Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI LIMBAH INDUSTRI PANGAN

PENENTUAN SIFAT FISIK LIMBAH

KELOMPOK II :
Evangelita C. T. Nababan

(1311105014)

Anjani Fatnasari

(1311105022)

Yemima D. G. Sembiring

(1311105035)

Willem K. Lombu

(1311105037)

Liya Paramita

(1311105047)

Enita Berena B. R. Karo

(1311105048)

Hesti Pratiwi

(1311105050)

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

ABSTRAK
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi
(Ginting, 2007). Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun
industri. Limbah cair biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup. Hal inilah yang membuat air limbah atau limbah cair harus
dipantau kualitasnya sebelum pembuangan akhir ke lingkungan.
Praktikum penentuan kualitas dan karakteristik limbah memiliki beberapa
tujuan antara lain : (1) menentukan sifat limbah cair secara fisik , (2) membedakan
sifat-sifat fisik terpenting dari limbah cair yang dapat dijumpai , (3) menentukan
endapan dalam sampel limbah cair, (4) menentukan TSS dalam sampel limbah
cair. Sampel yang diuji dalam praktikum penentuan kualitas dan karakteristik
limbah cair yaitu air cucian beras, air cucian ikan, dan air sungai. Parameter yang
diamati yaitu pH, suhu, warna, bau, endapan, dan TSS.
Hasil praktikum menunjukkan hasil pH, suhu, warna, bau, endapan dan TSS
dari masingmasing sampel yaitu air cucian beras (pH 6, suhu 33 oC, warna putih
agak keruh, bau khas beras, endapan 489,02 mg/0,5 L, dan TSS 629,3 gr/ 0,5 L),
air cucian ikan (pH 8, suhu 30oC, warna kuning kecoklatan keruh, bau amis agak
busuk, endapan 2295,3 mg/0,5 L, dan TSS 78,4 gr/0,5 L), dan air sungai (pH 8,
suhu 33oC, warna kuning agak jernih, bau tidak sedap, endapan 2570,7 mg/0,5 L,
dan TSS 0,072 gr/ 0,25 L). Kualitas dan karakteristik fisik serta kimia limbah
dipengaruhi oleh senyawa organik maupun anorganik yang ada pada air limbah
tersebut.
Kata kunci : karakteristik air limbah, air bersih (kontrol), air cucian beras, air
cucian ikan, air sungai.

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah merupkan komponen sisa dari suatu kegiatan. Menurut
bentuknya limbah dibedakan menjadi tiga jenis, diantaranya limbah padat,
limbah cair dan limbah gas. Limbah cair adalah air kotor yang membawa
sampah dari tempat tinggal, bangunan perdagangan dan industri yang berupa
campuran air dan bahan padat terlarut atau bahan tersuspensi.
Menurut BAPPEDA (1995) Penentuan zat padat tersuspensi (TSS)
berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah domestik, dan juga
berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air. TSS adalah jumlah
berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah mengalami
penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron (Sugiharto, 1987). Selain
TSS, jumlah endapan juga dapat menentukan kualitas limbah cair. Endapan
merupakan zat padat yang tidak larut dalam cairan tersebut. Dalam praktikum
Teknologi limbah industri pangan kali ini, mahasiswa diminta untuk
menentukan kualitas limbah cair dari berbagai sumber.
1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2

Mahasiswa dapat menentukan sifat-sifat limbah secara fisik.


Mahasiswa dapat membedakan sifat-sifat fisik limbah cair yang

mudah dijumpai.
1.2.3
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung padatan tersuspensi
limbah cair.
1.2.4
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung total padatan
terlarut limbah cair.
1.2.5
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung kekeruhan limbah
cair.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Limbah


Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun
dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan
yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan
hidup dan sumberdaya (Ginting, 2007).
Menurut Mahida (1984), limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat,
konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung akan
dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
atau makhluk hidup lainnya.
Limbah berdasarkan nilai ekonomisnya dapat digolongkan dalam 2
golongan yaitu :
1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih
lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari
pabrik gula
2. Limbah non ekonomis yaitu limbah yang tidak akan memberikan nilai
tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk
mempermudah sistem pembuangan. Contohnya: limbah pabrik tekstil yang
biasanya terutama berupa zat-zat pewarna
Berdasarkan sifatnya limbah dapat dibedakan menjadi :
1. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur,
bubur yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan.
Contohnya : limbah dari pabrik tapioka yang berupa onggok, limbah dari
pabrik gula berupa bagase, limbah dari pabrik pengalengan jamur, limbah
dari industri pengolahan unggas, dan lain-lain. Limbah padat dapat di bagi
2 yaitu:
a. Dapat didegradasi, contohnya sampah bahan organik, onggok.
b. Tidak dapat didegradasi contoh plastik, kaca, tekstil, potongan logam.
2. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud
cair. Contohnya antara lain : Limbah dari pabrik tahu dan tempe yang

banyak mengandung protein, limbah dari industri pengolahan susu, dan


limbah deterjen pencucian.
3. Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud gas/asap. Contohnya : limbah dari pabrik semen
Menurut Kristianto (2002), berdasarkan sumber atau asal limbah, maka
limbah dapat dibagi kedalam beberapa golongan yaitu:
1. Limbah domestic, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi,
dapur, tempat cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif
limbah tadi terdiri atas zat organik baik padat maupun cair, bahan
berbahaya dan beracun (B-3), garam terlarut, lemak.
2. Limbah nondomestic, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri,
pertanian, peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber
lainnya. Limbah pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan
lainnya.
Sedangkan menurut Kusputranto (1985), beberapa sumber air limbah
antara lain adalah:
1. Air limbah rumah tangga (domestic wastes water)
2. Air limbah kota praja (municipal wastes water)
3. Air limbah industri (industrial wastes water)
2.2 Deskripsi Limbah Cair
2.2.1 Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud
cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri .
Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai sumber sebagai berikut :
1

Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun
tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia
serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan,
institusi, komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan,
dan air hujan.

Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan


serta buangan lainnya (kotoran umum).

Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan,


perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup.

Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya


mungkin baik.
2.2.2

Macam-Macam

Menurut Asmadi (2012), ada dua jenis limbah cair yaitu :


1.

