KELOMPOK II :
Evangelita C. T. Nababan
(1311105014)
Anjani Fatnasari
(1311105022)
Yemima D. G. Sembiring
(1311105035)
Willem K. Lombu
(1311105037)
Liya Paramita
(1311105047)
(1311105048)
Hesti Pratiwi
(1311105050)
ABSTRAK
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi
(Ginting, 2007). Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun
industri. Limbah cair biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian
lingkungan hidup. Hal inilah yang membuat air limbah atau limbah cair harus
dipantau kualitasnya sebelum pembuangan akhir ke lingkungan.
Praktikum penentuan kualitas dan karakteristik limbah memiliki beberapa
tujuan antara lain : (1) menentukan sifat limbah cair secara fisik , (2) membedakan
sifat-sifat fisik terpenting dari limbah cair yang dapat dijumpai , (3) menentukan
endapan dalam sampel limbah cair, (4) menentukan TSS dalam sampel limbah
cair. Sampel yang diuji dalam praktikum penentuan kualitas dan karakteristik
limbah cair yaitu air cucian beras, air cucian ikan, dan air sungai. Parameter yang
diamati yaitu pH, suhu, warna, bau, endapan, dan TSS.
Hasil praktikum menunjukkan hasil pH, suhu, warna, bau, endapan dan TSS
dari masingmasing sampel yaitu air cucian beras (pH 6, suhu 33 oC, warna putih
agak keruh, bau khas beras, endapan 489,02 mg/0,5 L, dan TSS 629,3 gr/ 0,5 L),
air cucian ikan (pH 8, suhu 30oC, warna kuning kecoklatan keruh, bau amis agak
busuk, endapan 2295,3 mg/0,5 L, dan TSS 78,4 gr/0,5 L), dan air sungai (pH 8,
suhu 33oC, warna kuning agak jernih, bau tidak sedap, endapan 2570,7 mg/0,5 L,
dan TSS 0,072 gr/ 0,25 L). Kualitas dan karakteristik fisik serta kimia limbah
dipengaruhi oleh senyawa organik maupun anorganik yang ada pada air limbah
tersebut.
Kata kunci : karakteristik air limbah, air bersih (kontrol), air cucian beras, air
cucian ikan, air sungai.
I.
PENDAHULUAN
mudah dijumpai.
1.2.3
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung padatan tersuspensi
limbah cair.
1.2.4
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung total padatan
terlarut limbah cair.
1.2.5
Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung kekeruhan limbah
cair.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun
tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia
serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan,
institusi, komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan,
dan air hujan.
Macam-Macam
2.
2.2.3
Golongan A , yaitu air yag dapat digunakan sebagai air minum secara
2
3
dan peternakan.
Golongan D , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama
sebagai berikut:
1
air.
Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas
air pada suatu tempat secara umum.
Pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri dan
badan air penerima limbah industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
LH/10/1995.
Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang dioperasikan.
Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair
tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya.
Karakteristik Fisik
Karakteristik fisika ini terdiri dari beberapa parameter, diantaranya :
Setteable Solid
Lumpur yang mengendap dengan sendirinya pada kondisi yang tenang
Warna
Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya kuning, coklat
Kekeruhan
Kekeruhan adalah sebuah ukuran dari partikel-pertikel tersuspensi seperti
Temperatur
Pada lingkungan perairan, suhu merupakan faktor pembatas utama karena
(disosiasi)
garam-garam
terlarut
demikian
pula
derajat
Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi
secara kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan
dalam ppm (part per milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984).
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini menekankan kebutuhan
oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahanbahan yang tidak dapat dipecah secara biokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.
Dalam laboratorium, pengukuran COD dilakukan sesaat dengan membuat
pengoksidasi K2Cr2O7 yang digunakan sebagi sumber oksigen.
c
mempengaruhi kehidupan biologi dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu
tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. pH normal untuk
kehidupan air 6 8.
Menurut Fardiaz (1995), nilai pH air yang normal adalah 6 sampai 8
(sekitar netral), sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan,
berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Pada industri-industri
makanan, peningkatan keasaman air buangan pada umumnya mengandung
asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH naik) maupun
ke arah masam (pH menurun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan
hewan air di sekitarnya.
e
Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponan anorganik, diantaranya
berbagai jenis logam berat yang berbahaya. Logam berat bila konsentrasinya
berlebih dapat bersifat toksik sehingga diperlukan pengukuran dan
pengolahan limbah yang mengandung logam berat.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang
terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd),
Tembaga (Cu), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni). Logam- logam tersebut
diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal
dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.
Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur
di
alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak
ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau senyawa padat dalam bentuk
mineral, seperti dari peristiwa pengikisan (erosi) dari batuan mineral.
Sesuai dengan sifat kelogamannya, Cu dapat membentuk alloy dengan
bermacam-macam logam. Dalam bidang industri, senyawa Cu banyak
10
Cadmium (Cd)
Logam Cd mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam, namun hanya
11
Asal Buangan
Pemotongan, pemisahan
Karakteristik Umum
sari Suspensi zat padat
Produknya
pengendapan,
ayam.
Air kapur, air garam, tawas, dan Perubahan pH menjadi
kunyit, sirup, biji-bijian dan asam, suspensi, padatan
ketimun
Ikan
bahan.
Pemisahan dengan sentrifugasi, BOD sangat tinggi, total
pengepresan ikan, penguapan padatan
Padi
pencucian beras.
Sumber : Sugiharto (1987)
organik
tinggi,
dan
total
12
Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik dan kimia yang dapat
mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia pertanian, industri,
rekreasi dan pemanfaatan air lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah RI No 82
tahun 2001, kualitas air ditetapkan melalui pengujian karakteristik fisika dan
karakteristik kimia :
1. Persyaratan Fisika
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut:
a. Jernih atau Tidak Keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah
liat, semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
b. Tidak Berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih, air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Rasanya Tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis,
pahit atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
d. Tidak Berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat.Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
e. Temperaturnya Normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara
(20-26C). Air yang sudah tercemar mempunyai temperatur di atas atau di
bawah temperatur udara (Kusnaedi, 2010).
2. Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut :
a. pH Netral
13
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam atau
basa. Air murni mempunyai pH=7 apabila pH<7 berarti air bersifat asam
sedangkan pH>7 berarti bersifat basa.
b. Tidak Mengandung Zat Kimia Beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida, sulfida dan fenolik.
c. Tidak Mengandung Garam atau Ion-Ion Logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl dan Cr.
d. Kesadahan Rendah
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di
dalam air terutama Ca dan Mg.
e. Tidak Mengandung Bahan Organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan.Bahan-bahan organik itu seperti NH 4, H2S, SO42
dan NO3 (Kusnaedi, 2010).
2.5 Karakteristik Air Sungai
Sungai adalah tempat bermuaranya air dari sumber mata air (hulu)
menuju suatu tempat dengan tingkat geografis yang lebih rendah setara
dengan ketinggian permukaan laut (hilir). Besar kecilnya sungai sangat
tergantung pada aspek daya dukung sekitarnya seperti debit air dari mata air,
bentuk geografis tanah pendukungnya, struktur geologis, sebaran flora dan
fauna yang tumbuh di sekitarnya dan bentang alam secara keseluruhan
(Bapedalda Propinsi Lampung, 2004)
Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan
kecepatan berkisar antara 0,1 1,0m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh
waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai, biasanya terjadi
pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi
vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan
sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga
kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut.
14
15
16
menyelimuti beras ikut terbuang. Menurut Puspitarini 2011, Air cucian beras
memiliki kandungan nutrisi diantaranya karbohidrat berupa pati sebesar 89%90%, protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula dan vitamin B yang banyak
terdapat pada pericarpus dan aleuron yang ikut terkikis. Karbohidrat yang
terbuang itu oleh mikroorganisme akan dirombak menjadi produk yang lebih
sederhana. Tetapi, jika mikroorganisme tersebut sudah tidak mampu
merombaknya maka akan menimbulkan aroma yang kurang sedap (Rahman.
A, 1992).
2.7 Karakteristik Limbah Air Pencucian Ikan
Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau gas.
