KELOMPOK IX
Aditya Hambali
1311105049
Hesti Pratiwi
1311105050
Bintang Damayanti
1311105051
Arta Widyantara
1311105052
1311105053
Ni Putu Ariestini
1311105054
I.
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
II.1
bentuk:
1. Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan intergranular dan
pori-pori yang terdapat pada bahan.
2. Air yang terikat secara lemah karena terserap (teradsorbsi) pada
permukaan koloid makromolekulaer seperti protein, pektin pati,
sellulosa. Selain itu air juga terdispersi di antara kolloid tersebut dan
merupakan pelerut zat-zat yang ada di dalam sel. Air yang ada dalam
bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat
dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan kolloid
tersebut merupakan ikatan hidrogen.
3. Air yang dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat.
Ikatannya berifat ionik sehingga relatif sukar dihilangkan atau
diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada suhu 0o F.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan
daya tahan bahan itu sendiri. Sebagian besar dari perubahanperubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan
atau berasal dari bahan itu sendiri. Menurut derajat keterikatan air
dalam bahan makanan atau bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara
lain :
1. Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air
melalui suatu ikatan hidrogen yang berenergi besar. Molekul air
membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung
atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
2. Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen
dengan molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak
berbeda dari air murni. Air tipe II sukar dihilangkan dari bahan.
3. Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks
bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain. Air tipe ini mudah
dihilangkan dari bahan.
4. Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan
atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa. (Syarief dan Irawati, 1986)
II.2
Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada
Gabah
Gabah adalah butir padi. Dalam perdagangan komoditas, gabah
Gabah kering panen, yaitu gabah yang mengandung kadar air lebih
tahun 2014 tentang klasifikasi mutu pada beras adalah sebagai berikut :
No Tahun/Bulan
1
2
3
II.5
Januari
Februari
Maret
Gabah Kering
Giling
12,85
12,77
13,14
Gabah
Rendah
25,28
26,07
26,27
Beras
Beras adalah biji-bijian (serealia) dari familia rumput-rumputan
Beras berasal dari tanaman padi yang telah menguning dan siap untuk
dipanen. Padi adalah salah satu tanaman penting dalam kehidupan
manusia.
III.
III.1
1.
2.
III.2
1.
III.3
1.
2.
3.
4.
METODE PRAKTIKUM
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain:
Beras.
Gabah.
Peralatan
Alat yang digunakan yaitu :
Moisture meter
Cara Kerja
Disiapkan alat yang akan digunakan;
Bahan dimasukkan dalam chamber sampai penuh, kemudian ditutup;
Chamber dimasukkan dalam moisture meter;
Kadar air bahan dibaca pada skala alat.
Berikut adalah diagram alir prosedur/ cara kerja pada praktikum
IV.
IV.1
Hasil
No
1
2
IV.2
Bahan
Kadar Air %
Gabah
14,1
Beras
12,2
Pembahasan
Praktikum kali ini adalah praktikum untuk menentukan kadar air.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan. Kadar air dalam
bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang,
dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada
bahan pangan. (Winarno, 1997)
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu gabah dan beras.
Metode pengukuran kadar air menggunakan alat moisture meter. Dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Gabah/ beras dimasukkan dalam chamber sampai penuh kemudian
ditutup.
2. Chamber dimasukkan dalam moisture meter.
3. Kadar air dibaca pada skala alat.
Hasil dari praktikum ini menunjukkan kadar air pada gabah yaitu
sebesar 14% dan pada beras 12,2%. Dari hasil tersebut, menunjukan
bahwa ada perbedaan kadar air antara gabah dan beras. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya kulit ari pada gabah. Kadar air dalam gabah adalah jumlah
kadar air kulit ari gabah ditambah kadar air isi gabah (beras) dan terakhir
ditambah kadar air dalam udara yang ada pada ruang antara kulit ari dan
beras (isi gabah). Kemudian dari segi RH pada gabah menunjukkan nilai
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan RH pada beras.
Berdasarkan data yang ada pada Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia tantang kadar air pada gabah bulan Januari tahun 2014
menunjukkan hasil yang hampir sama dengan hasil praktikum yang
dilakukan, yaitu pada gabah kering panen (gabah) kadar airnya 18,48%
sementara hasil praktikum menunjukkan hasil sebesar 14,1 %. Kemudian
pada gabah kering giling (beras) kadar airnya sebesar 12,85% hasil ini
tidak jauh berbeda dengan persentase kadar air yang diperoleh saat
praktikum yaitu sebesar 12,2%.
IV.3
V.
V.1 Kesimpulan
Dalam praktikum penentuan kadar air bahan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil praktikum menunjukkan kadar air pada gabah sebesar 14,1% dan
kadar air pada beras sebesar 12,2%.
V.2 Saran
1. Untuk uji kadar air pada praktikum-praktikum mendatang agar
ditambah metode-metode lain, sehingga praktikan mengetahui
metode-metode dalam penentuan kadar air bahan dan dapat
membandingkan dari masing-masing metode yang dlakukan dalam
praktikum.
2. Untuk mengefektifkan praktikum, maka alat yang ada dilaboratorium
agar dilakukan peningkatan secara kualitas dan kuantitas.
V.3
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2012. Moisture Meter. http://www.alatpengukur.com/moisture-meter/.
Diakses tanggal 25 April 2014
Dianti, Wahyu Resita. 2010. Kajian Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Beras
Organik Mentik Susu dan IR64; Pecah Kulit dan Giling Selama
Penyimpanan. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Syarief, R dan Irawati, A. 1986. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.
MSP. Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka. Jakarta.