Limbah Cair Domestik


Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan
perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari
daerah perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari,
tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga
tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan
peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar
400 liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan
perdagangan, ditambah dengan rembesan air tanah ( infiltration ).

2.

Limbah Cair Industri


Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu
kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai
nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang ( Asmadi,2012 ).

2.2.3

Pemantauan Kualitas Air Limbah

Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air


menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan
air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :
1

Golongan A , yaitu air yag dapat digunakan sebagai air minum secara

2
3

langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.


Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Golongan C , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.
Golongan D , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama

sebagai berikut:
1

Enviromental surveillance yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur


pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas
lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah

pencemar tersebut dihilangkan.


Establishing water-quality criteria yakni tujuan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan
dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas

air.
Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas
air pada suatu tempat secara umum.
Pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri dan

badan air penerima limbah industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai
berikut:
1.
2.

Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan.


Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas limbah
industri, dan menentukan beban pencemaran menurut Kep.No.51/MEN-

3.
4.

LH/10/1995.
Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang dioperasikan.
Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair
tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya.

2.3 Karakteristik Limbah

Karakteristik air limbah cair dapat diketahui menurut sifat-sifat dan


karaktersitik fisika, kimia dan biologis.Dalam menentukan karakteristik
limbah cair, ada tiga (3) sifat yang harus diketahui, yaitu :
1

Karakteristik Fisik
Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :

Total Solid (TS)


Merupakan padatan di dalam air yang terdiri dari bahan organik maupun

anorganik yang larut, mengendap, atau tersuspensi dalam air.


b

Total Suspended Solid (TSS)


Merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air

limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45


mikron (Sugiharto, 1987). Total Suspended Solid atau Padatan tersuspensi
adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak
dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari sedimen. Air buangan industri mengandung jumlah
padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat bervariasi tergantung dari jenis
industrinya. Air buangan industri-industri makanan, terutama industri
fermentasi dan industri tekstil sering mengandung padatan tersuspensi dalam
jumlah relatif tinggi (Fardiaz, 1995). Jika pada padatan tersuspensi berupa
bahan organik dengan kadar yang tinggi, proses pembusukan sangat mungkin
terjadi sehingga akan menurunkan/menghabiskan oksigen terlarut dalam
perairan. Bahan mineral dan organik tersuspensi dapat menjadi endapan yang
menutupi dasar aliran sehingga menyebabkan kematian pada tumbuhan dan
hewan perairan (Klein, 1971).
c

Setteable Solid
Lumpur yang mengendap dengan sendirinya pada kondisi yang tenang

selama satu jam secara gaya beratnya sendiri (Sugiharto, 1987).

Warna
Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya kuning, coklat

atau kehijauan. Air sungai biasanya berwarna kuning kecoklatan karena


mengandung lumpur. Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan
adanya polusi. Warna air dapat dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati
(true color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu
(apparent color) yang disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut dan
bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid (Fardiaz,
1995).
e

Kekeruhan
Kekeruhan adalah sebuah ukuran dari partikel-pertikel tersuspensi seperti

lumpur, lempung, bahan organik, plankton dan organisme mikroskopik di


dalam air yang biasanya terdapat pada suspensi oleh aliran turbulen dan gerak
brown. Jumlah material padat pada suspensi di dalam air dapat merupakan
hasil dari erosi secara alami, run-off dan blooming algae, maupun disebabkan
oleh penambahan material tersebut oleh manusia. Kekeruhan yang tinggi
akan mengurangi fotosintesis tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air,
perakaran vegetasi perairan dan ganggang, dimana penurunan pertumbuhan
ini pada gilirannya akan menekan produktivitas ikan (Sutamihardja dan
Husin, 1983). Kekeruhan dan kecerahan merupakan parameter penting dalam
menentukan produktivitas suatu perairan. Tingkat kekeruhan suatu perairan
berbanding terbalik dengan tingkat kecerahannya atau meningkatnya
kekeruhan akan menurunkan kecerahan perairan. Koesoebiono (1979) dalam
Suriani (2000) menyatakan bahwa pengaruh utama dari kekeruhan adalah
penurunan penetrasi cahaya secara mencolok sehingga menyebabkan
penurunan aktivitas fotosintesis algae dan fitoplankton. Menurunnya aktivitas
fotosintesis ini berakibat pada penurunan produktivitas perairan. Biasanya
kondisi air yang keruh kurang disukai oleh bentos. Pengendapan partikel
tanah yang berlebihan menyebabkan penurunan hewan bentos. Beberapa
peneliti menyebutkan bahwa pengendapan partikel tanah yang berlebihan
dapat menyebabkan penurunan kelimpahan makrozoobentos di sungai sebesar
25% - 50%.

Temperatur
Pada lingkungan perairan, suhu merupakan faktor pembatas utama karena

organisme akuatik sering memiliki toleransi yang sempit terhadap variasi


suhu (Odum, 1993). Suhu air sangat penting untuk diketahui secara akurat
karena berkaitan dengan kelarutan garam-garam, gas-gas, dan derajat
penguraian

(disosiasi)

garam-garam

terlarut

demikian

pula

derajat

konduktivitas dan dalam menentukan pH (Sutamihardja dan Husin, 1983).


Terhadap organisme perairan, suhu dapat mempengaruhi proses metabolisme
dan fisiologis secara luas. Selain metabolisme, suhu juga berpengaruh
terhadap proses respirasi, tingkah laku, penyebaran, kecepatan makan,
pertumbuhan dan reproduksi organisme perairan (Train, 1974 dalam Sutomo,
1999). Fardiaz (1995) menyatakan bahwa kenaikan suhu akan mengakibatkan
penurunan jumlah oksigen terlarut di dalam air, peningkatan kecepatan reaksi
kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya bahkan kematian
ikan dan hewan air lainnya tersebut jika batas suhu yang mematikan
terlampaui. Menurut Welch (1980) dalam Widiastuty (2001), suhu air dengan
kisaran 35 - 40C merupakan lethal temperature bagi makrozoobenthos
artinya pada suhu tersebut organisme bentik telah mencapai titik kritis dan
dapat menyebabkan kematian
g

Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi

atau penambahan substansi pada limbah. Sifat bau limbah disebabkan


karena zat-zat organik yang telah berurai dalam limbah dan mengeluarkan
gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak
enak. Hal ini disebabkan adanya pencampuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor
yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Pengendalian
bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
h

Minyak dan Lemak


Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukan ke dalam

kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air.