Limbah berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang atau
saluran pencernaan. Limbah ikan yang berbentuk cairan antara lain darah,
lendir dan air cucian ikan. Sedangkan limbah ikan yang berbentuk gas adalah
bau yang ditimbulkan karena adanya senyawa amonia, hidrogen sulfida atau
keton. Limbah cair industri perikanan mengandung bahan organik yang
tinggi. Tingkat pencemaran limbah cair industri pengolahan perikanan sangat
tergantung pada tipe proses pengolahan dan spesies ikan yang diolah.
Menurut River et al., (1998) jumlah debit air limbah pada efluen
umumnya berasal dari proses pengolahan dan pencucian.
Setiap operasi
Peneliti yang lain juga melaporkan hal yang sama dengan indikator
beban pencemar organik yang lain yang berasal dari industri pengolahan
17
11,9 kg/t
3428
10000 mg/l
6,820 kg/t
Padatan
Tersuspensi
1,42 kg/t
2,48 kg/t
8,92 kg/t
857-6000 mg/l
14-64 kg/t
1,7-13 kg/t
3,8-17 kg/t
1,74 kg/t
5,41 kg/t
9,22 kg/t
4,85,5 kg/t
7,2-7,8
kg/t
0,21-0,3 kg/t
0,7-0,78 kg/t
Pengolahan kerang
(mekanis) 1)
5,14 kg/t
0,145 kg/t
10,2 kg/t
Pengolahan kerang
(konvensional) 1)
18,7 kg/t
0,461 kg/t
6,35 kg/t
2,96 kg/t
0,56 kg/t
0,92 kg/t
Bloodwater
(fishmeal) 1)
23500
34000 mg/l
93000
mg/l
0%-1,92%
Stickwater
(fishmeal) 1)
13000
76000 mg/l
60-1560 mg/l
18
Udang Beku2)
160 mg/l
1780 mg/l
19
III.
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Timbangan analitik
Kertas saring
Sendok
Gelas ukur
Elemeyer
Corong
Kertas lakmus
Oven
Desikator
Gelas beker
termometer
3.1.2 Bahan
Air PDAM
Air limbah pencucian ikan
3.2 Cara Kerja
1.3.1 Pengujian pH, Suhu, Warna , Bau, Endapan Air PDAM
1. Diambil 500 ml air dengan menggunakan gelas ukur.
2. Didiamkan air dalam suhu ruang selama 30 menit.
3. Diukur pH dengan kertas lakmus, diukur suhu dengan menggunakan
1.3.2
Pencucian Ikan
1. Diambil 500 ml air limbah dengan menggunakan gelas ukur.
2. Didiamkan air dalam suhu ruang selama 30 menit.
3. Diukur pH dengan kertas lakmus, diukur suhu dengan menggunakan
termometer, diamati warna dan bau secara subyektif (sensori).
4. Ditimbang berat kertas saring dengan manggunakan timbangan
analitik.
5. Disaring air limbah dengan menggunakan kertas saring
6. Ditimbang kertas saring yang telah selesai digunakan untuk
menyaring air limbah
7. Dihitung nilai endapan dengan rumus :
Endapan =Berat akhir kertas saring- Berat awal kertas
saring
1.3.3 Pengujian Total Soluble Solid
1. Dioven kertas saring selama 15 menit di dalam oven dengan suhu
70oC.
2. Dimasukkan kertas saring ke dalam desikator selama 15 menit.
20
3.
4.
5.
6.
TSS =
1000 x ( Berat akhir kertas saringBerat awal kertas saring)
volume sampel
12.
21
22.
23.
3.3.2
Pencucian Ikan
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
3.3.3
42.
43.
44.
45.
46.
22
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
IV.
63.
4.1 Hasil
64. Tabel Uji Kualitas Fisik Air Limbah
65. Data
Peng
amat
an
70. pH
75. Suhu
80. Warn
66. Air
PDAM
71. 7
76. 30oC
81. Tidak
67. Air
cucian
beras
72. 6
77. 33oC
82. Putih
68. Air
cucian
ikan
69. Air
sungai
73. 8
78. 30oC
83. Kuning
74. 8
79. 33oC
84. Kuning
23
85. Bau
90. Enda
pan
95. TSS
berwar
na
(jernih)
86. Tidak
Berbau
91. -
agak
keruh
87. Khas
Beras
92. 489,02
mg/0,5 L
97. 629,3 gr/
0,5 L
96. -
Kecoklat
an dan
keruh
88. Amis,
agak
busuk
93. 2295,3
mg/0,5 L
98. 78,4
gr/0,5 L
89. Tidak
sedap
94. 2570,7
mg/0,5 L
99. 0,072 gr/
0,25 L
100.
