berat 9 gram maka kadar air yang di peroleh sekitar
6,63%.
Faktor yang mempengaruhi mengapa hasil dari analisa tidak sesuai
dengan yang ada diteori adalah :
- Saat melakukan praktikum oven dibuka tutup karena ada beberapa
siswa yang belum mengkonstankan cawan sehingga mempengaruhi
suhu dan kelembaban udara oven.
- Sampel yang digunakan terkontaminasi dengan bahan lain saat
penyimpanan atau dalam desikator.
- Telur puyuh juga mudah mengalami dehidrasi atau kehilangan air
sehingga perlu tempat khusus untuk menyimpannya.

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung
dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada
suhu 105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan
sesudah dipanaskan adalah kadar air
2. Dari praktikum yang dilakukan diperoleh kadar air dalam telur puyuh
sebesar 17,48%

5.2 Saran
Sebaiknya sebelum praktikum siswa lebih mempelajari bahan dan metode
yang akan diuji untuk mempermudah proses praktikum. Saat pengeringan
dioven sebaiknya menggunakan waktu yang seharusnya agar didapatkan hasil
yang tepat dan memakai APD.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mallardsgroups.com/kadar-air/
https://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-fungsi-struktur-dan-
jenis-protein.html
https://wulaniriky.wordpress.com/2011/01/19/penetapan-kadar-air-
metode-oven-pengering-aa/
http://eprints.ung.ac.id/3180/3/2012-1-1002-612309025-bab2-
10082012043452.pdf
http://wahyusisilia.blogspot.com/2015/10/laporan-penentuan-kadar-air-
dengan.html
https://www.scribd.com/doc/186318211/LAPORAN-PRAKTIKUM-TELUR
https://www.medicalogy.com/blog/inilah-cara-penggunaan-oven-
laboratorium-yang-benar/
http://eprints.umm.ac.id/36840/3/jiptummpp-gdl-azizahnurl-51531-3-
babii.pdf
https://www.academia.edu/29578828/LAPORAN_PRAKTIKUM_KADAR_AIR_
FATEPA_UNRAM.doc

17

Anda mungkin juga menyukai