Minyak dan lemak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar
diuraikan oleh bakteri. Karena berat jenisnya lebih kecil dari pada air maka

minyak tersebut membentuk lapisan tipis di permukaan air dan menutup


permukaan yang mengakibatkan terbatasnya oksigen masuk ke dalam air.
2. Karakteristik Kimia
a Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam
air. Jadi nilai BOD tidak menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya,
tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut.
Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukan dengan semakin kecilnya
sisa oksigen terlarut didalam air, maka berarti kandungan bahan buangan
yang membutuhkan oksigen adalah tinggi.
BOD dapat diterima bilamana jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam
waktu lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah
pada suhu 200C. Hasilnya dinyatakan dengan ppm.
b

Chemical Oxygen Demand (COD)


COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi

secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan
dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini menekankan kebutuhan
oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahanbahan yang tidak dapat dipecah secara biokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.
Dalam laboratorium, pengukuran COD dilakukan sesaat dengan membuat
pengoksidasi K2Cr2O7 yang digunakan sebagi sumber oksigen.
c

Dissolved Oxygen (DO)


DO adalah kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob

mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan


salinitas. Keadaan DO berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi
BOD semakin rendah DO. Keadaan DO dalam air dapat menunjukan tandatanda kehidupan organisme dalam perairan. Angka DO yang tinggi
menunjukan keadaan air yang semakin baik.
9

Derajat keasaman (pH)


Keasaman air diukur dengan pH meter.Keasaman ditetapkan berdasarkan

tinggi- rendahnya konsentrasi ion

hidrogen dalam air. pH dapat

mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu
tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk
kehidupan air 6 8.
Menurut Fardiaz (1995), nilai pH air yang normal adalah 6 sampai 8
(sekitar netral), sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan,
berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Pada industri-industri
makanan, peningkatan keasaman air buangan pada umumnya mengandung
asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun
ke arah masam (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan
hewan air di sekitarnya.
e

Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponan anorganik, diantaranya

berbagai jenis logam berat yang berbahaya. Logam berat bila konsentrasinya
berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan
pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang
terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd),
Tembaga (Cu), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni). Logam- logam tersebut
diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal
dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.

Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur

logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan.Unsur tembaga

di

alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak
ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau senyawa padat dalam bentuk
mineral, seperti dari peristiwa pengikisan (erosi) dari batuan mineral.
Sesuai dengan sifat kelogamannya, Cu dapat membentuk alloy dengan
bermacam-macam logam. Dalam bidang industri, senyawa Cu banyak

10

digunakan, seperti pada industri cat sebagai antifoling, industri insektisida


dan fungisida, dan lain-lain.
Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar
oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur
penafasan sebelah atas.

Cadmium (Cd)
Logam Cd mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam, namun hanya

satu jenis mineral Cd di alam, yaitu greennockite (CdS) yang selalu


ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Logam ini bersifat
lunak, ductile, berwarna putih seperti putih perak.
Prinsip utama dalam penggunaan cadmium adalah sebagai bahan
stabilisasi sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada
elektroplating. Namun sebagian besar dari substansi logam cadmium ini juga
digunakan pada baterai.
Keracunan yang diakibatkan oleh Cd dapat bersifat akut dan
kronis.Keracunan akut oleh logam Cd menimbulkan penyakit paru-paru.
Sedangkan keracunan kronik yang diakibatkan logam Cd adalah kerusakan
pada banyak sistem fisiologis tubuh.
3. Karakteristik Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air
yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa
digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air
limbah. Karakteristik air limbah beserta sumbernya dapat dilihat pada Tabel
1.

11

Tabel 1. Karakteristik Air Limbah Beserta Sumbernya


Jenis Industri
Pengalengan

Asal Buangan
Pemotongan, pemisahan

Karakteristik Umum
sari Suspensi zat padat

buah, pemutihan dari buah- tinggi, koloid, dan zat


Daging dan

buahan dan sayuran.


organik terlarut tinggi.
Kandang, pemotongan hewan, Kelarutan
dan

Produknya

pembersihan tulang dan daging, campuran zat organik


sisa

pengendapan,

lemak tinggi, terdapat darah,

pencucian, pembuangan bulu dan protein dan lemak.


Pickle

ayam.
Air kapur, air garam, tawas, dan Perubahan pH menjadi
kunyit, sirup, biji-bijian dan asam, suspensi, padatan
ketimun

Ikan

yang tingg, warna dari

bahan.
Pemisahan dengan sentrifugasi, BOD sangat tinggi, total
pengepresan ikan, penguapan padatan

Padi

dan pencucian air limbah.


warna.
Perendaman, pemasakan dan BOD

pencucian beras.
Sumber : Sugiharto (1987)

organik
tinggi,

dan
total

suspensi dan padatan.

2.4 Karakteristik Air (Kontrol)


Air merupakan sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi,
menutupi sekitar 71% dari permukaan bumi.Secara keseluruhan air di muka
bumi, sekitar 98% terdapat di samudera dan laut dan hanya 2% yang
merupakan air tawar yang terdapat di sungai, danau dan bawah
tanah.Diantara air tawar yang ada tersebut, 87% diantaranya berbentuk es,
12% terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar 1% terdapat di danau dan
sungai (Effendi, 2007).
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan
tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk
memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi
atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi.