= 1,0306 gr
= 1,0514 gr
= 3,3259 gr
= 1,1298 gr
112.
113.
114.
115.
116.
117.
500 ml
78,4 gr
500 ml
4.2 Pembahasan
118. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak mempunyai nilai
ekonomi (Ginting, 2007). Berdasarkan bentuknya limbah terbagi menjadi 3
yaitu limbah cair, padat dan gas, namun yang banyak menjadi perhatian
adalah limbah cair karena berhubungan dengan lingkungan pembuangan
24
akhir. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun
industri. Limbah cair biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang
dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup. Hal inilah yang membuat air limbah atau
limbah cair harus dipantau kualitasnya sebelum pembuangan akhir ke
lingkungan.
119. Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama
sebagai berikut:
1. Enviromental surveillance yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur
pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas
lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah
pencemar tersebut dihilangkan.
2. Establishing water-quality criteria yakni tujuan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi
perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku
mutu kualitas air.
3. Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas
120.
25
26
mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Bila terlalu rendah
atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme (Fardiaz,
1995). Namun adanya senyawa N2 yang nantinya akan terurai menjadi nitrat
dan nitrik akan membahayakan kehidupan hewan dan tumbuhan air.
123. Hasil pengukuran suhu seluruh sampel mulai dari air bersih
(kontrol), air cucian beras, air cucian ikan, dan air sungai secara berturut-turut
adalah 30oC, 33oC, 30oC,dan 33oC. Air buangan cenderung mengalami
peningkatan suhu namun tidak terjadi pada limbah cucian ikan. Peningkatan
suhu diakibatkan oleh adanya senyawa-senyawa terlarut yang memiliki suhu
lebih tinggi dibandingkan air bersih serta adanya aktivitas mikroorganisme
yang secara alami tumbuh pada air limbah. Suhu air cucian iakan tidak
mengalami kenaikan diakibatkan kesalahan teksnis yang dilakukan praktikan
yaitu memasukkan sampel ke dalam kulkas sehingga butuh waktu lama untuk
kembali ke suhu normal serta mikroba yang sudah ada di dalamnya terhambat
untuk tumbuh. Pada lingkungan perairan, suhu merupakan faktor pembatas
utama karena organisme akuatik sering memiliki toleransi yang sempit
terhadap variasi suhu (Odum, 1993). Suhu air sangat penting untuk diketahui
secara akurat karena berkaitan dengan kelarutan garam-garam, gas-gas, dan
derajat penguraian (disosiasi) garam-garam terlarut demikian pula derajat
konduktivitas dan dalam menentukan pH (Sutamihardja dan Husin, 1983).
Terhadap organisme perairan, suhu dapat mempengaruhi proses metabolisme
dan fisiologis secara luas. Selain metabolisme, suhu juga berpengaruh
terhadap proses respirasi, tingkah laku, penyebaran, kecepatan makan,
pertumbuhan dan reproduksi organisme perairan (Train, 1974 dalam Sutomo,
1999). Fardiaz (1995) menyatakan bahwa kenaikan suhu akan mengakibatkan
penurunan jumlah oksigen terlarut di dalam air, peningkatan kecepatan reaksi
kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan air lainnya bahkan kematian
ikan dan hewan air lainnya tersebut jika batas suhu yang mematikan
terlampaui. Menurut KEP-51/ MENLH/10/1995 batasan suhu air limbah
maksimal yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan adalah 40 oC. Hal
ini menunjukkan bahwa ketiga air limbah tersebut masih aman untuk
lingkungan.
27
124. Hasil pengukuran warna seluruh sampel mulai dari air bersih
(kontrol), air cucian beras, air cucian ikan, dan air sungai secara berturut-turut
adalah tidak berwarna, putih agak keruh, kuning kecoklatan keruh dan kuning
agak jernih,. Menurut Fardiaz (1995), perubahan warna air disebabkan oleh
adanya bahan-bahan terlarut dan bahan-bahan tersuspensi, termasuk
diantaranya yang bersifat koloid. Warna air cucian beras adalah putih, warna
ini berasal dari suspensi pati yang terlarut dalam air ketika pencucian beras
dilakukan. Warna air sungai kekuningan akibat adanya lumpur dan pencemar
lainnya. Warna air cucian ikan kuning kecoklatan akibat adanya kotoran ikan,
darah, minyak atau lemak yang tersuspensi dalam air ketika pencucian terjadi.