12

Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik dan kimia yang dapat
mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia pertanian, industri,
rekreasi dan pemanfaatan air lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah RI No 82
tahun 2001, kualitas air ditetapkan melalui pengujian karakteristik fisika dan
karakteristik kimia :
1. Persyaratan Fisika
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut:
a. Jernih atau Tidak Keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah
liat, semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
b. Tidak Berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Rasanya Tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis,
pahit atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
d. Tidak Berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat.Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
e. Temperaturnya Normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara
(20-26C). Air yang sudah tercemar mempunyai temperatur di atas atau di
bawah temperatur udara (Kusnaedi, 2010).
2. Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
a. pH Netral

13

Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam atau
basa. Air murni mempunyai pH=7 apabila pH<7 berarti air bersifat asam
sedangkan pH>7 berarti bersifat basa.
b. Tidak Mengandung Zat Kimia Beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida, sulfida dan fenolik.
c. Tidak Mengandung Garam atau Ion-Ion Logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl dan Cr.
d. Kesadahan Rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di
dalam air terutama Ca dan Mg.
e. Tidak Mengandung Bahan Organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan.Bahan-bahan organik itu seperti NH 4, H2S, SO42
dan NO3 (Kusnaedi, 2010).
2.5 Karakteristik Air Sungai
Sungai adalah tempat bermuaranya air dari sumber mata air (hulu)
menuju suatu tempat dengan tingkat geografis yang lebih rendah setara
dengan ketinggian permukaan laut (hilir). Besar kecilnya sungai sangat
tergantung pada aspek daya dukung sekitarnya seperti debit air dari mata air,
bentuk geografis tanah pendukungnya, struktur geologis, sebaran flora dan
fauna yang tumbuh di sekitarnya dan bentang alam secara keseluruhan
(Bapedalda Propinsi Lampung, 2004)
Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan
kecepatan berkisar antara 0,1 1,0m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh
waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai, biasanya terjadi
pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi
vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan
sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga
kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.

14

Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan


perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan lotik justru dipengaruhi
oleh kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi, dan
sedimentasi (Haslam, 1995; Jeffries dan Mills, 1996). Kecepatan arus dan
pergerakan air sangat dipengaruhi oleh jenis bentang alam (landscape), jenis
batuan dasar, dan curah hujan. Semakin rumit bentang alam, semakin besar
ukuran batuan dasar, dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air
semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat.
Kebanyakan sungai dan daerah aliran sungai selalu membawa endapan
lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir sungai. Akan tetapi,
kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai meningkat terus
karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi, dan pertambangan.
Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga
mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh
makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan
menjadi tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan
akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam.
Bagian bawah sedimen akan merusak produksi pakan ikan (plankton),
merusak telur ikan dan membendung aliran sungai, danau, selat, dan
pelabuhan.
Sungai yang telah mengalami pencemaran dapat mengadakan pemurnian
kembali secara alamiah. Pemurnian kembali secara alamiah pada tubuh-tubuh
air yang mengalami pencemaran dapat dilihat melalui beberapa indikator
secara fisik, kimia, maupun perubahan biologis. Tanda-tanda secara fisik
dapat dilihat melalui warna maupun tingkat kejernihannya. Kekeruhan akan
menjadi kurang melalui proses sedimentasi, sedangkan warna akan banyak
berhasil karena pengaruh sinar matahari. Perubahan biologis dimungkinkan
karena kondisi oksigenasi dalam sistem air adalah bertambahnya oksigen
terlarut yang disebabkan dari sumber yaitu karena adanya kemampuan
reaerasi yang mengakibatkan oksigen dari atmosfer akan berdifusi atau larut
dalam air. Kemampuan sungai untuk memulihkan diri sendiri dari
pencemaran dipengaruhi oleh (1) laju aliran air sungai, (2) berkaitan dengan

15

jenis bahan pencemar yang masuk ke dalam badan air. Senyawa


nonbiodegradable yang dapat merusak kehidupan di dasar sungai,
menyebabkan kematian ikan-ikan secara masif, atau terjadi magnifikasi
biologis pada rantai makanan (Lehler dalam Miller, 1975).
Reaerasi merupakan proses penambahan oksigen pada badan air,
terutama ditunjang oleh kecepatan aliran air. Adanya aliran air yang deras
seperti aliran turbulen dan air yang jatuh mengalir dari tempat yang lebih
tinggi, menyebabkan bahan organik hancur dan menambah oksigen yang
berasal dari udara sekitarnya. Hal ini berarti kadar bahan organik bisa
berkurang dan kadar oksigen yang terlarut bertambah, dengan demikian
jumlah oksigen yang digunakan untuk menguraikan bahan organik oleh
bakteri (BOD) juga berkurang ( Slamet Ryadi, 1984).
Berdasarkan penelitian yan dilakukan Mirna Aulia Pribadi (2005)
terhadap kualitas air Sungai Way Sekampung menurut beberapa parameter
fisik dan kimia, antara lain : suhu air dari seluruh stasiun pengamatan berkisar
antara 28,7C 31,53C, kecerahan berkisar 0,1 0,63 m, kecepatan arus
1,26 3,53 m/dt, pH berkisar 6,32 6,63, DO berkisar 3,27 4,27 mg/l,
BOD berkisar 5,67 35,67 mg/l, COD berkisar 13,33 72 mg/l, nitrit
berkisar 0,04 0,43 mg/l, nitrat berkisar 1,38 6,86 mg/l dan ammonia
berkisar 0,21 0,44 mg/l.
2.6 Karakteristik Limbah Air Cucian Beras
Beras merupakan bahan makanan pokok yang dihasilkan dari padi
(Oryza sativa.L) yang sangat penting dalam menu makanan Indonesia.
Sebagai bahan makanan pokok, beras menghasilkan beberapa keuntungan.
Selain dengan rasanya yang netral, beras setelah dimasak memberikan
kandungan kalori yang cukup tinggi; serta dapat memberikan zat gizi lain
yang penting bagi tubuh, seperti halnya protein dan beberapa jenis mineral
(Moehyi. S, 1992).
Pengolahan beras akan menghasilkan limbah berupa air cucian beras. Air
cucian beras tersebut masih ada terkandung karbohidrat yang tersuspensi
ketika pencucian, begitu juga dengan dedak (abu) yang tadinya masih

16

menyelimuti beras ikut terbuang. Menurut Puspitarini 2011, Air cucian beras
memiliki kandungan nutrisi diantaranya karbohidrat berupa pati sebesar 89%90%, protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula dan vitamin B yang banyak
terdapat pada pericarpus dan aleuron yang ikut terkikis. Karbohidrat yang
terbuang itu oleh mikroorganisme akan dirombak menjadi produk yang lebih
sederhana. Tetapi, jika mikroorganisme tersebut sudah tidak mampu
merombaknya maka akan menimbulkan aroma yang kurang sedap (Rahman.
A, 1992).
2.7 Karakteristik Limbah Air Pencucian Ikan
Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas.
Limbah berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang atau
saluran pencernaan. Limbah ikan yang berbentuk cairan antara lain darah,
lendir dan air cucian ikan. Sedangkan limbah ikan yang berbentuk gas adalah
bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa amonia, hidrogen sulfida atau
keton. Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang
tinggi. Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat
tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah.
Menurut River et al., (1998) jumlah debit air limbah pada efluen
umumnya berasal dari proses pengolahan dan pencucian.