Sementara dari segi kekeruhan, urutan air limbah yang paling keruh hingga
paling rendah yaitu air cucian ikan, air cucian beras, dan air sungai. Hal ini
dikarenakan senyawa yang terdispersi dalam air limbah cician ikan lebih
kompleks dari yang lainnya. Sedangkan kekeruhan pada air sungai sudah
hilang karena melalui proses sedimentasi secara alamiah, sedangkan warna
akan banyak berhasil karena pengaruh sinar matahari. Perubahan biologis
dimungkinkan
karena
kondisi
oksigenasi
dalam
sistem
air
adalah
amis dan agak busuk disebabkan adanya pencampuran dari nitrogen, sulfur
dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein ikan serta akibat adanya
minyak yang juga berperan menimbulkan bau tengik yang tidak enak. Sifat
bau air sungai disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai dalam
limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang
menimbulkan penciuman tidak enak, selain itu bau yang tidak sedap pada air
sungai dapat diakibatkan oleh berbagai macam limbah yang dibuang ke
sungai.
126. Hasil pengukuran endapan sampel mulai air bersih, air cucian
beras, air cucian ikan dan air sungai secara berturut-turut adalah tidak ada,
489,02 mg/0,5 L, 2295,3 mg/0,5 L, 2570,7 mg/0,5 L. Total endapan
dipengaruhi oleh jumlah jenis senyawa yang ada dalam air limbah. Pada air
limbah cucian beras senyawa yang ada hanyalah karbohidrat, vitamin dan
mineral, sementara pada air cucian ikan senyawa yang terkandung antara lain
darah, minyak, protein, isi perut, lendir, vitamin dan mineral, dan pada air
sungai banyak mnegandung lumpur, kumpulan senyawa organik, dan
senyawa anorganik akumulasi dari limbah pembuangan baik rumah tangga
maupun industri.
127. Hasil pengukuran TSS sampel mulai air bersih, air cucian beras, air
cucian ikan dan air sungai secara berturut-turut adalah tidak ada, 629,3 gr/ 0,5
L, 78,4 gr/0,5 L, dan 0,072 gr/ 0,25 L. Total Suspended Solid atau Padatan
tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut
dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen. Air buangan industri
mengandung jumlah padatan tersuspensi dalam jumlah yang sangat bervariasi
tergantung dari jenis industrinya. Air buangan industri-industri makanan,
terutama industri fermentasi dan industri tekstil sering mengandung padatan
tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi (Fardiaz, 1995). Jika pada padatan
tersuspensi berupa bahan organik dengan kadar yang tinggi, proses
pembusukan
sangat
mungkin
terjadi
sehingga
akan
29
1971). TSS tertinggi adalah pada air limbah cucian beras,hal ini diakibatkan
sifat pati atau karbohidrat yang terdispersi dalam air dan membutuhkan warku
lama untuk mengalami pengendapan secara alami (+ 24 jam). Sugiharto
(1987), menyatakan bahwa salah satu karakteristik limbah cucian beras
adalah mengandung total suspoensi dan padatan yang tinggi. Semantara TSS
air cucian ikan berada pada urutan kedua, hal ini disebabkan oleh total
suspensi yang dimiliki air cucian ikan lebih kecil namun menurut Sugiharto
(1987), air cucian ikan mengandung lebih banyak padatan organik daripada
beras, padatan organik ini menyebabkan nilai endapan yang besar. TSS
terkecil adalah pada air sungai, hal ini disebabkan air sungai yang mamapu
malakukan reaerasi secara alami. Reaerasi merupakan proses penambahan
oksigen pada badan air, terutama ditunjang oleh kecepatan aliran air. Adanya
aliran air yang deras seperti aliran turbulen dan air yang jatuh mengalir dari
tempat yang lebih tinggi, menyebabkan bahan organik hancur dan menambah
oksigen yang berasal dari udara sekitarnya. Hal ini berarti kadar bahan
organik bisa berkurang dan kadar oksigen yang terlarut bertambah. Hal ini
menyebabkan kualitas air sungai tetap terjaga baik.