Setiap operasi

pengolahan ikan akan menghasilkan cairan dari pemotongan, pencucian, dan


pengolahan produk. Cairan ini mengandung darah dan potongan-potongan
kecil ikan dan kulit, isi perut, kondensat dari operasi pemasakan, dan air
pendinginan dari kondensor. Selanjutnya River et al., (1998) menyatakan
bahwa bagian terbesar kontribusi beban organik pada limbah perikanan
berasal dari industri pengalengan dengan beban COD 37,56 kg/m3, disusul
oleh industri pengolahan fillet ikan salmon yang menghasilkan beban
limbah 1,46 kg COD/m3. Kemudian industri krustasea dengan beban COD
yang kecil. Perbandingan beban organik yang disumbangkan oleh industri
pengalengan, pemfiletan salmon dan krustasea adalah 74,3%, 21,6% dan
4,1%.

Peneliti yang lain juga melaporkan hal yang sama dengan indikator

beban pencemar organik yang lain yang berasal dari industri pengolahan

17

perikanan. Karakteristik limbah pengolahan rajungan dapat dilihat pada Tabel


2. Karakteristik limbah cair industri perikanan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Karakteristik Limbah Pengolahan Rajungan

Tabel 3. Karakteristik Limbah Cair Industri Perikanan


Lemak/
Jenis Industri
BOD
COD
Minyak
Pengolahan Ikan
3,32 kg/t
0,348 kg/t
(manual)1)
Pengolahan ikan
(mekanis) 1)
Pemiletan herring1)
Pengalengan tuna1)
Pengolahan
sardine1)
Pengolahan
rajungan1)

11,9 kg/t
3428
10000 mg/l
6,820 kg/t

Padatan
Tersuspensi
1,42 kg/t

2,48 kg/t

8,92 kg/t

857-6000 mg/l

14-64 kg/t

1,7-13 kg/t

3,8-17 kg/t

1,74 kg/t

5,41 kg/t

9,22 kg/t
4,85,5 kg/t

7,2-7,8
kg/t

0,21-0,3 kg/t

0,7-0,78 kg/t

Pengolahan kerang
(mekanis) 1)

5,14 kg/t

0,145 kg/t

10,2 kg/t

Pengolahan kerang
(konvensional) 1)

18,7 kg/t

0,461 kg/t

6,35 kg/t

Pabrik tepung ikan


(fishmeal) 1)

2,96 kg/t

0,56 kg/t

0,92 kg/t

Bloodwater
(fishmeal) 1)

23500
34000 mg/l

93000
mg/l

0%-1,92%

Stickwater
(fishmeal) 1)

13000
76000 mg/l

60-1560 mg/l

18

Udang Beku2)

160 mg/l

1780 mg/l

19

III.
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Timbangan analitik
Kertas saring
Sendok
Gelas ukur
Elemeyer
Corong
Kertas lakmus
Oven
Desikator
Gelas beker
termometer
3.1.2 Bahan
Air PDAM
Air limbah pencucian ikan
3.2 Cara Kerja
1.3.1 Pengujian pH, Suhu, Warna , Bau, Endapan Air PDAM
1. Diambil 500 ml air dengan menggunakan gelas ukur.
2. Didiamkan air dalam suhu ruang selama 30 menit.
3. Diukur pH dengan kertas lakmus, diukur suhu dengan menggunakan
1.3.2

termometer, diamati warna dan bau secara subyektif (sensori).


Pengujian pH, Suhu, Warna , Bau, Endapan Air Limbah

Pencucian Ikan
1. Diambil 500 ml air limbah dengan menggunakan gelas ukur.
2. Didiamkan air dalam suhu ruang selama 30 menit.
3. Diukur pH dengan kertas lakmus, diukur suhu dengan menggunakan
termometer, diamati warna dan bau secara subyektif (sensori).
4. Ditimbang berat kertas saring dengan manggunakan timbangan
analitik.
5. Disaring air limbah dengan menggunakan kertas saring
6. Ditimbang kertas saring yang telah selesai digunakan untuk
menyaring air limbah
7. Dihitung nilai endapan dengan rumus :
Endapan =Berat akhir kertas saring- Berat awal kertas
saring
1.3.3 Pengujian Total Soluble Solid
1. Dioven kertas saring selama 15 menit di dalam oven dengan suhu
70oC.
2. Dimasukkan kertas saring ke dalam desikator selama 15 menit.

20

3.
4.
5.
6.

Ditimbang kertas saring dengan timbangan analitik.


Diambil 500 ml air limbah dengan menggunakan gelas ukur.
Disaring air limbah dengan menggunakan kertas saring
Dioven kertas saring yang berisi endapan ke dalam oven dengan suhu

50oC selama 1 jam


7. Dimasukkan kertas saring ke dalam desikator selama 15 menit.
8. Ditimbang kertas saring yang telah dikeluarkan dari desikator dengan
timbangan analitik
9. Dihitung TSS dengan rumus :
10.
11.

TSS =
1000 x ( Berat akhir kertas saringBerat awal kertas saring)
volume sampel

12.

21

13. 3.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Dendeng


3.3.1
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Pengujian pH, Suhu, Warna , Bau, Endapan Air PDAM

22.
23.
3.3.2

Pengujian pH, Suhu, Warna , Bau, Endapan Air Limbah

Pencucian Ikan
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
3.3.3
42.

Pengujian Total Suspended Solid

43.
44.
45.
46.

22

47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

63.
4.1 Hasil
64. Tabel Uji Kualitas Fisik Air Limbah
65. Data
Peng
amat
an
70. pH
75. Suhu
80. Warn

66. Air
PDAM

71. 7
76. 30oC
81. Tidak

67. Air
cucian
beras
72. 6
77. 33oC
82. Putih

68. Air
cucian
ikan

69. Air
sungai

73. 8
78. 30oC
83. Kuning

74. 8
79. 33oC
84. Kuning

23

85. Bau

90. Enda
pan
95. TSS

berwar
na
(jernih)
86. Tidak
Berbau
91. -

agak
keruh
87. Khas
Beras
92. 489,02
mg/0,5 L
97. 629,3 gr/
0,5 L

96. -

Kecoklat
an dan
keruh
88. Amis,
agak
busuk
93. 2295,3
mg/0,5 L
98. 78,4
gr/0,5 L

89. Tidak
sedap
94. 2570,7
mg/0,5 L
99. 0,072 gr/
0,25 L

100.

Data berat kertas


101.
102.
103.
104.

Kertas untuk pengukuran endapan


Kertas untuk pengukuran TSS
Berat akhir penyaringan endapan
Berat akhir penyaringan TSS

= 1,0306 gr
= 1,0514 gr
= 3,3259 gr
= 1,1298 gr

Perhitungan endapan air pencucian ikan :


105.
Endapan =Berat akhir kertas saring- Berat awal kertas
106.
= 3,3259 gr - 1,0306 gr
saring Endapan
107. = 2,2953 gr
108. = 2295,3 gr/ 0,5 L
Perhitungan TSS air pencucian ikan :
109.
1000 x (1,1298 gr 1,0514 gr)
110.
TSS =
500 ml
1000 x (0,0784 gr )
111.

112.

113.
114.
115.
116.
117.

500 ml

78,4 gr
500 ml

= 78,4 gr/ 0,5 L

4.2 Pembahasan
118. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai
ekonomi (Ginting, 2007). Berdasarkan bentuknya limbah terbagi menjadi 3
yaitu limbah cair, padat dan gas, namun yang banyak menjadi perhatian
adalah limbah cair karena berhubungan dengan lingkungan pembuangan

24

akhir. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun
industri. Limbah cair biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup. Hal inilah yang membuat air limbah atau
limbah cair harus dipantau kualitasnya sebelum pembuangan akhir ke
lingkungan.
119. Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama
sebagai berikut:
1. Enviromental surveillance yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur
pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas
lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah
pencemar tersebut dihilangkan.
2. Establishing water-quality criteria yakni tujuan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi
perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku
mutu kualitas air.
3. Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas
120.

air pada suatu tempat secara umum.


Pemantauan dapat dilakukan dengan mengamati karakteristik air

limbah baik secara fisik, kimia, maupun biologis. Dalam pelaksanaan


praktikum penentuan kualitas limbah cair, parameter yang diamati adalah
parameter fisik (endapan, total padatan tersuspensi/ TSS, warna, dan bau) dan
parameter kimia (nilai pH). Endapan atau setleable solid adalah Lumpur yang
mengendap dengan sendirinya pada kondisi yang tenang selama satu jam
secara gaya beratnya sendiri (Sugiharto, 1987). Total Suspended Solid (TSS)
merupakan jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air
limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45
mikron (Sugiharto, 1987).
121. Air limbah yang diamati antara lain air limbah cucian beras, air
limbah pencucian ikan, dan air sungai. Pemantaauan karakteristik air limbah
tersebut menggunakan air bersih sebagai kontrol atau pembanding kualitas air

25

limbah tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah RI No 82 tahun 2001, kualitas


air dapat dilihat secara fisik dan kimia mulai dari warna yang jernih, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau, suhu normal, pH normal (7), tidak
mengandung zat kimia beracun, tidak mengandung logam berat, tidak
mengandung senyawa organik.
122. Hasil pengukuran pH sampel mulai air bersih, air cucian beras, air
cucian ikan,dan air sungai secara berturut-turut adalah 7, 6, 8, dan 8. Menurut
Fardiaz (1995), nilai pH air yang normal adalah 6 sampai 8 (sekitar netral),
sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda
tergantung dari jenis buangannya. pH air cucian beras mengalami penurunan
pH. Penurunan pH ini sendiri diakibatkan oleh adanya senyawa organik di
dalamnya seperti karbohidrat. Menurut Puspitarini 2011, Air cucian beras
memiliki kandungan nutrisi diantaranya karbohidrat berupa pati sebesar 89%90%, protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula dan vitamin B yang banyak
terdapat pada pericarpus dan aleuron yang ikut terkikis. Karbohidrat yang
terbuang itu oleh mikroorganisme akan dirombak menjadi produk yang lebih
sederhana yaitu asam. Asam ini dapat meningkatkan ion H + dalam air cucian
beras sehingga pHnya menjadi turun (bersifat asam). pH air cucian ikan dan
air sungai cenderung lebih tinggi dari pH air normal (kondisi basa),hal ini
disebabkan oleh senyawa yang ada di dalam air limbah tersebut. Air cucian
ikan banyak mengadung unsur N yang dapat mengahasilkan NH3 yang
bersifat basa lemah, sementara air sungai banyak mengandung senyawa baik
organik maupun non organik karena sungai merupakan tempat yang tidak
jarang digunakan oleh masyarakat sebagai tempat pembuangan mulai limbah
rumah tangga hingga limbah industri. Namun tidak bisa dipungkiri kehadiran
senayawa anorganik seperti deterjen yang berperan dalam peningkatan pH air
sungai. Menurut teori yang ada nilai pH ketiga air limbah tersebut masih
dalam taraf normal 6-8. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran
ketiga limbah tersebut masih kecil, namun perlu diwaspadi ketika air limbah
terakumulasi di alam dalam waktu yang panjang nilai pHnya akan semakin
menjauh dari pH air bersih. Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke
arah alkali (pH naik) maupun ke arah masam (pH menurun), akan sangat