128.
129.
30
V. KESIMPULAN
130.
131.
5.1 Kesimpulan
5.1.1
pH, suhu, warna, bau, total endapan, dan TSS. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan air sebagai kontrol atau pembanding kualitas
limbah cair.
5.1.2
Sifat fisik air (kontrol) dengan ketiga limbah yang diuji (air cucian
beras, air cucian ikan, air sungai) terlihat perbedaannya secara langsung
oleh panca indra meliputi warna, bau, serta kekeruhan.
5.1.3 Penentuan endapan sampel dilakukan dengan cara penyaringan air
limbah menggunakan kertas saring yang sebelumnya telah ditimbang
kemudian setelah selesai kertas saring akhir ditimbang dan dimasukkan
dalam rumus dan satuan.
5.1.4 Penentuan TSS sampel dilakukan dengan cara menyiapkan kertas
saring yang telah dioven, kemudian kertas saring ditimbang. Kertas
saring tersebut digunakan untuk menyaring air limbah, setelah selesai
kertas saring dikeringkan dengan suhu 105oC hingga kering, kemudian
ditimbang dan hasilnya dimasukkan dalam rumus.
132.
133.
134.
5.2 Saran
5.2.1 Pengukuran pH yang dilakukan pada saat praktikum
minggu lalu menghasilkan nilai yang kurang spesifik, sebagai
perbaikannya
pengukuran
maka
pH
untuk
dilakukan
tahun-tahun
mendatang
menggunakan
pH
sebaiknya
meter
bukan
31
138.
DAFTAR PUSTAKA
139.
140. Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar Dasar Teknologi Pengolahan Air
Limbah. Gosyen Publishing . Yogyakarta.
141. Bapedalda Propinsi Lampung. 2003. Laporan Akhir Penyusunan Teknis
Desain Pengelolaan Limbah Terpadu Teluk Lampung. (tidak dipublikasikan)
142. BAPPEDA TK. I Jawa Timur. 1995. Panduan Pelatihan Manajemen
Laboratorium.Surabaya.
143. Fardiaz, S. 1995. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.
144. Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah
Industri,. Cetakan pertama. Yrama Widya. Bandung.
145. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UIP . Jakarta.
146. Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
147. Kusputranto, H. 1985. Pencemaran Air dan Ekskreta. Rajawali. Jakarta.
148. Klein, L. 1971. River Pollution. Volume I. Butterworth. London.
149. Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.
Rajawali. Jakarta.
150. Pemerintah Republik Indonesia (2001) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Air, Jakarta.
151. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian
Pencemaran Air dan Lingkungan.
152. Pribadi, M. A. 2005. Evaluasi Kualitas Sungai Way Sulan Kecil Kabupaten
Lampung Selatan. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
153. Suriani, N. 2000. Tingkat Pencemaran Sungai Badung Bagian Hilir
Ditinjau dari Sifat Fisiko-Kimia dan Jenis Hewan Makrobentos di
Denpasar Selatan, Bali. Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. (tidak
dipublikasikan)
154. Sutamihardja, R.T. M. dan Y. A. Husin. 1983. Water Pollution Analysis
Technique. In UNESCO-BIOTROP Training Seminar in Environmental
Science and Management. SEAMEO-BIOTROP. Bogor.
155. Sutomo. 1999. Eko-Tipologi Komunitas Zooplankton di Perairan Pesisir
PLTU Muara Karang serta Kaitannya dengan Limbah Panas. Tesis.
Program Pascasarjana. IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan)
156. River, L; E. Aspe; M. Roeckel dan M. C. Marti. 1998. evaluation
of clean technology process in the marine product processing industry. J.
Chem. Technol. Biotechnol., 73, 217-226.
157. Widiastuty, S. 2001. Dampak Pengelolaan Limbah Cair PT Pupuk
Sriwidjaja Terhadap Kualitas Air Sungai Musi Kotamadya Palembang.
Tesis. Program Pascasarjana. IPB. Bogor. (tidak dipublikasikan).
158.
159.
LAMPIRAN
160.
161.
162.
168.
174.
pH air biasa
163.
169.
175.
176.
177.
178.