26

mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Bila terlalu rendah
atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme (Fardiaz,
1995). Namun adanya senyawa N2 yang nantinya akan terurai menjadi nitrat
dan nitrik akan membahayakan kehidupan hewan dan tumbuhan air.
123. Hasil pengukuran suhu seluruh sampel mulai dari air bersih
(kontrol), air cucian beras, air cucian ikan, dan air sungai secara berturut-turut
adalah 30oC, 33oC, 30oC,dan 33oC. Air buangan cenderung mengalami
peningkatan suhu namun tidak terjadi pada limbah cucian ikan. Peningkatan
suhu diakibatkan oleh adanya senyawa-senyawa terlarut yang memiliki suhu
lebih tinggi dibandingkan air bersih serta adanya aktivitas mikroorganisme
yang secara alami tumbuh pada air limbah. Suhu air cucian iakan tidak
mengalami kenaikan diakibatkan kesalahan teksnis yang dilakukan praktikan
yaitu memasukkan sampel ke dalam kulkas sehingga butuh waktu lama untuk
kembali ke suhu normal serta mikroba yang sudah ada di dalamnya terhambat
untuk tumbuh. Pada lingkungan perairan, suhu merupakan faktor pembatas
utama karena organisme akuatik sering memiliki toleransi yang sempit
terhadap variasi suhu (Odum, 1993). Suhu air sangat penting untuk diketahui
secara akurat karena berkaitan dengan kelarutan garam-garam, gas-gas, dan
derajat penguraian (disosiasi) garam-garam terlarut demikian pula derajat
konduktivitas dan dalam menentukan pH (Sutamihardja dan Husin, 1983).
Terhadap organisme perairan, suhu dapat mempengaruhi proses metabolisme
dan fisiologis secara luas. Selain metabolisme, suhu juga berpengaruh
terhadap proses respirasi, tingkah laku, penyebaran, kecepatan makan,
pertumbuhan dan reproduksi organisme perairan (Train, 1974 dalam Sutomo,
1999). Fardiaz (1995) menyatakan bahwa kenaikan suhu akan mengakibatkan
penurunan jumlah oksigen terlarut di dalam air, peningkatan kecepatan reaksi
kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya bahkan kematian
ikan dan hewan air lainnya tersebut jika batas suhu yang mematikan
terlampaui. Menurut KEP-51/ MENLH/10/1995 batasan suhu air limbah
maksimal yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan adalah 40 oC. Hal
ini menunjukkan bahwa ketiga air limbah tersebut masih aman untuk
lingkungan.

27

124. Hasil pengukuran warna seluruh sampel mulai dari air bersih
(kontrol), air cucian beras, air cucian ikan, dan air sungai secara berturut-turut
adalah tidak berwarna, putih agak keruh, kuning kecoklatan keruh dan kuning
agak jernih,. Menurut Fardiaz (1995), perubahan warna air disebabkan oleh
adanya bahan-bahan terlarut dan bahan-bahan tersuspensi, termasuk
diantaranya yang bersifat koloid. Warna air cucian beras adalah putih, warna
ini berasal dari suspensi pati yang terlarut dalam air ketika pencucian beras
dilakukan. Warna air sungai kekuningan akibat adanya lumpur dan pencemar
lainnya. Warna air cucian ikan kuning kecoklatan akibat adanya kotoran ikan,
darah, minyak atau lemak yang tersuspensi dalam air ketika pencucian terjadi.
Sementara dari segi kekeruhan, urutan air limbah yang paling keruh hingga
paling rendah yaitu air cucian ikan, air cucian beras, dan air sungai. Hal ini
dikarenakan senyawa yang terdispersi dalam air limbah cician ikan lebih
kompleks dari yang lainnya. Sedangkan kekeruhan pada air sungai sudah
hilang karena melalui proses sedimentasi secara alamiah, sedangkan warna
akan banyak berhasil karena pengaruh sinar matahari. Perubahan biologis
dimungkinkan

karena

kondisi

oksigenasi

dalam

sistem

air

adalah

bertambahnya oksigen terlarut yang disebabkan dari sumber yaitu karena


adanya kemampuan reaerasi yang mengakibatkan oksigen dari atmosfer akan
berdifusi atau larut dalam air. Kemampuan sungai untuk memulihkan diri
sendiri dari pencemaran dipengaruhi oleh (1) laju aliran air sungai, (2)
berkaitan dengan jenis bahan pencemar yang masuk ke dalam badan air.
Senyawa nonbiodegradable yang dapat merusak kehidupan di dasar sungai,
menyebabkan kematian ikan-ikan secara masif, atau terjadi magnifikasi
biologis pada rantai makanan (Lehler dalam Miller, 1975).
125. Hasil pengukuran bau sampel mulai air bersih, air cucian beras, air
cucian ikan dan air sungai secara berturut-turut adalah tidak berbau, khas
beras, amis agak busuk, dan kurang sedap. Senyawa bau dihasilkan pada
proses dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Sifat bau
air cucian beras masih khas beras karena waktu pencucian dengan waktu
analisis sangat dekat jadi dekomposisi yang dilakukan mikroba belum
menghasilkan senyawa yang lebih sederhana dan belum menimbulkan bau
masam seperti pada dekomposisi karbohidrat lainnya. Sifat bau air cician ikan
28

amis dan agak busuk disebabkan adanya pencampuran dari nitrogen, sulfur
dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein ikan serta akibat adanya
minyak yang juga berperan menimbulkan bau tengik yang tidak enak. Sifat
bau air sungai disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai dalam
limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang
menimbulkan penciuman tidak enak, selain itu bau yang tidak sedap pada air
sungai dapat diakibatkan oleh berbagai macam limbah yang dibuang ke
sungai.
126. Hasil pengukuran endapan sampel mulai air bersih, air cucian
beras, air cucian ikan dan air sungai secara berturut-turut adalah tidak ada,
489,02 mg/0,5 L, 2295,3 mg/0,5 L, 2570,7 mg/0,5 L. Total endapan
dipengaruhi oleh jumlah jenis senyawa yang ada dalam air limbah. Pada air
limbah cucian beras senyawa yang ada hanyalah karbohidrat, vitamin dan
mineral, sementara pada air cucian ikan senyawa yang terkandung antara lain
darah, minyak, protein, isi perut, lendir, vitamin dan mineral, dan pada air
sungai banyak mnegandung lumpur, kumpulan senyawa organik, dan
senyawa anorganik akumulasi dari limbah pembuangan baik rumah tangga
maupun industri.
127. Hasil pengukuran TSS sampel mulai air bersih, air cucian beras, air
cucian ikan dan air sungai secara berturut-turut adalah tidak ada, 629,3 gr/ 0,5
L, 78,4 gr/0,5 L, dan 0,072 gr/ 0,25 L. Total Suspended Solid atau Padatan
tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut
dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen. Air buangan industri
mengandung jumlah padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat bervariasi
tergantung dari jenis industrinya. Air buangan industri-industri makanan,
terutama industri fermentasi dan industri tekstil sering mengandung padatan
tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi (Fardiaz, 1995). Jika pada padatan
tersuspensi berupa bahan organik dengan kadar yang tinggi, proses
pembusukan

sangat

mungkin

terjadi

sehingga

akan

menurunkan/menghabiskan oksigen terlarut dalam perairan. Bahan mineral


dan organik tersuspensi dapat menjadi endapan yang menutupi dasar aliran
sehingga menyebabkan kematian pada tumbuhan dan hewan perairan (Klein,

29

1971). TSS tertinggi adalah pada air limbah cucian beras,hal ini diakibatkan
sifat pati atau karbohidrat yang terdispersi dalam air dan membutuhkan warku
lama untuk mengalami pengendapan secara alami (+ 24 jam). Sugiharto
(1987), menyatakan bahwa salah satu karakteristik limbah cucian beras
adalah mengandung total suspoensi dan padatan yang tinggi. Semantara TSS
air cucian ikan berada pada urutan kedua, hal ini disebabkan oleh total
suspensi yang dimiliki air cucian ikan lebih kecil namun menurut Sugiharto
(1987), air cucian ikan mengandung lebih banyak padatan organik daripada
beras, padatan organik ini menyebabkan nilai endapan yang besar. TSS
terkecil adalah pada air sungai, hal ini disebabkan air sungai yang mamapu
malakukan reaerasi secara alami. Reaerasi merupakan proses penambahan
oksigen pada badan air, terutama ditunjang oleh kecepatan aliran air. Adanya
aliran air yang deras seperti aliran turbulen dan air yang jatuh mengalir dari
tempat yang lebih tinggi, menyebabkan bahan organik hancur dan menambah
oksigen yang berasal dari udara sekitarnya. Hal ini berarti kadar bahan
organik bisa berkurang dan kadar oksigen yang terlarut bertambah. Hal ini
menyebabkan kualitas air sungai tetap terjaga baik.
128.
129.

30

V. KESIMPULAN
130.
131.

5.1 Kesimpulan

5.1.1

Penentuan sifat fisik limbah cair dilakukan dengan cara mengukur

pH, suhu, warna, bau, total endapan, dan TSS. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan air sebagai kontrol atau pembanding kualitas
limbah cair.
5.1.2
Sifat fisik air (kontrol) dengan ketiga limbah yang diuji (air cucian
beras, air cucian ikan, air sungai) terlihat perbedaannya secara langsung
oleh panca indra meliputi warna, bau, serta kekeruhan.
5.1.3 Penentuan endapan sampel dilakukan dengan cara penyaringan air
limbah menggunakan kertas saring yang sebelumnya telah ditimbang
kemudian setelah selesai kertas saring akhir ditimbang dan dimasukkan
dalam rumus dan satuan.
5.1.4 Penentuan TSS sampel dilakukan dengan cara menyiapkan kertas
saring yang telah dioven, kemudian kertas saring ditimbang. Kertas
saring tersebut digunakan untuk menyaring air limbah, setelah selesai
kertas saring dikeringkan dengan suhu 105oC hingga kering, kemudian
ditimbang dan hasilnya dimasukkan dalam rumus.
132.
133.
134.

5.2 Saran
5.2.1 Pengukuran pH yang dilakukan pada saat praktikum
minggu lalu menghasilkan nilai yang kurang spesifik, sebagai
perbaikannya
pengukuran

maka
pH

untuk

dilakukan

tahun-tahun

mendatang

menggunakan

pH

sebaiknya

meter

bukan

menggunakan kertas lakmus.


135.
136.
137.

31

138.

DAFTAR PUSTAKA

139.
140. Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar Dasar Teknologi Pengolahan Air
Limbah. Gosyen Publishing . Yogyakarta.
141. Bapedalda Propinsi Lampung. 2003. Laporan Akhir Penyusunan Teknis
Desain Pengelolaan Limbah Terpadu Teluk Lampung. (tidak dipublikasikan)
142. BAPPEDA TK. I Jawa Timur. 1995. Panduan Pelatihan Manajemen
Laboratorium.Surabaya.
143. Fardiaz, S. 1995. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.
144. Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah
Industri,. Cetakan pertama. Yrama Widya. Bandung.
145. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UIP . Jakarta.
146. Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
147. Kusputranto, H. 1985. Pencemaran Air dan Ekskreta. Rajawali. Jakarta.
148. Klein, L. 1971. River Pollution. Volume I. Butterworth. London.
149. Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.
Rajawali. Jakarta.
150. Pemerintah Republik Indonesia (2001) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Air, Jakarta.
151. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian
Pencemaran Air dan Lingkungan.
152. Pribadi, M. A. 2005. Evaluasi Kualitas Sungai Way Sulan Kecil Kabupaten
Lampung Selatan. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
153. Suriani, N. 2000. Tingkat Pencemaran Sungai Badung Bagian Hilir
Ditinjau dari Sifat Fisiko-Kimia dan Jenis Hewan Makrobentos di
Denpasar Selatan, Bali. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. (tidak
dipublikasikan)
154. Sutamihardja, R.T. M. dan Y. A. Husin. 1983. Water Pollution Analysis
Technique. In UNESCO-BIOTROP Training Seminar in Environmental
Science and Management. SEAMEO-BIOTROP. Bogor.
155. Sutomo. 1999. Eko-Tipologi Komunitas Zooplankton di Perairan Pesisir
PLTU Muara Karang serta Kaitannya dengan Limbah Panas. Tesis.
Program Pascasarjana. IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan)
156. River, L; E. Aspe; M. Roeckel dan M. C. Marti. 1998. evaluation
of clean technology process in the marine product processing industry. J.
Chem. Technol. Biotechnol., 73, 217-226.
157. Widiastuty, S. 2001. Dampak Pengelolaan Limbah Cair PT Pupuk
Sriwidjaja Terhadap Kualitas Air Sungai Musi Kotamadya Palembang.
Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan).
158.

159.

LAMPIRAN

160.

161.

162.

Air limbah cucian ikan


sebanyak 500 ml
164.
166.

168.

pH air limbah cucian ikan


170.
172.

174.

pH air biasa

163.

169.

175.
176.

Mengukur pH air limbah


cucian ikan
165.
167.

Mengukur pH air biasa


171.
173.

Air limbah cucian ikan di


saring

177.
178.

Anda mungkin juga menyukai